Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMAKOLOGI DASAR

Disusun Oleh :

Nama : Vinny J. Petonengan

Kelas : Farmasi A

Nim : 20101105013

Dosen Pengampu :

Olvie S Datu S.Farm,Apt, M.Farm

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2022
A. Judul Percobaan
“ Pengenalan Hewan Uji”

B. Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui cara-cara penggunaan dan perlakuan hewan coba mencit (Mus
musculus).

C. Dasar Teori
Dalam ilmu kedokteran senyawa tersebut disebut obat, dan lebih menekankan
pengetahuan yang mendasari manfaat dan resiko penggunaan obat Dalam arti luas
farmakologi ialah ilmu mengenai pengaruh senyawa terhadap sel hidup, lewat proses
kimia khususnya lewat reseptor. Karena itu dikatakan farmakologi merupakan seni
menimbang (the art of weighing). Obat didefinisikan sebagai senyawa yang digunakan
untuk mencegah, mengobati, mendiagnosis penyakit/gangguan, atau menimbulkan suatu
kondisi tertentu, misalnya membuat seseorang infertil, atau melumpuhkan otot rangka
selama pembedahan hewan coba. Farmakologi mempunyai keterkaitan khusus dengan
farmasi, yaitu ilmu cara membuat, menformulasi, menyimpan dan menyediakan obat
(Marjono,2011 hal 76).
Pada dasarnya hewan percobaan dapat merupakan suatu kunci dalam
mengembangkan suatu penelitian dan telah banyak berjasa bagi ilmu pengetahuan,
khususnya pengetahuan tentang berbagai macam penyakit seperti: malaria, filariasis,
demam berdarah, TBC, gangguan jiwa dan semacam bentuk kanker
(Sulaksono,1992:318).
Hewan coba/hewan uji atau sering disebut hewan laboratorium adalah hewan yang
khusus diternakan untuk keperluan penelitian biologik. Hewan percobaan digunakan
untuk penelitian pengaruh bahan kimia atau obat pada manusia. Peranan hewan
percobaan dalam kegiatan penelitian ilmiah telah berjalan sejak puluhan tahun yang
lalu. Sebagai pola kebijaksanaan pembangunan nasional bahkan internasional, dalam
rangka keselamatan umat manusia di dunia adalah adanya Deklarasi Helsinki. Deklarasi
ini berisi tentang segi etik percobaan yang menggunakan manusia (1964) antara lain
dikatakan perlunya diakukan percobaan pada hewan, sebelum percobaan di bidang
biomedis maupun riset lainnya dilakukan atau diperlakukan terhadap manusia, sehingga
dengan demikian jelas hewan percobaan mempunyai mission di dalam keikutsertaannya
menunjang program keselamatan umat manusia melalui suatu penelitian biomedis
(Sulaksono,1992:321).
Ditinjau dari segi sistem pengelolaannya atau cara pemeliharaannya, di mana faktor
keturunan dan lingkungan berhubungan dengan sifat biologis yang terlihat/karakteristik
hewan percobaan, maka ada 4 golongan hewan, yaitu :
 Hewan liar
 Hewan yang konvensional, yaitu hewan yang dipelihara secara terbuka
 Hewan yang bebas kuman spesifik patogen, yaitu hewan yang dipelihara dengan
sistim barrier (tertutup)
 Hewan yang bebas sama sekali dari benih kuman, yaitu hewan yang `dipelihara
dengan sistem isolator.
Sudah barang tentu penggunaan hewan percobaan tersebut di atas disesuaikan
dengan macam percobaan biomedis yang akan dilakukan. Semakin meningkat cara
pemeliharaan, semakin sempurna pula hasil percobaan yang dilakukan. Dengan
demikian, apabila suatu percobaan dilakukan terhadap hewan percobaan yang liar,
hasilnya akan berbeda bila menggunakan hewan percobaan konvensional ilmiah
maupun hewan yang bebas kuman (Sulaksono,1987 :323).
Penanganan hewan percobaan hendaklah dilakukan dengan penuh rasa kasih sayang
dan berprikemanusiaan. Di dalam menilai efek farmakologis suatu senyawa bioaktif
dengan hewan percobaan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain
(Malole,1989:475) :
1. Faktor internal pada hewan percobaan sendiri: umur, jenis kelamin, bobot badan,
keadaan kesehatan, nutrisi, dan sifat genetik.
2. Faktor–faktor lain yaitu faktor lingkungan, keadaan kandang, suasana kandang,
populasi dalam kandang, keadaan ruang tempat pemeliharaan, pengalaman hewan
percobaan sebelumnya, suplai oksigen dalam ruang pemeliharaan, dan cara
pemeliharaan.
3. Keadaan faktor–faktor ini dapat merubah atau mempengaruhi respon hewan
percobaan terhadap senyawa bioaktif yang diujikan. Penanganan yang tidak wajar
terhadap hewan percobaan dapat mempengaruhi hasil percobaan, memberikan
penyimpangan hasil. Di samping itu cara pemberian senyawa bioaktif terhadap hewan
percobaan tentu mempengaruhi respon hewan terhadap senyawa bioaktif yang
bersangkutan terutama segi kemunculan efeknya. Cara pemberian yang digunakan tentu
tergantung pula kepada bahan atau bentuk sediaan yang akan digunakan serta hewan
percobaan yang akan digunakan. Sebelum senyawa bioaktif dapat mencapai tempat
kerjanya, senyawa bioaktif harus melalui proses absorpsi terlebih dahulu.
Rute pemberian obat menentukan jumlah dan kecepatan obat yang masuk ke dalam
tubuh, sehingga merupakan penentu keberhasilan terapi atau kemungkinan timbulnya
efek yang merugikan. Rute pemberian obat dibagi 2, yaitu enternal dan parenteral
(Priyanto, 2008:127).
Semua jenis hewan percobaan harus ditempatkan dalam lingkungan yang stabil dan
sesuai dengan keperluan fisiologis, termasuk memperhatikan suhu, kelembaban dan
kecepatan pertukaran udara yang ekstrim harus dihindari. Kebanyakan hewan coba tidak
dapat berkembangbiak dengan baik pada kamar lebih tinggi dari suhu 300C. Mencit,
tikus dan marmut maksimum perkembangbiakannya pada suhu 300C, kelinci pada suhu
2500C (Malole,1989:481).
a. Pengawasan status kesehatan
Standar kebersihan hewan percobaan yang diperlukan sama dengan manusia harus
dijaga agar dapat hidup sehat. Dinding dan lantai misalnya harus tahan air dan mudah
dicuci. Lantai harus dibuat sedemikian rupa agar air dapat mengalir dan cepat kering
sesudah dicuci. Bahan bangunan yang dipakai untuk membangun gedung harus kuat dan
tahan lama.
b. Pengawasan orang yang akan merawat hewan percobaan
Jumlah pengunjung yang masuk ke dalam kamar penelitian/ pemeliharaan harus
dibatasi karena semakin banyak yang masuk dapat menyebabkan jumlah
mikroorganisme patogen dan dapat saling mengkontaminasi.
c. Pengawasan makanan dan minuman
Kualitas makanan baik dapat diperoleh jika nilai komponen ransum telah diketahui.
Misalnya, tikus dan mencit memerlukan ransum yang mengandung 20% protein
sedangkan kelinci dan marmut hanya memerlukan 14-15% protein.
d. Pengawasan sistem pengolahan dan pembiakan
Dalam keadaan ideal, semua harus ideal. Misalnya, kandang hewan coba harus
diketahui batas masimalnya, makanan dan minuman yang harus selalu diperhatikan.
Kebanyakan pemberian makanan/minuman bisa mencemari kandang dan memberi
lingkungan tidak sehat.
e. Pengawasan kualitas hewan
Kualitas genetik hewan coba penting dalam penelitian dasar. Sering bahwa hewan
coba inbreed mempunyai kualitas genetik lebih tinggi dan lebih bermanfaat
dibandingkan hewan percobaan outbreed. Tetapi itu tidak selalu benar.
Adapun tujuan penggunaan hewan percobaan sejalan dengan arah bidang ilmu ialah
sebagai berikut: (Malole.1989:482-483)
1. Bidang toksikologi
Pengujian toksikologi dengan menggunakan hewan percobaan yang dilakukan di
lingkungan industri bertujuan agar bahan kimia yang dibubuhkan pada bahan makanan
tepat dalam arti aman buat konsumen, efektif daya kerjanya dan masih mendatangkan
keuntungan bagi perusahaan. Status kesehatan berdasarkan pemeriksaan yaitu :
a. Ektoparasit dan endoparasit
b. Patologi
c. Profil hematologi dan kimia darah
d. Penyakit menular
2. Bidang patologi
Para ahli patologi memakai hewan percobaan terutama untuk meneliti atau
mengamati adanya perubahan-perubahan patologik jaringan tubuh yang disebabkan
oleh :
a. Terjadinya kontak antar spesies (infeksi mikroorganisme atau invasi parasit pada
hewan atau menusia).
b. Stress karena faktor lingkungan (suhu, kelembaban, sanitasi, ventilasi, kepadatan
dan lain-lain).
c. Keracunan makanan
d. Defisiensi makanan (defisiensi vit. A, defisiensi vit. E)
Hewan percobaan juga dimanfaatkan oleh ahli patolgi untuk penelitian tentang
tumor dan kanker bahkan hewan percobaan juga dimanfaatkan sebagai lahan untuk
menanam dan menghasilkan sel–sel tumor ini dapat dimanfaatkan oleh ahli
mikrobiologi untuk membuat biakan jaringan guna membiakkan virus, selain itu dapat
juga digunakan untuk mendeterminasi penyakit berdasarkan perubahan-perubahan
jaringan dan organ tubuh yang terjadi setelah hewan percobaan tersebut mendapat
perlakuan (keracunan karena mengisap chloroform, keracunan aflatoksin melalui
ransum).
3. Bidang parasitologi
Hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian parasitologi dikehendaki
berkualitas baik, sebelum melangkah untuk melakukan penelitian dalam bidang
parasitologi, kita perlu mengetahui interaksi antar parasit sendiri.misalnya pada hewan
mencit yang diberi antibiotik untuk mengusir mikroflora dalam usus dan kemudian
diganti oleh mikroorganisme tertentu.
4. Bidang imunologi
Respon imun pada hewan percobaan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu
termasuk perihal infeksi oleh bakteri, virus maupun parasit, stress, faktor diet / ransum
dan peradangan non spesifik.

