Disusun Oleh :
Kelas : III A
NIM : E0018016
2021
STIKES BHAMADA SLAWI
FAKULTAS FARMASI
LABORATORIUM FARMAKOLOGI DAN FARMAKOKINETIKA DASAR
Jl. Cut Nyak Dien No.16, Griya Prajamukti, Kalisapu, Kec. Slawi, Tegal, Jawa
Tengah 52416
LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM FARMAKOKINETIKA
I. PENDAHULUAN
1) Latar Belakang
Farmakokinetika adalah ilmu dari kinetika absorpsi, distribusi, dan eliminasi
(yakni, eksresi dan metabolisme) obat. Deskripsi distribusi dan eliminasi obat sering
disebut disposisi obat. Karakterisasi disposisi obat merupakan suatu persyaratan
penting untuk penentuan atau modifikasi aturan pendosisan untuk individual dan
kelompok pasien. Studi farmakokinetika mencakup baik pendekatan eksperimental
dan teoritis. Aspek eksperintal farmakokinetika meliputi pengembangan teknik
sampling biologis, metode analitik untuk pengukuran obat dan metabolit, dan
prosedur yang memfasilitasi pengumpulan dan manipulasi data. Aspek teoritis
farmakokinetika meliputi pengembangan model farmakokinetika yang memprediksi
disposisi obat setelah pemakaian obat. Penerapan s tatistik merupakan suatu bagian
integral dari studi farmakokinetika. Metode statistika digunakan untuk mengestimasi
parameter farmakokinetka dan akhirnya menginterpretasi data untuk maksud
perancangan dan prediksi turan dosis optimal untuk pasien individual atau kelomppok
pasien. Metode statistik diterapkan pada model farmakokinetika untuk menentukan
kesalahan data dan penyimpangan model struktural (Shargel, 2005).
Model farmakokinetika memiliki beberapa parameter yang penting dalam
penentuan observasi dan konsentrasi atau efek obat. Parameter tersebur terdiri dari
parameter primer seperti volume distribusi (Vd), klirens (Cl), dan kecepatan absorpsi
(Ka). Parameter sekunder seperti kecepatan eliminasi (k), dan waktu paruh (T1/2)
serta parameter-parameter turunan. Tujuan dari model farmakokinetika adalah untuk
menentukan aturan dosis yang sesuai dalam terapi obat ( Aiahel, 1993).
Terdapat 2 jalur pemberian obat yaitu intravaskular, dan ekstravaskular. Obat
langsung berada disirkulasi sistemik tanpa mengalami absorpsi dengan pemberian
secara intravakular, sedangkan pada pemberian secara ekstravaskular umumnya obat
mengalami absorpsi (Zunilda, 1995).
Pada percobaan ini dilakukan simulasi invitro untuk memahami konsep
farmakokinetika suatu obat. Simulasi ini dilakukan untuk beberapa model obat yang
mempunyai harga klirens dan volume ditribusi berbeda dengan rute pemberian
intravaskular dan ekstravaskular serta dosis yang berbeda. Perbedaan nilai parameter
rute pemberian serta dosis tersebut akan menghasilkan perbedaan profil kadar obat
yang akan disebabkan oleh besaran proses absorpsi, distribusi dan eliminasi yang
berbeda.
2) Dasar Teori
2.1 Farmakokinetika
Farmakokinetik adalah proses yang dialami obat ketika obat masuk ke
dalam tubuh manusia, yang terdiri atas proses absorpsi, distribusi, metabolisme,
dan ekskresi (Holford, 2012).
Farmakokinetika adalah ilmu dari kinetika absorpsi, distribusi, dan
eliminasi (yakni, eksresi dan metabolisme) obat. Deskripsi distribusi dan
eliminasi obat sering disebut disposisi obat. Karakterisasi disposisi obat
merupakan suatu persyaratan penting untuk penentuan atau modifikasi aturan
pendosisan untuk individual dan kelompok pasien. Studi farmakokinetika
mencakup baik pendekatan eksperimental dan teoritis. Aspek eksperintal
farmakokinetika meliputi pengembangan teknik sampling biologis, metode
analitik untuk pengukuran obat dan metabolit, dan prosedur yang memfasilitasi
pengumpulan dan manipulasi data. Aspek teoritis farmakokinetika meliputi
pengembangan model farmakokinetika yang memprediksi disposisi obat setelah
pemakaian obat (Shargel, 2005).
