STROKE HEMORAGIK
Pembimbing:
dr. Haryo Teguh Sp.S. Msi. Med
Disusun Oleh :
Silviana Wulandika
030.12.258
JUDUL:
STROKE HEMORAGIK
Penyusun:
Silviana Wulandika
030.12.258
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya saya
dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas kepaniteraan klinik bagian
Ilmu Penyakit Saraf Studi Pendidikan Dokter Universitas Trisakti di Rumah Sakit Umum
Daerah Kardinah Tegal.
Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah ini, terutama :
1. dr. Haryo Teguh, Sp. S. Msi. Med selaku pembimbing dalam penyusunan
makalah.
2. Teman-teman yang turut membantu penyelesaian makalah ini.
3. Serta pihak-pihak lain yang bersedia meluangkan waktunya untuk membantu
saya.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Saya
mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dan bertujuan untuk ikut
memperbaiki makalah ini agar dapat bermanfaat untuk pembaca dan masyarakat luas.
Penyusun
ii
iii
BAB I
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama : Tn. J
Umur : 40 Tahun
Pendidikan : SMP
Pekejaan : Swasta
Agama : Islam
Nomor RM : 926316
II. ANAMNESIS
Dilakukan secara allo-anamnesis dengan pasien pada tanggal 3 September
2018, pada pukul 12.00 WIB di Ruang Edelweis Bawah RSUD Kardinah
Tegal.
Keluhan Utama
Pasien datang ke IGD RSUD Kardinah Tegal dengan keluhan penurunan
kesadaran post jatuh dikamar mandi ± 1 jam SMRS
1
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang diantar keluarganya ke IGD RSU Kardinah Kota Tegal dengan
keluhan tidak sadar sejak ± 1 jam sebelum masuk rumah sakit. Keluhan timbul
mendadak pada saat pasien sedang ingin mandi di kamar mandi. Pasien
sebelumnya tidak pernah mengalami hal yang serupa. ± 1 bulan sebelum
masuk rumah sakit pasien sering mengeluh nyeri kepala yang dirasakan
semakin memberat.
2
Status Generalis
Kepala : Normocephali, rambut hitam distribusi merata.
Mata : Konjungtiva anemis (-/-) Sklera ikterik (-/-)
Pupil bulat anisokor, diameter 3mm/6mm
Refleks cahaya langung (-/+)
Refleks cahaya tidak langsung (+/-) (kontralateral)
Hidung : Normal
Mulut : Normal
Leher : deviasi trakea (-), pembesaran kelenjar getah bening (-)
pembesaran tiroid (-)
Jantung
Inspeksi : Tidak tampak iktus kordis
Palpasi : Tidak teraba iktus
Perkusi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-) gallop (-)
Paru
Inspeksi : Betuk dada simetris
Palpasi : Gerak napas simetris
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler pada kedua lapang paru, rhonki (-/-),
wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Bising usus (+), 3x/menit
Perkusi : Timpani di seluruh regio
Auskultasi : Supel, nyeri tekan (-)
Ekstremitas
Atas : Akral hangat (+/+) oedem (-/-) deformitas (-/-)
Bawah : Akral hangat (+/+) oedem (-/-) deformitas (-/-)
3
Genitalia : Tidak dilakukan
Status Neurologi
Kesadaran : GCS (E3 M5 V2) (Delirium)
Tanda rangsang meningeal
Kaku kuduk : - (negatif)
Brudzinki I : - (negatif)
Brudzinki II : - (negatif)
Laseque : - (negatif)
Kernig : - (negatif)
Nervus Kranialis
N II Tajam penglihatan
Lapang pandang
Tidak dilakukan
Buta warna
Funduskopi
Kedudukan bola mata Kedua bola mata terletak di
tengah
(ortoforia)
N III
N IV Gerak bola mata Tidak ada hambatan gerak bola mata
N VI Nistagmus - -
4
N VI
Diplopia - -
N VII
Normal
Pemeriksaan motorik
G e r a k a n - - - -
involunter
Kekuatan motorik 5555 4444 5555 4444
5
Refleks fisiologis Bicep & tricep Patella & Achilles
+ + + +
Refleks patologis Babinski - -
Chaddock - -
Oppenheim - -
Gordon - -
Schaeffer - -
Pemeriksaan sensorik :
• Ekstremitas atas
o Rangsang Raba : tidak dilakukan.
o Rangsang Nyeri : tidak dilakukan.
o Rangsang Suhu : tidak dilakukan.
o Rangsang Getar : tidak dilakukan.
o Proprioseptif : tidak dilakukan..
