Anda di halaman 1dari 81

Laporan Kasus

HEMIPARESE SINISTRA TIPE SPASTIK + PARASE N.XII


SINISTRA TIPE SENTRAL ET CAUSA STROKE
NON HEMORAGIK(TROMBOSIS CEREBRI) +
HIPERTENSI

ANANDA RAMA PRASELIA - 712018022

Dosen Pembimbing: dr. Isma Yulianti, Sp.S


BAB I
STATUS PENDERITA NEUROLOGI

2
3 IDENTIFIKASI

Nama : Tn. W
Umur : 44 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jalan H.Faqih Usman, Seberang Ulu 1
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pedagang
MRS Tanggal : 21 April 2019
No. RM : 53.88.43
4 ANAMNESA (23 April 2019)
▹ Penderita dirawat di bangsal syaraf RSUD Palembang BARI karena tidak bisa
berjalan yang disebabkan kelemahan pada lengan kiri dan tungkai kiri (tidak bsa
digerakkan) yang terjadi secara tiba-tiba.

▹ + 1 jam SMRS, saat penderita bangun tidur, tiba-tiba penderita mengalami kelemahan pada
lengan kiri dan tungkai kiri (tidak bisa digerakkan) tanpa disertai penurunan kesadaran. Saat
serangan penderita tidak merasa sakit kepala, yang tidak disertai mual dan muntah, tanpa
disertai kejang, tanpa disertai gangguan rasa pada sisi yang lemah/lumpuh, tanpa disertai
gangguan rasa baal, nyeri, disertai kesemutan pada sisi yang lemah. Kelemahan pada
tungkai dan lengan kiri (tidak bias digerakkan) dirasakan sama berat. Sehari hari penderita
bekerja menggunakan tangan kanan. Penderita masih dapat mengungkapkan isi pikirannya
secara lisan, tulisan dan isyarat.
5 ...ANAMNESA
Penderita masih dapat mengerti isi pikiran orang lain yang diungkapkan secara lisan, tulisan, dan
isyarat. Saat berbicara mulut penderita tidak mengot dan bicaranya pelo.
Saat serangan penderita tidak mengalami jantung yang berdebar-debar dan tidak disertai
sesak napas. Penderita sering mengeluh sakit kepala bagian belakang yang timbul pada pagi hari
dan berkurang pada malam hari. Penderita tidak pernah mengalami koreng dikemaluan yang tidak
gatal, tidak nyeri dan sembuh sendiri. Penderita tidak pernah mengalami bercak merah di kulit
yang tidak gatal, tidak nyeri dan sembuh sendiri, penderita tidak pernah mengalami nyeri pada
tulang panjang. Istri penderita tidak pernah mengalami keguguran pada usia kehamilan lebih dari
16 minggu. Trauma tidak ada. Darah tinggi ada, kencing manis tidak ada.

Penyakit seperti ini diderita untuk pertama kalinya


6 PEMERIKSAAN FISIK (23 April 2019)

Status pasien Status Internus


Kesadaran : E4V5M6 Jantung : BJ I dan II normal, gallop (-), murmur
Gizi : Baik (-)
Suhu Badan : 36,5ºC Paru-paru : Vesikuler (+/+) normal,
ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Nadi : 79 x/menit Hepar : Pembesaran (-)
Pernapasan : 24 x/menit Lien : Pembesaran (-)
Tekanan Darah : 150/100 mmHg Anggota Gerak : Akral hangat,
pucat (-), edema (-), CRT < 2’
Berat Badan : 70 kg
Genitalia : Tidak diperiksa
Tinggi Badan : 165 cm
7 ...PEMERIKSAAN FISIK

Status Psikiatrikus
▹ Sikap: Kooperatif
▹ Ekspresi Muka : Wajar
▹ Perhatian : Ada
▹ Kontak Psikis : Ada
STATUS
8 NEUROLOGIKUS

A. KEPALA
Bentuk : brachiocephali
Ukuran : normocephali
Simetris : simetris

B. LEHER
Sikap : lurus Deformitas : tidak ada
Torticollis : tidak ada Tumor : tidak ada
Kaku : tidak ada Pembuluh : tidak ada
kuduk darah pelebaran
STATUS
9 NEUROLOGIKUS
1. N. Olfaktorius Kanan Kiri
Penciuman Normosmia Normosmia

