Anda di halaman 1dari 3

Asuhan Antenatal

Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi tetanus toksoid (TT) bila
diperlukan

Imunisasi TT diberikan dengan tujuan mencegah terjadinya tetanus neonatorum. Skrining


imunisasi dilakukan pada kunjungan pertama. Status imunisasi TT minimal adalah T2.
Imunisasi TT diberikan jika diperlukan. Ibu hamil dengan status imunisasi T5 tidak perlu
diberikan imunisasi TT lagi.

Beri tablet tambah darah

Pemberian tablet tambah darah atau tablet besi (Fe) bertujuan mencegah terjadinya anemia
defisiensi Fe. Setiap ibu hamil harus mendapatkan minimal 90 tablet besi dan asam folat yang
diberikan sejak kontak pertama.

Periksa laboratorium rutin dan khusus

Pemeriksaan laboratorium rutin:

Dilakukan pada setiap ibu hamil yang melakukan kunjungan antenatal, meliputi:

1. Pemeriksaan golongan darah


Dilakukan untuk mengetahui golongan darah ibu hamil dan mempersiapkan calon
pendonor darah jika suatu waktu diperlukan apabila terjadi situasi gawat darurat.
2. Pemeriksaan kadar hemoglobin darah
Dilakukan minimal satu kali pada trimester pertama dan satu kali pada trimester ketiga.
Pemeriksaan pada trimester kedua dilakukan dengan indikasi. Pemeriksaan dilakukan
dengan tujuan mengetahui adanya anemia pada ibu hamil, karena anemia pada ibu
hamil dapat mempengaruhi tumbuh kembang janin dan proses kelahiran.
3. Pemeriksaan protein dalam urin
Dilakukan pada trimester kedua dan ketiga atas indikasi. Pemeriksaan dilakukan
dengan tujuan mengetahui adanya protein dalam urin, yang merupakan indikator
adanya pre-eklampsia.
4. Pemeriksaan kadar gula darah
Ibu hamil yang dicurigai menderita diabetes melitus harus dilakukan pemeriksaan gula
darah minimal satu kali pada trimester pertama, satu kali pada trimester kedua, dan satu
kali pada trimester ketiga.
5. Pemeriksaan darah malaria
Semua ibu hamil di daerah endemis malaria harus dilakukan pemeriksaan darah malaria
pada kontak pertama dalam rangka skrining. Ibu hamil di daerah non endemis malaria
dilakukan pemeriksaan darah malaria dengan indikasi.
6. Pemeriksaan sifilis
Pemeriksaan sifilis dilakukan pada daerah dengan risiko tinggi sifilis dan pada ibu
hamil yang dicurigai menderita sifilis. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan sedini
mungkin selama kehamilan.
7. Pemeriksaan HIV
Pada daerah epidemi HIV meluas dan terkonsentrasi, tenaga kesehatan di fasilitas
pelayanan kesehatan wajib menawarkan tes HIV kepada setiap ibu hamil pada saat
pemeriksaan antenatal atau menjelang persalinan. Pada daerah epidemi HIV rendah,
penawaran tes HIV diprioritaskan kepada ibu hamil dengan IMS dan TB pada saat
pemeriksaan antenatal atau menjelang persalinan.
8. Pemeriksaan BTA
Dilakukan pada ibu hamil yang dicurigai menderita TB supaya tidak mempengaruhi
kesehatan janin.

Pemeriksaan laboratorium khusus:

Dilakukan atas indikasi

Tata laksana/penanganan kasus

Setiap kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan antenatal harus ditangani sesuai dengan
standar dan kewenangan tenaga kesehatan.

Temu wicara/konseling

Meliputi:

1. Kesehatan ibu
Memeriksakan kehamilannya secara rutin ke tenaga kesehatan. Beristirahat yang cukup
sekitar 9-10 jam per hari. Tidak bekerja berat.
2. Perilaku hidup bersih dan sehat
Menjaga kebersihan badan misalnya mencuci tangan sebelum makan, mandi dua kali
sehari dengan sabun, menggosok gigi setelah sarapan dan sebelum tidur, dan
melakukan olah raga ringan.
3. Peran suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persalinan
Suami, keluarga, atau masyarakat perlu mempersiapkan biaya persalinan, kebutuhan
bayi, transportasi rujukan, dan calon pendonor darah. Hal ini penting apabila terjadi
komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas, agar bisa segera dibawa ke fasilitas
kesehatan.
4. Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan, nifas, dan kesiapan menghadapi komplikasi
Misalnya perdarahan pada kehamilan muda maupun tua, keluar cairan berbau dari jalan
lahir, dan sebagainya. Bertujuan agar ibu hamil segera mencari pertolongan ke tenaga
kesehatan.
5. Asupan gizi seimbang
Hal ini penting untuk proses tumbuh kembang janin dan derajat kesehatan ibu.
Misalnya anjuran untuk mengonsumsi tablet besi untuk menghidari anemia pada
kehamilan.
6. Gejala penyakit menular dan tidak menular
Penyakit tidak menular dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan janin. Gejala penyakit
tidak menular penting untuk diketahui supaya ibu segera mendapat penanganan yang
tepat.
7. Penawaran untuk melakukan tes HIV dan konseling di daerah epidemi meluas dan
terkonsentrasi atau ibu hamil dengan IMS dan TB di daerah epidemi rendah
Setiap ibu hamil ditawarkan untuk melakukan tes HIV dan segera diberikan informasi
mengenai risiko penularan HIV dari ibu ke janinnya. Apabila ibu hamil tersebut HIV
positif maka dilakukan konseling Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA).
Bagi ibu hamil yang negatif, diberikan penjelasan untuk menjaga HIV tetap negatif.
8. Inisiasi menyusui dini (IMD) dan pemberian ASI eksklusif
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memberikan ASI kepada bayinya segera setelah bayi
lahir karena ASI mengandung zat kekebalan tubuh yang penting untuk kesehatan bayi.
Pemberian ASI tetap dilanjutkan sampai 6 bulan, lalu ditambah dengan makanan
pendamping dan dilanjutkan hingga bayi berusia 2 tahun.
9. KB pasca persalinan
Ibu hamil diberikan pengarahan tentang pentingnya KB setelah persalinan guna
menjarangkan kehamilan. Hal ini penting guna menjaga kesehatan diri sendiri, anak,
dan keluarganya.
10. Imunisasi
Setiap ibu hamil harus memiliki status imunisasi Tetanus minimal T2 untuk mencegah
terjadinya tetanus neonatorum pada bayi.
11. Peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan (brain booster)
Untuk meningkatkan inteligensia bayi yang akan dilahirkan, ibu hamil dianjurkan untuk
memberikan stimulasi auditori dan memenuhi nutrisi pengungkit otak (brain booster)
secara bersamaan selama kehamilan.

Anda mungkin juga menyukai