Anda di halaman 1dari 18

UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP

PROGRAM STUDI FARMASI (S-1)


STIKes BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI
Jl. Cut Nyak Dhien Kalisapu Slawi

=================================================================
Mata Kuliah : Toksikologi
Tk./SMT/SKS : I & II/ 2 dan 6 /2 SKS
Dosen Pengampu : Osie Listina, M.Sc., Apt
Hari/Tanggal :
Waktu : WIB

I. Petunjuk Umum

1. Bacalah petunjuk umum dengan baik sebelum Anda mengerjakan soal.


2. Jumlah soal sebanyak 2 butir soal.
3. Sifat ujian TAKE HOME, dengan ketentuan:
a. File jawaban yang sudah disertai lampiran literatur jawaban diberi nama
JAWABAN_UAS_TOKSIKOLOGI
b. Pada subjek email dituliskan identitas mahasiswa: Nama (NIM)
c. Jawaban dikirimkan melalui alamat email: kerajaanular13@gmail.com
d. Batas waktu mengirimkan jawaban pada tanggal 27-30 Juni 2020.
e. Mahasiswa hanya memiliki satu kali kesempatan mengirimkan jawaban.
4. Jika ditemukan teknis menjawab yang serupa dengan mahasiswa lain maka akan mendapatkan
sanksi pengurangan nilai.

Jawablah pertanyaan di bawah ini!

1. Buatlah masing-masing lima (5) soal beserta jawaban disertai dengan lampiran referensi untuk
materi toksikologi berikut:
a. Uji toksisitas
Pertanyaan & Jawaban :
- Bagaimana etika penanganan hewan pada uji toksisitas ?
Jawab :
*Etika Penanganan Hewan Coba*
Pengujian dengan hewan coba harus memperhatikan aspek perlakuan yang manusiawi
terhadap hewan-hewan tersebut, sesuai dengan prinsip 5F (Freedom) :
1. Freedom from Hunger and Thirst
Bebas dari rasa lapar dan haus dengan memberikan akses makanan dan air minum yang
sesuai dengan jumlah yang memadai baik jumlah dan komposisi nutrisi untuk kesehatannya.
Makanan dan air minum memadai dari kualitas, dibuktikan melalui analisa proximate
makanan, analisis mutu air minum, dan uji kontaminasi secara berkala. Analisis pakan hewan
untuk mendapatkan komposisi pakan, menggunakan metode standar. (Ridwan, 2013)
2. Freedom from Discomfort
Bebas dari rasa tidak nyaman disediakan lingkungan bersih dan paling sesuai dengan biologi
hewan percobaan yang dipilih, dengan perhatian terhadap: siklus cahaya, suhu, kelembaban
lingkungan, dan fasilitas fisik seperti ukuran kandang untuk kebebasan bergerak, kebiasaan
hewan untuk mengelompok atau menyendiri. (Ridwan, 2013)
3. Freedom from Injury, Pain, and Diseases
Bebas dari rasa nyeri, trauma, dan penyakit dengan menjalankan program kesehatan,
pencegahan, dan peman-tauan, serta pengobatan tehadap hewan percobaan jika diperlukan
(Ridwan, 2013).
4. Freedom from Fear and Distress
Bebas dari ketakutan dan stress jangka panjang ,dengan menciptakan lingkungan yang dapat
mencegah stress, misalnya memberikan masa adaptasi/aklimatisasi, mem-berikan latihan
prosedur penelitian untuk hewan(Ridwan, 2013)..
5. Express Natural Behaviour
Bebas mengekspresikan tingkah laku alami dengan memberikan ruang dan fasilitas yang
sesuai dengan kehidupan biologi dan tingkah laku spesies hewan percobaan. berkelompok;
memberikan kesempatan dan kebebasan untuk berlari dan bermain. (Ridwan, 2013)

Pada prinsipnya jenis hewan yang digunakan untuk uji harus dipertimbangkan berdasarkan
sensitivitas, cara metabolisme sediaan uji yang serupa dengan manusia, kecepatan tumbuh
serta mudah tidaknya cara penanganan sewaktu dilakukan percobaan. Hewan pengerat
merupakan jenis hewan yang memenuhi persyaratan untuk uji toksisitas, sehingga paling
banyak digunakan pada uji toksisitas. Hewan yang digunakan harus sehat; asal, jenis dan
galur, jenis kelamin, usia serta berat badan harus jelas. Biasanya digunakan hewan muda
dewasa, dengan variasi bobot tidak lebih dari 20%.
-Faktor apa sajakah yang dapat mempengaruhi uji toksisitas teratogenik?
Jawab :
Faktor apa sajakah yang dapat mempengaruhi uji toksisitas teratogenik?

Berikut penjelasannya:
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi uji toksisitas teratogenik yaitu :
1. Ketidaksesuaian Pemberian senyawa pada saat melakukan uji toksisitas sehingga
menyebabkan abnormalitas Fetus.
2. Peringkat dosis yang tidak tepat
3. Faktor genetik hewan uji
4. Frekuensi pemejanan, dan
6. Ketidaksesuaian dalam pengamatan.