Anosmia Tidak ada Tidak ada

Hyposmia Tidak ada Tidak ada

Parosmia Tidak ada Tidak ada

2. N. Optikus Kanan Kiri


Visus tidak diperiksa tidak diperiksa
Campur visi

Anopsia Tidak ada Tidak ada


Hemianopsia Tidak ada Tidak ada
3. N. Oculomotorius, Trochlearis dan Abducens
Pemeriksaan Kanan Kiri STATUS
Diplopia Tidak ada Tidak ada
NEUROLOGIKUS
10 Celah mata Simetris Simetris
Ptosis Tidak ada Tidak ada
Sikap bola mata
- Strabismus Tidak ada Tidak ada
- Exopthalmus Tidak ada Tidak ada
- Enopthalmus Tidak ada Tidak ada
- Deviation conjugae Tidak ada Tidak ada
Gerakan bola mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah
Pupil
- Bentuk Bulat Bulat
- Diameter Ø 3 mm Ø 3 mm
- Iso/anisokor Isokor Isokor
- Midriasis/miosis Tidak ada Tidak ada
- Refleks cahaya
- Langsung Positif Positif
- Konsensuil Positif Positif
- Akomodasi Positif Positif
- Argyl Robetson Tidak ada Tidak ada
STATUS
11 NEUROLOGIKUS
4. N. Trigeminus
Motorik Kanan Kiri
- Menggigit Kuat Kuat

- Trismus Tidak ada Tidak ada

- Refleks kornea Positif Positif


Sensorik
- Dahi Tidak ada kelainan Menurun
- Pipi Tidak ada kelainan Menurun
- Dagu Tidak ada kelainan Menurun
STATUS
12 NEUROLOGIKUS
5. N. Facialis
Motorik Kanan Kiri
- Mengerutkan Normal, simetris Normal, simetris
dahi
- Menutup mata Lagophtalmus tidak ada Lagophtalmus tidak ada
- Menunjukkan Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
gigi
- Lipat Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
nasolabialis
- Bentuk muka
- Istirahat Simetris
- bicara/bersiul Simetris
STATUS
13 NEUROLOGIKUS

Sensorik
- 2/3 depan Tidak dilakukan pemeriksaan
lidah
Otonom
- Salivasi Tidak ada kelainan
- Lakrimasi Tidak ada kelainan
- Chvostsek’s sign Negatif
STATUS
14 NEUROLOGIKUS

6. N. Cochlearis Kanan Kiri


Suara bisikan Terdengar Terdengar
Detik arloji Terdengar Terdengar
Test Weber tidak dilakukan pemeriksaan
Test Rinne tidak dilakukan pemeriksaan
STATUS
15 NEUROLOGIKUS
7. N. Glossopharingeus dan N. Vagus

Motorik Kanan Kiri


Arcus pharingeus Simetris kanan dan kiri
Uvula Di tengah
Gangguan menelan Tidak ada
Suara serak/sengau Tidak ada
Denyut jantung BJ I/II normal, reguler
Refleks
- Muntah Positif
- Batuk Positif
- Okulokardiak Normal
- Sinus karotikus Normal
Sensorik
- 1/3 belakang lidah Tidak dilakukan pemeriksaan
STATUS
16 NEUROLOGIKUS

N. Accessorius Kanan Kiri


Mengangkat bahu Simetris, tidak ada hambatan
Memutar kepala Simetris, tidak ada hambatan
STATUS
17 NEUROLOGIKUS

N. Hypoglossus Kanan Kiri


Menjulurkan lidah Lurus

Fasikulasi Tidak ada Tidak ada

Atrofi papil Tidak ada Tidak ada

Disartria Ada
STATUS
18 NEUROLOGIKUS
D. COLLUMNA VERTEBRALIS
Kyphosis : tidak ada kelainan
Scoliosis : tidak ada kelainan
Lordosis : tidak ada kelainan
Gibbus : tidak ada kelainan
Deformitas : tidak ada kelainan
Tumor : tidak ada kelainan
Meningocele : tidak ada kelainan
Hematoma : tidak ada kelainan
STATUS
19 NEUROLOGIKUS
FUNGSI MOTORIK
Lengan Kanan Kiri
Gerakan Cukup Tidak Ada
Kekuatan 5 0
Tonus Eutoni Hipertoni
Reflek fisiologis
- Biceps Normal Negatif
- Triceps Normal Negatif
- Periost radius Normal Negatif
- Periost ulna Normal Negatif
Reflek patologis
- Hoffman Tromner Negatif Negatif
STATUS
20 NEUROLOGIKUS
Tungkai Kanan Kiri
Gerakan Cukup Tidak Ada
Kekuatan 5 0
Tonus Eutoni Hipertonus
Klonus
- Paha Negatif Negatif
- Kaki Negatif Negatif
Reflek fisiologis
- KPR Normal Normal
- APR Normal Normal
STATUS
21 NEUROLOGIKUS
Reflek patologis
- Babinsky Negatif Negatif
- Chaddock Negatif Negatif
- Oppenheim Negatif Negatif
- Gordon Negatif Negatif
- Schaeffer Negatif Negatif
- Rossolimo Negatif Negatif
- Mendel Bechterew Negatif Negatif
Reflek kulit perut
- Atas Normal
- Tengah Normal
- Bawah Normal

SENSORIKada defisit pada nervus V


GAMBAR
STATUS
22 NEUROLOGIKUS
N.V  Parestesi
N.V  Parestesi
N.XII  Disfagia,
N.XII  Disfagia,
Disartria
Disartria