• Ekstremitas bawah
o Rangsang Raba : tidak dilakukan.
o Rangsang Nyeri : tidak dilakukan.
o Rangsang Suhu : tidak dilakukan.
o Rangsang Getar : tidak dilakukan.
o Proprioseptif : tidak dilakukan.
6
Alat Vegetatif
Miksi : dengan kateter
Defekasi : baik
5. Ateroma
a. DM
(0) Tidak
b. Angina pektoris X (-3) 0
(1) Ya
c. Hiperkolesterolemia
Klaudikasio Intermiten
6. Konstanta - 12 -12
HASIL SSS +5
7
Interpretasi : 1. SSS > 1 = Stroke hemoragik
2. SSS < -1 = Stroke non-hemoragik
Total: +5 → klinis Stroke hemoragik
Ht : 40.9% (37-42%)
Kimia Klinik
Elektrolit
8
Klorida :108.8 mmol/L (96 - 106mg/dl)
b. Pemeriksaan Radiologis
CT Scan Kepala
Ekspertise
Jenis Foto : CT Scan Kepala
Deskripsi :
• Lesi hiperdens pada lobus temporal kiri disertai focal edema cerebri
• Tampak lesi hiperdens yang mengisi sulcus corticalis, fisura sylvii,
cisterna basalis dan ventrikel IV
• Substansia alba dan substansia grisea Tampak normal
• Sulcus kortikalis dan fisura sylvii tampak menyempit
• Tampak midline shifting
• Batang otak dan cerebellum baik
Kesan : Intracerebral haemorrhage pada lobus temporal kiri
Subarachnoid haemorrhage dan intraventricular haemorrhage
Curiga ada peningkatan TIK
V. RESUME
Pasien laki-laki, usia 40 tahun, datang ke ke IGD RSUD Kardinah Tegal dengan
Penurunan kesadaran post jatuh dikamar mandi ± 1 jam SMRS. Keluhan timbul
mendadak pada saat pasien sedang ingin mandi di kamar mandi. Pasien
sebelumnya tidak pernah mengalami hal yang serupa. ± 1 bulan sebelum masuk
rumah sakit pasien sering mengeluh nyeri kepala yang dirasakan semakin
memberat. Riwayat penyakit yang sama disangkal. Pada pemeriksaan fisik
9
didapatkan penurunan kesadaran (GCS E3 M5 V2), tekanan darah 180/110, nadi
106x/m, pernafasan 20x/m dan suhu 36,3 C. Pemeriksaan status generalis pupil
0
bulat anisokor, diameter 3mm/6mm, refleks cahaya langung (-/+), refleks cahaya
tidak langsung (+/-) (kontralateral). Pada pemeriksaan neurologi didapatkan
hemiparasis. Pada penunjang laboratoris didapatkan penurunan hematokrit dan
penurunan MCH dan MCHC. Pada pemeriksaan radiologis didapatkan gambaran
Intracerebral haemorrhage pada lobus temporal kiri, subarachnoid haemorrhage
dan intraventricular haemorrhage dan di curiga ada peningkatan TIK.
VII. TATALAKSANA
Non Medikamentosa :
• Monitoring tanda-tanda vital
• Perawatan untuk mencegah ulkus dekubitus
• Fisioterapi
• Terapi okupasi
• Terapi bicara
Medikamentosa:
• IVFD Asering 20 tpm
• Ceftriaxone 2 x 1gr
• Ranitidin inj 2x1 amp
10
• Citicolin 2 x 1 gr
• Lapibal 2x1amp
• Kalnex 3 x 500 mg
• Manitol 4 x 125 cc
Anjuran: Konsul bedah saraf
VIII. FOLLOW UP
Pasien di follow up. Ketika masuk ruang rawat inap, keadaan umum pasien
tampak sakit berat. Pasien mengalami penurunan kesadaran. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan penurunan kesadaran (GCS E3 M5 V2), tekanan darah 180/110,
nadi 106x/m, pernafasan 20x/m dan suhu 36,3 C. Pemeriksaan status generalis
0
pupil bulat anisokor, diameter 3mm/6mm, refleks cahaya langung (-/+), refleks
cahaya tidak langsung (+/-) (kontralateral). Pada pemeriksaan status neurologis
didapatkan hemiplegi dengan nilai kekuatan motorik 4 pada tangan kiri dan 4
pada kaki kiri. Pada hari perawatan ke-2 dan seterusnya sampai pasien pulang
didapatkan hasil pemeriksaan motorik yang sama.