Dua dari beberapa faktor tersebut yang paling mempengaruhi adalah dosis (tingkat
pemejanan) dan waktu pemejanan. Efek waktu pemejanan pada teratogenitas dapat terjadi
karena variasi kejadian selama masa yang berbeda pada periode kehamilan. Hal tersebut
merupakan yang paling berpengaruh dalam menentukan efek yang potensial. Pemejanan pada
masa awal (awal implantasi) berpengaruh pada kematian embrio. Pemejanan pada masa akhir
(pada manusia trimester ketiga) sangat mungkin berpengaruh pada penghambatan
pertumbuhan. Pemejanan pada masa tengah, masa organogenesis, akan sangat mungkin
berpengaruh pada kerusakan struktur. Pemejanan teratogen selama periode kritis
perkembangan janin kemungkinan besar akan menyebabkan malformasi pada sistem organ.
(Stein dan Brown,1996)

Dalam uji toksisitas teratogenik sekurang-kurangnya digunakan tiga peringkat dosis yang
berkisar antara dosis letak terhadap induk atau semua janin dan dosis yang memiliki efek
teratogenik, dosis tertinggi yang digunakan tidak boleh negative terhadap induk, karena akan
mempengaruhi dosis teratogenik tersebut. Dosis teratogenik juga berpengaruh terhadap faktor
genetik hewan uji.
-Mengapa uji toksisitas paling banyak menggunakan mencit jantan ?
Jawab :
Pada penelitian ini hewan percobaan

yang digunakan yaitu mencit jantan. Mencit dipilih karena

mempertimbangkan ukurannya yang kecil,

mudah dalam pemeliharaan dan

perawatan. Mencit jantan tidak

dipengaruhi siklus estrus yang dapat

menimbulkan aktivitas hormon yang tidak

stabil yang nantinya akan berpengaruh

pada proses pengamatan (Lu, 1995).


-hewan uji yang umum digunakan untuk uji toksisitas adalah mencit dan Kelinci, namun ada
beberapa yang menggunakan ikan. Apakah ada jenis ikan tertentu yang digunakan , atau
semua jenis ikan bisa digunakan untuk uji toksisitas?
Jawab :
Pada prinsipnya jenis hewan yang digunakan untuk uji toksisitas harus
dipertimbangkan berdasarkan sensitivitas, cara metabolisme sediaan uji yang serupa dengan
manusia, kecepatan tumbuh serta mudah tidaknya cara penanganan sewaktu dilakukan
percobaan. Hewan pengerat merupakan jenis hewan yang memenuhi persyaratan tersebut
diatas, sehingga paling banyak digunakan pada uji toksisitas. Hewan yang digunakan harus
sehat; asal, jenis
dan galur, jenis kelamin, usia serta berat badan harus jelas. Biasanya digunakan hewan muda
dewasa, dengan variasi bobot tidak lebih dari 20%. Jenis ikan yang biasa digunakan untuk uji
toksisitas adalah ikan nila dan ikan mas. Ikan nila memiliki penyebaran yang luas karena
bersifat euryhaline (dapat hidup pada kisaran salinitas yang lebar) (Agah et al. 2009). Ikan
nila mendiami berbagai habitat air tawar, termasuk saluran air yang dangkal, kolam, sungai,
dan danau. Selain itu, ikan nila memiliki nilai ekonomi penting dan dapat dipelihara di
laboratorium. Oleh sebab itu, ikan nila merupakan organisme yang dapat digunakan untuk uji
toksisitas (Muhammad 2002). Selanjutnya Ikan mas merupakan indikator penting dari
dampak zat beracun (Glusczak et al. 2011, Moreno-Hernández et al. 2014). Selain itu, ikan
mas mudah terserang penyakit maka digunakan ikan mas sebagai hewan uji toksisitas
(Priyanto, 2009). Ikan mas menjadi objek penting sebagai hewan uji karena ikan mas
memiliki kandungan lemak yang cukup tinggi sehingga akan lebih mudah untuk
mengakumulasi residu dari suatu bahan pencemar (Agahet al 2009,Taufik & Setiadi 2012).
Selain itu, ikan mas juga dapat dipelihara di akuarium pada skala laboratorium. Dengan
demikian, ikan mas dapat digunakan sebagai ikan uji pada uji toksisitas. Mohon maaf apabila
ada kekeliruan dalam menjawab🙏🏻
-Faktor yang mempengaruhi uji toksisitas teratogenik ada dua kelompok, yaitu faktor genetis
dan lingkungan.
Jawab : ,
Faktor genetis terdiri dari :
1. Mutasi, yakni perubahan pada susunan nukleotida gen (ADN). Mutasi menimbulkanalel ca
cat, yang mungkin dominan atau resesif. (pasangan basa nitrogennya tidaksesuai, sehingga ter
jadi salah penerjemahan kode genetik)
2. Aberasi, yakni perubahan pada sususnan kromosom. Contoh cacat karena ini adalah berbag
ai macam penyakit turunan sindroma. (kekurangan kromosom atau kelebihankromosom, sepe
rti 23XX+XY atau 21XY+XX) yang seharusnya normalnya adalah 22AA+XX(Yatim, 1994)

