=================================================================
Mata Kuliah : Toksikologi
Tk./SMT/SKS : I & II/ 2 dan 6 /2 SKS
Dosen Pengampu : Osie Listina, M.Sc., Apt
Hari/Tanggal :
Waktu : WIB
I. Petunjuk Umum
1. Buatlah masing-masing lima (5) soal beserta jawaban disertai dengan lampiran referensi untuk
materi toksikologi berikut:
a. Uji toksisitas
Pertanyaan & Jawaban :
- Bagaimana etika penanganan hewan pada uji toksisitas ?
Jawab :
*Etika Penanganan Hewan Coba*
Pengujian dengan hewan coba harus memperhatikan aspek perlakuan yang manusiawi
terhadap hewan-hewan tersebut, sesuai dengan prinsip 5F (Freedom) :
1. Freedom from Hunger and Thirst
Bebas dari rasa lapar dan haus dengan memberikan akses makanan dan air minum yang
sesuai dengan jumlah yang memadai baik jumlah dan komposisi nutrisi untuk kesehatannya.
Makanan dan air minum memadai dari kualitas, dibuktikan melalui analisa proximate
makanan, analisis mutu air minum, dan uji kontaminasi secara berkala. Analisis pakan hewan
untuk mendapatkan komposisi pakan, menggunakan metode standar. (Ridwan, 2013)
2. Freedom from Discomfort
Bebas dari rasa tidak nyaman disediakan lingkungan bersih dan paling sesuai dengan biologi
hewan percobaan yang dipilih, dengan perhatian terhadap: siklus cahaya, suhu, kelembaban
lingkungan, dan fasilitas fisik seperti ukuran kandang untuk kebebasan bergerak, kebiasaan
hewan untuk mengelompok atau menyendiri. (Ridwan, 2013)
3. Freedom from Injury, Pain, and Diseases
Bebas dari rasa nyeri, trauma, dan penyakit dengan menjalankan program kesehatan,
pencegahan, dan peman-tauan, serta pengobatan tehadap hewan percobaan jika diperlukan
(Ridwan, 2013).
4. Freedom from Fear and Distress
Bebas dari ketakutan dan stress jangka panjang ,dengan menciptakan lingkungan yang dapat
mencegah stress, misalnya memberikan masa adaptasi/aklimatisasi, mem-berikan latihan
prosedur penelitian untuk hewan(Ridwan, 2013)..
5. Express Natural Behaviour
Bebas mengekspresikan tingkah laku alami dengan memberikan ruang dan fasilitas yang
sesuai dengan kehidupan biologi dan tingkah laku spesies hewan percobaan. berkelompok;
memberikan kesempatan dan kebebasan untuk berlari dan bermain. (Ridwan, 2013)
Pada prinsipnya jenis hewan yang digunakan untuk uji harus dipertimbangkan berdasarkan
sensitivitas, cara metabolisme sediaan uji yang serupa dengan manusia, kecepatan tumbuh
serta mudah tidaknya cara penanganan sewaktu dilakukan percobaan. Hewan pengerat
merupakan jenis hewan yang memenuhi persyaratan untuk uji toksisitas, sehingga paling
banyak digunakan pada uji toksisitas. Hewan yang digunakan harus sehat; asal, jenis dan
galur, jenis kelamin, usia serta berat badan harus jelas. Biasanya digunakan hewan muda
dewasa, dengan variasi bobot tidak lebih dari 20%.
-Faktor apa sajakah yang dapat mempengaruhi uji toksisitas teratogenik?
Jawab :
Faktor apa sajakah yang dapat mempengaruhi uji toksisitas teratogenik?
Berikut penjelasannya:
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi uji toksisitas teratogenik yaitu :
1. Ketidaksesuaian Pemberian senyawa pada saat melakukan uji toksisitas sehingga
menyebabkan abnormalitas Fetus.
2. Peringkat dosis yang tidak tepat
3. Faktor genetik hewan uji
4. Frekuensi pemejanan, dan
6. Ketidaksesuaian dalam pengamatan.
Dua dari beberapa faktor tersebut yang paling mempengaruhi adalah dosis (tingkat
pemejanan) dan waktu pemejanan. Efek waktu pemejanan pada teratogenitas dapat terjadi
karena variasi kejadian selama masa yang berbeda pada periode kehamilan. Hal tersebut
merupakan yang paling berpengaruh dalam menentukan efek yang potensial. Pemejanan pada
masa awal (awal implantasi) berpengaruh pada kematian embrio. Pemejanan pada masa akhir
(pada manusia trimester ketiga) sangat mungkin berpengaruh pada penghambatan
pertumbuhan. Pemejanan pada masa tengah, masa organogenesis, akan sangat mungkin
berpengaruh pada kerusakan struktur. Pemejanan teratogen selama periode kritis
perkembangan janin kemungkinan besar akan menyebabkan malformasi pada sistem organ.
