Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA DAN FARMAKOKINETIKA I

FARMAKOKINETIKA IV KOMPARTEMEN TERBUKA

NAMA : MARIA NINDYAHNI GAGO

NIM : 19021036

KELAS : A4B

TANGGAL PRAKTIKUM : 30 MARET 2021

NAMA ASDOS : NI MADE WINDA INDRIANI

NAMA DOSEN : apt I GUSTI AYU AGUNG SEPTIARI S. FARM., M.S.

PROGRAM STUDI FARMASI KLINIS

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS BALI INTERNASIONAL

DENPASAR

2021
PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA DAN FARMAKOKINETIA I

FARMAKOKINETIKA IV KOMPARTEMEN TERBUKA

I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengetahui prinsip farmakokinetika IV kompartemen terbuka
2. Mengetahui cara simulasi data klinis farmakokinetika IV kompartemen terbuka
3. Mamou memberikan rekomensai terapi terkait farmakokinetika obat yang diberikan
melalui rute IV kompartemen terbuka

II. DASAR TEORI


Farmakokinetika atau kinetika obat adalah nasib obat dalam tubuh atau
efek tubuh terhadap obat. Farmakokinetika mencangkup empat proses yaitu,
proses absorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi. Metabolisme atau
biotransformasi dan eksresi termasuk sebagai proses eliminasi obat. Obat
yang masuk kedalam tubuh melalui berbagai cara pemberian, umumnya
mengalami absorpsi, distribusi, dan pengikatan untuk sampai di tempat kerja
dan menimbulkan efek. Kemudian dengan atau tanpa biotransformasi, obat
diekskresi dari dalam tubuh (Gunawan, 2009).
Model farmakakokinetika merupakan model matematika yang
menggambarkan hubungan antara dosis dan konsentrasi obat dalam setiap
individu. Parameter dari model menggambarkan factor -factor yang
dipercaya penting dalam penentuan observasi dari konsentrasi atau efek obat.
parameter terdiri dari dari beberapa parameter antara lain parameter primer
yang terdiri dari volume distribusi (Vd), klerens (Cl), dan kecepatan absobsi
(Ka), parameter sekunder terdiri dari kecepatan eliminasi (Ka), dan waktu
paruh (T1/2), serta parameter-parameter turunan. Model farmakokinetik
tersebut mempunyai aplikasi langsung untuk terapi obat berkenaan dengan
menentukan aturan dosis yang sesuai (Aiache, 1993)
Kompartemen adalah suatu kesatuan yang dapat digambarkan dengan
suatu volume tertentu dan suatu konsentrasi. Perilaku obat dalam sisistem
biologi dapat digambarkan dengan kompartemen satu atau kompartemen dua.
Kadang-kadang perlu untuk menggunakan multikompartemen, dimulai
dengan determinasi apakah data eksperimen cocok atau pas untuk model
kompartemen satu dan jika tidak pas dapat mencoba model yang
memuaskan. Sebenarnya tubuh manusia adalah model kompartemen
multimillion (multikompartemen), mengingat konsentrasi obat tiap organel
berbeda-beda (Hakim, 2014).
Model kompartemen yang sering digunakan adalah model
kompartemen satu terbuka, model ini menganggap bahwa berbagai perubahan
kadar obat dalam plasma mencerminkan perubahan yang sebanding dengan
kadar obat dalam jaringan. tetapi model ini tidak menganggap bahwa
konsentrasi obat dalam tiap jaringan tersebut adalah sama dengan berbagai
waktu. Di samping itu, obat di dalam tubuh juga tidak ditentukan secara
langsung, tetapi dapat ditentukan konsentrasi obatnya dengan menggunakan
cuplikan cairan tubuh (Shargel, 1988).
Volume distribusi (Vd) menunjukkan volume penyebaran obat dalam
tubuh dengan kadar plasma atau serum. Vd tidak perlu menunjukkan volume
penyebaran obat yang sesungguhnya ataupun (olume secara anatomik, tetapi
hanya volume imajinasi dimana tubuh dianggap sebagai satu kompartemen
yang terdiri dari plasma atau serum, dan vd menghubungkan jumlah obat
dalam tubuh dengan kadarnya dalam plasma atau serum (Setiawati, 2005).
Klirens suatu obat adalah suatu ukuran eliminasi obat dari tubuh tanpa
mempermasalahkan mekanisme prosesnya. Umumnya jaringan tubuh atau
organ dianggap sebagai suatu kompartemen cair dengan volume terbatas
(volume distribusi) dimana pobat terlarut didalamnya (Shargel, 2005).
AUC (Area Under Curve) adalah semua daerah yang berada dibasah
kurva yang berhubungan dengan bioavaibilitas meliputi kadar puncak dalam
plasma, absorbsi, waktu untuk mencapai kadar puncak dalam plasma (Tjay dan
Rahardja, 2002).
Jika tubuh diasumsikan sebagai satu kompartemen, tidak berarti bahwa
kadar obat sama di dalam setiap jaringan atau organ, namun asumsi yang
berlaku pada model tersebut ialah bahwa perubahan kadar obat di dalam darah
mencerminkan perubahan kadar obat di jaringan. Lalu eliminasi (metabolism
dan ekskresi) obat dari tubuh setiap saat sebanding dengan jumlah atau kadar
obat yang tersisa di dalam tubuh pada saat itu (Shargel, 1988).
Model farmakokinetik sendiri memberikan penafsiran yang lebih teliti
tentang hubungan kadar obat dalam plasma dan respon farmakologi. 0alah
satu model kompartemen yang digunakan untuk perhitungan farmakokinetika
adalah model kompartemen satu terbuka. Model kompartemen satu terbuka
menganggap bahwa berbagai perubahan kadar obat dalalam plasma
mencerminkan perubahan yang sebanding dengan kadar obat dalam jaringan.
(Shargel, 2005)
Jika obat diberikan secara suntikan intra(ena, maka obat masuk ke
dalam darah dan secara cepat terdistribusi ke jaringan. Penurunan konsentrasi
obat dalam plasma dari waktu ke waktu (yaitu kecepatan eliminasi obat)
dapat diukur dengan mengambil sampel darah secara berulang. Pada awalnya
seringkali konsentrasi menurun dengan cepat, namun kemudian kecepatan
penurunan berkurang secara progresif. Kuva tersebut disebut eksponensial,
dan hal ini berarti pada waktu tertentu terdapat eliminasi fraksi konstan obat
dalam suatu satuan waktu. Banyak obat menunjukkan suatu penurunan
eksponensial dalam konsentrasi plasma karena kecepatan kerja proses