Faktor lingkungan terdiri atas :
1. Infeksi, cacat dapat terjadi jika induk yang kena penyakit infeksi, terutama oleh virus.2. Ob
at, berbagai macam obat yang diminum ibu waktu hamil dapat menimbulkan cacat pada janin
nya. Factor yang digunakan dalam praktikum
3. Radiasi, ibu hamil yang diradiasi sinar-X , ada yang melahirkan bayi cacat pada otak.Miner
al radioaktif tanah sekeliling berhubungan erat dengan lahir cacat bayi di daerah bersangkuta
n.(Yatim, 1994)
b. Arsen
Pertanyaan & Jawaban :
- Arsenik terdapat dua jenis:
Arsenik organik digunakan dalam pembuatan insektisida (obat pembunuh serangga),
Arsenik anorganik digunakan di industri pertanian atau pertambangan
Bagaimana pencegahan pada arsenik anorganik pada industri pertanian atau pertambangan?
Jawab :
Salah satu cara pencegahan arsenik anorganik pada inudustri pertanian atau pertambangan
yaitu dengan Teknik Fitoremediasi dengan Alnus firma

Fitoremediasi dianggap sebagai salah satu cara memperbaiki

atau menghilangkan logam berat di alam. Fitoremediasi sendiri

merupakan proses bioremediasi yang menggunakan berbagai

tanaman untuk menghilangkan, memindahkan, dan atau

menghancurkan kontaminan dalam tanah dan air bawah tanah

(Subroto, 1996).

Alnus firma dapat bertahan hidup di banyak lokasi

pertambangan di Korea. Yang membuat Alnus firma sukses

menahan stres dalam kondisi cemaran logam berat terletak

pada bakteri di akarnya yang mampu beraksi positif dengan

logam berat seperti As, Cu, Cd, Ni, Pb, dan Zn. Cara

interaksinya sangat unik yakni, Alnus firma menyediakan

enzim yang kaya nutrien untuk mendukung kehidupan mikroba

dan mikroba membantu menyerap lingkungan xenobiotic yang


ada dan mengisolasinya. Simbiosis ini berlangsung seterusnya

yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Tanaman

Alnus firma mampu tumbuh baik secara natural di lahan

dengan tingkat logam berat yang relatif tinggi. Hal ini

didukung oleh isolasi yang dilakukan bakteri Bacillus

thuringiensis GDB-1 di akar tanaman Alnus firma. GDB-1

mengacu pada penamaan selama penelitian, kamudian

ditemukan bahwa dalam sampling merupakan bakteri B.

thuringiensi. Simbiosis antara tanaman ini dan bakteri

rhizosphere mengisolasi logam berat sekaligus mengurangi

tingkat stres tanaman terhadap kehadiran polutan logam berat.

Kinerja bakteri ini optimal dalam pH 4-9, pada pH ini

kemampuan bakteri berlangsung hingga 90% isolasi logam

berat (Babu et al, 2013).


-bagaimana Mekanisme terjadinya toksisitas arsen?
Jawab :
Mekanisme Masuknya Arsen dalam tubuh manusia umumnya melalui oral, dari
makanan/minuman. Arsen yang tertelan secara cepat akan diserap lambung dan usus halus
kemudian masuk ke peredaran darah (Wijanto, 2005).
Arsen adalah racun yang bekerja dalam sel secara umum.Hal tersebut terjadi apabila arsen
terikat dengan gugus sulfhidril (-SH), terutama yang berada dalam enzim.Salah satu system
enzim tersebut ialah kompleks.piruvat dehidrogenase yang berfungsi untuk oksidasi
dekarboksilasi piruvat menjadi Co-A dan CO2 sebelummasuk dalam siklus TOA
(tricarbocyclic acid). Dimana enzim tersebut terdiri dari beberapa enzim dan kofaktor.Reaksi
tersebut melibatkan transasetilasi yang mengikat koenzim A(CoA-SH) untuk membentuk
asetil CoA dan dihidrolipoil-enzim, yang mengandung dua gugus sulfhidril.Kelompok
sulfhidril sangat berperan mengikat arsen trivial yang membentuk kelat.kelat dari dihidrofil-
arsenat dapat menghambat reoksidasi dari kelompok akibatnya bila arsen terikat dengan
system enzim, akan terjadi akumulasi asam piruvat dalam darah.
Arsenat juga memisahkan oksigen dan fosfolirasi pada fase kedua dariglikolosis dengan
jalan berkompetisi dengan fosfat dalama reaksi gliseraldehid dehidrogenase.Dengan adanya
pengikatan arsenat reaksi gliseraldehid-3-fosfat, akibatnya tidak terjadi proses enzimatik
hidrolisis menjadi 3-fosfogliserat dan tidak memproduksi ATP.Selama Arsen bergabung
dengan gugus –SH,maupun gugus –SH yang terdapat dalam enzim,maka akan banyak ikatan
As dalam hati yang terikat sebagai enzim metabolic.Karena adanya protein yang juga
mengandung gugus –SH terikat dengan As, maka hal inilah yang meneyebbkan As juga
ditemukan dalam rambut, kuku dan tulang.Karena eratnya As bergabung dengan gugus –SH,
maka arsen masih dapat terdeteksi dalam rambut dan tulang bebrapa tahun kemudian.
-Saya Arum Wahyuningtias dari kelas 2B, izin bertanya, bagaimana dampak dari korban
arsenikosis?
Jawab : Saya Ayu Puspita Ningrum dari kelas 2B izin menjawab perranyaan dari Arum
wahyuningtias ,
Arsenik memang dikenal karsinogen atau dapat menyebabkan kanker. Orang yang

terlalu banyak terkena zat arsen dari konsumsi air minum disebut arsenikosis. Korban

dari arsenikosis ini tidak akan berdampak dalam waktu dekat, namun dampaknya baru

terlihat setelah dalam jangka waktu yang lama (long-term). Berbagai dampak

diantaranya pigmentasi kulit, gangren, dan keratosis, itu pun baru terlihat minimal 5

tahun terkena arsenik yang terakumulasi. Karena keracunan arsen ini tidak langsung

dapat dilihat, maka tindakan yang paling mungkin adalah tindakan pencegahan (Paul,

