Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN KASUS

PARKINSON’S DISEASE DENGAN GAMBARAN


KLINIS α-SYNUCLEINOPATHIES

PENULIS :

Argia Wiryawan

030.13.025

PEMBIMBING :

dr. Ananda Setiabudi, Sp.S

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SYARAF


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDHI ASIH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
PERIODE 15 JANUARI – 17 FEBRUARI 2018
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDHI ASIH

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SYARAF

PERIODE 15 JANUARI – 18 FEBRUARI 2018

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus dengan judul Parkinson’s Disease dengan Gambaran Klinis α-


Synucleinopathies telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat
menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Syaraf periode 15 Januari –
18 Februari 2018

Jakarta, Februari 2018

dr. Ananda Setiabudi, SpS

1
PENDAHULUAN

Gangguan gerak dapat didefinisikan sebagai sindrom neurologik dengan


gejala gerakan yang berlebihan atau gerakan yang kurang, yang tidak berkaitan
dengan kelemahan (paresis) atau spastisitas. Kondisi ini disebut juga dengan
diskinesia. Salah satu contoh dari penyakit yang melibatkan gangguan gerak adalah
penyakit Parkinson. Penyakit Parkinson juga termasuk dalam α-Synucleinopathies.1,5
Penyakit Parkinson pertama kali ditemukan oleh seorang dokter Inggris
bernama James Parkinson pada tahun 1817. Pada awalnya, James Parkinson
mendeskripsikan penemuannya sebagai paralysis agitans, yang ditandai oleh suatu
kondisi penurunan pergerakan (hipokinesia) yang disertai dengan tremor saat
istirahat. Parkinsonisme adalah kumpulan gejala atau sindrom tremor saat istirahat,
bradikinesia, rigiditas, hilangnya refleks postural, postur fleksi, dan blok motorik
sehingga parkinsonisme juga dikenal sebagai sindrom parkinson.
Penyakit Parkinson merupakan bentuk tersering dari sindrom Parkinson. Pada
tahun 1919 Tretiakoff menyimpulkan dari hasil penelitian post mortem penderita
penyakit Parkinson pada disertasinya bahwa ada kesamaan lesi yang ditemukan yaitu
lesi di substansia nigra. Lebih lanjut, secara terpisah dan dengan cara berbeda
ditunjukkan Bein, Carlsson, dan Hornykiewicz tahun 1950an, bahwa penurunan kadar
dopamine sebagai kelainan biokimiawi yang mendasari penyakit Parkinson.2,3
Penyakit Parkinson terjadi di seluruh dunia. Sebanyak 5-10 % orang menderita
penyakit parkinson. Gejala awalnya muncul sebelum usia 40 tahun, tapi rata-rata
menyerang penderita pada usia 65 tahun. Secara keseluruhan, pengaruh usia pada
umumnya mencapai 1% di seluruh dunia dan 1,6 % di Eropa, meningkat dari 0,6 %
pada usia 60 – 64 tahun sampai 3,5 % pada usia 85 – 89 tahun. Di Amerika Serikat,
ada sekitar satu juta penderita parkinson.4

2
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. AR
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 63 tahun
Alamat : Pulo Gadung, Jakarta Timur
Agama : Islam
Suku Bangsa : Betawi
Status Pernikahan : Menikah
Pekerjaan : Divisi Marketing Perusahaan Motor
Nomor RM : 01.06.39.43
Tanggal Kunjungan Poli : 23 Januari 2018

II. ANAMNESIS
Dilakukan secara autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 23 Januari 2018, di
Ruang Tindakan EEG Poli Penyakit Saraf.

a. Keluhan Utama
Pasien datang dengan keperluan meminta rujukan untuk berobat ke RS
Persahabatan untuk keluhan tremor pada tangan kanan, bergerak tidak
terkendali sejak 2016.

b. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien pertama kali mengalami keluhan tremor terutama pada tangan kanan
pada tahun 2015. Saat ini, tremor tidak membaik dan sedikit dirasakan pasien
di kaki kanan, tangan kiri, bibir dan lidah. Selain itu saat ini pasien mengeluh
keluar air liur dan tidak dapat dikendalikan. Pasien mengaku lambat dalam
melakukan gerakan sehari-hari dan kaku pada ujung-ujung jari tangan. Pasien
juga mengeluh mudah lelah dan sedih karena pasien juga mengalami
impotensi. Pasien mengeluh pusing berputar. Tidak ada insomnia, namun
pasien merasa mudah mengantuk dan kalau tidur sangat pulas (siang maupun
malam). Riwayat stroke dan trauma disangkal.