eliminasi obat biasanya proporsional terhadap konsentrasi obat dalam plasma
yang terlibat adalah: :
1. Eliminasi melalui urin oleh filtrasi glomerulus
2. Metabolisme, biasanya oleh hati
3. Ambilan oleh hati dan selanjutnya dieliminasi melalui
empedu
(Michael, 2006)
Ada model kompartemen dua dianggap bahwa obat terdistribusi ke
dalam dua kompartemen. Kompartemen kesatu dikenal sebagai kompartemen
sentral, yaitu: darah, cairan ekstra-selular, dan jaringan-jaringan dengan perfusi
tinggi, kompartemen-kompartartemen ini secara cepat terdifusi oleh obat.
kompartemen kedua merupakan kompartemen jaringan, yang berisi jaringan-
jaringan yang berkesetimbangan secara lebih lambat dengan obat. Model
ini menganggap obat dieliminasi dari kompartemen sentral (Shargel, 2005)
Model kompartemen dua beranggapan bahwa pada t = % tidak ada obat
dalam kompartemen jaringan. setelah dosis IV, obat secara cepat dipindahkan
ke dalam kompartemen jaringan, sedangkan kadar dalam darah menurun
secara cepat sehubungan dengan eliminasi obatdan pemindahan obat keluar
dari kompartemen sentral ke dalam berbagai jaringan. Suatu ciri yang khas
kadar obat dalam jaringan setelah suatu dosis IV tunggal, kadar obat dalam
jaringan akan mencapai puncak dan kemudian mulai menurun sehubungan
dengan perbedaan konsentrasiantara dua kompartemen yang kecil (Aiache, 1993).
Farmakokinetik atau kinetika obat adalah nasib obat dalam tubuh atau
efek tubuh terhadap obat. Farmakokinetik mencakup 4 proses, yakni absorpsi,
distribusi, metabolisme dan ekskresi (Ganiswara, 2007).
1. Adapun parameter farmakokinetik yang digunakan untuk mengetahui
bioavabilitas suatu obat adalah (Ganiswarna :2005).
Daerah dibawah kurva (Area Under Curva) adalah integritasi batas obat di
dalam darah dari waktu t = o hingga t, dimana besar AUC berbanding lurus
dengan jumlah total obat yang diabsorbsi. AUC merupakan salahsatu
parameter untuk menentukan bioavabilitas. Cara yang paling sederhana
untuk menghitung AUC adalah dengan metode trapezoid.
2. Volume distribusi adalah suatu parameter farmakokinetik yang
menggambarkan luas dan intensitas distribusi obat dalam tubuh. Volume
distribusibukan merupakan volume yang sesungguhnya dari ruang yang
ditempati obat dalam tubuh, tetapi hanya volume tubuh. Besarnya volume
distribusi dapat digunakan sebagai gambaran, tingkat distribusi obat dalam
darah.
3. Konsentrasi Tinggi Puncak (Cpmax ) adalah konsentrasi dari obat maksimum
yang diamati dalam plasma darah dan serum pemberian dosis obat. Jumlah
obat biasanya dinyatakan dalam batasan konsentrasinya sehubungan dengan
volume spesifik dari darah, serum dan plasma.
4. Waktu Puncak (tmax ) adalah waktu yang dibutuhkan unsure untuk mencapai
level obat maksimum dalam darah (tmax ). serta parameter ini menunjukan
laju absorsi obat dari formulasi. Laju absorbsi obat, menentukan waktu
diperlukan untuk dicapai konsentrasi efektif minimum dan dengan demikian
untuk awal dari efek farmakolpgis yang dikendaki.
5. Waktu paruh obat (t½) adah gambaran waktu yang dibutuhkan untuk suatu
level aktivitas obat dan emnjadi separuh dari leval asli atau level yang
dikendaki.
6. Tetapan absorbsi (Ka) adalah parameter yang mengambarkan laju absorbsi
suatu obat, dimana agar suatu obat diabsorbsi mula-mula obat harus larut
dalam cairan.
Farmakokinetik didefinisikan sebagai perubahan-perubahan kuantitatif dan
tergantung kepada waktu dari konsentrasi obat dalam plasma dan jumlah total obat di
dalam tubuh yang terjadi setelah pemberian obat dengan cara yang bermacam-macam
(dua cara pemberian yang paling biasa adalah infus intravena dan regimen oral dengan
dosis interval yang tetap, misalnya suatu tablet setiap 4 jam (Mycek, 2004).
Fase farmakokinetik berkaitan dengan masuknya zat aktif ke dalam tubuh.
Pemasukan in vivo tersebut secara keseluruhan merupakan fenomena fisiko kimia yang
terpadu di dalam organ penerima obat. Fase farmakokinetik ini merupakan salah satu
unsur penting yang menentukan profil keadaan zat aktif pada tingkat biofase dan yang
selanjutnya menetukan aktivitas terapetik obat (Aiache, 1993).
Absorbsi adalah transfer suatu obat dari tempat pemberian ke dalam alirandarah.
Kecepatan dan efisiensi absorbsi tergantung pada cara pemberian. Untukintra vena,
absorbsi sempurna yaitu dosis total obat seluruhnya mencapai sirkulasisistemik.
Pemberian obat dengan sirkulasi lain hanya bisa menghasilkan absorbsiyang parsial dan
karena itu merendahkan ketersediaan hayati. Tergantung padasifat-sifat kimianya, obat-
obat bisa diabsorbsi dari saluran cerna secara difusi pasifatau transpor aktif (Mycek,
2004).
Rute pemberian obat yang paling umum dan paling diinginkan adalah secara
oral menggunakan tablet, kapsul, atau larutan. Dalam mengembangkan model
farmakokinetik untuk menggambarkan dan memprediksi disposisi obat secara kinetik,
model harus memperhitungkan keduanya rute administrasi dan perilaku kinetik dari
obat di dalam tubuh (Syukri,2002).
Model kompartemen satu terbuka menawarkan cara paling sederhana untuk
menggambarkan proses distribusi obat dan eliminasi dalam tubuh. Model ini
mengasumsikan bahwa obat dapat masuk atau keluar dari tubuh (misalnya : Modelnya
"terbuka"), dan tubuh bertindak seperti tunggal, kompartemen yang seragam. Rute
pemberian obat yang paling sederhana dari perspektif pemodelan adalah injeksi
intravena cepat (bolus IV). (Shargel, 2005)
Model kinetik yang paling sederhana yang menggambarkan disposisi obat dalam
tubuh adalah dengan mempertimbangkan bahwa obat disuntikkan sekaligus ke dalam
kotak, atau kompartemen, dan bahwa obat didistribusikan secara instan dan homogen di
seluruh kompartemen. Obat eliminasi juga terjadi dari kompartemen segera setelah
injeksi.

