Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN KASUS

PARKINSON

Disusun oleh :

Sally Nadia Asda 112018008

Pembimbing :

dr. Andrie Gunawan, Sp.S

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF

RSPAD GATOT SOEBROTO JAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


JAKARTA

Periode : 18 Maret s.d 20 April 2019

1
KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU PENYAKIT SARAF
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
Hari/Tanggal Presentasi Kasus :
SMF ILMU PENYAKIT SARAF
RSPAD GATOT SOEBROTO
Tandatangan

Nama : Sally Nadia Asda

NIM : 11.2018.008

Dr. Pembimbing/Penguji : dr. Andrie Gunawan, Sp.S

I. Identitas Pasien
Nama : Tn TF
Umur : 73 tahun
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki- laki
Status Perkawinan : Menikah
Suku Bangsa : Sunda
Pekerjaan : Pensiunan
Alamat : Jln Industri IX/5 RT 007/001 Kel Gunung Sahari Utara Kec Sawah B
No RM : 856056

II. Subjektif
Autoanamnesis pada tanggal 4 April 2019, pukul 11.00 WIB

1. Keluhan Utama
Tangan kanan pasien merasa bergetar sejak 8 bulan SMRS.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poli Klinik saraf RSPAD Gatot Soebroto pada tanggal 4 April
2019 untuk kontrol, pasien datang dengan keluhan tangan bergetar selama 8 bulan
SMRS. Tangan yang bergetar hanya sebelah kanan, sedangakan tangan kiri tidak.
Getaran dirasakan pada pergelangan tangan saja, siku dan bahu pasien tidak ikut

2
bergetar. Keluhan bergetar dirasakan sepanjang hari dan semakin meningkat saat
tangan pasien istirahat, memegang / mengambil suatu benda. Aktivitas sehari – hari
yang memerlukan gerakan besar seperti makan, minum, mandi bisa dilakukan. Menulis
masih bisa dilakukan tetapi mengeluh tulisan menjadi lebih kecil dari sebelumnya.
Pasien juga mengatakan pada saat tangan di luruskan dan di tekuk terasa kaku. Pasien
dapat berdiri sendiri saat memulai bergerak seperti bangun dari duduk atau memulai
berjalan tanpa bantuan orang. Tetapi pasien merasa berjalan langkahnya pendek. BAB
dan BAK dalam batas normal. Keluhan tidur tidak ada, pasien tidurnya cukup.

Keluhan ini sudah dialami sejak 8 bulan yang lalu. Saat itu, pasien didiagnosa
dengan parkinson kemudian menjalani pengobatan rutin di RSPAD Gatot Soebroto.
Pasien mengatakan keluhan tangan bergetar lebih hebat dari pada saat ini. Pasien
mengaku tidak ingat bagaimana mulainya getaran tangan tersebut, pasien hanya
mengatakan dia di beri tahu temanya kalau tangannya terlihat gemetar seperti tremor.
Pasien sekarang sedang menjalani pengobatan parkinson, selama minum obat keluhan
dirasakan berkurang.

3. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien mempunyai riwayat Hipertensi (Amlodipine 10mg), Diabetes Melitus (-),
Jantung (-), Stroke (-), Tumor (-)

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Di dalam keluarga tidak ada yang memiliki riwayat parkinson, hipertensi, diabetes
mellitus, penyakit jantung, stroke, tumor.

5. Riwayat Kelahiran/ Pertumbuhan Perkembangan

Pasien lahir normal cukup bulan, riwayat pertumbuhan dan perkembangan tidak
terhambat.

6. Riwayat Sosial Ekonomi Pribadi


Keadaan sosial ekonomi dan kepribadian pasien baik, pasien tidak pernah merokok
maupun memakai obat – obatan terlarang

3
III. PEMERIKSAAN FISIK
STATUS INTERNUS
 Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
 BB : 45 kg
 TB : 155 cm
 Gizi : Gizi cukup (IMT 18.7)

 Tanda Vital
Tekanan darah : 125/80 mmHg
Nadi : 75x/menit
Suhu : 36,5°c
Pernapasan : 18x/menit, thorakal abdominal
 Mata : Konjungtiva anemis -/- , sklera ikterik -/-,
 Leher : Tidak didapatkan pembesaran KGB
 Jantung : BJ I-II, regular, Gallop (-), Murmur(-)
 Paru : SN vesikuler kedua lapang paru, Rhonki (-)/(-),
Wheezing(-)/(-)
 Hepar : Tidak teraba membesar
 Lien : Tidak teraba membesar
 Ekstremitas : Akral hangat, edema (-), sianosis (-), CRT <2’