3
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pertama kali berobat pada tanggal 26 Oktober 2016 di RSUD Budhi
Asih dengan keluhan tangan gemetar, terutama saat stres dan menghilang saat
menggenggam benda, dan didiagnosa parkinson. Riwayat diabetes, hipertensi,
sakit jantung, dan stroke disangkal oleh pasien. Tidak memiliki riwayat
operasi, dan tidak pernah dirawat di rumah sakit.

d. Riwayat Penyakit Keluarga


Keluarga pasien tidak ada yan mengalami keluhan serupa. Riwayat diabetes,
hipertensi, sakit jantung, dan stroke pada keluarga disangkal oleh pasien.

e. Riwayat Kebiasaan
Pasien jarang berolahraga. Riwayat merokok dan minum alkohol disangkal
oleh pasien.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Tanggal : 23 Januari 2018
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital :
 Tekanan darah : 120/80 mmHg
 Suhu : 36.8oC
 Heart Rate : 72 x/menit
 Respiratory Rate : 16 x/menit

Status Generalis
Kulit : Sawo matang, ikterik (-), sianotik (-)
Kepala : Normosefali, distribusi rambut merata
Mata : Konjungtiva anemis (-/-) Sklera ikterik (-/-)
Pupil bulat isokor, diameter 3mm/3mm
Refleks cahaya langung (+/+)
Refleks cahaya tidak langsung (+/+)
Hidung : Normal

4
Mulut : Normal
Leher : deviasi trakea (-), pembesaran kelenjar getah bening (-)
pembesaran tiroid (-)
Jantung
Inspeksi : Tidak tampak iktus kordis
Palpasi : Tidak teraba iktus
Perkusi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-) gallop (-)
Paru
Inspeksi : Betuk dada simetris saat statis dan dinamis
Palpasi : Vokal fremitus simetris pada kedua lapang paru
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler pada kedua lapang paru, rhonki (-/-)
Wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis
Palpasi : Bising usus (+) 3x/menit
Perkusi : Timpani di seluruh regio
Auskultasi : Supel, tidak didapatkan nyeri tekan
Ekstremitas
Atas : Akral hangat (+/+) oedem (-/-) resting tremor (+/-)
Bawah : Akral hangat (+/+) oedem (-/-)
Genitalia : Tidak dinilai

5
Status Neurologi
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda rangsang meningeal
Kaku kuduk : - (negatif)
Brudzinki I : - (negatif)
Brudzinki II : - (negatif)
Laseque : >70o / >70o
Kernig : >135o / >135o
Nervus Kranialis
Hasil Pemeriksaan
Nervus Kranialis Pemeriksaan
Kanan Kiri
NI Tes menghidu Tidak dilakukan
Ukuran pupil Bulat, d : 3mm Bulat, d : 3mm
Tajam penglihatan
N II Lapang pandang
Tidak dilakukan
Buta warna
Funduskopi
Kedudukan bola mata  Kedua bola mata terletak di tengah
Gerak bola mata  Gerak bola mata 
Normal ke segala arah
Nistagmus  Nistagmus (+ horizontal)
N III, N IV, N VI
Diplopia  Diplopia (-)
 Lagoftalmus (-)
Refleks cahaya RCL (+) RCL (+)
RCTL (+) RCTL (+)
Motorik
NV Perabaan baik, motorik baik
Sensorik
Motorik oksipitofrontal
N VII Motorik orbikularis oculi Dalam batas normal
Motorik orbikularis oris
Tes pendengaran
N VIII Tidak dilakukan
Tes keseimbangan
N IX, N X Pengecapan lidah ⅓ posterior Tidak dilakukan

6
Refleks menelan
Refleks muntah
Mengangkat bahu Pasien dapat mengangkat bahu dan
N XI
Menoleh menoleh dengan baik.
Pergerakan lidah
N XII Dalam batas normal
Disartria

Pemeriksaan Motorik
Pemeriksaan Ekstremitas Atas Ekstremitas Bawah
Atrofi - - - -
Tonus Normotonus Normotonus Normotonus Normotonus
Gerakan - - - -
involunter
Kekuatan otot 5555 5555 5555 5555
Refleks Bisep/trisep Patella/Achilles
fisiologis + + + +
Babinski - -
Chaddock - -
Refleks
Gordon - -
patologis
Oppenheim - -
Schaefer - -
Klonus - -