2.2 Pemodelan Farmakokinetika
Model farmakokinetik merupakan model matematika yang
menggambarkan hubungan antara dosis dan konsentrasi obat dalam setiap
individu. Parameter dari model menggambarkan faktor-faktor yang dipercaya
penting dalam penentuan observasi dari konsentrasi atau efek obat. Parameter
tersebut antara lain terdiri dari beberapa parameter antara lain parameter primer
yang terdiri dari volume distribusi (Vd); klerens (Cl); dan kecepatan absorbsi
(Ka), parameter sekunder terdiri dari kecepatan eliminasi (K); dan waktu paruh
(T1/2), serta parameter-parameter turunan. Model farmakokinetik tersebut
mempunyai aplikasi langsung untuk terapi obat berkenaan dengan menentukan
aturan dosis yang sesuai (Aiache, 1993).
Kompartemen adalah suatu kesatuan yang dapat digambarkan dengan
suatu volume tertentu dan suatu konsentrasi. Perilaku obat dalam sistem biologi
dapat digambarkan dengan kompartemen satu atau kompartemen dua. Kadang-
kadang perlu untuk menggunakan multikompartemen, dimulai dengan
determinasi apakah data eksperimen cocok atau pas untuk model kompartemen
satu dan jika tidak pas coba dapat mencoba model yang memuaskan. Sebenarnya
tubuh manusia adalah model kompartemen multimillion (multikompartemen),
mengingat konsentrasi obat tiap organel berbeda-beda. (Hakim, L., 2014).
Model kompartemen yang sering digunakan adalah model kompartemen
satu terbuka, model ini menganggap bahwa berbagai perubahan kadar obat dalam
plasma mencerminkan perubahan yang sebanding dengan kadar obat dalam
jaringan. Tetapi model ini tidak menganggap bahwa konsentrasi obat dalam tiap
jaringan tersebut adalah sama dengan berbagai waktu. Di samping itu, obat di
dalam tubuh juga tidak ditentukan secara langsung, tetapi dapat ditentukan
konsentrasi obatnya dengan menggunakan cuplikan cairan tubuh (Shargel, 1988).
Jika tubuh diasumsikan sebagai satu kompartemen, tidak berarti bahwa
kadar obat sama di dalam setiap jaringan atau organ, namun asumsi yang berlaku
pada model tersebut ialah bahwa perubahan kadar obat di dalam darah
mencerminkan perubahan kadar obat di jaringan. Lalu eliminasi (metabolism dan
ekskresi) obat dari tubuh setiap saat sebanding dengan jumlah atau kadar obat
yang tersisa di dalam tubuh pada saat itu (Ritschel, 2004).
AUC atau luas area di bawah kurva yaitu konsentrasi obat dalam plasma,
darah atau serum yang terintegrasi dengan waktu (dari AUC0 - AUC0-1) setelah
dosis tunggal atau selama waktu interval dosis pada keadaan tunak (Setiawati,
2007).
3) Tujuan Percobaan
a. Tujuan Umum
Memahami konsep farmakokinetika suatu obat.
b. Tujuan Khusus :
- Mempelajari konsep farmakokinetika suatu obat menggunakan metilen blue
menggunkan simulasi invitro.
- Membedakan profil farmakokinetika suatu obat dengan dosis, rute pemakaian,
klirens, dan volume distribusi yang berbeda.
- Mengharapkan analisis farmakokinetika dalam perhitungan parameter
farmakokinetika.
II. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
- Spektrofotometer
- Magnetic stirer
- Tabung reaksi
- Pipet ukur
- Gelas beaker 1L / 2 L
- Pipet volume 25 ml / 30 ml
2. Bahan
- Metilen merah
- Air suling
III. CARA KERJA
3.1 Pembuatan Larutan Baku Kerja Metilen Merah
Metilen merah
Hasil
Hasil
Hasil
3.4 Simulasi Model Farmakokinetika Invitro
a. Rute Intravascular (Kompartemen satu terbuka)
Aquadest
Hasil
b. Rute Ekstravascular (Kompartemen satu terbuka)
Aquadest
Hasil
IV. HASIL
4.1 Pembuatan larutan Baku Metilen Merah
No. Perlakuan Hasil
1. Ditimbang Metilen Merah 10 mg
2. Dilarutkan dengan Aquades hingga 100 ml Larutan Homogen
3. Dihitung konsentrasi larutan baku C = 100 mcg/mL
Keterangan:
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑚𝑐𝑔 10000
C = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 = 𝑚𝑙 = 100 = 100 mcg/mL
0,8
0,6 Absorbansi
0,4
Linear
0,2
(Absorbansi)
0
0 50 100
Konsentrasi
Konsentrasi
Kelompok T (Menit) Absorbansi (C) Log C T Vs Log C
(mcg/ml)
0 0,468 35,5 1,550228353 R = 0,9611
15 0,388 28,42 1,453624074 A = 1,5823
I
30 0,299 20,55 1,312811826 B = -0,0104
45 0,202 11,96 1,07773118
0 0,301 20,72 1,316389751 R = 0,9677
15 0,276 18,51 1,267406419 A = 1,3244
II
30 0,256 16,74 1,223755454 B = -0,004
45 0,22 13,56 1,13225969
0 0,353 25,33 1,40363519 R = 0,976
15 0,312 21,7 1,336459734 A = 1,4085
III
30 0,287 19,49 1,289811839 B = -0,0046
45 0,241 15,41 1,187802639
a) Hitung konsentrasi masing-masing kelompok dengan menggunakan hasil
persamaan tahap nomor 3.
1. Kelompok 1
- T 0 menit, y = 0,468
y = 0,0113x + 0,0668
0,468 = 0,01132x + 0,0668
0,486 – 0,0668 = 0,01132x
0,4012 = 0,01132x
X = 0,4012/0,01132 = 35,50
- T 15 menit, y = 0,388
y = 0,01132x + 0,0668
0,388 = 0,01132x + 0,0668
0,388 – 0,0668 = 0,01132x
0,3212 = 0,01132x
X = 28,42
- T 30 menit, y = 0,299
y = 0,0113x + 0,0668
0,299 = 0,0113x + 0,0668
0,299 – 0,0668 = 0,0113x
0,2322 = 0,0113x
X = 20,55
- T 45 menit, y = 0,202
0,202 = 0,0113x + 0,0668
0,202 – 0,0668 = 0,0113x
0,1352 = 0,0113x
X = 11,96
2. Kelompok II
- T 0 menit, y = 0,301
0,301 = 0,0113x + 0,0668
0,301 – 0,0668 = 0,0113x
0,2342 = 0,0113x
X = 20,72
- T 15 menit, x = 0,276
0,276 = 0,0113x + 0,0668
0,276 – 0,0668 = 0,0113x
0,2092 = 0,0113x
X = 18,51
- T 30 menit, y = 0,256
0,256 = 0,0113x + 0,0668
0,256 – 0,0668 = 0,0113x