Gerakan:Kurang Gerakan:Kurang
Kekuatan: 0, Kekuatan: 0,
Hipertonus Hipertonus
Refleks fisiologis: Refleks fisiologis:
Negatif Negatif
jj

Gerakan:Kurang Gerakan:Kurang
Kekuatan: 0 Kekuatan: 0
Refleks fisiologis: Refleks fisiologis:
Negatif Negatif
Refleks patologis: - Refleks patologis: -

Keterangan:
Hemiparese sinistra tipe spastik + Parase N.XII tipe
sentral
STATUS
23 NEUROLOGIKUS
GEJALA RANGSANG MENINGEAL
GRM Kanan Kiri
Kaku kuduk Negatif
Kernig Negatif Negatif
Lasseque Negatif Negatif
Brudzinsky:
- Neck Negatif
- Cheek Negatif
- Sypmphisis
Negatif
- Leg I Negatif Negatif
- Leg II Negatif Negatif
STATUS
24 NEUROLOGIKUS
GAIT DAN KESEIMBANGAN
Gait Keseimbangan
Ataxia belum dapat dinilai Romberg belum dapat dinilai
Hemiplegic belum dapat dinilai Dysmetri belum dapat dinilai
Scissor belum dapat dinilai Jari-jari belum dapat dinilai
Propulsion belum dapat dinilai Jari-hidung belum dapat dinilai
Histeric belum dapat dinilai Tumit-lutut belum dapat dinilai
Limping belum dapat dinilai Dysdiadochokinesiabelum dapat dinilai
Steppage belum dapat dinilai Trunk Ataxia belum dapat dinilai
Astasia-abasia belum dapat dinilai Limb Ataxia belum dapat dinilai
STATUS
25 NEUROLOGIKUS
GERAKAN ABNORMAL
Tremor : Tidak ada Myoclonic : Tidak ada
Chorea : Tidak ada Ballismus : Tidak ada
Dystoni : Tidak ada
Athetosis : Tidak ada

FUNGSI VEGETATIF
Miksi : Normal
Defekasi : Normal
Ereksi : Tidak dilakukan pemeriksaan
STATUS
26 NEUROLOGIKUS

K. FUNGSI LUHUR
Afasia motorik : Tidak ada
Afasia sensorik : Tidak ada
Afasia nominal : Tidak ada
Apraksia : Tidak ada
Agrafia : Tidak ada
Alexia : Tidak ada
SIRIRAJ SKOR

STATUS Rumus:
(2,5 x S) + ( 2 x M) + (2 x N) + (0,1 x D) – (3 x A) - 12
27 NEUROLOGIKUS (2,5 x 0) + (2 x 0) + (2 x 0) + (0,1 x 100 mmHg) - (3 x 0) – 12 = -2
Interpretasi: Stroke Non Hemoragik

GAJAH MADA SKOR


Rumus:
1. Penurunan kesadaran
Penderita Stroke Akut  2. Sakit kepala
3. Refleks patologi

Ketiganya atau 2 dari ketiganya ada


Penurunan kesadaran (+), sakit kepala (-), refleks patologis (-)
Stroke
Penurunan kesadaran (-), sakit kepala (+), reflek patolgis (-) Hemoragik
Penurunan kesadaran (-), sakit kepala (-), refleks patologi (-)  Stroke non
hemoragik
Pada pasien ini didapatkan :
Nyeri kepala (-), Penurunan kesadaran (-), Refleks
Patologis (-)
Interpretasi: Stroke Non Hemoragik
PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM (Tanggal 21 April 2019 )
28 LABORATORIUM Darah
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI NORMAL
Hemoglobin 16.1 g/dl 14-16
Eritrosit 5.54 10*6/u1 4.5-5.5
Hematokrit 46 % 40.0-48.0
Leukosit 16.3 10*3/ul 5.0-10.0
Trombosit 383 10*3/ul 150.0-400.0
Hitung jenis
 Basofil 0 % 0.0-1.0
 Eosinofil 1 % 1.0-3.0
 Batang 2 % 2.0-6.0
 Segmen 65 % 50.0-70.0
 Limfosit 22 % 20.0-40.0
 Monosit 10 % 2.0-8.0
PEMERIKSAAN
29 LABORATORIUM
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI NORMAL
Glukosa sewaktu 164 mg/dl <180
Trigliserida 265.0 mg/dl <200
Kolesterol total 167.0 mg/dl <200
Natrium 137 mEq/dl 135-153
Kalium 3,7 mEq/dl 3.5-5.1
Kolesterol LDL 31.0 mg/dl <130
Kolesterol HDL 83.0 mg/dl >50
Urine acid 4.84 mg/dl 3.4-7.0
Ureum 0.87 Mg/dl 20.0 – 40.0