Pemeriksaan sensorik : Tidak dikerjakan


Fungsi Otonom : Keluar air liur terus-menerus
Tes Keseimbangan dan Koordinasi : Tes Romberg (-), Fukuda Test (-)
Tes menulis : Mikrografia (+)

7
IV. FOLLOW UP
Pasien pertama kali berobat pada tanggal 27 Oktober 2016 di RSUD Budhi
Asih dengan keluhan tangan gemetar, terutama saat stres dan menghilang saat
menggenggam benda. Saat itu pasien didiagnosa parkinson dan hipertensi grade II.
Pasien pertama kali mendapatkan pengobatan trihexyphenidyl, Leparson
(levodopa), dan amlodipin untuk hipertensinya. Pasien rutin berobat, pada
November 2016 pasien mendapatkan pengobatan Heximer (trihexyphenidyl),
Leparson (levodopa), dan sifrol (pramiorexole). Pada bulan Desember 2016, pasien
mendapatkan obat levazid (levodopa) dan trihexyphenidil. Pada Februari 2017,
pasien mendapatkan obat stalevo, levazid dan trihexylphenidyl dan sifrol
(pramiprexole)
Pasien melanjutkan pengobatan di RSUP Persahabatan, dan tidak hafal akan
obat-obat yang diberikan dari RS tersebut. Pasien kembali ke RSBA pada tanggal
23 Januari 2018 untuk kontrol dan melakukan perpanjang surat rujukan ke RSUP
Persahabatan.
Selama pengobatan, pasien mengaku gejala yang dialami pasien dapat ditekan
dengan konsumsi obat-obatan, walaupun tidak sepenuhnya hilang. 6-8 bulan
terakhir pasien merasa penyakitnya semakin progresif, walaupun gejala dapat
diatasi dengan obat-obatan.

V. PROGNOSIS
Ad vitam : ad bonam
Ad functionam : dubia ad malam
Ad sanationam : ad malam

8
ANALISA KASUS

I. PROFIL PASIEN 5
Insidens terjadinya penyakit parkinson meningkat seiring bertambahnya
usia akibat proses degenerasi yang sulit dihindarkan. Pada kelompok laki-laki,
terdapat peningkatan dari 3,59 per 100.000 penduduk menjadi 132,72 per
100.000 penduduk dalam rentang usia 40-79 tahun. Penyakit parkinson lebih
banyak terjadi pada laki-laki dibanding perempuan, dengan perbandingan 3:2.
Pada kasus ini, Tn. AR berusia 63 tahun dan berjenis kelamin laki-laki.
Faktor risiko pada penyakit parkinson bersifat multifaktorial dan saling
berinteraksi satu sama lain. Faktor risiko yang mempengaruhi kemungkinan
terjadinya parkinson antara lain adalah faktor lingkungan seperti paparan
pestisida, riwayat trauma kepala, lingkungan perkotaan, penggunaan penyekat
beta, pekerjaan agrikultural dan konsumsi air bersih. Selain itu, genetik juga
berpengaruh terhadap parkinson. Tn. AR tidak memiliki satupun faktor risiko
dari lingkungan yang dijelaskan di atas.

II. DATA KLINIS PASIEN


Manifestasi klinis dari penyakit parkinson adalah tremor, rigiditas,
akinesia/bradikinesia, instabilitas postural, dan manifestasi nonmotorik lain.
Pada Tn. Ar, terdapat lima gejala klinis di atas. Tremor adalah gambaran khas
penyakit parkinson. Tremor juga dapat terjadi di bibir dan bagian lain. Namun,
terdapat 25% kasus yang tanpa disertai tremor sepanjang perjalanan
penyakitnya. Beberapa bentuk tremor yang ada antara lain, pill-rolling tremor,
resting tremor, dan re-emerges tremor.
Rigiditas merupakan peningkatan tonus otot. Rigiditas dapat
mempengaruhi postur pasien, oleh karena sebagian besar sendi akan
cenderung fleksi, termasuk tulang belakang. Hal ini lah yang membentuk
simian posture pada pasien. Pada ekstremitas proksimal dapat ditemukan
striatal hand atau striatal toe, yaitu keadaan di mana terdapat fleksi sendi
metakarpofalangeal dan dorsifleksi ibu jari kaki.
Akinesia pada parkinson merupakan gejala yang sangat mempengaruhi
kualitas hidup pasien, karena gerakan volunter menjadi lambat oleh karena
kesulitan menginisiasi, mempertahankan, dan mengubah gerakan. Contoh dari

9
bentuk akinesia yang dapat ditemukan penyakit parkinson antara lain facial
amimia atau masked face, dan mikrografia.
Instabilitas postural dapat dilihat dari cara pasien berjalan yaitu
shuffling gait, dimana kaki tidak dapat diangkat secara normal. Sesekali
langkah pasien juga semakin cepat (festination).