STATUS PSIKIATRI
 Tingkah Laku : Wajar
 Perasaan Hati : Biasa
 Orientasi : Baik
 Jalan Pikiran : wajar
 Daya Ingat : baik

4
STATUS NEUROLOGIS
 Kesadaran : Compos mentis, E4M6V5, GCS 15
 Sikap Tubuh : baik
 Cara Berjalan : Berjalan dengan langkah pendek
 Gerakan Abnormal : Tremor pada tangan kanan, rigiditas

KEPALA
 Bentuk : Normosefalik
 Simetris : Simetris
 Pulsasi : Teraba pulsasi a. Temporalis dextra dan sinistra
 Nyeri tekan : Tidak ada
 Ekspresi : Tampak datar
LEHER
 Sikap : Lurus, simetris
 Gerakan : kanan, kiri baik
 Vertebra : Normal
 Nyeri tekan : Tidak ada

GEJALA RANGSANG MENINGEAL


Kanan Kiri
 Kaku kuduk : - -
 Laseque : - -
 Kerniq : - -
 Brudzinsky I : - -
 Brudzinsky II : - -

5
NERVUS CRANIALIS

N I. (Olfaktorius) Kanan Kiri


Subjektif Normosmia Normosmia
Obyektif Normosmia Normosmia
N II. (Optikus)
Tajam pengelihatan Baik Baik

Lapangan pengelihatan Baik Baik

Melihat warna Baik Baik

Fundus okuli Tidak dilakukan Tidak dilakukan

N III, IV dan VI
Celah mata Ptosis - Ptosis -
Strabismus Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Nistagmus Tidak ada Tidak ada
Eksoftalmus Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Gerakan Bola mata
Lateral Baik Baik

Medial Baik Baik

Atas Medial Baik Baik

Bawah Medial Baik Baik

Atas Lateral Baik Baik

Bawah Lateral Baik Baik

Pupil
Ukuran +3 mm +3 mm
Bentuk Bulat Bulat
Iso / anisokor Isokor Isokor
Posis Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Reflek Cahaya langsung + +
Reflek Cahaya Tidak + +
langsung

6
N V. (Trigeminus)
Membuka mulut Baik Baik
Mengunyah Baik Baik
Menggigit Baik Baik
Sensibilitas
Refleks kornea Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Reflek Masseter + +
Reflek Zigomatikus + +
Reflek Bersin Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N VII. (Facialis)
Mengerutkan dahi + +
Menutup mata + +
Memperlihatkan gigi + +
Bersiul Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Perasaan lidah bagian 2/3 Tidak dilakukan Tidak dilakukan
depan
N VIII. (Vestibulokoklear)
Mendengar suara gesekan Baik Baik
jari tangan
Suara detik jam Kurang Kurang
Tes Swabach Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tes Weber Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tes Rinne Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N IX. (Glossofaringeus)
Arcus pharynx Simetris Simetris
Posis uvula Berada ditengah Berada ditengah
Daya pengecapan lidah 1/3 Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Reflek muntah Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N X. (Vagus)
Denyut nadi Kuat angkat, reguler
Bicara Baik, disphoni (-), pelo (-)
Menelan Baik

7
N XI. (Asesorius)
Mengangkat bahu Baik Baik
Memalingkan kepala Baik Baik
Sikap Bahu Simetris Simetris
N XII. (Hypoglossus)
Menjulurkan lidah Simetris
Kekuatan lidah Baik
Atrofi lidah Tidak ada
Artikulasi Jelas
Tremor lidah Tidak ada

SISTEM MOTORIK
Trofi : Eutrofi Eutrofi
Eutrofi Eutrofii
Gerakan : Terbatas Terbatas
Terbatas Terbatas
Kekuatan : 5555 5555
5555 5555
Tonus : Normotonus Normotonus
Normotonus Normotonus

SISTEM REFLEKS
REFLEKS FISIOLOGIS
Refleks Tendon : Kanan Kiri
 Refleks Biseps : (+) (+)
 Refleks Triseps : (+) (+)
 Refleks Patella : (+) (+)
 Refleks Archilles : (+) (+)
Refleks Periosteum : Tidak dilakukan
Refleks Permukaan :
 Dinding perut : Simetris
 Cremaster : Tidak dilakukan
 Spinchter Anii : Tidak dilakukan