2004).
- Jelaskan karakteristik dari arsen
Jawab : Saya neneng Risnayati dari 2a izin menjawab pertanyaan dari desi anggraeni
Karakteristik dari arsen
Arsen berwarna abu-abu, namun bentuk ini jarang ada di lingkungan. Arsen di air di temukan
dalam bentuk senyawa dengan satu atau lebih elemen lain (Wijanto, 2005).
Arsen secara kimiawi memiliki karakteristik yang serupa dengan fosfor, dan sering dapat
digunakan sebagai pengganti dalam berbagai reaksi biokimia dan juga beracun. Ketika
dipanaskan, arsen akan cepat teroksidasi menjadi oksida arsen, yang berbau seperti bau
bawang putih. Arsen dan beberapa senyawa arsen juga dapat langsung tersublimasi, berubah
dari padat menjadi gas tanpa menjadi cairan terlebih dahulu. Zat dasar arsen ditemukan dalam
dua bentuk padat yang berwarna kuning dan metalik, dengan berat jenis 1,97 dan 5,73.
- Bagaiman cara menangani beras yg mengandung arsenik , agar tidak menyebabkan toksik ?
Jawab : Maaf Desi Winda izinkan saya Sinta Cahyani untuk menjawab pertanyaannya.
Beras merupakan salah satu sumber pangan kaya akan kandungan arsenik anorganik, jenis
arsenik yang paling beracun. Beras mengandung sekitar 10 hingga 20 kali dosis arsenik lebih
tinggi daripada tanaman gandum dan biji-bijian lainnya. Beras menyerap arsenik lebih mudah
daripada produk pertanian lainnya karena ditanam dalam kondisi lahan yang digenangi air.
(Badan Pengawas Makanan dan Obat-obatan Amerika Serikat)
Cara mengurangi kadar arsenik dalam beras :
Bisa ditanggulangi dari cara menanak beras bisa sedikit banyak menentukan kadar arsenik
dalam nasi. Andy Meharg, profesor ilmu biologi di Queens University di Belfast, menguji
tiga cara memasak nasi untuk melihat apakah perbedaan metode memasak berpengaruh pada
tingkat arsenik dalam nasi.
Pertama, Meharg menggunakan metode menanak nasi yang paling konvensional: dengan
takaran air dan beras 2:1 — seperti yang dilakukan oleh hampir semua orang selama ini. Ia
menemukan cara inilah yang meninggalkan paling banyak jejak arsenik dalam nasi.
Sebaliknya, metode kedua melibatkan mencuci dan membilas beras, kemudian airnya
ditiriskan benar hingga kering. Meharg kemudian menggunakan perbandingan air dan beras
5:1 untuk menanak nasi. Cara ini memangkas tingkat arsenik hingga hampir setengahnya.
Cara terakhir adalah yang ditemukan paling aman: secara drastis mengurangi kadar arsenik
dalam beras hingga 80 persen. Triknya, rendam beras semalaman terlebih dahulu. Keesokan
paginya, cuci dan bilas bersih, kemudian tiriskan airnya hingga benar-benar kering. Untuk
menanak nasi, gunakan rasio air dan beras 5 banding satu.

c. Timbal
Pertanyaan & Jawaban :
-bagaimana jika tubuh mengalami keracunan timbal?
Jawab :
Palar (1994) dalam Ardyanto (2005) sebagian

timbal (Pb) akan masuk kedalam jaringan lunak

(sumsum tulang, sistim saraf, ginjal, hati) dan ke

jaringan keras (tulang, kuku, rambut, dan gigi).

Gigi dan tulang panjang mengandung timbal (Pb)

yang lebih banyak dibandingkan tulang lainnya.

Pada gusi dapat terlihat lead line yaitu pigmen

berwarna abu-abu pada perbatasan antara gigi

dan gusi. Hal itu merupakan ciri khas keracunan

timbal (Pb). Pada jaringan lunak sebagian timbal

(Pb) disimpan dalam aorta, hati, ginjal, otak, dan

kulit. Timbal (Pb) yang terdapat dijaringan lunak

bersifat toksik. Menurut Suciani (2007) pada

sistem pencernaan timbal (Pb) menyebabkan

kolik, konstipasi, mual, muntah, nafsu makan

berkurang, timbal (Pb) juga bisa menyebabkan

kerusakan sistem saraf pusat dan saraf tepi seperti

tremor, sakit kepala, leher terasa kaku, demam,

menurunya kecerdasan, kejang, akumulasi

cairan cerebrospinal dalam otak, dan kebutaan


karena atrofi syaraf penglihatan. Pada sistem

ginjal, timbal (Pb) menyebabkan aminoasiduria,

fosfaturia, glukosuria, nefropati, fi brosis, dan atrofi

glomerular, pada sistem reproduksi menyebabkan

kematian janin dan teratospermia pada laki-

laki. Keracunan kronik timbal (Pb) yang paling

sering adalah kelemahan, anoreksia, keguguran,

tremor, turunnya berat badan, sakit kepala, dan

gejala saluran pencernaan. Gejala neurologik

paling khas yang ditemukan pada keracunan

kronik timbal (Pb) adalah wristdrop (pergelangan

tangan terkulai). Kurniawan (2008) menjelaskan

diagnosis keracunan timbal (Pb) yaitu dengan

mengukur kadar timbal (Pb) dalam darah dan

mengidentifi kasi kelainan metabolisme porfi rin.

