PENDAHULUAN
1.4 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah mahasiswa dapat mengetahui cara
kerja obat dengan model farmakokinetika dengan bahan Metilen blue.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Cl = Vd.Ke
𝟎,𝟔𝟗𝟑
t𝟏⁄𝟐 = 𝑲
(𝑪𝟏 + 𝑪𝟎 ) 𝒙 (𝒕𝟏 −𝒕𝟎 )
AUC = 𝟐
Absorpsi sistemik suatu obat melalui saluran gastrointestinal atau
tempat absorpsi lain tergantung sifat fisiko kimia obat, bentuk sediaan,
dan anatomi fisiologi tempat absorpsi. Faktor-faktor seperti luas
permukaan saluran cerna, kecepatan pengosongan lambung, motilitas
gastrointestinal, metabolism oleh mikroflora usus, dana aliran darah di
tempat absorpsi, semuanya dapat mempengaruhi kecepatan dan jumlah
obat yang diabsorpsi (Shargel dkk, 2005).
Pada pemberian ekstravaskuler ini terdapat proses absorpsi obat,
pada waktu ke 0 tidak ada obat pada sirkulasi sistemik, dan setelah
absorpsi konsentrasi meningkat dan berkurang setelah eliminasi. Bentuk
model yang menerangkan kinetik obat setelah pemberian ekstravaskuler
adalah (Hakim, 2014) :
2.3.2 Aquades
Aquadest memiliki rumus bangun H2O dengan Pemerian jernih
tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa.Penyimpanannya Dalam
wadah tertutup baik.Air adalah salah satu bahan kimia yang stabil dalam
bentuk fisik (es,air , dan uap). Air harus disimpan dalam wadah yang
sesuai. Pada saat penyimpanan dan penggunaannya harus terlindungi dari
kontaminasi partikel – pertikel ion dan bahan organik yang dapat
menaikan konduktivitas dan jumlah karbon organik. Serta harus
terlindungi dari partikel – partikel lain dan mikroorganisme yang dapat
tumbuh dan merusak fungsi air (Ditjen Pom, 1997).
G
Gambar 2.2 Struktur Aquades
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
Hasil
Hasil
Hasil
Gelas Beaker
- diisi dengan air suling secara kuantitatif, sesuai dengan nilai Vd
- Ditambahkan metilen bluesesuai dengan dosis yang telah
ditentukan sebelumnya
- Diaduk dengan batang pengaduk
- Diambil sampel larutan metilen blue pada menit ke-0, 15, 30,
45 sebesar nilai klirens dan segera digantikan volume yang
diambil tersebut dengan air suling
- Diukur serapan sampel pada panjang gelombang maksimum
yang telah diperoleh, digunakan air suling sebagai blanko
- Dihitung parameter farmakokinetika
Hasil
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
kadar
30.00
25.00
20.00
15.00
y = -4.158x + 28.29
10.00 R² = 0.9989
5.00
-
0 15 30 45
4.2 Perhitungan
4.2.1 Perhitungan kurva baku standar
Rumus: Y = Bx + A
a. waktu ke-0
2,806 = 0,10075x + 0,3874
2,806 – 0, 3874 = 0, 10075x
2,4186 = 0,10075x
2,4186
= x
0,10059
24, 0059 = x
b.waktu ke- 15
2,410 = 0,10075x + 0,3874
2,410 – 0, 3874 = 0, 10075x
2,0226 = 0,10075x
2,0226
= x
0,10059
20,07 = x
c. waktu ke-30
2,002 = 0,10075x + 0,3874
2,002– 0, 3874 = 0, 10075x
1,6146= 0,10075x
1,6146
= x
0,10059
16,02= x
d. waktu ke- 45
1,546 = 0,10075x + 0,3874
1,546– 0, 3874 = 0, 10075x
1,1586= 0,10075x
1,2586
= x
0,10059
1,546 = x
= 10 ppm
= 6,8037 menit
𝟏
4.5 T 𝟐
1 0,6931
T2= 𝐾𝑒𝑙
0,639
= 24,158
= 0,1667
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam memahami permodelan farmakokinetika, dapat dilakukan
simulasi in-vitro. Model kompartemen satu terbuka merupakan model yang
umumnya digunakan untuk permodelan farmakokinetika. Pada praktikum
kali ini dilakukan simulasi in-vitro model kompartemen satu terbuka dengan
reaksi orde kesatu.
Sampel yang digunakan adalah rhodamine B. Rhodamine B
dianggap sebagai obat yang diberikan melalui rute IV maupun
ekstravaskuler. Warnanya yang biru akan mempermudah dalam
pengamatan.
Berdasarkan analisis spektrofotometri dari larutan baku rhodamine
B, diketahui panjang gelombang maksimal yakni 554 nm. Selanjutnya
analisis dilakukan dalam panjang gelombang 554 nm. Panjang gelombang
ini termasuk dalam panjang gelombang visible merah, sesuai dengan
penampakan rhodamine B yang berwarna merah keunguan.
Larutan standar rhodamine B dibuat dalam konsentrasi
1,;2,;5,;10,;20,;40 ppm yang selanjutnya dianalisis dengan
spektrofotometer. Hasil dari absorbansi larutan kemudian dibuat kurva
konsentrasi vs absorbansi sehingga didapatkan persamaan garis y =
0,10075+0,3874= 0,9706. Dari kurva tersebut dapat diketahui kadar
rhodamine B dalam cuplikan-cuplikan rute intravaskuler dan ekstravaskuler
Rute intravaskuler merupakan rute yang diibaratkan tubuh sebagai satu
ruang. Jadi, ketika obat diinjeksikan ke dalam tubuh, maka secara perlahan-
lahan obat akan menyebar hingga merata dan terjadi kesetimbangan.
Sedangkan rute intravaskuler mengumpamakan tubuh sebagai satu bagian,
yang meliputi jalur absorpsi dan ekskresi. Sehingga, ketika obat dimasukkan
dalam tubuh, obat tersebut akan melalui proses absorpsi terlebih dahulu
hingga mencapai kesetimbangan baru diekskresikan secara bertahap.
Masing-masing rute memiliki perhitungan parameter farmakokinetika yang
berbeda.
Cuplikan-cuplikan dalam masing-masing rute berjumlah 15 yang
diibaratkan proses obat dalam tubuh sejak T0-T70 dengan interval 5. Pada
rute intravaskuler, dicari regresi linier dari data dengan plot waktu vs log
konsentrasi sehingga didapatkan persamaan garis y =
0,4186x:0,10075=24,0059. Dari persamaan garis tersebut dapat ditentukan
K, T1/2, Vd, Cl, dan AUC. Hasil perhitungan parameter farmakokinetika
adalah sebagai berikut:
K = 0,004606 menit-1 Vd = 0,97 L
t ½ = 150,455927 menit AUC = 156,6393 mgL/menit
Cl = 0,00446782 L/menit