(Stein dan Brown,1996)
Dalam uji toksisitas teratogenik sekurang-kurangnya digunakan tiga peringkat dosis yang
berkisar antara dosis letak terhadap induk atau semua janin dan dosis yang memiliki efek
teratogenik, dosis tertinggi yang digunakan tidak boleh negative terhadap induk, karena akan
mempengaruhi dosis teratogenik tersebut. Dosis teratogenik juga berpengaruh terhadap faktor
genetik hewan uji.
-Mengapa uji toksisitas paling banyak menggunakan mencit jantan ?
Jawab :
Pada penelitian ini hewan percobaan
Faktor lingkungan terdiri atas :
1. Infeksi, cacat dapat terjadi jika induk yang kena penyakit infeksi, terutama oleh virus.2. Ob
at, berbagai macam obat yang diminum ibu waktu hamil dapat menimbulkan cacat pada janin
nya. Factor yang digunakan dalam praktikum
3. Radiasi, ibu hamil yang diradiasi sinar-X , ada yang melahirkan bayi cacat pada otak.Miner
al radioaktif tanah sekeliling berhubungan erat dengan lahir cacat bayi di daerah bersangkuta
n.(Yatim, 1994)
b. Arsen
Pertanyaan & Jawaban :
- Arsenik terdapat dua jenis:
Arsenik organik digunakan dalam pembuatan insektisida (obat pembunuh serangga),
Arsenik anorganik digunakan di industri pertanian atau pertambangan
Bagaimana pencegahan pada arsenik anorganik pada industri pertanian atau pertambangan?
Jawab :
Salah satu cara pencegahan arsenik anorganik pada inudustri pertanian atau pertambangan
yaitu dengan Teknik Fitoremediasi dengan Alnus firma
(Subroto, 1996).
logam berat seperti As, Cu, Cd, Ni, Pb, dan Zn. Cara
terlalu banyak terkena zat arsen dari konsumsi air minum disebut arsenikosis. Korban
dari arsenikosis ini tidak akan berdampak dalam waktu dekat, namun dampaknya baru
terlihat setelah dalam jangka waktu yang lama (long-term). Berbagai dampak
diantaranya pigmentasi kulit, gangren, dan keratosis, itu pun baru terlihat minimal 5
tahun terkena arsenik yang terakumulasi. Karena keracunan arsen ini tidak langsung
dapat dilihat, maka tindakan yang paling mungkin adalah tindakan pencegahan (Paul,
2004).
- Jelaskan karakteristik dari arsen
Jawab : Saya neneng Risnayati dari 2a izin menjawab pertanyaan dari desi anggraeni
Karakteristik dari arsen
Arsen berwarna abu-abu, namun bentuk ini jarang ada di lingkungan. Arsen di air di temukan
dalam bentuk senyawa dengan satu atau lebih elemen lain (Wijanto, 2005).
Arsen secara kimiawi memiliki karakteristik yang serupa dengan fosfor, dan sering dapat
digunakan sebagai pengganti dalam berbagai reaksi biokimia dan juga beracun. Ketika
dipanaskan, arsen akan cepat teroksidasi menjadi oksida arsen, yang berbau seperti bau
bawang putih. Arsen dan beberapa senyawa arsen juga dapat langsung tersublimasi, berubah
dari padat menjadi gas tanpa menjadi cairan terlebih dahulu. Zat dasar arsen ditemukan dalam
dua bentuk padat yang berwarna kuning dan metalik, dengan berat jenis 1,97 dan 5,73.
- Bagaiman cara menangani beras yg mengandung arsenik , agar tidak menyebabkan toksik ?
Jawab : Maaf Desi Winda izinkan saya Sinta Cahyani untuk menjawab pertanyaannya.
Beras merupakan salah satu sumber pangan kaya akan kandungan arsenik anorganik, jenis
arsenik yang paling beracun. Beras mengandung sekitar 10 hingga 20 kali dosis arsenik lebih
tinggi daripada tanaman gandum dan biji-bijian lainnya. Beras menyerap arsenik lebih mudah
daripada produk pertanian lainnya karena ditanam dalam kondisi lahan yang digenangi air.