8
REFLEKS PATOLOGIS : kanan kiri
 Hoffman Trommer : (-) (-)
 Babinski : (-) (-)
 Chaddock : (-) (-)
 Openheim : (-) (-)
 Gordon : (-) (-)
 Schaefer : (-) (-)
 Rosolimo : (-) (-)
 Mendel Bechterew : (-) (-)
 Klonus paha : (-) (-)
 Klonus kaki : (-) (-)

SISTEM SENSIBILITAS
Kanan Kiri
Taktil + +
Nyeri + +
Termi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

KOORDINASI DAN KESEIMBANGAN


Tes Romberg : Baik
Tes Tandem : Tidak dilakukan
Tes Fukuda : Tidak dilakukan
Disdiadokinesis : Tidak dilakukan
Rebound phenomenon : Tidak dilakukan
Dismetri : Tidak dilakukan
Tes telunjuk hidung : Baik
Tes telunjuk telunjuk : Baik
Tes tumit lutut : Tidak dilakukan

9
FUNGSI OTONOM
Miksi : (-)
Inkontinensia : (-)
Retensi : (-)
Anuria : (-)

Defekasi
Inkontinensia : (-)
Retensi : (-)

FUNGSI LUHUR
Fungsi bahasa : Baik
Fungsi emosi : Baik
Fungsi orientasi : Baik
Fungsi memori : Baik
Fungsi kognisi : Baik

Gerakan-gerakan abnormal
o Tremor : Ada pada tangan kanan, gerakan seperti pronasi dan supinasi
berulang
o Miokloni : tidak ada
o Khorea : tidak ada

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Belum dilakukan

RESUME
Laki – laki 73 tahun datang ke poli klinik RSPAD dengan keluhan tangan sebelah kanan
bergetar selama 8 bulan SMRS. Getaran dirasakan pada pergelangan tangan, dirasakan
sepanjang hari dan semakin meningkat saat tangan pasien istirahat. Aktivitas sehari – hari yang
memerlukan gerakan besar masih bisa pasien lakukan. Pasien dapat berdiri sendiri saat
memulai bergerak seperti bangun dari duduk atau memulai berjalan tanpa bantuan orang.
Tetapi pasien merasa berjalan langkahnya pendek. Pasien mengatakan masih bisa menulis

10
tetapi mengeluh tulisan menjadi lebih kecil dari sebelumnya.. Pasien juga mengatakan pada
saat tangan di luruskan dan di tekuk terasa kaku

BAB BAK normal. Pasien sedang mengalami pengobatan parkinson 8 bulan yang lalu.
Awalnya, keluhan pasien mengatakan tangan bergetar lebih hebat dari pada saat ini. Pasien
mengaku tidak ingat bagaimana mulainya getaran tangan tersebut, pasien hanya mengatakan
dia di beri tahu temanya kalau tangannya terlihat gemetar seperti tremor.

Pada pemeriksaan fisik, didapatkan kesadaran CM, GCS 15, E4M6V5. Tekanan darah
125/80 mmHg, nadi 75x/menit, pernapasan 18x/menit, suhu 36,5°c. Pada wajah/ kepala
ditemukan ekspresi wajah tampak datar, Pada pemeriksaan saraf kranial tidak didapatkan
kelainan. Pada pemeriksaan motorik, didapatkan gait/ cara berjalan tidak membungkuk dengan
langkah pendek dan gerakan tangan minimal. Motorik maupun sensorik ekstremitas atas dan
bawah dalam batas normal. Refleks fisiologis normal, tidak didapatkan refleks patologis.
Didapatkan tremor pada tangan kanan dengan gerakan seperti supinasi dan pronasi.
Pemeriksaan penunjang belum dilakukan.