Domain Nonmotorik Gejala Nonmotorik


Gg. Autonom Saliva menetes, disfagia, mual, konstipasi, nokturia,
disfungsi seksual, hipotensi ortostatik, keringat
berlebihan
Gg. Tidur Excessive daytime sleepiness, insomnia
Gg. Neuropsikiatri Gg. kognitif, gg. Mood, apatis, anhedonia
Gg. Sensoris dan Gg. olfaktori, visual, auditorik, dan nyeri serta fatig
nonmotorik lain
Tabel 1. Empat Ranah Gejala Nonmotorik pada Parkinson 6

Tn. AR memiliki gejala saliva menetes, disfungsi seksual, excessive


daytime sleepiness, dan gangguan mood.
Diagnosa parkinson pada kasus ini dapat ditegakkan berdasarkan UK
Parkinson’s Disease Society Brain Bank.

Gambar 1. UK Parkinson’s Disease Society Brain Bank

10
Tn. AR memenuhi kriteria di atas. Pada langkah 1 terdapat bradikinesia
rigiditas muskular, tremor istirahat, dan instabilitas postural. Terdapat keterbatasan
pada penilaian langkah 2, di mana akurasi dalam sebuah anamnesis tentunya tidak
memiliki akurasi 100%, namun, secara umum tidak ditemukan satupun hal-hal yang
mengeksklusikan diagnosis parkinson. Pada langkah 3, terdapat tiga pendukung
positif penyakit parkinson yaitu, tremor istirahat, onset unilateral, dan gejala yang
progresif.
Stadium parkinson yang diderita oleh Tn. AR berdasarkan Modified Hoehn
and Yahr adalah stadium 4, dimana terdapat gejala yang lebih berat yaitu rigiditas,
bradikinesia, masih dapat berjalan untuk jarak tertentu. Berdasarkan Braak Staging,
Tn. AR termasuk ke dalam stage 2. Pada stage 2, distribusi topografi dari alfa-
sinuclein telah mencapai pons dimana salah satu gejalanya yaitu gangguan tidur
seperti excessive daytime sleepiness.
Ditinjau menurut substrat neuropatolois pada struktur anatominya, secara
patologis gejala klinis nonmotorik yang dikeluhkan oleh Tn. AR adalah deposit badan
Lewy dan neurit Lewy di ganglion simpatik, pleksus pelvik, dan pons.

11
III. RIWAYAT PENGOBATAN PASIEN
Tn. AR telah mendapatkan multiple drugs therapy. Riwayat pengobatan
gabungan antara levodopa, carbidopa & benserazid (dopa-decarboxylase inhibitor),
dan entecapone (COMT inhibitor), dan pramiprexole (agonis dopamin) menandakan
pasien sudah melewati tahap respons wearing off terhadap pengobatan parkinson
sebelumnya.5

Gambar 2. Algoritma Tatalaksana Parkinson

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Lumbantobing SM. Gangguan Gerak. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas


Indonesia; 2005. p. 1-2, 67-110.

2. Joesoef AA. Parkinson’s Disease: Basic Science. In: Sjahrir H, Nasution D, Gofir
A, Editors. Parkinson’s Disease and Other Movement Disorders. Medan: Pustaka
Cendekia; 2007. p. 4, 7, 14-8.

3. Grant R, Varney S, Lockhart I, Bakhshi L, Richards A, Ingham J, et al.


Parkinson’s disease: National clinical guideline for diagnosis and management in
primary and secondary care. London: Royal College of Physicians; 2006.

4. Shahab A. Clinical Features and Diagnosis of Parkinson Disease. In: Sjahrir H,


Nasution D, Gofir A, Editors. Parkinson’s Disease and Other Movement Disorders.
Medan: Pustaka Cendekia; 2007. p. 22-8. 


5. Aninditha T. Wiratman W. Buku Ajar Neurologi. Departemen Neurologi Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia. 2017; p109-135.

6. Erro R. Journal of Parkinsonism and Restless Legs Syndrome. 2015; p1-10

13

Anda mungkin juga menyukai