(Badan Pengawas Makanan dan Obat-obatan Amerika Serikat)
Cara mengurangi kadar arsenik dalam beras :
Bisa ditanggulangi dari cara menanak beras bisa sedikit banyak menentukan kadar arsenik
dalam nasi. Andy Meharg, profesor ilmu biologi di Queens University di Belfast, menguji
tiga cara memasak nasi untuk melihat apakah perbedaan metode memasak berpengaruh pada
tingkat arsenik dalam nasi.
Pertama, Meharg menggunakan metode menanak nasi yang paling konvensional: dengan
takaran air dan beras 2:1 — seperti yang dilakukan oleh hampir semua orang selama ini. Ia
menemukan cara inilah yang meninggalkan paling banyak jejak arsenik dalam nasi.
Sebaliknya, metode kedua melibatkan mencuci dan membilas beras, kemudian airnya
ditiriskan benar hingga kering. Meharg kemudian menggunakan perbandingan air dan beras
5:1 untuk menanak nasi. Cara ini memangkas tingkat arsenik hingga hampir setengahnya.
Cara terakhir adalah yang ditemukan paling aman: secara drastis mengurangi kadar arsenik
dalam beras hingga 80 persen. Triknya, rendam beras semalaman terlebih dahulu. Keesokan
paginya, cuci dan bilas bersih, kemudian tiriskan airnya hingga benar-benar kering. Untuk
menanak nasi, gunakan rasio air dan beras 5 banding satu.
c. Timbal
Pertanyaan & Jawaban :
-bagaimana jika tubuh mengalami keracunan timbal?
Jawab :
Palar (1994) dalam Ardyanto (2005) sebagian
(Pb).
- Jelas kan sifat timbal dan bagaimana mekanisme timbal dalam tubuh !
Jawab : Saya triyani maulida safitri E0017097 dari kelas 3B izin menambahkan materi
Timbal bersifat lentur tetapi sangat rapuh sulit larut dalam air panas,
air dingin, dan air asam namun mudah larut dalam asam asetat, asam nitrit,
dan asam sulfat pekat. Timbal tahan terhadap korosi atau karat dan
(Palar, 2004).
yang terhirup saat bernafas sebagian besar akan masuk ke pembuluh darah dan
akan masuk ke dalam aliran darah tergantung pada ukuran partikel, volume
nafas, daya larut, variasi faal antar individu dan akan berikatan dengan darah
timbal yang melalui saluran pernafasan dipengaruhi oleh tiga proses yaitu
akan diangkut oleh darah ke organ-organ tubuh yang lain. Sebanyak 95%
timbal diikat oleh eritrosit dan 5% oleh plasma darah. Sebagian timbal plasma
yang dapat dibagi menjadi 2 yaitu jaringan lunak (sistim saraf, paru-paru,
sumsum tulang, otot, otak, ginjal, jantung, limpa, hati) serta jaringan keras
dengan timbal?
Jawab : Ada beberapa langkah yang bisa diambil oleh orang tua dalam mencegah anak
mereka terkontaminasi dengan timbal, diantaranya:
1. Cucilah mainan anak-anak dengan teratur, dan buanglah mainan yang sudah rusak atau
terkelupas cat nya.
2. Dapatkan informasi dari pemerintah setempat tentang timbal dalam air minum. Apabila
konsentrasi timbal dalam air minum tinggi dari 0.010 milligrams per litre (0.010mg/L),
carilah sumber air lain yang aman untuk di konsumsi.
3. Gunakan air dingin untuk memasak atau susu formula dan biarkan air kran mengalir kira-
kira satu menit sebelum di gunakan. [hal ini mungkin dikarenakan bahwa system pemanas air
mungkin mengadung timbal daam kuningan atau perunggu [Ed.]
4. Cucilah tangan anak-anak sesring mungkin untuk membersihkan segala macam debu atau
kotoran, khususnya sebelum makan.
5. Gunakan piring yang bebas dari timbal. Sebagian piring bisa mengandung timbal,
khususnya
6. Sapulah lantai atau segala macam permukaan dengan menggunakan kain basah paling
kurang dua minggu sekali untuk mengurangi debu (dimana mungkin mengandung timbal).