DIAGNOSIS

Diagnosis Klinik : Tremor, rigiditas, bradikinesia


Diagnosis Topik : degenerasi substansia nigra (ganglia basalis)
Diagnosis Etiologi : Parkinsone disease

PENATALAKSANAAN
1) Terapi Medikamentosa
 Leparson 3 x 1
 THP/Hexymer 3 x 1
 Amlodipin 1 x 10 mg

2) Terapi Non-Medikamentosa
 Kontrol rutin dokter spesialis saraf
 Edukasi pasien mengenai pengobatan penyakit dan prognosisnya

11
PROGNOSIS
Ad vitam : ad bonam
Ad fungsionam : dubia
Ad sanationam : ad malam

12
TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Gangguan Gerak


Gerak dihasilkan oleh interaksi antara sistem piramidal (sentral dan perifer), sistem
ekstrapiramidalis, dan serebelum. Gerak diinisiasi dari sistem pyramidal, diperhalus dengan
proses fasilitasi dan inhibisi oleh sistem ekstrapiramidal, dan dikoordinasi oleh cerebelum.
Dalam kegiatan motorik kita sehari – hari dikenal berbagai macam gerak, yaitu:4
1. Gerak otomatik (automatic movement): gerak yang sudah terbiasa yang dilakukan tanpa
sadar, misalnya berjalan, berbicara
2. Gerak volunter (voluntary movement): gerak yang direncanakan dan diinisiasi sendiri
sesuai dengan keinginan, atau dengan pemicu dari luar misalnya memakai baju,
menendang bola
3. Gerak involuntar (involuntary movement): gerak yang tidak dapat ditahan, misalnya
tremor, mioklonus
4. Gerak semivoluntar (semi-voluntary/un-voluntary movement): gerak yang dicetuskan
oleh rangsang sensori internal, untuk menekan rasa tak menyenangkan, misalnya tics,
akathasia, restless leg syndrome/RLS
Gangguan gerak timbul apabila ada kelainan pada salah satu atau beberapa dari sistem yang
mengatur gerak, yaitu sistem piramidal, ekstrapiramidal, atau serebelum. Tetapi yang
dimaksud dengan gangguan gerak adalah yang terkait dengan kelainan sistem ekstrapiramidal,
yang menimbulkan gerakan involuntar. Gangguan gerak adalah suatu sindroma dimana
terdapat gerak berlebihan atau berkurangnya gerak voluntar dan gerakan otomatik. Gangguan
gerak tidak terkait dengan kelumpuhan atau spastisitas otot.

Parkinson’s Disease / Penyakit Parkinson


Definisi Parkinson’s Disease
Parkinson’s Disease (PD) adalah bagian dari Parkinsonism yang secara patologi
ditandai degenerasi ganglia basalis terutama di substantia nigra pars kompakta (SNC) yang
disertai adanya inklusi sitoplasmik eosinofilik (Lewy bodies). Sedangkan parkinsonism sendiri
adalah suatu sindroma yang ditandai oleh tremor waktu istirahat, rigiditas, bradikinesia, dan
hilangnya refleks postural akibat penurunan kadar dopamin dengan berbagai macam sebab.1,2

13
Etiologi

Sejauh ini etiologi PD tidak diketahui (idiopatik), akan tetapi ada beberapa faktor risiko
(multifaktorial) yang telah diidentifikasi yaitu:

 Usia : meningkat pada usia lanjut dan jarang timbul pada usia dibawah 30 tahun
 Rasial: orang kulit putih lebih sering daripada orang Asia dan Afrika
 Genetik: diduga ada peranan faktor genetik
 Lingkungan:
o Toksin : MPTP, dll
o Penggunaan herbisida dan pestisida
o Infeksi
 Cedera kranio serebral: peranan cedera kranio serebral masih belum jelas
 Stress emosional: diduga juga merupakan faktor risiko
 Melanoma : prevalensi melanoma meningkat pada pasien dengan PD dibandingkan
dengan populasi umum.4

Klasifikasi
Umumnya diagnosis sindrom Parkinson mudah ditegakkan, namun harus diusahakan
menentukan jenis agar didapat gambaran mengenai etiologi, prognosis serta
penatalaksanaanya. Parkinson dapat di bagi atas 3 bagian besar, yaitu :
1. Primer atau idiopatis
2. Sekunder atau simtomatik
3. Parkinson plus (paraparkinson)

Parkinon primer adalah bentuk sindrom parkinson yang kronis yang paling sering di jumpai
ialah jenis primer atau idiopatis, yang disebut juga sebagai paralisis agitans.

Pada parkinson yang sekunder atau simtomatik, penyebabnya diketahui, beragam kelainan
atau penyakit dapat menyebabkan sindrom parkinson, di antaranya dapat disebut :
arteriosklerosis, anoksia atau iskemia otak, obat- obatan, zat toksik, penyakit infeksi di otak.

Pada kelompok parkinson plus, gejala parkinson hanya merupakan sebagian dari gambar
penyakit keseluruhan. Dari segi terapi dan prognosis perlu dideteksi jenis ini, yang misalnya
didapat pada penyakit wilson, huntington, hidrosefalus normotensif.