Faeces : Tidak diperiksa


Liquor cerebrospinalis : Tidak diperiksa
PEMERIKSAAN
30 KHUSUS

PEMERIKSAAN KHUSUS
Rontgen foto cranium : Tidak diperiksa
Rontgen foto thoraks : Diperiksa
Rontgen foto columna vertebralis : Tidak diperiksa
Electro Encephalo Graphy : Tidak diperiksa
Electrocardiography : Tidak diperiksa
Arteriography : Tidak diperiksa
Pneumography : Tidak diperiksa
Lain-lain (CT-Scan) : Diperiksa
CT-Scan Kepala Non Kontras
PEMERIKSAAN
31 KHUSUS
PEMERIKSAAN
32 KHUSUS (CT-SCAN)
Hasil Ekspertise:
- Tampak lesi hypodens di corona radiata kanan
- Sulci, fissura silvii/gyri baik
- Differensiasi gray and white matter jelas
- Sistem ventrikel baik
- Tak tampak pergeseran garis tengah
- Infratentorial : pons, cerebellum dan CPA baik
- Mastoid/ orbita baik
- Tak tampak fraktur cranium
Kesan: Infark serebri ischemic di corona radiate kanan
Rontgen Thoras

33

Hasil Ekspertise:
Cor: Bentuk normal
Pulmo : tak tampak kelainan, trachea di tengah, sinus
costophrenicus
Kesan : Thorax Normal
RINGKASAN
34 ANAMNESA
Penderita dirawat di bangsal syaraf RSUD Palembang BARI karena
sukar berjalan yang disebabkan kelemahan pada lengan kiri dan tungkai kiri
yang terjadi secara tiba-tiba. 1 jam sebelum masuk RS saat penderita bangun
tidur tiba-tiba penderita mengalami kehilangan kesadaran pada tangan kiri dan
tungkai kiri(tidak bisa digerakkan) tanpa disertai kehilangan kesadaran saat
serangan tidak disertai sakit kepala dan mual muntah, tanpa disertai kejang,
gangguan rasa baal dan nyeri, disertai kesemutan pada sisi yang lemah.
Penderita masih dapat mengungkapkan isi pikirannya secara lisan, tulisan dan
isyarat. Penderita masih dapat mengerti isi pikiran saat berbicara. Mulut
penderita tidak mengot dan bicaranya pelo. Penyakit ini diderita untuk pertama
kalinya.
35 Status pasien
Kesadaran : E4V5M6
Gizi : Baik
Suhu Badan : 36,5ºC
Nadi : 90 x/menit
Pernapasan : 24 x/menit
Tekanan Darah : 150/100 mmHg
Berat Badan : 70 kg
Tinggi Badan : Belum diperiksa
36
- Pemeriksaan Nervus VII (N. Facialis)
Motorik Kanan Kiri
- Mengerutkan dahi Normal, simetris Normal,simetris
- Menutup mata lagophtalmus tidak ada lagophtalmus tidak ada
- Menunjukkan gigi tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
- Lipat nasolabialis tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
- Bentuk muka
- Simetris Simetris
- bicara/bersiul Simetris
Sensorik
- 2/3 depan lidah Tidak dilakukan pemeriksaan
Otonom
- Salivasi tidak ada kelainan
- Lakrimasi tidak ada kelainan
- Chvostsek’s sign Negatif
BADAN DAN ANGGOTA GERAK
FUNGSI MOTORIK

37 Lengan Kanan Kiri


Gerakan Cukup Kurang
Kekuatan 5 0
Tonus Eutoni Hipertonus
Reflek fisiologis
- Biceps Normal Negatif
- Triceps Normal Negatif
- Periost radius Normal Negatif
- Periost ulna Normal Negatif
Reflek patologis
- Hoffman Tromner Negatif Negatif
RINGKASAN Tungkai Kanan Kiri
38 ANAMNESA Gerakan Cukup Kurang
Kekuatan 5 0
Tonus Eutoni Hipertonus
Klonus
- Paha Negatif Negatif
- Kaki Negatif Negatif
Reflek fisiologis
- KPR Normal Normal
- APR Normal Normal
Reflek patologis
- Babinsky Negatif Negatif
- Chaddock Negatif Negatif
- Oppenheim Negatif Negatif
- Gordon Negatif Negatif
- Schaeffer Negatif Negatif
RINGKASAN
39 ANAMNESA

- Rossolimo Negatif Negatif


- Mendel Bechterew Negatif Negatif
Reflek kulit perut
- Atas Normal
- Tengah Normal
- Bawah Normal
40 Diagnosa

Diagnosa klinik : Hemiparese sinistra tipe spastik + Parase N.XII tipe


sentral
Diagnosa topik : Lesi di kapsula interna Hemisferium Cerebri dextra
Diagnosa etiologi : Stroke Non Hemoragik (Trombosis cerebri)
41 pengobatan
PENGOBATAN
- Perawatan
- Bed rest total
- Medikamentosa
- IVFD RL gtt. XX x/menit
- Injeksi ranitidin 2x1 amp (iv)
- Injeksi citicoline 2x500 mg (iv)
- Antasida 3x2 mg
- Neurodex 1x1 mg
- Atorvastatin 1x20 mg
- Amilodipin 1x10 mg
- Aspilet 2x160 untuk 3 hari
42 prognosa