7. Hindari makanan dari kaleng yang mengandung timbal, gunakan gelas atau tempat
penyimpanan dari plastic untuk menyimpan makanan dari kaleng. Kaleng mengandung
timbal
dalam lapisannya.
8. Lindungilah anak-anak yang belum merangkak dengan membersihakan tempat duduknya
dan lantai tempat bermain (Source: Yayasan Tambuhuk Sinta 2010 and DHOCNY 2007).
d. Sianida
Pertanyaan & Jawaban :
-Metode apa saja yang digunakan dalam analisis sianida yang spesifik menganalis kelompok
sianida? Jelaskan.
Jawab :
Ada berbagai metode yang dikenal dalam analisis
klorinasi.
spektrofotometer vis.
rodamine.
referensi.
dalam jumlah tertentu, hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya sianida dapat dimanfaatkan
oleh
makhluk hidup. Dari berbagai makhluk hidup atau mikroorganisme yang bisa mendestruksi
sianida adalah bakteri (Mudder dkk, 1998). Sianida merupakan senyawa yang mampu
didestruksi secara
atau mengkonversi senyawa sianida menjadi ammonia dan/atau asam format, sehingga
konsentrasi
Mudder 1991):
[Fe(CN)6]
3‒
larut (mengendap).
hidrolisis CN‒.
Salah satu Tanaman untuk bahan makanan yang mengandung tinggi sianida yaitu umbi
gadung. Kandungan sianida dalam umbi gadung bervariasi. Secara teori, kandungan sianida
umbi gadung segar yaitu 50-400 mg/kg (Sibuea dalam Maligan, 2011). Sedangkan
kandungan sianida pada gadung berdasarkan penelitian Rudito, dkk. (2009) yaitu 120 mg/kg.
Kemudian kandungan sianida gadung berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Harjono,
dkk. (2009) yaitu 469 mg/kg. Berdasarkan standar SNI,batas sianida dalam produk pangan
(makanan) maksimal 1 ppm (Badan Standardisasi Nasional, 2006).
Purba (2010) menyatakan sebagai bahan pangan, gadung dapat diolah dengan cara seperti
umbi diiris tipis-tipis, dicuci dengan air segar atau direbus beberapa kali dengan air garam,
atau direndam dalam air mengalir untuk
Dari hasil penelitian, dapat terlihat bahwa metode yang biasa dilakukan di masyarakat
termasuk perebusan gadung selama 10 dan 15 menit untuk membuat kripik gadung atau
makanan olahan gadung lainnya dapat dikatakan efektif dalam menurunkan kadar sianida
gadung. Dengan perebusan selama 10 dan 15 menit mampu menghasilkan residu HCN
gadung dalam batas yang aman untuk dikonsumsi yaitu dibawah 1 ppm sesuai dengan standar
SNI. Dalam hal ini maka kandungan sianida pada tanaman umbi gadung masih aman jika
dikonsumsi dengan cara yg sesuai dan sesuai kadar yang ditentukan.
- Jelaskan bagaimana metode pengolahan limbah cair sianida !<
Jawab : Saya Fany Sukma Pratiwi E0017019 3A izin menjawab pertanyaan dari Idza
Pengelolaan limbah cair yg mengandung sianida, Pengolahan limbah sianida dapat dilakukan
dengan beberapa cara. Salah satunya adalah dengan menggunakan senyawa klorin. Oksidasi
sianida dengan menggunakan klorin merupakan metode yang paling umum digunakan, dan
merupakan metode yang paling efektif (Sari, 2008). Klorin yang bersifat sebagai oksidator
paling efektif adalah NaOCl 5%, namun larutan ini tidak mampu menghilangan senyawa
anorganik (Yanti, 2004). Metode ini dapat dioperasikan pada system batch maupun continue.
Metode ini juga cocok dilakukan secara manual dan berjalan pada kondisi ambient. Oksidasi
sianida dengan menggunakan klorin terbagi atas dua tahap. Pada tahap pertama, sianida
dikonversi menjadi sianat; pada tahap kedua, sianat dihidrolisa menjadi karbondioksida dan
gas nitrogen.
e. Karbonmonoksida
Pertanyaan & Jawaban :
-
-
-
-
-
f. Bahan tambahan pangan
Pertanyaan & Jawaban :
-
-
-
-
-
g. Paracetamol
Pertanyaan & Jawaban :
-
-
-
-
-
" Mendidik pikiran tanpa mendidik hati adalah bukan pendidikan sama sekali."
- Aristoteles -