Darah merupakan spesimen terpenting dalam

penentuan tinggi rendahnya pencemaran timbal

(Pb).
- Jelas kan sifat timbal dan bagaimana mekanisme timbal dalam tubuh !
Jawab : Saya triyani maulida safitri E0017097 dari kelas 3B izin menambahkan materi

Timbal bersifat lentur tetapi sangat rapuh sulit larut dalam air panas,

air dingin, dan air asam namun mudah larut dalam asam asetat, asam nitrit,

dan asam sulfat pekat. Timbal tahan terhadap korosi atau karat dan

mempunyai kerapatan yang lebih besar dibanding logam-logam biasa kecuali

merkuri dan emas. Timbal tidak mengalami penguapan namun dapat


ditemukan diudara sebagai partikel, karena timbal merupakan sebuah unsur,

sehingga tidak mengalami penguraian (degradasi) dan tidak dapat dihancurkan

(Palar, 2004).

Mekanisme timbal dalam tubuh yaitu


1. Absorbsi
Timbal (Pb) masuk dan diabsorbsi ke dalam tubuh manusia melalui

saluran pencernaan, saluran pernafasan, dan penetrasi lapisan kulit. Timbal

yang terhirup saat bernafas sebagian besar akan masuk ke pembuluh darah dan

paru-paru, sebanyak 30-40 % timbal yang diabsorbsi melalui saluran nafas

akan masuk ke dalam aliran darah tergantung pada ukuran partikel, volume

nafas, daya larut, variasi faal antar individu dan akan berikatan dengan darah

paru-paru untuk diedarkan ke seluruh organ dan jaringan tubuh.


Absorbsi

timbal yang melalui saluran pernafasan dipengaruhi oleh tiga proses yaitu

deposisi, pembersihan mukosiliar dan pembersihan alveolar.


2. Distribusi
Timbal yang diabsorbsi dari saluran pernafasan, pencernaan atau kulit

akan diangkut oleh darah ke organ-organ tubuh yang lain. Sebanyak 95%

timbal diikat oleh eritrosit dan 5% oleh plasma darah. Sebagian timbal plasma

dapat berdifusi serta diperkirakan dalam keseimbangan pool timbal lainnya,

yang dapat dibagi menjadi 2 yaitu jaringan lunak (sistim saraf, paru-paru,

sumsum tulang, otot, otak, ginjal, jantung, limpa, hati) serta jaringan keras

(rambut, tulang, gigi). Mengeliminasi separuh kadar timbal yang terakumulasi

dalam darah diperlukan waktu 2-3 tahun (Anies, 2005).