PROGNOSA
Quo ad Vitam : Bonam
Quo ad Functionam : Bonam
Quo ad Sanationam : Dubia ad Bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

43
44 ANATOMI
45 ANATOMI
46

STROKE
Suatu tanda klinis yang berkembang cepat akibat
gangguan otak fokal atau global dengan gejala-
gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih
dan dapat menyebabkan kematian tanpa adanya
penyebab lain yang jelas selain vaskuler (WHO)
47 STROKE

HEMORAGIK NON HEMORAGIK


- INTRASEREBRAL - TROMBOSIS
- SUBARAKNOID - EMBOLI
48
#3
Urutan penyebab kematian

13 juta / tahun
Jumlah penderita stroke

180 / 100.000 penduduk


per tahun
49 FAKTOR RISIKO

TEKANAN DARAH GULA DARAH KOLESTEROL


. .

ALKOHOL AKTIVITAS FISIK

PENYAKIT OBESITAS ROKOK


JANTUNG
50 DIAGNOSIS
51 DIAGNOSIS
SIRIRAJ SCORE
(2,5 x derajat kesadaran) + (2 x muntah) + (2 x nyeri kepala) + (0,1 x
tekanan darah diastolik) – (3 x tanda ateroma) – 12.
52

PARESE N.XII
Nervus hipoglosus (N. XII) adalah saraf motorik
ekstrinsik dan intrinsik lidah. Parese nervus
hipoglosus adalah gangguan fungsi motorik
akibat adanya lesi jaringan saraf pada nervus
hipoglosus
BAB III
ANALISA KASUS

53
Penderita dirawat di bangsal
54 syaraf RSUD Palembang BARI
karena tidak bisa berjalan
yang disebabkan kelemahan
pada lengan kanan dan
tungkai kanan yang terjadi Stroke menurut WHO (World
secara tiba-tiba. Hal ini Health Organization) adalah
mengarahkan bahwa telah suatu tanda klinis yang
berkembang cepat akibat
terjadinya stroke.
gangguan otak fokal atau global
dengan gejala-gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau
lebih dan dapat menyebabkan
kematian tanpa adanya
penyebab lain yang jelas selain
vaskuler. Stroke dengan defisit
neurologik yang terjadi tiba-tiba
dapat disebabkan oleh iskemia
atau perdarahan otak.
+ 1 jam SMRS, saat penderita bangun tidur, tiba-tiba penderita
mengalami kelemahan pada lengan kiri dan tungkai kiri tanpa disertai
penurunan kesadaran. Saat serangan penderita tidak merasa sakit
55 kepala, yang tidak disertai mual dan muntah, tanpa disertai kejang,
tanpa disertai gangguan rasa pada sisi yang lemah, tanpa disertai
gangguan rasa baal, nyeri, kesemutan,dll pada sisi yang lemah.
Kelemahan pada lengan kiri dan tungkai kiri dirasakan sama berat
Kelemahan yang terjadi tiba-tiba saat penderita bangun tidur
mengarahkan pada kemungkinan stroke yang disebabkan karena
trombosis serebri. Stroke yang disebabkan trombosis serebri
umumnya terjadi saat istirahat, hal ini berbeda dengan stroke
yang di sebabkan emboli serebri dan perdarahan serebri karena
kedua jenis stroke tersebut sering terjadi waktu siang hari, dan
waktu bergiat
Saat serangan penderita tidak merasa sakit kepala yang disertai mual
dan muntah. menyingkirkan kemungkinan stroke yang terjadi pada kasus
ini disebabkan oleh perdarahan intraserebral dan perdarahan
subarachnoid, karena pada kasus stroke yang terutama disebabkan
karena perdarahan subarachnoid terdapat sakit kepala yang mungkin
luar biasa tiba-tiba dan parah (kadang-kadang disebut sakit kepala
halilintar)
Pada kasus ini serangan stroke tanpa disertai kejang, tidak
terdapat gangguan rasa pada sisi yang lumpuh, tanpa disertai
56 rasa baal, kesemutan dan nyeri. Kelemahan pada lengan kiri
dan tungkai kiri dirasakan sama berat.
Tidak adanya kejang, mengarahkan pada letak lesi kemungkinan
bukan terdapat di korteks serebri, karena pada lesi yang terletak di
korteks serebri biasanya terdapat kejang. Tidak disertai gangguan
rasa pada sisi yang lumpuh, tanpa disertai rasa baal, kesemutan dan
nyeri.
Pada kasus ini kemungkinan lesi terletak di percabangan arteri di kapsula interna,
bila lesinya kecil akan timbul Pure motor hemiplegi, sedangkan jika lesinya cukup
luas maka akan timbul gejala hemiparese atau hemiplegi dan hemianastesi. Bila
lesinya luas dapat timbul gejala trias kapsula interna yaitu hemiparese atau
hemiplegi, hemianestesi dan hemianopsi secara lengkap
Sebagian besar stroke iskemik tidak menimbulkan nyeri,
karena jaringan otak tidak peka terhadap rasa nyeri
Pada kasus kelemahan pada lengan kiri dan tungkai kiri dirasakan
sama berat, hal ini menguatkan dugaan kemungkinan letak lesi pada
57 kasus ini terletak di kapsula interna, karena di tingkat kapsula
interna kawasan serabut kortikospinal yang menyalurkan impuls
untuk gerakan tungkai dan lengan diperdarahi oleh satu arteri yang
sama yaitu arteri lentikulostriata, sehingga derajat kelumpuhan pada
tungkai dan lengan sama berat