14
Patofisiologis
Pada penyakit Parkinson patofisiologis dapat dijelskan dengan prinsip
a. Ketidak seimbangan jalur direk dengan jalur indirek
Jalur langsung adalah inhibitorik. Efek dopamin terhadap jalur langsung lewat reseptor
D1 adalah eksitotorik. Oleh karena dopamine menurun, maka efek eksitotorik dari
reseptor D1 menurun. Maka inhibisi terhadap globus palidus internus menurun.
Jalur tidak langsung adalah eksitotorik. Efek dopamine terhadap jalur tidak langsung
lewat reseptor D2 adalah inhibitorik. Oleh karena dopamine menurun, makaefek
inhibitorik dan reseptor D2 menurun. Akibat efek inhibitorik reseptor D2 menurun ,
maka terjadilah eksitasi terhapat jalur tidak langsung , segingga terjadi inhibisi terhadap
fungsi globus palidus ekternus meningkat. Dengan demikian menyebabkan penurunan
fungsi jalur dari globus palidus eksternus ke subtalamus nucleus. Selanjutya dibagian
akhir dari jalur tak langsung yaitu jalur nucleus subtalmikus ke globus palidus internus
yang glutamanerguk akan meningkat.
akibat menurunya inhibisi jalur langsung dan peningkatan eksitasi jalur tak langsung
maka out put dari globus palidus internus akan menghambat aktivitas thalamus.
Hambatan ini diteruskan menuju kortek motorik dan medula spinalis yang
glutaminergik, akibatnya timbul hipokinesia.
b. Ketidak seimbangan saraf dopaminergik dengan saraf kolinergik
Ketidak seimbangan antara saraf dopaminergik dengan kolinergik. Apabila fungsi saraf
dopaminergik menurun dan / fungsi saraf kolinergik meningkat, maka akan timbul
gejala penyakit Parkinson.1

15
DISKUSI KASUS

Pasien datang ke poli Klinik RSPAD pada tanggal 4 April 2019, pasien datang untuk
kontrol, pasien datang dengan tangan bergetar selama 8 bulan SMRS. Pasien mengatakan
tangan yang bergetar hanya sebelah kanan saja, sedangakan tangan kiri tidak. Getaran
dirasakan pada pergelangan tangan saja, siku dan bahu pasien tidak ikut bergetar. Keluhan
bergetar dirasakan sepanjang hari dan malah semakin meningkat saat tangan pasien istirahat
dan tidak melakukan / memegang apa – apa seperti benda. Aktivitas sehari – hari yang
memerlukan gerakan besar seperti makan, minum, mandi ,dan menulis masih bisa pasien
lakukan. Gejala ini sesuai dengan teori bahwa tremor biasanya merupakan gejala
pertama pada penyakit Parkinson dan bermula pada satu tangan kemudian meluas pada
tungkai sisi yang sama. Tremor mula-mula terlihat pada jari-jari dan ibu jari dengan
gerakan seperti membuat pil, frekuensi tremor berkisar antara 4-7 gerakan per menit
dan terutama timbul pada keadaan istirahat dan berkurang bila ekstremitas
digerakkan.1

Pasien masih dapat berjalan sendiri, tetapi pasien hanya saja berjalan dengan langkah
pendek. Pasien masih dapat melakukan berdiri sendiri saat memulai bergerak seperti bangun
dari duduk atau memulai berjalan tanpa bantuan orang. Pasien mengatakan masih dapat
menulis tetapi mengeluh tulisan menjadi lebih kecil dari sebelumnya.. Selain tremor pasien
juga mengalami beberapa gejala klinis seperti berjalan dengan lambat (bradikinesia),
keluhan ini sesuai dengan teori yaitu gerakan volunter menjadi lambat, dan memulai
sesuatu gerakan menjadi sulit selain itu didapatkan berkurangnya gerakan asosiatif bila
berjalan sulit bangun dari kursi, sulit memulai berjalan, lambat mengenakan pakaian,
lambat mengambil objek. Eksperi muka atau mimik muka berkurang ( seolah muka
topeng). Bila berbicara gerakan lidah dan bibir menjadi lamban. Gerakan halus sewaktu
menulis atau mengerjakan benda-benda berukuran kecil menjadi sulit dan menghilang.1