0,1892 = 0,0113 x
X = 16,74
- T 45 menit, y = 0,22
0,220 = 0,0113x + 0,0668
0,220 – 0,0668 = 0,0113x
0,1532 = 0,0113x
X = 13,56
3. Kelompok III :
- T 0 menit, y = 0,353
0,353 = 0,0113x + 0,0668
0,353 – 0,0668 = 0,0113x
0,2862 = 0,0113x
X = 25,33
- T 15 menit, y = 0,312
0,312 = 0,0113x + 0,0668
0,312 – 0,0668 = 0,0113x
0,2452 = 0,0113x
X = 21,7
- T 30 menit, y = 0,287
0,287 = 0,0113x + 0,0668
0,287 – 0,0668 = 0,0113x
0,2202 = 0,0113x
X = 19,49
- T 45 menit, y = 0,241
0,241 = 0,0113x + 0,0668
0,241 – 0,0668 = 0,0113x
0,1742 = 0,0113x
X = 15,41
b) Gambarkan kurva log c VS t
Kurva Log c Vs t (Kelompok I)
1,2
1,187802639
1,15
0 20 40 60
= 479,4
(𝐶1 + 𝐶0) 𝑥 (𝑡1−𝑡0)
Nilai AUCB = 2
(20,55+28,42) 𝑥 (30−15)
=
2
48,97 𝑥 15
= 2
734,55
= 2
= 367,27
(𝐶1 + 𝐶0) 𝑥 (𝑡1−𝑡0)
Nilai AUCC = 2
(20,55+11,96) 𝑥 (45−30)
= 2
32,51 𝑥 15
= 2
487,65
= 2
= 243, 82
Nilai AUC total kelompok 1 = AUCA + AUCB + AUCC = 479,4 + 367,27 + 243,82 =
1.090,49
Percobaan II:
(𝐶1 + 𝐶0) 𝑥 (𝑡1−𝑡0)
Nilai AUCA =
2
(20,72+18,51) 𝑥 (15−0)
= 2
39,23 𝑥 15
= 2
588,45
= 2
= 294,22
(𝐶1 + 𝐶0) 𝑥 (𝑡1−𝑡0)
Nilai AUCB = 2
(18,51+16,74) 𝑥 (30−15)
= 2
35,25 𝑥 15
= 2
528,75
= 2
= 264,37
(𝐶1 + 𝐶0) 𝑥 (𝑡1−𝑡0)
Nilai AUCC = 2
(16,74+13,56) 𝑥 (45−30)
= 2
30,3𝑥 15
= 2
454,5
= 2
= 227,25
Nilai AUC total kelompok 1 = AUCA + AUCB + AUCC = 294,22 + 264,37 + 227,25
= 785,84
Percobaan III:
(𝐶1 + 𝐶0) 𝑥 (𝑡1−𝑡0)
Nilai AUCA = 2
(25,33+21,7) 𝑥 (15−0)
= 2
47,03 𝑥 15
= 2
705,45
= 2
= 352,72
(𝐶1 + 𝐶0) 𝑥 (𝑡1−𝑡0)
Nilai AUCB =
2
(21,7+19,49) 𝑥 (30−15)
= 2
41,19 𝑥 15
= 2
617,85
= 2
= 308,92
(𝐶1 + 𝐶0) 𝑥 (𝑡1−𝑡0)
Nilai AUCC = 2
(19,49+15,41) 𝑥 (45−30)
=
2
34,9 𝑥 15
= 2
523,5
= 2
= 261,75
Nilai AUC total kelompok 1 = AUCA + AUCB + AUCC = 352,72+ 308,92 +
261,75 = 923,39
4.6 Kadar Metilen Merah Dalam Sampel tiap waktu (Ekstravaskular)
Kelompok T (Menit) Absorbansi Konsentrasi Log C T Vs Log C
(C) (mcg/ml)
0 0 -5,911 0 R = 0,809
I
15 0,158 8,070 0,9068735 A = 0,2304
B = 0,026
30 0,219 13,463 1,1291418
45 0,257 16,831 1,2261099
0 0 -5,911 0 R = 0,8653
II
15 0,143 6,743 0,8288531 A = 0,1915
B = 0,0266
30 0,205 12,230 1,0874264
45 0,256 17,539 1,2440048
0 0 -5,911 0 R = 0,8531
III
15 0,125 5,150 0,7118072 A = 0,1681
B = 0,0222
30 0,160 8,247 0,9162959
45 0,191 10,991 1,0410372
a) Hitung konsentrasi masing-masing kelompok dengan menggunakan hasil
persamaan tahap nomor 3.