Kompartemen 1 terbuka intravena (Shargel, 2005)


Di dalam tubuh, ketika obat diberikan dalam bentuk bolus IV, seluruh dosis obat
segera memasuki aliran darah, dan proses penyerapan obat dianggap seketika. Dalam
kebanyakan kasus, obat tersebut didistribusikan melalui sistem sirkulasi untuk
berpotensi untuk semua jaringan di dalam tubuh. Serapan obat oleh berbagai organ
jaringan akan terjadi pada tingkat yang bervariasi, tergantung pada aliran darah ke
jaringan, lipofilisitas obat, berat molekul obat, dan afinitas pengikatan obat untuk massa
jaringan. Sebagian besar obat dieliminasi dari tubuh baik melalui ginjal dan / atau
dengan dimetabolisme di hati. Karena kesetimbangan obat cepat antara darah dan
jaringan, eliminasi obat terjadi seolah-olah dosisnya adalah semua dilarutkan dalam
tangki cairan seragam (satu kompartemen) dari mana obat dihilangkan. Volume di mana
obat itu didistribusikan disebut volume distribusi ( V D). Volume distribusi yang jelas
mengasumsikan bahwa obat tersebut didistribusikan secara merata di dalam
tubuh. V D ditentukan dari jumlah pre-injected dari dosis di suntik dan plasma
konsentrasi obat yang dihasilkan segera setelah dosis disuntikkan. Volume distribusi
yang jelas adalah parameter dari model kompartemen satu dan mengatur konsentrasi
plasma obat setelah diberikan dosis. Parameter farmakokinetik kedua adalah konstanta
laju eliminasi (k), yang mengatur laju di mana Konsentrasi obat dalam tubuh menurun
seiring waktu. (Shargel, 2005).
Model kompartemen satu terbuka tidak memprediksi tingkat obat yang
sebenarnya dalam jaringan. Namun, model tersebut mengasumsikan bahwa perubahan
dalam tingkat plasma obat akan menghasilkan perubahan proporsional dalam tingkat
obat jaringan, karena profil kinetik mereka konsisten dengan inklusi dalam
kompartemen vaskular dan berbagai konsentrasi obat dalam kompartemen berada dalam
kesetimbangan. Itu Dosis obat dalam tubuh (D B, ), tidak dapat diukur secara langsung.
Namun, cairan tubuh yang dapat diambil (seperti darah) sampelnya untuk ditentukan
konsentrasi obat. (Shargel, 2005).
Tingkat eliminasi untuk sebagian besar obat dari jaringan atau dari tubuh adalah
proses orde pertama, di mana tingkat eliminasi adalah tergantung pada jumlah atau
konsentrasi obat yang ada. Konstanta laju eliminasi, k , adalah tingkat eliminasi orde
pertama konstan dengan satuan waktu (misalnya, jam - 1 atau 1 / jam). Pada eliminasi
obat dalam tubuh adalah proses orde pertama, tergantung pada tingkat eliminasi
keseluruhan konstan, k, dan jumlah obat dalam tubuh, D B, yang tersisa pada waktu
tertentu,(t)(Shargel, 2005)

Di mana DB = obat dalam tubuh pada saat t dan D B0 = obat dalam tubuh pada t
= 0. Ketika log DB diplot terhadap t untuk persamaan ini, garis lurus diperoleh. Dalam
prakteknya, alih-alih mengubah nilai DB ke logaritma yang sesuai, masing-masing nilai
DB ditempatkan pada interval logaritmik pada semilog paper.