Saat dilakukan pemeriksaan fleksi dan ekstensi, tangan pasien terasa kaku. Rigiditas
pada stadium dini, otot terbatas pada satu ekstremitas dan hanya terdeteksi pada
gerakan pasif, lebih jelas bila pergelangan di fleksi dan ekstensi secara pasif dan pronasi
serta supinasi lengan bawah secara pasif. Rigiditas merupakan peningkatan terhadap
regangan otot pada otot antagonis dan agonis. Salah satu gejala dini dari rigiditas ialah

16
hilangnya gerak asosiasi lengan bila berjalan. Peningkatan tonus otot pada sindrom
parkinson disebabkan oleh meningkatnya aktifitas neuron motorik alfa.1

Manifestasi klinis yang sering muncul pada Parkinson sebagai berikut :2


1. Tremor :
ritmik, frekuensi 4-7 kali permenit, timbul waktu istirahat, hilang pada waktu tidur,
lokasi bisa di bibir, lidah, palpebra, tangan, kaki.2
2. Bradikinesia :2
- Gerakan tangan mengepal-membuka-mengepal dan seterusnya berulangulang,
makin lama makin berkurang amplitudo dan kecepatannyanya
- Gerakan mempertemukan jari telunjuk-ibu jari (pada satu tangan) secara
berulang-ulang makin lama makin berkurang amplitudo dan kecepatannyanya
- Tulisan tangan makin mengecil
- Kurang trampil melakukan gerakan motorik halus, seperti membuka kancing
baju
- Ketika berbicara suara makin lama makin halus, dan artikulasi mejadi tidak
jelas, kadang-kadang seperti gagap
3. Rigiditas :
Gerakan secara pasif oleh pemeriksa, dengan melakukan fleksi-ekstensi secara
berurutan, maka akan dirasakan tonus otot seperti ‘roda gigi’. Biasanya dikerjakan
di persendian siku dan lengan.2
4. Hilangnya refleks postural
Tanda penyakit tahap lanjut, hilangnya refleks postural dibuktikan dengan
ketidakmampuan pasien untuk menjaga keseimbangan ketika ditarik dari belakang.
Refleks postural masih ada pada tahap-tahap awal perjalanan penyakit.2

17
Gejala Non Motorik
Gejala non motorik jarang dikenali dalam praktik klinis. Baik klinisi maupun pasien
sering kali menyampingkan gejala ini dan lebih fokus pada gejala motorik yang membawa
pasien ke dokter. Gejala nonmotorik memiliki spektrum yang luas dan mencakup 4 ranah:3

1. Gangguan autonom
a. Saliva menetes
b. Disafgia
c. Mual
d. Konstipasi
e. Urinary frequency and urgency
f. Nokturia
g. Urinary voiding
h. Disfungsi seksual
i. Hipotensi ortostatik
j. Supine hypertension
k. Keringat berlebihan
2. Gangguan tidur
a. Excessive daytime sleepiness
b. Vivid dreams/ REM behavioral disorder
c. Insomnia
d. Sindrom restless legs
3. Neuropsikiatrik
a. Gangguan kognitif
b. Gangguan mood
c. Apatis
d. Anhendonia
e. Psikosis
f. Halusinasi
g. Gangguan kompulsif-impulsif

18
4. Gangguan sensorik
a. Gangguan olfaktori
b. Visual
c. Auditorik
d. Nyeri
e. Fatigue

Kriteria Diagnosis Menurut Hughes4

1. Possible, terdapat salah satu gejala utama :


a. Tremor istirahat
b. Rigiditas
c. Bradikinesia
d. Kegagalan refleks postural
2. Probable, bila terdapat kombinasi dua gejala utama (termasuk kegagalan refleks
postural) alternatif lain : tremor istirahat asimetris, rigiditas asimetris atau
bradikinesia asimetris sudah cukup.4
3. Definite, bila terdapat kombinasi tiga dari empat gejala atau dua gejala dengan satu
gejala lain yang tidak simetris (tiga tanda kardinal), atau dua dari tiga tanda tersebut,
dengan satu dari ketiga tanda pertama, asimetris. Bila semua tanda – tanda tidak jelas
sebaiknya dilakukan pemeriksaan ulangan beberapa bulan kemudian4.