a. 0 = 0,0113 x + 0,0668
0 - 0,0668 = 0,0113 x
0−0,0668
=𝑥
0,0113
X = -5,911
a. 0,125 = 0,0113 x + 0,0668
0,125 - 0,0668 = 0,0113 x
0,125 − 0,0668
=𝑥
0,0113
X = 5,150
b. 0,160 = 0,0113 x + 0,0668
0,160 - 0,0668 = 0,0113 x
0,160 − 0,0668
=𝑥
0,0113
X = 8,247
c. 0,191 = 0,0113 x + 0,0668
0,191 - 0,0668 = 0,0113 x
0,191 − 0,0668
=𝑥
0,0113
X = 10,991
0,8
Series1
0,6
Linear (Series1)
0,4
0,2
0
0 10 20 30 40 50
T (menit)
0,8
Series1
0,6
Linear (Series1)
0,4
0,2
0
0 20 40 60
T (menit)
kurva log C vs t kelompok 3
1,4
0,8
log C
0,6 Series1
0,2
0
0 20 40 60
T (menit)
Percobaan II:
(6,743+−5,911)×(15−0)
AUC a = = 6,24
2
(12,230+6,743)×(30−15)
AUC b = = 142,297
2
(17,539+12,230)×(45−30)
AUC c = = 223,267
2
Percobaan III:
(5,150+−5,911)×(15−0)
AUC a = = −5,7075
2
(8,247+5,150)×(30−15)
AUC b = = 100,477
2
(10,991+8,247)×(45−30)
AUC c = = 144,285
2
kurva log C vs t
1,4
y = 0,0249x + 0,1967
1,2
R² = 0,8195
1
0,8
log C
0,6 Series1
0,2
0
0 10 20 30 40 50
T (waktu)
ANOVA
Significance
Df SS MS F F
Regression 1 2,097686 2,097686 45,39613 5,12E-05
Residual 10 0,462085 0,046208
Total 11 2,559771
= 0,0249
Harga t ½ = 0,693/k
0,693
T½= 𝑘
0,693
= −0,0574
= -12,07 menit
V. PEMBAHASAN
Percobaan simulasi model in vitro farmakokinetik ini bertujuan untuk menjelaskan
proses farmakokinetik obat dalam tubuh setelah pemberian secara ektravaskuler dan
intravaskuler serta mengetahui profil farmakokinetik obat. Model kompartemen satu
terbuka merupakan model yang umumnya digunakan untuk permodelan
farmakokinetika. Pada praktikum kali ini dilakukan simulasi in-vitro model
kompartemen satu terbuka dengan reaksi orde kesatu. Simulasi dilakukan baik dalam rute
intravaskuler maupun rute ekstravaskuler.
Jalur pemberian obat ada 2 yaitu intravaskular dan ekstravaskular. Pada pemberian
secara intravaskular, obat akan langsung berada di sirkulasi sistemik tanpa mengalami
absorpsi, sedangkan pada pemberian secara ekstravaskular umumnya obat mengalami
absorpsi. Setelah obat masuk dalam sirkulasi sistemik, obat akan didistribusikan,
sebagian mengalami pengikatan dengan protein plasma dan sebagian dalam bentuk
bebas. Obat bebas selanjutnya didistribusikan sampai ditempat kerjanya dan
menimbulkan efek. Kemudian dengan atau tanpa biotransformasi obat diekskresikan dari
dalam tubuh melalui organ-organ ekskresi, terutama ginjal. Seluruh proses yang meliputi
absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi disebut proses farmakokinetik dan proses
ini berjalan serentak. Perbedaan jalur pemberian obat menyebabkan ketersediaan obat
dalam cairan tubuh berbeda pula. Intravascular memiliki bioavailibilitas yang lebih tinggi
(100%) karena obat langsung didistribusikan ke sistemik. Sedangkan pada
ekstravaskular,bioavailibilitasnya lebih rendah dibanding intravascular. Hal ini
dikarenakan obat mengalami proses absorpsi terlebih dahulu (Zunilda,.dkk, 1995).
Sampel yang digunakan pada praktikum kali ini adalah metilen merah. Pada
praktikum kali ini langkah pertama yang perlu dilakukan adalah membuat larutan baku
induk metilen merah dengan konsentrasi 100 mcg/ml yaitu dengan cara 10 mg metilen
merah dan dilarutkan dalam 100 ml aquadest. Setelah membuat larutan induk kemudian
membuat larutan baku kerja metilen merah dengan mengencerkan laruutan baku induk
menjadi beberapa konsentrasi yaitu 10 mcg/ml, 20 mcg/ml, 40 mcg/ml, 50 mcg/ml, dan
80 mcg/ml. Pengenceran pada konsentrasi 10, 20, 40, 50, 80 mcg/ml dilakukan dengan
cara mengambil larutan baku induk secara berturut-turut sebanyak 1 ml, 2 ml, 4 ml, 5 ml,
dan 8 ml kemudian dilarutkan dengan 10 ml aquadest.