3. Ekskresi
Proses ekskresi timbal dapat dilakukan melalui beberapa cara yaitu ]
Jawab : Racun timbal dalam tubuh akan merusak sistem saraf dan mengakibatkan penurunan
Intelegence Quotient (IQ), terutama pada anak-anak karena masih diusia tumbuh kembang
otak. Dalam sistem saraf pusat, timbal menyebabkan kerusakan asimtomatik fungsi
neurobehavioural pada Penurunan ini dapat menyebabkan impaired cellular energetics
sehingga menyebabkan beberapa dampak lanjutan pada neuron, axon, dan sel schwann;
merusak myelination, dan sistem saraf; serta merusak pertumbuhan sistem saraf. Penelitian
Landrigan dkk (1979) menunjukkan bahwa anak-anak tanpa gejala klinis namun dengan
peningkatan kadar timbal dalam darah mengalami defisit 4 sampai 5 poin skor IQ verbal.
Penelitian Bellinger (1991) menunjukkan implikasi yang kuat bahwa kadar timbal dalam
darah antara 10-25 µg/dl telah cukup menyebabkan kerusakan otak.
- Jelaskan Tipe-tipe keracunan pada timbal !
Jawab :
tipe keracunan timbal yang terjadi ialah (Anonim b, 2013):
a. Keracunan akut
Keracunan timbal akut jarang terjadi. Keracunan timbal akut secara tidak sengaja yang
pernah terjadi adalah karena timbal asetat. Gejala keracunan akut mulai timbul 30 menit
setelah meminum racun. Berat ringannya gejala yang timbul tergantung pada dosisnya.
Keracunan biasanya terjadi karena masuknya senyawa timbal yang larut dalam asam atau
inhalasi uap timbal. Efek adstringen menimbulkan rasa haus dan rasa logam disertai rasa
terbakar pada mulut. Gejala lain yang sering muncul ialah mual, muntah dengan muntahan
yang berwarna putih seperti susu karena Pb Chlorida dan rasa sakit perut yang hebat. Lidah
berlapis dan nafas mengeluarkan bau yang menyengat. Pada gusi terdapat garis biru yang
merupakan hasil dekomposisi protein karena bereaksi dengan gas Hidrogn Sulfida. Tinja
penderita berwarna hitam karena mengandung Pb Sulfida, dapat disertai diare atau konstipasi.
Sistem syaraf pusat juga dipengaruhi, dapat ditemukan gejala ringan berupa kebas dan
vertigo. Gejala yang berat mencakup paralisis beberapa kelompok otot sehingga
menyebabkan pergelangan tangan terkulai ( wrist drop ) dan pergelangan kaki terkulai (foot
drop).
b. Keracunan subakut
Keracunan sub akut terjadi bila seseorang berulang kali terpapar racun dalam dosis
kecil, misalnya timbal asetat yang menyebabkan gejala-gejala pada sistem syaraf yang lebih
menonjol, seperti rasa kebas, kaku otot, vertigo dan paralisis flaksid pada tungkai. Keadaan
ini kemudian akan diikuti dengan kejang-kejang dan koma. Gejala umum meliputi
penampilan yang gelisah, lemas dan depresi. Penderita sering mengalami gangguan sistem
pencernaan, pengeluaran urin sangat sedikit, berwarna merah. Dosis fatal : 20 - 30 gram.
Periode fatal : 1-3 hari.
c. Keracunan kronis
Keracunan timbal dalam bentuk kronis lebih sering terjadi dibandingkan keracunan akut.
Keracunan timbal kronis lebih sering dialami para pekerja yang terpapar timbal dalam bentuk
garam pada berbagai industri, karena itu keracunan ini dianggap sebagai penyakit industri.
seperti penyusun huruf pada percetakan, pengatur komposisi media cetak, pembuat huruf
mesin cetak, pabrik cat yang menggunakan timbal, petugas pemasang pipa gas. Bahaya dan
resiko pekerjaan itu ditandai dengan TLV 0,15 mikrogram/m3, atau 0,007 mikrogram/m3 bila
sebagai aerosol. Keracunan kronis juga dapat terjadi pada orang yang minum air yang
dialirkan melalui pipa timbal, juga pada orang yang mempunyai kebiasaan menyimpan Ghee
(sejenis makanan di India) dalam bungkusan timbal. Keracunan kronis dapat mempengaruhi
system syaraf dan ginjal, sehingga menyebabkan anemia dan kolik, mempengaruhi fertilitas,
menghambat pertumbuhan janin atau memberikan efek kumulatif yang dapat muncul
kemudian.
-Timbal juga ditemukan pada mainan anak-anak. Bagaiamana langkah yang bisa diambil
khususnya oleh para orang tua dalam mencegah anak terkontaminasi

dengan timbal?
Jawab : Ada beberapa langkah yang bisa diambil oleh orang tua dalam mencegah anak
mereka terkontaminasi dengan timbal, diantaranya:
1. Cucilah mainan anak-anak dengan teratur, dan buanglah mainan yang sudah rusak atau
terkelupas cat nya.
2. Dapatkan informasi dari pemerintah setempat tentang timbal dalam air minum. Apabila
konsentrasi timbal dalam air minum tinggi dari 0.010 milligrams per litre (0.010mg/L),
carilah sumber air lain yang aman untuk di konsumsi.

3. Gunakan air dingin untuk memasak atau susu formula dan biarkan air kran mengalir kira-
kira satu menit sebelum di gunakan. [hal ini mungkin dikarenakan bahwa system pemanas air
mungkin mengadung timbal daam kuningan atau perunggu [Ed.]

4. Cucilah tangan anak-anak sesring mungkin untuk membersihkan segala macam debu atau
kotoran, khususnya sebelum makan.

5. Gunakan piring yang bebas dari timbal. Sebagian piring bisa mengandung timbal,
khususnya

piring yang sudah retak.

6. Sapulah lantai atau segala macam permukaan dengan menggunakan kain basah paling
kurang dua minggu sekali untuk mengurangi debu (dimana mungkin mengandung timbal).

7. Hindari makanan dari kaleng yang mengandung timbal, gunakan gelas atau tempat
penyimpanan dari plastic untuk menyimpan makanan dari kaleng. Kaleng mengandung
timbal

dalam lapisannya.
8. Lindungilah anak-anak yang belum merangkak dengan membersihakan tempat duduknya
dan lantai tempat bermain (Source: Yayasan Tambuhuk Sinta 2010 and DHOCNY 2007).
d. Sianida
Pertanyaan & Jawaban :
-Metode apa saja yang digunakan dalam analisis sianida yang spesifik menganalis kelompok
sianida? Jelaskan.
Jawab :
Ada berbagai metode yang dikenal dalam analisis

sianida yang spesifik menganalis kelompok sianida

tertentu. US EPA (United States of Environmental

Protection Agency) dan ASTM (American Standard

and Testing Materials) telah menetapkan metode-

metode standard dalam analisis sianida. Smith dan

Mudder (Smith and Mudder 1991) merangkum

metode-metode tersebut sebagai:

a. Metode pengukuran CN total dengan destilasi.


Sampel mengandung sianida ditambahkan asam

kuat (pH<2) dan didestilasi reflux selama 1 jam

sehingga sianida lepas sebagai HCN yang

ditampung pada larutan NaOH. Sianida yang

tertampung kemudian diukur dengan titrimeti,

kolorimetri atau elektroda ion selektif.

b. Metode pengukuran Amenable CN. Metode ini

umum digunakan disaat metode analisis CN

WAD belum dikenal. Metode ini melibatkan

pengukuran CN total sebelum dan sesudah

klorinasi.

c. Metode pengukuran CN WAD dengan destilasi.

yang telah diatur pH-nya menjadi pH 3 dengan

larutan penyangga. Hasil HCN yang teruapkan

diukur dengan titrimetri, kolorimetri atau dengan

elektroda ion spesifik.

d. Metode penentuan CN WAD dengan asam pikrat.