Gejala yang dialami pasien sesuai dengan kriteria secara klinis yaitu 3 dari 4 tanda motorik:
tremor, rigiditas, bradikinesia.
Kriteria diagnosis yang dipakai di Indonesia adalah kriteria Hughes (1992). Pada kasus ini,
Definite, terdapat kombinasi tiga dari empat gejala atau dua gejala dengan satu gejala lain yang
tidak simetris (tiga tanda kardinal), atau dua dari tiga tanda tersebut, dengan satu dari ketiga
tanda pertama, asimetris.4

19
Untuk kepentingan klinis diperlukan adanya penetapan berat ringannya penyakit dalam
hal ini digunakan stadium klinis berdasarkan Hoehn and Yahr (1967) yaitu :
Stadium 1: Gejala dan tanda pada satu sisi, terdapat gejala yang ringan, terdapat gejala yang
mengganggu tetapi tidak menimbulkan kecacatan, biasanya terdapat tremor pada satu anggota
gerak, gejala yang timbul dapat dikenali orang terdekat (teman)

Stadium 2: Terdapat gejala bilateral, terdapat kecacatan minimal, sikap/cara berjalan


terganggu

Stadium 3: Gerak tubuh nyata melambat, keseimbangan mulai terganggu saat berjalan/berdiri,
disfungsi umum sedang

Stadium 4: Terdapat gejala yang berat, masih dapat berjalan hanya untuk jarak tertentu,
rigiditas dan bradikinesia, tidak mampu berdiri sendiri, tremor dapat berkurang dibandingkan
stadium sebelumnya

Stadium 5: Stadium kakhetik (cachactic stage), kecacatan total, tidak mampu berdiri dan
berjalan walaupun dibantu.

Pada pasien ini termasuk dalam stadium 1 dimana terdapat gejala seperti tremor dan
rigiditas pada satu sisi.

Berdasarkan anamnesis, pasien dalam kasus ini mempunyai faktor predisposisi


mengalami Parkinson yaitu jenis kelamin laki-laki, usia 73 tahun. Sesuai dengan teori bahwa
parkinson banyak ditemukan pada usia lebih dari 60 tahun, lebih mempengaruhi pria dari pada
wanita, dan angka kejadian parkinson lebih tinggi pada orang kulit putih dibandingkan kulit
hitam.5

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk membedakan dengan kelainan degenerative lain,
terutama parkinsonisme sekunder atau atipikal:3
1. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Untuk menyingkirkan diagnosis banding lain, seperti parkinsonisme vascular,
penyakit Wilson dan sindrom parkinsonisme atipikal.3
2. Positron Emission Tomography (PET) dan Single-Photon Emission Computed
Tomography (SPECT)

20
PET dan SPECT dapat membantu proses visualisasi bagian pre dan pascasinaps
dari proyeksi nigrostriatal serta mendapatkan gambaran semikuantitatif jaras-jaras
tersebut. Hal ini digunakan untuk membedakan penyakit Parkinson dengan sindrom
parkinsonisme atipikal lain atau tremor esensial. Defisit dopaminergic dapat
diidentifikasi melalui dopamine transporter single-photon emission computed
tomography / DaT-SPECT menggunakan [1231]-FP-CIT yang mengukur penghantar
dopamine presinaps di sinaps dopaminergic striatum.3
3. Ultrasonografi Transkranial
Untuk mengkonfirmasi gambaran hiperekoik di substansia nigra pada hamper
dua per tiga pasien. Penyakit Parkinson dan dapat terdeteksi pada tahap awal penyakit.
Namun hasil tersebut juga dapat ditemukan pada 10% dari orang normal, sehingga
pemeriksaan ini hanya bersifat suportif dalam penegakan diagnosis.
Pada pasien tersebut saat datang kontrol di poli klinik RSPAD tidak melakukan
pemeriksaan penunjang.

Tatalaksana
Diketahui bahwa penyakit Parkinson merupakan penyakit yang idiopatik sehingga
harus dicari penyebabnya apakah simptomatik, progresif sehingga dipikirkan pemberian
neuroproteksi, dan bersifat degeneratif sehingga dipikirkan neurorestorisasi. Terapi
farmakologis diberikan bila terdapat gangguan fungsional, pemberian obat seperti antioksidan
dapat dipertimbangkan. Untuk pemilihan obat yang sesuai, antara lain benserazide, L-dopa,
DA agonist, MAOB-I, COMT-I, atau antikolinergik disesuaikan dengan:4
 Usia pasien > 60 tahun
 Stadium perjalanan penyakit: awal atau lanjut
 Efek samping hebat
 Biaya
Terapi simptomatik yang digunakan dalam tatalaksana penyakit Parkinson terbagi
menjadi terapi medikal dan terapi operatif. Terapi medikal yang digunakan dapat berupa terapi
farmakologi (obat dopaminergik dan agonis dopamin, obat kolinergik, dan terapi untuk gejala
non motorik) dan terapi non farmakologis (edukasi, self help group, latihan, terapi bicara).
Sedangkan untuk terapi operatif dapat dilakukan ablative/lesioning dan deep brain
stimulation.4 Obat – obatan yang saat ini digunakan sebagai terapi medikal antara lain : 4
 Dopaminergik