Kemudian langkah yang kedua adalah dengan menentukan panjang gelombang
maksimum dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis dengan cara larutan baku
kerja diamati serapannya pada panjang gelombang 530-570 . Kemudian membuat kurva
absorbansi terhadap panjang gelombang dari larutan baku sehingga dapat ditentukan
panjang gelombang maksimumnya. Absorbansi yang diperoleh secara berturut-turut (10,
20, 40, 50, 80 mcg/ml) adalah 0,169 ; 0,279 ; 0,497 ; 0,717 ; 0,936.
Selanjutnya adalah membuat kurva baku dengan cara melakukan pengamatan
absorbansi menggunakan larutan baku pada panjang gelombang maksimum yang telah
didapatkan sebelumnya, kemudian buat tabel pengamatan dan kurva kadar larutan baku
kerja terhadap absorbansi kemudian hitung koefisien korelasi dan persamaan garis y =
bx + a kemudian diperoleh persamaan regresi linier y = 0,0113x + 0,0668 kemudian dari
kurva baku tersebut diketahui nilai a = 0,0668 ; b = 0,01132 ; r = 0,976508553. Berikut
ini adalah grafik kurva baku metilen merah :
Absorbansi
1 y = 0,0113x + 0,0668
R² = 0,9765 Absorbansi
0,5
0 Linear
0 50 100 (Absorbansi)
Konsentrasi
Kurva kalibrasi dibuat berdasarkan t(s) sebagai sumbu x dan log C sebagai sumbu
y, sehingga diperoleh t versus log C. Dari kurva tersebut diperoleh A = 1,5823 ; B = -
0,0104 ; R = 0,9611 ( kelompok 1 ) ; kemudian diperoleh A = 1,3244 ; B = -0,004 ; R
= 0,9677 ( kelompok 2 ) dan A = 1,4085 ; B = -0,0046 ; R = 0,976 ( kelompok 3). Hal
ini dapat disimpulkan bahwa nilai tersebut memasuki rentang 0-1. Namun, jika
dibandingkan dengan hasil kelompok lain, maka kelompok 3 yang memiliki nilai regresi
yang paling baik yaitu 0,976.
Kemudian untuk rute ekstravskuler dilakukan dengan cara mengisi gelas beaker
dengan aquadest secara kuantitatif, sesuai dengan nilai Vd, kemudian aduk dengan
magnetic stirrer hingga homogen. Selanjutnya ditambahkan metilen merah kedalam
gelas beaker sesuai dengan dosis yang telah ditentukan sebelumnya (metilen merah yang
ditambahkan diambil dari larutan baku induk yang disesuaikan volumenya). Kemudian
diambil sampel dari gelas beaker larutan metilen merah berkali-kali sebesar nilai Cl dan
segera gantikan volume yang diambil tersebut dengan aquadest. Setelah itu diukur
serapan sampel pada panjang gelombang maksimum yang telah diperoleh , gunakan
aquadest sebagai blanko dan hitung parameter farmakokinetika.
Perbedaan pemberian secara intravaskuler dan ekstravaskuler pada praktikum
adalah perlakuan dalam menambahkan obat dalam suatu wadah yang dianggap
kompartemen tubuh untuk membedakan profil absorbsi dan eliminasi. Pada pemberian
intravaskuler dosis metilen merah (10 mg) dimasukkan pada waktu 0 kemudian diambil
klirensnya seketika setelah obat homogen dalam wadah, hal tersebut diibaratkan obat
langsung masuk ke saluran sistemik tanpa melalui proses absorbsi. Sedangkan pemberian
ekstravaskuler pada waktu 0 tidak ada obat pada sirkulasi sistemik (tidak ada obat yang
dimasukkan dalam wadah) kemudian dilakukan klirens yang pertama, setelah klirens
pertama metilen merah dimasukkan dalam wadah hingga menit ke-15 dengan dosis yang
sama. Hal tersebut menunjukkan bahwa obat secara ekstravaskuler mengalami proses
absorbsi dengan konsentrasi yang meningkat sebelum dieliminasi. Pada menit ke-15
hingga 45 konsentrasi menurun seiring terjadinya proses distribusi dan eliminasi.
( pembuatan larutan baku kerja dan penentuan panjang gelombang serta kurva baku )