Sehari hari penderita bekerja menggunakan tangan kanan. Penderita


masih dapat mengungkapkan isi pikirannya secara lisan,
mengungkapkan dengan tulisan dan isyarat. Hal ini menunjukan
bahwa pada kasus ini lesi tidak mengenai hemisferium yang dominan
dan menyingkirkan kemungkinan letak lesi di korteks serebri dan
subkorteks, dan tidak mengenai area Broca dan Wernicke. area Broca
terdapat di hemisferium dominan dan apabila aliran darah ke area
Broca dan Wernicke terganggu maka penderita akan mengalami afasia
global
Saat berbicara mulut penderita tidak mengot dan bicaranya pelo,
hal ini menunjukan adanya pada nervus XII. Parese nervus XII
58 sering ditemukan pada lesi yang terletak di kapsula interna,
gangguan vascular pada kapsula interna sering menyebabkan
paralisis kontralateral pada lengan dan tungkai serta otot wajah
kontralateral bagian bawah. Pada kasus ini dahi masih dapat
digerakan, sehingga gangguan yang terjadi merupakan tipe
sentral karena sekitar mata dan dahi mendapatkan persarafan
dari kedua sisi jadi tidak lumpuh, akibatnya yang lumpuh hanya
bagian bawah wajah
Saat serangan penderita tidak mengalami jantung yang berdebar-debar disertai sesak
napas, hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan stroke pada kasus ini tidak
disebabkan oleh emboli serebri, karena pada stroke emboli serebri terjadi karena
59 adanya gumpalan darah atau bekuan darah yang berasal dari jantung, kemudian
menyumbat aliran darah di otak. Bekuan darah yang dari jantung ini biasanya
terbentuk akibat denyut jantung yang tidak teratur (misalnya fibrilasi atrium),
kalainan jantung, infeksi di dalam jantung

Penderita sering mengeluh sakit kepala bagian belakang yang timbul pada
pagi hari dan berkurang pada malam hari. Penderita tidak pernah
mengalami koreng dikemaluan yang tidak gatal, tidak nyeri dan sembuh
sendiri. Penderita tidak pernah mengalami bercak merah di kulit yang tidak
gatal, tidak nyeri dan sembuh sendiri, pada kasus ini menyingkirkan
kemungkinan faktor yang memperberat terjadinya stroke adalah sifilis,
karena manifestasi klinis sifilis tahap kedua merupakan tahap spiroketemia
yang dapat menimbulkan lesi vaskuler dan infeksi selaput otak
Lesi vaskuler yang menimbulkan infark regional di otak disebabkan
oleh oklusi lumen arteri akibat reaksi proliferative terhadap
60 Treponema pallidum yang berada di saluaran darah

Penderita tidak pernah mengalami nyeri pada tulang panjang, hal ini
menyingkirkan kemungkinan kelumpuhan yang terjadi akibat dari lesi di
medula spinalis
Istri penderita tidak pernah mengalami keguguran pada usia kehamilan
61 lebih dari 16 minggu, tidak ada riwayat tersebut menyingkirkan
kemungkinan faktor risiko terjadinya defisit neurologis pada kasus ini
adalah karena infeksi Toxoplasma, pada Toxoplasmosis cerebri ditandai
dengan defisit neurologis yang biasanya terjadi adalah kelemahan motorik
dan gangguan bicara

Trauma tidak ada, menyingkirkan kemungkinan defisit neurologis yang


terjadi akibat trauma, karena umumnya individu yang mengalami cedera
luas mengalami fungsi motorik abnormal, gerakan mata abnormal, dan
peningkatan TIK serta memiliki prognosis yang buruk
62 Darah tinggi ada , kencing manis tidak ada. Riwayat
stroke pada orangtua ada, kemungkinan menjadi
faktor risiko terjadinya stroke dimana riwayat stroke
dalam keluarga, terutama jika dua atau lebih anggota
keluarga pernah mengalami stroke pada usia kurang
dari 65 tahun, meningkatkan risiko terjadinya stroke.
Para ahli menyatakan adanya gen resesif yang
mempengaruhinya, gen tersebut berkaitan dengan
penyakit-penyakit yang merupakan faktor risiko
pemicu stroke
63
▹ Penyakit seperti ini diderita untuk pertama
kalinya. Prognosis pada kasus ini lebih baik jika
dibandingkan stroke yang berulang. Stroke
berulang merupakan penyebab penting kesakitan
dan kematian yang tinggi sebanyak 1,2% sampai
9%. Stroke berulang sering mengakibatkan status
fungsional yang lebih buruk daripada stroke
pertama.
64 DIAGNOSIS