Grafik semilog tingkat eliminasi obat dalam model kompartemen satu


(Shargel , 2005)
Ketika Cp0 ditentukan oleh ekstrapolasi, sesaat konsentrasi obat
(konsentrasi obat pada t = 0) setelah kesetimbangan obat dalam tubuh. Dosis
obat yang diberikan oleh bolus IV (injeksi IV) mewakili jumlah obat dalam
tubuh, DB0, pada t = 0. Karena kedua DB0 dan C p0 diketahui pada t = 0, maka
volume distribusi yang jelas , VD, dapat dihitung dengan persamaan berikut :

(Shargel, 2005)
Jumlah obat dalam tubuh tidak dapat ditentukan secara langsung.
Sebaliknya, sampel darah dihilangkan pada interval periodik dan dianalisis
untuk konsentrasi obatnya. V D mengaitkan konsentrasi obat dalam plasma
(Cp) dan jumlah obat dalam tubuh (DB), seperti dalam persamaan berikut:

(Shargel, 2005)
Dengan mengganti Persamaan diatas ke dalam persamaan sebelumnya,
ekspresi serupa berdasarkan konsentrasi obat dalam plasma diperoleh untuk
penurunan orde pertama kadar plasma obat:

(Shargel, 2005)

Clearance adalah pengukuran eliminasi obat dari tubuh tanpa


mengidentifikasi mekanisme atau proses. Clearance (clearance obat, clearance
sistemik, pembersihan total tubuh, Cl T) menganggap seluruh tubuh sebagai
sistem penghilang obat dari mana banyak proses eliminasi dapat terjadi. Tubuh
dianggap sebagai sistem organ yang diserap oleh plasma dan cairan tubuh.
Penghapusan obat dari tubuh adalah proses yang berkelanjutan karena kedua
metabolisme (biotransformasi) dan ekskresi obat melalui ginjal dan rute lainnya.
Mekanisme eliminasi obat bersifat kompleks, tetapi eliminasi obat secara
kolektif dari tubuh dapat dikuantifikasi menggunakan konsep clearance obat.
Pembersihan obat mengacu pada volume cairan plasma yang dibersihkan dari
obat per satuan waktu. (Shargel , 2005).

Model Kompartemen Dua Terbuka Intravena Kurva kadar dalam plasma


waktu dari beberapa obat yang diberikan dalam suatu dosis tertentu intravena
tunggal dapat digambar dengan anggapan bahwa pemindahan obat antar
kompartemen mengikuti reaksi order kesatu. Dalam model kompartemen dua
dianggap bahwa obat terdistribusi ke dalam dua kompartemen. Kompartemen
kesatu, dikenal sebagai kompartemen sentral, yaitu darah, cairan ekstra selular,
dan jaringan-jaringan dengan perfusi tinggi, kompartemen-kompartemen ini
secara cepat terdifusi oleh obat. Kompartemen kedua merupakan kompartemen
jaringan, yang berisi jaringan-jaringan yang berkesetimbangan secara lebih
lambat dengan obat. Model ini menganggap obat dieliminasi dari kompartemen
sentral (Shargel Leon, Andrew B.C. Yu. 2005).
7.
Kompartemen 2 Terbuka Intravena (Shargel Leon, Andrew B.C. Yu.
2005).

III. ALAT DAN BAHAN

3.1 Alat
1. Kalkulator Scientific
2. Laptop
3. Alat tulis
4. penggaris
3.2 Bahan
1. Text book

IV. KASUS

Suatu antibiotika golongan beta laktam diberikan melalui rute I.V, dengan dosis
1500 mg. Profil konsentrasi obat yang dihasilkan pada setiap pengambilan cuplikan
darah dalam 24 jam adalah sebagai berikut:
T (jam) C(μg/mL)
0,5 19,30
1 17,57
1,8 15,11
4 9,99
5,8 7,13
8 4,71
12 2,22
18 0,719
24 0,23

Tentukan :
1. Mengikuti model farmakokinetika apakah data tersebut?
2. Persamaan farmakokinetika data tersebut!
3. Tentukan seluruh parameter farmakokinetika yang anda ketahui!

Pasien ini juga diberikan obat anti-nyeri dengan dosis 65 mg secara intravena. Profil
konsentrasi obat yang teramati dalam 1 jam adalah sebagai berikut :

T (jam) Cp(mg/L)
0 54,05
0,05 31,01
0,1 19,47
0,15 13,61
0,2 10,59
0,25 8,96
0,3 8,03
0,35 7,45
0,4 7,04
0,45 6,73
0,5 6,47
0,55 6,23
0,6 6,01
0,65 5,81
0,7 5,61
0,75 5,42
0,8 5,24
0,85 5,06
0,9 4,89
0,95 4,73
1 4,57

Tentukan :
1. Mengikuti model farmakokinetika apakah data tersebut?
2. Persamaan farmakokinetika data tersebut!
3. Tentukan seluruh parameter farmakokinetika yang anda ketahui!
4. Bandingkan parameter farmakokinetika dua data tersebut dan buat pembahasannya!

V. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN


4.1 Obat Antibiotik Golongan Beta Laktam

t (jam) C (mcg/ml) AUC

0.5 19.3 9.2175


1 17.57 13.072
1.8 15.11 27.61
4 9.99 15.408
5.8 7.13 13.024
8 4.71 13.86
12 2.22 8.817
18 0.719 2.847
24 0.23 1.277777778
AUC TotaL 105.1332778

4.2 Grafik Data Obat Antibiotik Golongan Beta Laktam (Model Kompartemen
Satu Terbuka)
y = 21.472e -
KOMPARTEMEN I FASE ELIMINASI
0.189x

R² = 1
100 3

Axis Title
Series

Axis Title
10 2
1
1
1 Series1
0 Expon.
0 20 40 0 20 40
0.1 (Series
Axis Title Axis Title 1)

Perhitungan Parameter
1. T1/2 Eleminasi = 0.693 : Ke
0.693/0.18 = 3,85 Jam
2. CP0 = 21.23*EXP(-0.18*0)
21,23 mg / L
3. Dosis = 1500 mg
1,5 g
4. Vd = Dosis / CP 0
= 1500 mg : 21.23 mg/L
= 70,65 L
5. Cl = Ke : Vd
= 0,18 Jam-1 / 70,65 L
= 12,72 L/Jam
( ) ( )
6. AUC =

= 105,072

4.3 Obat Anti Nyeri


t (jam) Cp (mg/L) Cp T Cp R AUC
0 54.05 8.99 45.06 2.1265
0.05 31.01 8.693824 22.31617635 1.262
0.1 19.47 8.407405 11.06259514 0.827
0.15 13.61 8.130422 5.479577839 0.605
0.2 10.59 7.862565 2.727435319 0.48875
0.25 8.96 7.603532 1.356468211 0.42475
0.3 8.03 7.353033 0.67696724 0.387
0.35 7.45 7.110786 0.339213557 0.36225
0.4 7.04 6.876521 0.163479048 0.34425
0.45 6.73 6.649973 0.080026641 0.33
0.5 6.47 6.430889 0.039110604 0.3175
0.55 6.23 6.219023 0.010976826 0.306
0.6 6.01 6.014137 -0.0041369 0.2955
0.65 5.81 5.816001 -0.00600063 0.2855
0.7 5.61 5.624392 -0.01439197 0.27575
0.75 5.42 5.439096 -0.01909588 0.2665
0.8 5.24 5.259904 -0.01990438 0.2575
0.85 5.06 5.086616 -0.02661637 0.24875
0.9 4.89 4.919037 -0.02903734 0.2405
0.95 4.73 4.756979 -0.02697922 0.2325
1 4.57 4.60026 -0.03026011 6.82089552
AUC TOTAL 16.7043955

4.4 Grafik Data Obat Anti Nyeri (Model Kompartemen Ganda)

Kompartemen 2
100

10

1
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2

y = 8.9934e -0.677x
Fase Eliminasi R² = 0.9999
5
4.9
4.8
4.7
4.6
4.5
0.88 0.9 0.92 0.94 0.96 0.98 1 1.02
y = 8.99e -0.67x
Distribusi R² = 1
9.1
9
8.9
8.8
8.7
8.6
8.5
8.4
8.3
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12

Perhitungan Parameter
1. T1/2 Eleminasi = 0.693 : Ke
= 0.693/0.67 = 1,03 Jam
2. CP0 = (8.99*EXP(-0.67*0)
= 8.99 mg / L
3. Dosis = 65 mg

4. Vd = Dosis / CP 0
= 65 mg : 8.99 mg/L
= 7.23 L
5. Cl = Ke : Vd
= 0,67 Jam-1 : 7.23 L
= 0.09 L/Jam
( ) ( )
6. AUC =

= 16.7043955
VI. PEMBAHASAN

5.1 Obat Antibiotik Golongan Beta Laktam


Pada pratikum Biofarmasetika dan Farmakokinetika kali ini, kami melakukan
pratikum kering dengan diberikan dua buah data terkait model kompartemen 1 terbuka
dan model kompartemen dua terbuka intravena. Pada praktikum kali ini menggunakan
aplikasi software microsoft excel untuk melihat farmakokinetika sediaan intravena seperti
obat Antibiotic golongan Beta Laktam yang merupakan kompartemen satu terbuka.
Tujuan dari penyederhaan farmakokinetika diantaranya untuk menggabarkan suatu sistem
biologis yang kompleks berkaitan dengan pergerakan obat dalam tubuh dimana sebagian
besar model farmakokinetika menganggap bahwa konsentrasi obat dalam plasma
mencerminkan konsentrasi obat dalam tubuh secara global atau keseleruhan (Shargel,
2012).
Model kompartemen satu terbuka mempunyai anggapan bahwa perubahan kadar
obat dalam plasma sebanding dengan kadar obat dalam jaringan. Model ini obat akan
didistribusikan ke semua jaringan di dalam tubuh melalui sistem sirkulasi dan secara
tepat berkeseimbangan di dalam tubuh. Tetapi, model ini tidak menganggap bahwa
konsentrasi obat dalam tiap jaringan adalah sama pada berbagai waktu. Volume
distribusi, Vd adalah volume dalam tubuh dimana obat tersebut larut (Wirasuta & Niruri,
2007).
Data yang diberikan adalah data untuk obat antibiotik. Pada data yang telah
diberikan setelah dicari parameter-paramter farmakokinetiknya, diketahui t1/2 eliminasi
merupakan waktu yang dibutuhkan untuk mengubah jumlah obat di dalam tubuh menjadi
seperdua selama eliminasi. Untuk volume dsitribusi, volume distribusi merupakan
volume yang menunjukkan distribusi obat didalam tubuh. Dari data diperoleh hasil
volume distribusi dengan cara dosis yaitu sebesar 1500 mg dibagi dengan Cp0 yang mana
Cp0 = mg/L, maka diperoleh nilai sebesar mg/L. Distribusi obat dipengaruhi oleh sifat
fisika-kimia obat sendiri, distribusi obat terdiri dari 2 fase yaitu fase pertama merupaka
fase yang terjadi segera setelah terjadinya absorbsi, distribusi obat pada fase ini akan
menuju ke organ yang memiliki perfusi yang sangat baik, misalnya jantung, hati, ginjal,
dan otak. Kemudian fase kedua, merupakn fase distribusi yang jauh lebih luas yaitu
menuju ke jaringan yang memilik perfusi yang tidak sebaik organ jantung, hati, ginjal dan
otak, yang dituju adalah otot dan jaringan lemak.