 Klasifikasi hewan uji :


Mencit (Mus musculus)
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Mamalia
Subkelas : Rodentia
Famili : Muridae
Genus : Mus
Spesies : Mus musculus

 Karakteristik hewan uji


Mencit (Mus musculus)
Masa pebertas : 4 – 5 hari (poliestrus)
Masa beranak : 7 – 18 bulan
Masa hamil : 19 – 21 hari
Jumlah sekali lahir : 10 – 12 ekor
Masa hidup : 1,5 – 3,0 tahun
Masa tumbuh : 50 hari
Masa menyusui : 21 hari
Frekuensi kelahiran : 6 – 10 kali kelahiran
Suhu tubuh : 36,5 -38,0 0 C
Laju respirasi : 163 x / mn
Tekanan darah : 113-147/81-106 mm Hg
Volume darah : 76 – 80 mg/kg
Luas permukaan tubuh : 20 g : 36 cm

 Sifat hewan uji


Mencit (Mus musculus)
1. pembauannya sangat peka yang memiliki fungsi untuk mendeteksi akan,
deteksi predator dan deteksi signal (feromon).
2. penglihatan jelek karena sel konus sedikit sehingga tidak dapat melihat warna.
3. Sistem sosial: berkelompok
4. Tingkah laku:
a. jantan dewasa + jantan dewasa akan berkelahi
b. Betina dewasa + jantan dewasa damai
c. Betina dewasa + betina dewasa damai

D. Metode Praktikum
Alat
1. Kandang mencit
2. Kanula
3. Spoit

Bahan
1. Aquadest
2. Handscun
3. Mencit
4. Masker

Cara Kerja
Penyiapan Hewan Coba
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dikeluarkan mencit dari kandang dengan mengambil ekornya
3. Diletakkan mencit diatas rang-rang/penututp kandang dan ekornya sedikit ditarik
4. Dicubit bagian kulit belakanng kepala mencit dan jangan terlalu mengencet
5. Dijepit ekornya dijari kelingking

E. Hasil dan Pembahasan


 Gambar Handling Mencit (Mus musculus)

 Cara Penandaan Mencit (Mus musculus)


1. Dipegang ujung ekor mencit dengan tangan kanan dan dibiarkan kaki depan
berpaut pada kawat kasa kandang
2. Ditandai ekor mencit dengan spidol permanent
3. Diletakkan di atas timbangan elektrik, kemudian catat beratnya