▹ Siriraj Skore:
▹(2,5 x 0) + (2 x 0) + (2 x 0) + (0,1 x 100 mmHg) - (3 x 0) –
12 = -2

▹Interpretasi: Stroke Non Hemoragik


▹ Gajah Mada Skor
▹ Nyeri kepala (-), Penurunan kesadaran (-), Refleks
Patologis (-).

▹ Interpretasi: Stroke Non Hemoragik


65

ANALISIS
Pada pemeriksaan neurologi terdapat kekuatan otot lengan kiri 0, kekuatan
tungkai kiri 0 disertai hipertonus dan Negatif Refleks pada lengan dan tungkai
yang mengalami kelemahan. Hal ini terjadi akibat kerusakan pada upper motor
neuron. Hal ini sesuai dengan teori bahwa pada stroke penurunan aliran darah
serebral mengakibatkan defisit neurologi sehingga mengakibatkan kerusakan
neuron motorik yaitu pada kasus ini upper motor neuron
66

ANALISIS
▹ Pada pemeriksaan CT-Scan ditemukan Infark cerebri ischemic di
temporopariental dextra. Pada kasus terdapat Hemiparese sinistra dan parase
N. XII sinistra, hemiparese ini kontralateral dan parase pada nervus kranialis
pada kasus ini kontralateral dengan letak lesi di capsula interna dextra
sehingga merupakan hemiparese tipikal.
67
DIAGNOSA
BANDING KLINIS
LMN (Perifer) UMN(Sentral)/ Pada penderita
FLAKSID SPASTIK ditemukan gejala
Hipotonus Hipertonus Hipertonus
Hiporeflexi Hiperrefleks Negatif
Refleks patologis (-) Refleks patologis (+/-) Refleks patologis (-)

Atrofi otot (+) Atrofi otot (-) Atrofi otot (-)


Jadi, tipe kelemahan yang dialami penderita yaitu tipe spastic
68
DIAGNOSA
BANDING TOPIK
Diagnosis Banding Topik

1) Lesi di subcortex hemisferium cerebri dextra


Pada penderita ditemukan gejala:
- Ada gejala defisit motorik
- Hemiparese sinistra tipe spastik
- Ada afasia motorik subkortikal
- Tidak ada afasia motorik subkortikal

Jadi, kemungkinan lesi di subkortex hemisferium cerebri dextra dapat disingkirkan


69
DIAGNOSA
BANDING TOPIK
2) Lesi di cortex hemisferium cerebri
dextra Pada penderita ditemukan gejala:

- Defisit motorik - Hemiparese sinistra tipe spastik

- Gejala iritatif - Tidak ada gejala iritatif

- Gejala fokal (kelemahan tidak sama berat) - Kelemahan sama berat

- Gejala defisit sensorik pada sisi yang lemah - tidak ada kelainan sensorik pada sisi yang
lemah

Jadi, kemungkinan lesi di cortex hemisferium cerebri dextra dapat disingkirkan


70
DIAGNOSA
BANDING TOPIK
3) Lesi di capsula interna hemisferium cerebri dextra Pada penderita ditemukan gejala:
- Ada hemiparese/hemiplegia tipikal - Hemiparese sinistra tipe spastik (tipikal)
- Parese N. VII - Parese NXII sinistra tipe sentral
- Parese N. XII

Jadi, kemungkinan lesi di capsula interna hemisferium cerebri dextra belum dapat disingkirkan

Kesimpulan Diagnosis topik : Lesi di kapsula interna hemisferium cerebri dextra


71
DIAGNOSA
BANDING ETIOLOGI
1) Emboli Cerebri Pada penderita ditemukan gejala :
- Kehilangan kesadaran < 30 menit - Tidak ada kehilangan kesadaran
- Ada atrial fibrilasi - Tidak ada atrial fibrilasi
- Terjadi saat aktifitas - Terjadi saat istirahat

Jadi, kemungkinan etiologi emboli cerebri dapat disingkirkan


72
DIAGNOSA
BANDING ETIOLOGI
2) Trombosis serebri Pada penderita ditemukan gejala
- Tidak ada kehilangan kesadaran - Tidak ada kehilangan kesadaran
- Terjadi saat istirahat - Terjadi saat istirahat