Berdasarkan nilai t½ dari obat antibiotik dan obat anti nyeri, waktu yang

dibutuhkan oleh obat anti nyeri untuk mencapai ½ dari massa awalnya lebih cepat

dibandingkan dengan obat antibiotik. Obat anti nyeri membutuhkan waktu untuk

mencapai ½ massa obat awalnya selama 1.03 jam atau 1 jam sedangkan obat antibiotik

membutuhkan waktu untuk mencapai ½ massa obat awalnya selama 3, 85 jam.

Berdasarkan nilai AUC, obat antibiotik memiliki nilai AUC yang lebih besar
dibandingkan dengan anti nyeri. Nilai AUC merupakan nilai dari suatu kurva yang
menggambarkan waktu untuk mencapai kadar puncak didalam plasma. Nilai AUC total
dari obat antibiotik adalah 105.07 mg/L sedangkan untuk obat anti nyeri memiliki nilai
AUC total adalah 16.70 mg/L. Hal tersebut menandakan bahwa kadar puncak didalam
plasma total pada antibiotik lebih besar dibandingkan dengan obat anti nyeri.

5.2 Obat Anti Nyeri

Berdasarkan kurva yang didapatkan pada hasil praktikum, didapatkan model


kompartemen ganda. Hal tersebut ditandai dengan bentuk kurva yang tidak berbentuk
linier. Pada model kompartemen ganda, obat mengganggap tubuh sebagai 2
kompartemen, yaitu kompartemen sentral dan kompartemen jaringan atau perifer
(Shargel et al, 2012). Model kompartemen ganda dibagi menjadi 2 fase, yaitu fase
distribusi dan fase eliminasi dan dapat dinyatakan dengan persamaan:

Pada model kompartemen ganda, fase yang terjadi ada dua, karana pada model
kompartemen ganda fase terjadi dengan lebih lambat, sehingga dituliskan dengan 2 fase.
Berdasarkan data yang didapatkan pada hasil praktikum, didapatkan beberapa parameter
farmakokinetik yaitu Ke (Kontstanta eliminasi), T ½ eliminasi (waktu yang dibutuhkan
oleh obat untuk mencapai setengah dari massa awalnya), Cp0 (konsentrasi obat didalam
plasma saat t=0), Vd (Volume distribusi), dosis obat yang diminum, Cl (Klirens) dan
AUC (Area Under Curve). Persamaan farmakokinetik yang didapatkan pada praktikum
adalah:
( ) ( )
Nilai Ke (Konstanta eliminasi) yang didapatkan pada praktikum adalah 0.67 jam-1. Hal
tersebut menandakan bahwa konstanta dapat menentukan jumlah obat anti nyeri pada
waktu tertentu. T ½ yang didapat pada saat praktikum adalah 1.03 jam. Hal tersebut
menandakan bahwa waktu yang dibutuhkan oleh obat anti nyeri untuk mencpai ½ massa
obat awalnya adalah selama 1.03 jam. Cp0 pada hasil praktikum adalah 8.99 mg/L. Hal
tersebut menandakan bahwa konsentrasi obat anti nyeri pada saat t=0 adalah 8.99 mg/L.
Dosis obat anti nyeri yang diberikan adalah 65 mg. Nilai Vd (Volume distribusi) yang
didapatkan pada saat praktikum adalah 7.23 L. Hal tersebut menandakan bahwa
konsentrasi obat saat berada di dalam plasma adalah 7.23 L dengan dosis 65 mg. Nilai Cl
yang didapatkan saat hasil praktikum adalah 0.09 L/Jam. Hal tersebut menandakan bahwa
ukuran eliminasi obat anti nyeri adalah 0.09 L/Jam.