Metode ini melibatkan pembentukan senyawa

berwarna dengan asam pikrat dengan kehadiran

nikel yang diikuti dengan pemanasan

menggunakan water bath selama 20 menit

sebelum kemudian diukur dengan

spektrofotometer vis.

e. Metode penentuan CN free dengan perak nitrat.


Metode ini melibatkan titrasi sampel dengan

larutan perak nitrat standard dengan

menggunakan indikator dimetilaminobenzal-

rodamine.

f. Metode penentuan CN free dengan elektroda ion

selektif. Metode ini melibatkan pengukuran

langsung sampel menggunakan voltameter yang

kemudian dibandingkan dengan elektroda

referensi.

g. Metode ion kromatografi.

h. Metode penentuan sianida reaktif dengan USEPA

test. Metode ini melibatkan penempatan sampel

dalam massa yang sedikit kedalam asam sulfat

dan melewatkan nitrogen secara terus-menerus

kedalam sampel selama 30 menit. HCN

kemudian dikumpulkan dari gas nitrogen di

dalam wadah berisi NaOH dan kemudian diukur.

Selain metode yang dijelaskan diatas, ada juga

beberapa metode yang digunakan untuk menganalisis

sianida yang melibatkan penggunaan instrumen.

Contohnya analisis sianida dengan spektrofotometer

berdasarkan pembentukan warna dengan

menggunakan asam pikrat (Adjei and Ohta 1999,

Avais et al. 2011), fenolftalin (Cacace et al. 2007),


reagen klorin-o-tolidin dan asam barbiturat-piridin

(Gümüs et al. 2000), analisis sianida dengan

mengukur radioaktivitas dari isotop sianida tertentu

(Aronstein et al. 1994), dan analisis sianida dengan

menggunakan ion kromatografi dengan detektor

elektro kimia (Barclay et al. 1998).


-Lalu bagaimana pengolahan limbah dari sianida dengan menggunakan metode biomerediasi?
Jawab : proses pengolahan limbah sianida menggunakan

metode bioremediasi dengan memanfaatkan mikroba bakteri. Diketahui bahwa senyawa


sianida

terdapat secara alami di dalam makhluk hidup

dalam jumlah tertentu, hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya sianida dapat dimanfaatkan
oleh

makhluk hidup. Dari berbagai makhluk hidup atau mikroorganisme yang bisa mendestruksi
sianida adalah bakteri (Mudder dkk, 1998). Sianida merupakan senyawa yang mampu
didestruksi secara

alami, artinya ada mikroorganisme/bakteri yang


mampu mencerna, mengoksidasi, mentransformasi

atau mengkonversi senyawa sianida menjadi ammonia dan/atau asam format, sehingga
konsentrasi

sianidanya menjadi berkurang dibandingkan konsentrasi semula. Syarat utama yang


dibutuhkan untuk proses destruksi sianida adalah bakteri harus mampu hidup di lingkungan
alkali (basa). Suasana basa sangat diperlukan karena menurut diagram Eh-pH sianida
diketahui kesetimbangan ion sianida dan hidrogen sianida berada pada angka pH 9,2. Jika
lingkungan memiliki pH di bawah 9,2, ion
sianida cenderung menjadi hidrogen sianida yang
mudah menguap dan rawan bagi kualitas udara dan lingkungan sekitarnya. (mudder dkk,
1998)
-Bagaimana mekanisme degradasi alami sianida yang sering ditemukan dialam?
Jawab :Saya Siti julekha E0017044 3A izin menjawab pertanyaan dari trinika
Berikut ini adalah mekanisme degradasi alami

sianida yang sering ditemukan dialam (Smith and

Mudder 1991):

1. Kompleksasi. Ford (1964) yang dikutip oleh


Smith dan Mudder (1991) melaporkan bahwa

28 logam dapat membentuk 72 kemungkinan

kompleks dengan sianida. Kompleks sianida

biasanya adalah zat antara dalam

pembentukan senyawa yang lebih stabil yang

mengeluarkan sianida bebas dari lingkungan

tetapi kompleks ini bisa juga terdisosiasi dan

kembali menghasilkan sianida bebas.

2. Pengendapan kompleks sianida. Ion-ion

tertentu seperti besi, tembaga, nikel, mangan,

timbal, seng, kadmium, timah, dan perak dapat

bereaksi dengan kompleks sianida seperti

[Fe(CN)6]

4‒ (ferosianida) dan [Fe(CN)6]

3‒

(ferisianida) membentuk garam yang sukar

larut (mengendap).

3. Adsorpsi. Adsorpsi adalah salah satu

mekanisme atenuasi yang dapat mengurangi

konsentrasi senyawa dari larutan di dalam

tanah. Alesii dan Fuller (1976) yang dikutip

Smith dan Mudder (1991) mengemukakan

bahwa tanah dengan kapasitas penukar anion

yang tinggi dapat mengadsorpsi sianida.


4. Oksidasi menjadi sianat (CNO‒). HCN dapat

dioksidasi menjadi diubah menjadi CNO‒ yang

kurang toksik bila dibandingkan dengan HCN.