Jadi, kemungkinan etiologi trombosis belum dapat disingkirkan


DIAGNOSA
73
BANDING ETIOLOGI
3) Hemorrhagic Pada penderita ditemukan gejala :
- Kehilangan kesadaran > 30 menit - Tidak ada kehilangan kesadaran

- Terjadi saat aktivitas - Terjadi saat istirahat


- Didahului sakit kepala, mual dan - Tidak ada sakit kepala, mual
atau tanpa muntah ataupun muntah
- Riwayat Hipertensi - Ada riwayat hipertensi
Jadi, kemungkinan etiologi hemorrhagic kemungkinan dapat disingkirkan
karena dari 4 penilaian tidak ada 1 kriteria yang terpenuhi.
Kesimpulan Diagnosis Etiologi : Strok Non Hemoragik ( Trombosis Cerebri)
74
TATALAKSANA
75 TATALAKSANA

▹ Tatalaksana pada penderita berupa Bed rest, IVFD RL gtt. XX x/menit, Injeksi
ranitidin 2x1 amp (iv), Injeksi citicoline 2x500 mg (iv), Neurodex 1x1 mg,
Atorvastatin 1x20 mg, Amilodipin 1x10 mg, Aspilet 2x160 untuk 3 hari
76 TATALAKSANA

▹ Injeksi Citicoline diberikan untuk memperbaiki membran saraf lewat sintesis


fosfatidikolin dan perbaikan neuron kolinergik yang rusak.
▹ Injeksi Ranitidin, penderita dengan stroke akut dianjurkan diberikan profilaksis
antagonis H2 reseptor untuk mengurangi komplikasi sistemik akibat stroke termasuk
perdarahan gastro intestinal
▹ Neurodex, yang mengandung vitamin B1, B6 dan B12 golongan nootropik dan
neurotropik yang merupakan golongan obat yang berfungsi sebagai pemacu kerja
otak serta dapat membantu meningkatkan fungsi otak akibat penurunan kesadaran.
77 TATALAKSANA
Pada pasien juga diberikan obat antihipertensi berupa amlodipin dan candesartan. Pada
hipertensi grade II dapat diberikan kombinasi antihipertensi Thiazide + ACE-i atau ARB.
Pada kasus ini pasien diberikan Thiazide dan ARB. Amplodipin merupakan
dihidropyridine calcium channel antagonist yang menghambat masuknya kalsium
ekstraseluler menuju otot polos pembuluh darah melalui blokade dari kalsium yang
menyebabkan relaksasi dari otot pembuluh darah yang menyebabkan penurunan tekanan
darah.Candesartan merupakan obat golongan angiotensin reseptor bloker. Bekerja pada
reseptor angiotensin sehingga dapat menghambat efek dari angiotensin II yang
mengakibatkan tekanan darah menjadi turun dan meningkatkan pasokan oksigen ke
jantung
78 TATALAKSANA

Atorvastatine merupakan hipolipidemik yang efektif untuk menurunkan kolesterol. Statin


bekerja dengan cara menghambat sintesis kolesterol dalam hati dengan menghambat
enzim HMG CoA reduktase
79 TATALAKSANA
Aspilet merupakan salah satu bentuk obat paten dari aspirin. Aspirin bekerja
mengasetilasi enzim siklooginase dan menghambat pembentukan enzim cyclic
enderoperoxide. Aspirin juga menghambat pembentukan enzim A-2 (TXA-2) di dalam
trombosit, sehingga akhirnya menghambat agregasi trombosit. Aspirin menginaktivasi
enzim-enzim pada trombosit tersebut secara permanen. Penghambatan inilah yang
merupakan kerja aspirin dalam pencegahan stroke dan TIA (Transient Ischemic Attack).
Pada endotel pembuluh darah, aspirin menghambat pembentukan prostasiklin. Hal ini
membantu mengurangi agregasi trombosit pada pembuluh darah yang rusak. Penelitian
akhir-akhir ini menunjukkan bahwa aspirin dapat menurunkan risiko terjadinya stroke,
infark jantung non fatal dan kematian akibat penyakit vaskular pada pria dan wanita yang
telah mengalami stroke atau TIA sebelumnya
80 TATALAKSANA
Prognosis pada pasien ini adalah jika ditinjau dari prognosis ad vitam nya adalah bonam
karena dilihat dari tanda-tanda vital dan kesadaran pasiennya baik. Prognosis Ad
fungsionam nya adalah bonam karena ditinjau dari kelemahan pada tungkai dan lengan
kiri pasien yang semakin membaik ditambah dengan sudah diberikannya fisioterapi

Edukasi yang dapat diberikan pada penderita adalah dapat menganjurkan penderita
untuk mengendalikan faktor risiko yang dapat menyebabkan stroke. menghindari stress atau
banyak masalah dan meminta pasien untuk rajin melakukan latihan fisioterapi yang telah
diajarkan dari rumah sakit agar dapat dengan cepat memulihkan fungsi tubuh yang
terganggu
thank you
for your attention

Anda mungkin juga menyukai