5.3 Perbandingan Farmakokinetik Obat Antibiotik dan Obat Anti Nyeri


Obat
NO Parameter
Antibiotik Anti Nyeri
-1
1 Ke 0.18 jam 0.67 jam-1
2 T½ 3.85 jam 1.03 jam
3 Cp0 21.23 mg/L 8.99 mg/L
4 Vd 70.65 L 7.23 L
5 D 1500 mg 65 mg

AUC Total: 105.072 AUC Total: 16.704 mg/L


6 AUC
mg/L jam jam

7 Cl 12.72 L/jam 0.09 L/jam

Berdasarkan tabel perbedaan parameter, obat anti nyeri memiliki profil


farmakokinetik yang lebih baik dibandingkan dengan obat antibiotik golongan beta
lactam. Hal tersebut ditandai dengan lebih rendahnya nilai-nilai parameter obat anti nyeri.
Berdasarkan perbandingan pada tabel, Ke (Konstanta eliminasi) pada obat anti nyeri lebih
besar dibandingkan dengan antibiotik, sehingga konsentrasi obat anti nyeri akan menjadi
lebih besar dibandingkan dengan obat antibiotik karena konstanta eliminasi akan
menentukan konsentrasi obat di dalam plasma. Berdasarkan nilai T ½ dari obat antibiotik
dan obat anti nyeri, waktu yang dibutuhkan oleh obat anti nyeri untuk mencapai ½ dari
massa awalnya lebih cepat dibandingkan dengan obat antibiotik. Obat anti nyeri
membutuhkan waktu untuk mencapai ½ massa obat awalnya selama 1.03 jam atau 1 jam,
sedangkan obat antibiotik membutuhkan waktu untuk mencapai ½ massa obat awalnya
selama 3.85 jam atau 4 jam. Untuk Cp0, anti nyeri memiliki konsentrasi didalam plasma
saat t=0 sebanyak 8.99 mg/L, sedangkan antibiotik memiliki konsentrasi sebanyak 21.23
mg/L. Hal tersebut menandakan bahwa obat antibiotik memiliki konsentrasi didalam
plasma saat t=0 yang lebih besar dibandingkan dengan anti nyeri. Nilai Vd dari antibiotik
lebih besar dibandingkan dengan anti nyeri. Antibiotik memiliki nilai Vd sebesar 70.65 L
dan anti nyeri memiliki nilai Vd sebesar 7.23 L. Nilai Vd yang besar menunjukkan bahwa
obat tersebut memiliki konsentrasi yang lebih kecil didalam tubuh. Antibiotik (dengan
nilai Vd 70.65 L) memiliki konsentrasi yang kecil didalam tubuh, sedangkan obat anti
nyeri (dengan nilai Vd 7.23 L) memiliki konsentrasi yang besar didalam tubuh. Untuk
nilai parameter Cl, nilai Cl pada antibiotik lebih besar daripada anti nyeri. Hal tersebut
menandakan bahwa obat antibiotik dapat keluar dari tubuh sebanyak 12.72 mg/L jam,
sehingga obat antibiotik akan lebih cepat keluar dari tubuh dibandingkan dengan obat anti
nyeri yang meiliki nilai Cl sebesar 0.09 mg/L jam. Untuk nilai AUC, obat antibiotik
memiliki nilai AUC yang lebih besar dibandingkan dengan anti nyeri. Nilai AUC
merupakan nilai dari suatu kurva yang menggambarkan waktu untuk mencapai kadar
puncak didalam plasma. Nilai AUC total dari obat antibiotik adalah 105.072 mg/L,
sedangkan untuk obat anti nyeri memiliki nilai AUC total adalah 16.704 mg/L. Hal
tersebut menandakan bahwa kadar puncak didalam plasma total pada antibiotik lebih
besar dibandingkan dengan obat anti nyeri.

Pertanyaan

Kasus 1 Antibiotika

1. Mengikuti model farmakokinetika apakah data tersebut?


Jawab: Data tersebut mengikuti model farmakokinetika kompartemen 1 terbuka. Dimana
dapat dilihat dari kurva yang terbentuk, terdapat fase eliminasi.
y = 21.472e -
KOMPARTEMEN I FASE ELIMINASI
0.189x…

Axis Title
Axis Title
10 2 Series1
Series1 0
0 20 40
0.1 0 20 40
Axis Title Axis Title

2. Persamaan farmakokinetika data tersebut!


Jawab: Persamaan model farmakokinetika pada kasus pertama obat antibiotik yaitu y =
21.47e-0.18x. . Dimana persamaan tersebut dapat dilihat dari grafik.

3. Tentukan seluruh parameter farmakokinetika yang anda ketahui!


Jawab: Parameter yang terdapat pada model farmakokinetika pada kasus pertama obat

t (jam) C (mcg/ml) AUC

0.5 19.3 9.2175


1 17.57 13.072
1.8 15.11 27.61
4 9.99 15.408
5.8 7.13 13.024
8 4.71 13.86
12 2.22 8.817
18 0.719 2.847
24 0.23 1.277777778
AUC TotaL 105.1332778

antibiotik yaitu:

Parameter Farmakokinetika
1. T1/2 Eleminasi = 0.693 : Ke
0.693/0.18 = 3,85 Jam
2. CP0 = 21.23*EXP(-0.18*0)
= 21,23 mg / L
3. Dosis = 1500 mg
= 1,5 g
4. Vd = Dosis / CP 0
= 1500 mg : 21.23 mg/L
= 70,65 L
5. Cl = Ke : Vd
= 0,18 Jam-1 / 70,65 L
= 12,72 L/Jam
( ) ( )
6. AUC =
= 105,072

Kasus 2 Anti Nyeri


1) Mengikuti model farmakokinetika apakah data tersebut?
Jawab: Data tersebut mengikuti model farmakokinetika kompartemen 2 terbuka. Dimana
dapat dilihat dari kurva yang terbentuk, terdapat fase distribusi dan fase eliminasi.