5. Volatilisasi. Sianida dari larutan dapat lepas

sebagai HCN yang adalah gas yang tidak

berwarna. Gas HCN dapat terjadi karena

hidrolisis CN‒.

6. Pembentukan SCN‒. Sianida dapat bereaksi

dengan belerang membentuk tiosianat. Proses

ini banyak terjadi pada saat leaching bijih emas

yang banyak mengandung mineral sulfida.


-Apakah pada tanaman terdapat sianida dan jika ada apakah bersifat toksik ?
Jawab :
Lebih dari 2.000 spesies tanaman me-
ngandung glikosida sianogen dengan 25
macam sianogennya dan kandungan
sianidanya bervariasi (Kwok 2008).
Tanaman tertentu yang mengandung
sianogen dapat dikonsumsi manusia. Sebenarnya sianogen bersifat nontoksik, tetapi proses
hidrolisis oleh enzim yang terdapat dalam tanaman itu sendiri dapat menghasilkan sianida
yang toksik (Kwok 2008).
sianogen linamarin dalam tanaman ubi kayu pahit (Manihot esculenta Crantz) dihidrolisis
oleh enzim linamarase dan membentuk sianida yang toksik, selain aseton dan sianohidrin
sebagai reaksi antara yang tidak stabil. Beberapa cara pengolahan ubi kayu (umbi) untuk
menurunkan kandungan sianida meliputi pengupasan, pengeringan, fermentasi,perendaman,
pencacahan, dan penyimpanan (Tweyongyere dan Katongole
2002)
Saya fatkhatur rizqiyah kelas 3B izin menjawab pertanyaan dari munirus 3A.

Salah satu Tanaman untuk bahan makanan yang mengandung tinggi sianida yaitu umbi
gadung. Kandungan sianida dalam umbi gadung bervariasi. Secara teori, kandungan sianida
umbi gadung segar yaitu 50-400 mg/kg (Sibuea dalam Maligan, 2011). Sedangkan
kandungan sianida pada gadung berdasarkan penelitian Rudito, dkk. (2009) yaitu 120 mg/kg.
Kemudian kandungan sianida gadung berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Harjono,
dkk. (2009) yaitu 469 mg/kg. Berdasarkan standar SNI,batas sianida dalam produk pangan
(makanan) maksimal 1 ppm (Badan Standardisasi Nasional, 2006).
Purba (2010) menyatakan sebagai bahan pangan, gadung dapat diolah dengan cara seperti
umbi diiris tipis-tipis, dicuci dengan air segar atau direbus beberapa kali dengan air garam,
atau direndam dalam air mengalir untuk
Dari hasil penelitian, dapat terlihat bahwa metode yang biasa dilakukan di masyarakat
termasuk perebusan gadung selama 10 dan 15 menit untuk membuat kripik gadung atau
makanan olahan gadung lainnya dapat dikatakan efektif dalam menurunkan kadar sianida
gadung. Dengan perebusan selama 10 dan 15 menit mampu menghasilkan residu HCN
gadung dalam batas yang aman untuk dikonsumsi yaitu dibawah 1 ppm sesuai dengan standar
SNI. Dalam hal ini maka kandungan sianida pada tanaman umbi gadung masih aman jika
dikonsumsi dengan cara yg sesuai dan sesuai kadar yang ditentukan.
- Jelaskan bagaimana metode pengolahan limbah cair sianida !<
Jawab : Saya Fany Sukma Pratiwi E0017019 3A izin menjawab pertanyaan dari Idza
Pengelolaan limbah cair yg mengandung sianida, Pengolahan limbah sianida dapat dilakukan
dengan beberapa cara. Salah satunya adalah dengan menggunakan senyawa klorin. Oksidasi
sianida dengan menggunakan klorin merupakan metode yang paling umum digunakan, dan
merupakan metode yang paling efektif (Sari, 2008). Klorin yang bersifat sebagai oksidator
paling efektif adalah NaOCl 5%, namun larutan ini tidak mampu menghilangan senyawa
anorganik (Yanti, 2004). Metode ini dapat dioperasikan pada system batch maupun continue.
Metode ini juga cocok dilakukan secara manual dan berjalan pada kondisi ambient. Oksidasi
sianida dengan menggunakan klorin terbagi atas dua tahap. Pada tahap pertama, sianida
dikonversi menjadi sianat; pada tahap kedua, sianat dihidrolisa menjadi karbondioksida dan
gas nitrogen.
e. Karbonmonoksida
Pertanyaan & Jawaban :
-
-
-
-
-
f. Bahan tambahan pangan
Pertanyaan & Jawaban :
-
-
-
-
-

g. Paracetamol
Pertanyaan & Jawaban :
-
-
-
-
-

h. Pestisida organofosfat dan organoklorin


Pertanyaan & Jawaban :
-
-
-
-
-
2. Carilah pada media informasi (cetak, elektronik, atau media online) mengenai kasus keracunan
yang terjadi baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Selanjutnya kajilah kasus tersebut secara toksikologi meliputi sumber paparan, tanda dan gejala,
mekanisme (cara kerja) zat toksiknya, dosis toksiknya, bagaimana diagnosisnya, penanganan dan
antidotum yang digunakan.
Jawab :

" Mendidik pikiran tanpa mendidik hati adalah bukan pendidikan sama sekali."
- Aristoteles -

Anda mungkin juga menyukai