Mencit dengan bahasa latin Mus musculus termasuk juga dalam hewan pengerat.
Hewan ini selalu dipakai dalam penelitian karena bentuk tubuhnya yang kecil,
penanganannya yang kompleks dan memiliki sistem tubuh yang sama dengan manusia.
Perlakuan pada hewan coba (mencit) dilakukan dengan ujung ekor di angkat dengan
tangan kanan, dan mencit diletakkan diatas alas yang kasar, kemudian mencit dibiarkan
mecengkeram alas yang kasar (kawat) sehingga tertahan ditempat. Ibu jari dan jari
telunjuk kiri menjepit kulit tengkuk seerat mungkin. Ekor dipindahkan, dijepit di antara
jari manis dan jari kelingking tangan kiri Mencit siap diberi perlakuan dengan tangan
kanan. Mencit diberikan obat/zat dengan bantuan spoit oral atau kanula.
Dalam pemberian zat atau obat pada hewan coba, harus diperhatikan 1 hal, yakni
sebelum diberikan zat atau obat pada hewan coba, hewan coba harus puasa untuk
mengurangi intraksi atau variasi biologis dengan makanan yang nantinya akan
menghambat dan memperlambat efek dari zat atau obat yang diberikan.
Keuntungan menggunakan hewan coba mencit (Mus musculus) yaitu mudah
ditangani, mudah dikembangbiakan, mudah dipelihara dan reaksi obat yang digunakan
kebadannya cepat terlihat. Sedangkan kerugiannya yaitu aktivitas terganggu bila ada
manusia, untuk pemberian oral agak sulit dilakukan karena ukurannya yang kecil.

F. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan di atas didapati kesimpulan yaitu :

1. Penangan dan perlakuan hewan coba mencit (Mus musculus) dilakukan dengan ujung
ekor di angkat dengan tangan kanan, dan mencit diletakkan diatas alas yang kasar,
kemudian mencit dibiarkan mecengkeram alas yang kasar (kawat) sehingga tertahan
ditempat. Ibu jari dan jari telunjuk kiri menjepit kulit tengkuk seerat mungkin. Ekor
dipindahkan, dijepit di antara jari manis dan jari kelingking tangan kiri Mencit siap
diberi perlakuan dengan tangan kanan. Mencit diberikan obat/zat dengan bantuan spoit
oral atau kanula.
2. Keuntungan menggunakan hewan coba mencit (Mus musculus) yaitu mudah
ditangani, mudah dikembangbiakan, mudah dipelihara dan reaksi obat yang digunakan
kebadannya cepat terlihat. Sedangkan kerugiannya yaitu aktivitas terganggu bila ada
manusia, untuk pemberian oral agak sulit dilakukan karena ukurannya yang kecil.
Daftar Pustaka

Andriani, Anisa. 2011. pengaruh pemberian ekstrak mengkudu (Morinda citrifolia).Bali:


Universitas Udayana

Dirjen POM. 1976. Farmakope Indonesia, Edisi Ke-III. Jakarta. Departemen Kesehatan
RI

Gan Gunawan, Sulistia. 1995. Farmakologi dan Terapi Edisi IV. Jakarta: FK-UI.

Malole, M.M.B, Pramono. 1989. Penggunaan Hewan-Hewan Percobaan Laboratorium.


Bogor : IPB. DitJen Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Bioteknologi.

Muliani, Hirawati. 2011. Pertumbuhan Mencit (Mus Musculus) Setelah Pemberian Biji
Jarak Pagar (Jatropha curcas L.). Semarang: UNDIP

Nazir M. 1988. Metode Penelitian Edisi ke-3. Jakarta : Ghalia Indonesia

Rauf, Afrisusnawati. 2014. Penuntun praktikum anatomi fisiologi manusia. Makassar :


UIN

Raven, P. 2005. Atlas Anatomi. Jakarta : Djambatan.

Sudjadi, Bagad. 2007. Biologi kelas 2 SMA. Jakarta: Yudistira

Widyaningrum, trianik. dkk. 2008. Pengaruh dosis ekstrak air kangkung (Ipomoea
reptans poir.) Terhadap jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin mencit (Mus
musculus). Solo : UNS

Anda mungkin juga menyukai