Kompartemen 2
100

10

1
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
2) Persamaan Farmakokinetika data tersebut
Jawab: Persamaan model farmakokinetika pada kasus kedua obat anti-nyeri yaitu y =
8.99e-0.67.t + 8.9934e-0.677.t. . Dimana persamaan tersebut dapat dilihat dari grafik.

y = 8.99e -0.67x
Distribusi R² = 1
9.1
9
8.9
8.8
8.7
8.6
8.5
8.4
8.3
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12

y = 8.9934e -0.677x
Fase Eliminasi R² = 0.9999
5
4.9
4.8
4.7
4.6
4.5
0.88 0.9 0.92 0.94 0.96 0.98 1 1.02

3) Tentukan seluruh parameter farmakokinetika yang anda ketahui!


Jawab: Parameter yang terdapat pada model farmakokinetika pada kasus kedua obat anti-
nyeri yaitu:

Cp
t (jam) Cp T Cp R AUC
(mg/L)
0 54.05 8.99 45.06 2.1265
0.05 31.01 8.693824 22.31617635 1.262
0.1 19.47 8.407405 11.06259514 0.827
0.15 13.61 8.130422 5.479577839 0.605
0.2 10.59 7.862565 2.727435319 0.48875
0.25 8.96 7.603532 1.356468211 0.42475
0.3 8.03 7.353033 0.67696724 0.387
0.35 7.45 7.110786 0.339213557 0.36225
0.4 7.04 6.876521 0.163479048 0.34425
0.45 6.73 6.649973 0.080026641 0.33
0.5 6.47 6.430889 0.039110604 0.3175
0.55 6.23 6.219023 0.010976826 0.306
0.6 6.01 6.014137 -0.0041369 0.2955
0.65 5.81 5.816001 -0.00600063 0.2855
0.7 5.61 5.624392 -0.01439197 0.27575
0.75 5.42 5.439096 -0.01909588 0.2665
0.8 5.24 5.259904 -0.01990438 0.2575
0.85 5.06 5.086616 -0.02661637 0.24875
0.9 4.89 4.919037 -0.02903734 0.2405
0.95 4.73 4.756979 -0.02697922 0.2325
1 4.57 4.60026 -0.03026011 6.82089552
AUC TOTAL 16.7043955

Parameter Farmakokinetika

1. T1/2 Eleminasi = 0.693 : Ke


= 0.693/0.67 = 1,03 Jam
2. CP0 = (8.99*EXP(-0.67*0)
= 8.99 mg / L
3. Dosis = 65 mg
4. Vd = Dosis / CP 0
= 65 mg : 8.99 mg/L
= 7.23 L
5. Cl = Ke : Vd
= 0,67 Jam-1 : 7.23 L
= 0.09 L/Jam
( ) ( )
6. AUC =

= 16.7043955
VII. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang sudah dibuat, dapat disimpulkan bahwa data
pada obat antibiotik termasuk kedalam kompartemen satu terbuka dan data pada
obat anti nyeri termasuk kedalam kompartemen ganda. Berdasarkan perbandingan
parameter, obat antiobiotik memiliki parameter farmakokinetik (Ke, Vd, Cp0, T ½,
AUC dan Cl) yang lebih baik dibandingkan dengan obat anti nyeri.

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang dipaparkan diatas, adapun beberapa saran yang dapat
diberikan sebagai berikur:

1. Kepada mahasiswa khususnya bidang farmasi disarankan agar lebih banyak


membaca mengenai parameter data antibiotik kompartemen 1 dan 2 terbuka agar
menambah wawasan mengenai parameter data antibiotik.
2. Kepada pembaca disarankan berkenan memberikan masukan- masuka kepada
penulis untuk memperbaiki penulisan atau laporan selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Armstrong, Michael. 2006. A Handbook of Human Resource Management Practice Edition .


London: Kogan Page

Devissaguet., Aiache. 1993. Farmaseutika 2 Biofarmasi Edisi ke-2. Tehnique et


Documentation 11 Rue Lavoiser . Air langga University Press.

Ganiswarna, S. G., Setiabudy, R., Suyatna, F. D., Ascobat, P., Nafrialdi, Ganiswarna, V. H. S.,
dkk., 2007, Farmakologi dan Terapi, Edisi 4, Bagian Farmakologi Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Ganiswarna. S. A. (2005). Farmakologi dan Terapi. Edisi IV. Bagian Farmakologi Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

Gunawan, A., 2009. Perbandingan Efek Analgesik antara Parasetamol dengan kombinasi
Parasetamol dan Kafein pada Mencit.

Hakim, Lukman. 2014. Farmakokinetik. Yogyakarta: Bursa Ilmu.

Mycek., 2004. Farmakologi Ulasan Bergambar. Jakarta: Widya Medika.

Shargel, L. & Yu, A.B.C. 2012. Biofarmasetika dan Farmasetika Terapan Edisi Kelima,
diterjemahkan oleh Fasich & Siti Sjamsiah,S. Surabaya: Airlangga University
Press. 137-199.

Shargel, L., dan Yu, A. B. C., 1988, Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan
diterjemahkan oleh Siti Sjamsiah, Edisi Kedua, Hal 85-99, Airlangga
University Press, Surabaya

Shargel, L., Yu, A., and Wu, S., 2005. Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan, Edisi
kedua. Surabaya: Airlangga University Press 167 – 187.

Syukri.,Y. 2002. Biofarmasetika. Yogyakarta: UI Press.


Tjay, T. H., dan Rahardja, K., 2002, Obat-Obat Penting, Khasiat, Penggunaan dan Efek
Sampingnya, Edisi Kelima, 270-279, Efek Media Komputindo, Jakarta.

Wirasuta & Niruri, R. 2007. Buku Ajaran Toksikologi Umum. Bali: Fakultas Farmasi Udayana.

Anda mungkin juga menyukai