IX. PROGNOSIS
Ad vitam : Dubia ad malam
Ad functionam : Dubia ad malam
Ad sanationam : Dubia ad malam
11
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
Stroke adalah suatu kelainan neurologis fokal ataupun global secara tiba-tiba,
dengan gejala yang berlangsung lebih dari 24 jam (atau meninggal), dan
diakibatkan oleh gangguan vaskuler (WHO, 2005).
Stroke hemoragik adalah stroke yang diakibatkan oleh perdarahan arteri otak
didalam jaringan otak (intracerebral hemorrhage) dan/atau perdarahan arteri
diantara lapisan pembungkus otak, piamater dan arachnoidea (WHO, 2005).
Klasifikasi
Stroke dapat disebabkan baik iskemik (80%) maupun hemoragik (20%). Stroke
hemoragik sendiri diklasifikasikan lagi menjadi pendarahan intraserebral (PIS)
sebanyak 15% dan perdarahan subaraknoid (PSA) sebanyak 5% (Warlow, 2008).
Epidemiologi
Tingkat insidensi dari stroke hemorhagik seluruh dunia berkisar antara 10 sampai
20 kasus per 100.000 populasi dan bertambah dengan umur. Perdarahan
intraserebral lebih sering terjadi pada pria disbanding dengan wanita, terutama
12
pada usia diatas 55 tahun, dan juga pada populasi tertentu seperti pada orang kulit
hitam dan orang jepang (Qureshi, 2001).
Faktor Risiko
Faktor resiko adalah kelainan atau kondisi yang membuat seseorang rentan
besar yaitu:
• Faktor genetik
• Hipertensi
• Obesitas
• Merokok
13
Etiologi
1. Hipertensi
2. Amyloid Angiopathy
3. Arteriovenous Malformation
4. Aneurisma intracranial
14
5. Angioma Kavernosum
6. Venous Angioma
8. Neoplasma intracranial
9. Koagulopathy
15
Manifestasi Klinis
Tekanan darah tinggi yang jauh melampaui level hipertensi kronik yang
dialami pasien, merupakan suatu sangkaan kuat terjadinya pendarahan.
• Muntah
Muntah pada saat onset pendarahan intraserebral jauh lebih sering terjadi
dibandingkan pada infark serebral.
• Nyeri kepala
Nyeri kepala hebat secara umum terjadi pada perdarahan serebral akibat
peninggian tekanan intrakranial, namun pada 50% kasus sakit kepala
absen ataupun ringan.
• Kaku kuduk
• Kejang
Kejang yang terjadi biasanya fokal, terjadi pada beberapa hari pertama
dari 10% kasus perdarahan supratentorial. Kejang sering terjadi
belakangan, beberapa bulan bahkan tahun setelah kejadian
16
Adapun sindroma utama yang menyertai stroke hemorhagik menurut Smith
(2005) dapat dibagi menurut tempat perdarahannya yaitu:
1. Putaminal Hemorrhages
Putamen merupakan tempat yang paling sering terjadi perdarahan, juga dapat
meluas ke kapsula interna. Hemiparesis kontralateral merupakan gejala utama
yang terjadi. Pada perdarahan yang ringan, gejala diawali dengan paresis wajah ke
satu sisi, bicara jadi melantur, dan diikutii melemahnya lengan dan tungkai serta
terjadi penyimpangan bola mata. Pada perdarahan berat dapat terjadi penurunan
kesadaran ke stupor ataupun koma akibat kompresi batang otak.
2. Thalamic Hemorrhages
Gejala utama di sini adalah terjadi kehilangan sensorik berat pada seluruh sisi
kontralateral tubuh. Hemiplegia atau hemiparesis juga dapat terjadi pada
perdarahan yang sedang sampai berat akibat kompresi ataupun dekstruksi dari
kapsula interna di dekatnya. Afasia dapat terjadi pada lesi hemisfer dominan, dan
neglect kontralateral pada lesi hemisfer non-dominan. Hemianopia homonim juga
dapat terjadi tetapi hanya sementara.
3. Pontine Hemorrhages
Koma dalam dengan kuadriplegia biasanya dapat terjadi dalam hitungan menit.
Sering juga terjadi rigiditas deserebrasi serta pupil "pin-point" (1 mm). Terdapat
kelainan refleks gerakan mata horizontal pada manuver okulosefalik (doll's head)
ataupun tes kalorik. Kematian juga sering terjadi dalam beberapa jam.
