Anda di halaman 1dari 5

TEORI DASAR

Pada dasarnya hewan percobaan dapat merupakan suatu kunci dalam


mengembangkan suatu penelitian dan telah banyak berjasa bagi ilmu pengetahuan,
khususnya pengetahuan tentang berbagai macam penyakit seperti: malaria, filariasis,
demam berdarah, TBC, gangguan jiwa dan semacam bentuk kanker. Hewan percobaan
tersebut oleh karena sebagai alternatif terakhir sebagai animal model. Setelah melihat
beberapa kemungkinan peranan hewan percobaan, maka dengan berkurangnya atau
bahkan tidak tersedianya hewan percobaan, akan berakibat penurunan standar
keselamatan obat-obatan dan vaksin, bahkan dapat melumpuhkan beberapa riset medis
yang sangat dibutuhkan manusia (Sulaksono,1992:318).

Hewan coba/hewan uji  atau sering disebut hewan laboratorium adalah hewan
yang khusus diternakan untuk keperluan penelitian biologik. Hewan percobaan
digunakan untuk penelitian pengaruh bahan kimia atau obat pada manusia. Peranan
hewan percobaan dalam kegiatan penelitian ilmiah telah berjalan sejak puluhan tahun
yang lalu. Sebagai pola kebijaksanaan pembangunan nasional bahkan internasional,
dalam rangka keselamatan umat manusia di dunia adalah adanya Deklarasi Helsinki.
Deklarasi ini berisi tentang segi etik percobaan yang menggunakan manusia (1964)
antara lain dikatakan perlunya diakukan percobaan pada hewan, sebelum percobaan di
bidang biomedis maupun riset lainnya dilakukan atau diperlakukan terhadap manusia,
sehingga dengan demikian jelas hewan percobaan mempunyai mission di dalam
keikutsertaannya menunjang program keselamatan umat manusia melalui suatu
penelitian biomedis (Sulaksono,1992:321).