21
o L-dopa/ benserazide
o DA agonist; bromokriptin, pramipexole, ropinirole
o MAO-B inhibitor : selegilline
o COMT inhibitor : entacapone, tokapone
o NMDA receptor antagonist, amantadine
 Antikolinergik : triheksiphenidil
Pada pasien usia muda (< 60 tahun), obat yang dapat digunakan antara lain
antikolinergik, agonis dopamin, amantadine, atau MAOB-I. Keuntungan yang dapat diperoleh
yaitu pengendalian simptomatik ringan selama 6-8 bulan, dan kurang dari L-dopa. Komplikasi
motorik kurang dari L-dopa sedangkan komplikasi non motorik lebih dari L-dopa (halusinasi,
somnolen , hipotensi ortostatik). Sedangkan pada pasien usia lanjut, obat yang dipakai yaitu L-
dopa dan dopamine agonis/dopaminergik. Untuk pemilihan obat, keduanya dapat diberikan.
Pemberian L-dopa dikatakan paling efektif, dengan komplikasi motorik dan non motorik
selama beberapa tahun(setelah ditambahkan DA agonist). Pada pemberian DA adonist atau
dopaminergik lainnya dikatakan kurang efektif, selanjutnya membutuhkan L-dopa, dengan
efek samping halusinasi, somnolen, dan hipotensi ortostatik.4
Rekomendasi terapi yang digunakan pada penyakit Parkinson stadium awal
berdasarkan usia yaitu4
1. <40 tahun : DA agonist/dopaminergik lainnya
2. 40-60 tahun :
a. Gray zone, L-dopa atau DA agonist
b. Kelebihan L-dopa: lebih efektif, lebih murah, pengaturan dosis lebih mudah,
repson lebih cepat pada saat titrasi
3. >60 tahun :
a. L-dopa, kemudian ditambahkan DA agonist/dopaminergik lainnya
b. Agonis dopamin/ dopaminergik lainnya, kemudian ditambah L-dopa

Pada kasus ini, pasien mendapatkan pengobatan berupa Sifrol / Pramipexole


merupakan suatu agonis dopamin, Leparson yang berisi Levodopa 100 mg dan Benserazide
HCL 28,5 mg, dan THP/Hexymer yang merupakan obat golongan antikolinergik. Hal ini sesuai
dengan algoritme tatalaksana terapi parkinson dimana pasien yang mempunyai ganguan
fungsional dengan tremor sebagai gejala utama dan usia diatas 60 tahun dapat diberikan terapi
dengan Levodopa. Akan tetapi, setelah menjalani terapi selama 8 bulan, gejala tremor pasien

22
masih ada, maka pasien dapat diberikan pilihan terapi berupa agonis dopamin (dalam kasus ini
adalah Levodopa (Leparson). Dalam algoritma tatalaksana juga disebutkan, pasien juga dapat
diberikan tambahan antikolinergik, yang diberikan juga dalam kasus ini berupa THP/Hexymer.
Jika gejala diskinesia masih dominan, pembedahan mungkin menjadi pertimbangan.

Daftar Pustaka

1. Lumbantobing S M. Sindrom Parkinson. Dalam: Neurogeriatri. Balai Penerbit FK UI:


2004;h.1-28.
2. Thamrin S H. Buku panduan tatalaksana penyakit parkinson dan gangguan gerak
lainnya. PERDOSSI; 2013.h.7-24,54-7.
3. Anindhita T dan Wiratman W. Buku ajar neurologi. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2017: h.109.
4.
PERDOSSI. Buku panduan tatalaksana penyakit parkinson dan gangguan gerak
lainnya. 2013.h.7-57.
5. Silitonga R. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup Penderita
penyakit parkinson di poliklinik saraf rs dr kariadi. Semarang: Universitas
Diponegoro; 2007.

23

Anda mungkin juga menyukai