4. Cerebellar Hemorrhages
17
5. Lobar Hemorrhages
Sebagian besar perdarahan lobar adalah kecil dan gejala yang terjadi terbatas
menyerupai gejala-gejala pada stroke iskemik.
Penggunaan angiography pada diagnosis dari PIS menurun setelah adanya CT dan
MRI. Peranan utama dari angiografi adalah sebagai alat diagnosis etiologi dari
PIS non-hipertensif seperti AVM, aneurysm, tumor dll, PIS multipel, dan juga PIS
pada tempat-tempat atipikal (hemispheric white matter, head of caudate nucleus).
18
Walaupun demikian penggunaannya tetap terbatas oleh karena perkembangan
imaging otak yang non-invasif (El Mitwalli, 2000)
Penatalaksanaan
Oleh karena jendela terapi stroke akut sangat pendek, evaluasi dan diagnosis
klinik harus cepat. Evaluasi gejala dan tanda klinik meliputi:
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
2. Terapi Umum
b. Stabilisasi hemodinamik
19
• Bila tekanan darah sistolik < 120mmHg dan cairan sudah mencukupi,
dapat diberikan obat-obat vasopressor.
• Tekanan darah
• Pemeriksaan jantung
o Derajat kesadaran
o Keparahan hemiparesis
• Monitor TIK harus dipasang pada pasien dengan GCS < 9 dan pasien yang
mengalami penurunan kesadaran
• Hindari hipertermia
20
• Jaga normovolemia
e. Pengendalian Kejang
g. Pemeriksaan penunjang
• EKG
21
• Bila curiga PSA lakukan punksi lumbal
1. Cairan
• Berikan cairan isotonis seperti 0,9% salin , CVP pertahankan antara 5-12
mmHg.
2. Nutrisi
• Beri makanan lewat pipa orogastrik bila terdapat gangguan menelan atau
kesadaran menurun.
• Berikan antibiotik sesuai indikasi dan usahakan tes kultur dan sensitivitas
kuman.
22
• Pencegahan dekubitus dengan mobilisasi terbatas.
• Jika gelisah dapat diberikan benzodiazepin atau obat anti cemas lainnya.
• Rehabilitasi
• Edukasi keluarga.
• Discharge planning.
a. Terapi hemostatik
- Eptacog alfa (recombinant activated factor VII [rF VIIa]) adalah obat
hemostasis yang dianjurkan untuk pasien hemophilia yang resisten terhadap
pengobatan factor VII replacement dan juga bermanfaat untuk penderita
dengan fungsi koagulasi yang normal.
- Pemberian rF VIIa pada PIS pada onset 3 jam hasilnya adalah highly-
significant, tapi tidak ada perbedaan bila pemberian dilakukan setelah lebih
dari 3 jam.
23
b. Reversal of Anticoagulation
- Dosis tunggal intravena rFVIIa 10µ/kg- 90 µ/kg pada pasien PIS yang
memakai warfarin dapat menormalkan INR dalam beberapa menit.
Pemberian obat ini harus tepat diikuti dengan coagulation factor
replacement dan vitamin K karena efeknya hanya beberapa jam.
- Pasien dengan perdarahan kecil (<10 cm3) atau defisit neurologis minimal
24
- Pasien dengan perdarahan serebelar >3 cm dengan perburukan klinis atau
kompresi batang otak dan hidrosefalus dari obstruksi ventrikel harus
secepatnya dibedah.
- Pasien usia muda dengan perdarahan lobar sedang s/d besar yang memburuk.
Prognosis
25
DAFTAR PUSTAKA
2. Centers for Disease Control and Prevention, 2018. Stroke Facts and
Statistics. : Division for Heart Disease and Stroke Prevention. Available
from: https://www.cdc.gov/DHDSP/
8. Qureshi, Adnan I., Tuhrim, Stanley., Broderick, Joseph P., Batjer, H Hunt.,
Hondo, Hiteki., Hanley, Daniel F.,. 2001. Spontaneous Intracebral
Hemorrhage. N Engl J Med , 344: 19
9. Warlow, C., van Gijn, J., Dennis, M., Wardlaw, J., Bamford, J., Hankey,
G., 2008. Stroke: Practical Management 3rd edition. Massachusetts:
Blackwell Publishing.
26
10. World Health Organization, 2004. The Atlas of Heart Disease and Stroke.
World Health Organization.
11. World Health Organization, 2005. WHO STEPS Stroke Manual: The WHO
STEPwise Approach to Stroke Surveillance. World Health Organization.
27