Hewan percobaan yang digunakan di laboratorium tidak ternilai jasanya dalam


penilaian efek, toksisitas dan efek samping serta keamanan dan senyawa bioaktif.
Hewan percobaan merupakan kunci di dalam pengembangan senyawa bioaktif dan
usaha-usaha kesehatan (Malole, 1989). Penanganan hewan percobaan hendaklah
dilakukan dengan penuh rasakasih sayang dan berprikemanusiaan. Di dalam menilai
efek farmakologis suatu senyawa bioaktif dengan hewan percobaan dapat dipengaruhi
oleh berbagai fartor, yaitu:
1. Faktor internal hewan percobaan sendiri diantarnya umur, jenis kelamin, bobot
badan, keadaan kesehatan, nutrisi, dan sifat genetik.
Gen merupakan salah satu faktor yang sangat penting dan sangat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan hewan. Gen ini adalah sifat
yang diturunkan dari induknya. Gen juga mengatur berbagai macam karakter,
sifat, fisik dan tingkah laku hewan. Oleh sebab itu gen sangat memiliki peranan
penting pada hewan, karena menentukan suatu kualitas dan kuantitas hewan
yang akan dihasilkan.
Ras juga faktor penentu dalam pertumbuhan dan perkembangan hewan.
Hal ini dikarenakan hewan akan tumbuh dan berkembang sesuai dengan ras
masing-masing. Misalnya sapi bali postur tubuh lebih pendek dan tidak terlalu
besar jika dibandingkan dengan sapi limousin yang memiliki postur tubuh besar.
Umur juga merupakan faktor yang sangat mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan hewan. Hewan yang memiliki umur yang tua memiliki
pertumbuhan dan perkembangan yang sangat lambat, bahkan sudah tidak
berkembang lagi dalam produksi dan layaknya di afkir. Oleh sebab itu, umur
sangat menentukan dalam pertumbuhan dan perkembangan hewan. Maka
pilihlah umur hewan yang masih muda sehingga muda tumbuh dan berkembang.
Jenis kelamin juga sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
hewan. Biasanya jenis kelamin hewan jantan pertumbuhannya lebih cepat dan
postur tubuhnya lebih besar jika dibandingkan dengan jenis kelamin hewan
betina.
2. Faktor lain yaitu faktor lingkungan, keadaan dan suasana kandang, populasi
dalam kandang, keadaan ruang tempat pemeliharaan, pengalaman hewan
percobaan sebelumnya, suplai oksigen dalam ruang pemeliharaan,dan cara
pemeliharaan.
Suhu juga merupakan faktor yang sangat penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan hewan. Suhu yang terlalu rendah dan terlalu tinggi atau tidak
stabil akan menyebabkan pertumbuhan hewan terhambat. Suhu normal biasanya
sekitar 37 derajat celcius.
Cahaya matahari yang tidak stabil akan sangat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan hewan. Oleh sebab itu, ketika dalam
pemeliharaan hewan berikan ventilasi agar cahaya matahari masuk kedalam
perkandangan.
Aktivitas fisik juga merupakan faktor yang sangat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan hewan. Aktivitas hewan yang kurang aktif,
akibat perkandangan terlalu sempit akan menghambat pertumbuhan dan
perkembangan hewan. Oleh sebab itu, gunakan perkandangan yang tidak terlalu
sempit sehingga hewan akan bergerak secara aktif.
Lingkungan merupakan salah satu hal penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan hewan. Sebaiknya pilihlah lingkungan yang jauh dari
pemukiman, industri, keramaian dan tempat yang tidak tercamar. Hal tersebut
akan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan, dikarenakan
ketidaknyamanan hewan.
Keadaan faktor-faktor ini dapat merubah atau mempengaruhi respon
hewan percobaan terhadap senyawa bioaktif yang diujikan. Penanganan yang
tidak wajar terhadap hewan percobaan dapat mempengaruhi hasil percobaan,
memberikan penyimpangan hasil. Di samping itu, cara pemberian senyawa
bioaktif terhadap hewan percobaan tentu mempengaruhi respon hewan terhadap
senyawa bioaktif yang bersangkutan terutama segi kemunculan efeknya. Cara
pemberian yang digunakan tentu tergantung pula kepada bahan atau bentuk
sediaan yang akan digunakan serta hewan percobaan yang akan digunakan.
Sebelum senyawa bioaktif dapat mencapai tempat kerjanya, senyawa bioaktif
harus melalui proses absorpsi terlebih dahulu kemudian sifat fisiologi yang
berpengaruh (Malole, 1989).
Cara memegang hewan (handling) dan penentuan jenis kelamin
Masih dalam rangka pengelolaan hewan percobaan secara
keseluruhan, cara memegang hewan serta cara penentuan jenis kelaminnya
perlu pula diketahui. Cara memegang hewan dari masing-masing jenis hewan
adalah berbeda-beda dan ditentukan oleh sifat hewan, keadaan fisik (besar atau
kecil) serta tujuannya. Kesalahan dalam caranya akan dapat menyebabkan
kecelakaan atau hips ataupun rasa sakit bagi hewan (ini akan menyulitkan dalam
melakukan penyuntikan atau pengambilan darah, misalnya) dan juga bagi orang
yang memegangnya (Sulaksono, M.E., 1992).
Identifikasi (Pemberian tanda pada hewan)
Tujuan dari pada pemberian tanda pada hewan adalah disamping
untuk mencegah kekeliruan hewan dalam sistim pembiakannya juga untuk
mempermudah pengamatan dalam percobaan. Bermacam-macam cara yang
dipakai dalam identifikasi tergantung kepada selera dan juga lama tidaknya
hewan tersebut terpaki atau dipelihara. (marking, ear punching, too clipping, ear
tags, tattocing, coat colors) (Sulaksono, M. E., 1992)
Rute Penggunaan Obat
Memilih rute penggunaan obat tergantung dari tujuan terapi, sifat
obatnya serta kondisi pasien. Oleh sebab itu perlu mempertimbangkan masalah-
masalah seperti berikut:
a) Tujuan terapi mengkehendaki efek lokal atau efek sistemik
b) Apakah kerja awal obat yang dikehendaki itu cepat atau masa kerjanya lama
Stabilitas obat di dalam lambung dan atau usus
c) Keamanan relatif dalam penggunaan melalui bermacam-macam rute
d) Rute yang tepat dan menyenangkan bagi pasien dan dokter
e) Kemampuan pasien menelan obat melelui oral
Bentuk sediaan obat yang diberikan akan mempengaruhi kecepatan
dan efek terapi/obat. Bentuk sediaan obat dapat memberi efek obat secara lokal
atau sistemik. Efek sistemik diperoleh jika obat beredar ke seluruh tubuh
melalui peredaran darah, sedangkan efek lokal adalah efek obat yang hanya
berkerja setempat misalnya salep (Anief, M., 1994).
Anastesi Lokal
Anestetik lokal ialah obat yang menghambat hantaran saraf biladikenakan
secara lokal pada jaringan saraf dengan kadar cukup. Anastetik lokal sebaiknya
tidak mengiritasi dan tidak merusak jaringan saraf secara permanen.
Kebanyakan anastetik lokal memenuhi syarat ini.
Batas keamanan harus lebar, sebab anastetik lokal akan diserap dari
tempat suntikan. Mula kerja harus sesingkat mungkin, sedangkan masa kerja
harus cukup lama sehingga cukup waktu untuk melakukan tindakan operasi,
tetapi tidak demikian lama sampai memperpanjang masa pemulihan. Zat
anastetik lokal juga harus larut dalam air, stabil dalam larutan, dapat disterilkan
tanpa mengalami perubahan. (Katzung,1997)

DAPUS
Anief, M., 1994. Farmasetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Katzung, BG. 1997. Farmakologi Dasar dan Klinik, edisi 6. EGC : Jakarta,
hal.414-417.
Malole, M. B. M. dan C. S. Pramono. (1989). Penggunaan Hewan-hewan
percobaan Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas
Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor, Bogor
Sulaksono, M.E., 1992. Faktor Keturunan dan Lingkungan Menentukan
Karakteristik Hewan Percobaan dan Hasil Suatu Percobaan Biomedis.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai