Status Internus
Status Praesens Jantung : Murmur (-), gallop (-)
Keadaan : (E:4 M: 5 V: 6) Paru-paru : Vesikuler (+/+), ronkhi
Suhu Badan : 36,6C (-), wheezing (-)
Nadi : 90 x/m, reguler Hepar : Tidak teraba
Pernapasan : 20 x/m Lien : Tidak teraba
TD : 150/100 mmHg Anggota Gerak : Lihat status
neurologikus
Genitalia : Tidak diperiksa
PEMERIKSAAN FISIK
Status Neurologis
Kepala
Bentuk : Brachiocephali
Ukuran : Normocephali
Status Psikiatrikus
Sikap : kooperatif
Simetris : Simetris
Perhatian : Baik
Leher
Ekspresi Muka : Wajar
Sikap : Lurus
Kontak Psikis : Ada
Torticolis : Tidak ada
Kaku kuduk : Tidak ada
Deformitas : Tidak ada
Tumor : Tidak ada
Pembuluh darah : Tidak ada pelebaran
SARAF-SARAF OTAK
N. Olfactorius
Kanan Kiri
Penciuman Normosomia Normosomia
Kanan Kiri
Visus Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Campus visi
Fundus Okuli
- Papil edema Tidak diperiksa Tidak diperiksa
- Papil atrofi Tidak diperiksa Tidak diperiksa
- Perdarahan retina Tidak diperiksa Tidak diperiksa
N. Occulomotorius, Trochlearis, dan Abducens
Kanan Kiri
Pupil
Diplopia Tidak ada Tidak ada
Normal - Bentuk Bulat Bulat
Celah mata Normal
Ptosis Tidak ada Tidak ada - Besarnya ± 3 mm ± 3 mm
Sensorik
2/3 depan lidah Tidak dapat diperiksa
Otonom
- Salivasi Tidak ada kelainan
- Lakrimasi Tidak ada kelainan
- Chvostek’s sign Negatif
N. Cochlearis
Kanan Kiri
N. Hypoglossus
Kanan Kiri
Deviasi ke kanan Deviasi ke kanan
Mengulur lidah
Tidak ada Tidak ada
Fasikulasi
Tidak ada Tidak ada
Atrofi papil
Tidak ada Tidak ada
Disartria
KOLUMNA VERTEBRALIS
Kyphosis : Negatif
Skoliosis : Negatif
Lordosis : Negatif
Gibbus : Negatif
Deformitas: Negatif
Tumor : Negatif
Menikokel : Negatif
Hematoma : Negatif
Nyeri Ketok : Tidak dapat diperiksa
BADAN DAN ANGGOTA GERAK
MOTORIK
GEJALA RANGSANG MENINGEAL
Kanan Kiri
Kaku kuduk Negatif
Kernig Negatif
Lasseque Negatif
Brudzinsky
- Neck Negatif
Negatif
- Cheek
Negatif
- Symphisis
Negatif
- Leg I
Negatif
- Leg II
Gait GAIT DAN KESEIMBANGAN
Ataxia : Belum dapat dinilai
Keseimbangan dan Koordinasi
Romberg : Belum dapat dinilai
Hemiplegic : Belum dapat dinilai
Dysmetri:
Scissor : Belum dapat dinilai
- Jari-jari : Belum dapat dinilai
Propulsion : Belum dapat dinilai
- Jari hidung : Belum dapat dinilai
Histeric : Belum dapat dinilai
- Tumit-tumit : Belum dapat dinilai
Dysdiadochokinesis : Belum dapat dinilai
Limping : Belum dapat dinilai
Trunk Ataxia : Belum dapat dinilai
Steppage : Belum dapat dinilai
Limb Ataxia : Belum dapat dinilai
Astasia-Abasia : Belum dapat dinilai
GERAKAN ABNORMAL
FUNGSI VEGETATIF
Tremor : Tidak ada
Chorea : Tidak ada
Miksi : Tidak dapat diperiksa
Athetosis : Tidak ada
Defekasi : Tidak dapat diperiksa
Ballismus : Tidak ada
Ereksi : Tidak dapat diperiksa
Dystoni : Tidak ada
Myocloni : Tidak ada
FUNGSI LUHUR
Afasia motorik : Tidak dapat diperiksa
Afasia sensorik : Tidak dapat diperiksa
Apraksia : Tidak dapat diperiksa
Agrafia : Tidak dapat diperiksa
Alexia : Tidak dapat diperiksa
Afasia nominal : Tidak dapat diperiksa
SIRIRAJ STROKE SKOR
- Parese N.XII (dextra/sinistra) tipe sentral - Ada parese N.xII tipe sentral
- Kelemahan ditungkai dan lengan sama - Kelemahan ditungkai dan lengan sama
berat berat
Jadi, kemungkinan lesi di kapsula interna hemisferium serebri dapat ditegakkan
Kesimpulan :
Diagnosis topik yaitu lesi di kapsula interna hemisferium serebri Sinistra
B. Diagnosis Banding Etiologi
Kesimpulan :
Diagnosis etiologi yaitu :
CVD Hemoragik(Hemisfer Sinistra)
KESIMPULAN DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis
Hemiparese Dextra tipe Flaksid
Diagnosis Topik
Lesi di Kapsula Interna Hemisfer Serebri Sinistra
Diagnosis Etiologi
CVD Hemoragik
Diagnosis tambahan
Hipertensi Gr 1
TINJAUAN
PUSTAKA
ANATOMI
ANATOMI
DEFINISI
Stroke berdasarkan definisi WHO (World Health
Organisation) adalah suatu tanda klinis yang
berkembang cepat akibat gangguan otak fokal
(atau global) dengan gejala-gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat
menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab
lain yang jelas selain vaskuler
EPIDEMIOLOGI
Pemeriksaan
02 Fisik
Pemeriksaan fisik harus mencakup pemeriksaaan kepala dan leher untuk
mencari tanda trauma, infeksi, dan iritasi menings. Pemeriksaan juga
dilakukan untuk mencari faktor resiko stroke seperti obesitas, hipertensi,
kelainan jantung, dan lain-lain.
DIAGNOSIS
Pemeriksaan Neurologi
03 Mencakup pemeriksaan status mental dan tingkat kesadaran, pemeriksaan
nervus kranial, fungsi motoric dan sensorik, fungsi serebral, gait, dan
refleks tendon profunda. Tengkorak dan tulang belakang pun harus
diperiksa dan tanda-tanda meningimus pun harus dicari.
Gambaran
04 Laboratorium
Pemeriksaan darah rutin diperlukan sebagai dasar pembelajaran dan
mungkin pula menunjukkan faktor resiko stroke seperti polisitemia,
trombositosis, trombositopenia, dan leukemia
DIAGNOSIS
Gambaran Radiologi
05 CT scan kepala non kontras
Modalitas ini baik digunakan untuk membedakan stroke hemoragik dan
stroke non hemoragik secara tepat kerena pasien stroke non hemoragik
memerlukan pemberian trombolitik sesegera mungkin.
SKOR SIRIRAJ
Terapi Umum
Stabilisasi Jalan Napas dan Pernafasan Pengendalian kejang
Stabilisasi Hemodinamik Pengendalian Suhu Tubuh
Pemeriksaan Awal Fisik Umum Pemeriksaan penunjang
Pengendalian Peninggian Tekanan Intrakranial (TIK)
TATALAKSANA STROKE FASE AKUT
Penatalaksanaan Umum di Ruang Rawat
Cairan
Nutrisi
Pencegahan dan Penanganan Komplikasi
Penatalaksanaan Medis Lain
TATALAKSANA STROKE FASE AKUT
Penatalaksanaan Tekanan Darah Pada Stroke Akut
Pada pasien stroke perdarahan intraserebral, apabila TDS >200 mmHg atau
Mean Arterial Preassure (MAP) >150 mmHg, tekanan darah diturunkan
dengan menggunakan obat antihipertensi intravena secara kontiniu dengan
pemantauan tekanan darah setiap 5 menit.
Pada perdarahan subaraknoid (PSA) aneurismal, tekanan darah harus dipantau dan
dikendalikan bersama pemantauan tekanan perfusi serebral untuk mencegah
resiko terjadinya stroke iskemik sesudah PSA serta perdarahan ulang. Calcium Channel
Blocker (nimodipin) telah diakui dalam berbagai panduan penatalaksanaan PSA
karena dapat memperbaiki keluaran fungsional pasien apabila vasospasme
serebral telah terjadi
TATALAKSANA STROKE FASE AKUT
Penatalaksanaan Khusus
Stroke intraserebral
Diagnosis dan Penilaian Gawat Darurat pada Perdarahan Intrakranial dan Penyebabnya
Apabila terjadi gangguan koagulasi maka dapat dikoreksi sebagai berikut: Vitamin K 10
mg IV diberikan pada penderita dengan peningkatan INR dan diberikan dalam waktu
yang sma dengan terapi yang lain karena efek akan timbul 6 jam kemudian.
Penanganan Glukosa
Operasi
Penanganan dan Pemantauan Tekanan Intrakranial
Pasien dengan skor GCS <8, dengan tanda klinis herniasi transtentorial,atau dengan
perdarahan intraventrikuler yang luas atau hidrosefalus.
Perdarahan Intraventikuler
Evakuasi hematom
Pada sebagian besar pasien dengan perdarahan intrakranial, kegunaan tindakan operasi
masih belum pasti. Pasien dengan perdarahan serebral yang mengalami
perburukan neurologis, atau yang terdapat kompresi batang otak, dan atau hidrosefalus akibat
obstruksi ventirkel sebaiknya menjalani operasi evakuasi bekuan darah.
Stroke Subarachnoid
Tatalaksana penegakan diagnosis perdarahan subarachnoid
Identifikasi dan atasi nyeri kepala sedini mungkin. Tirah baring total dengan posisi
kepala ditinggikan 300 dan nyaman, bila perlu berikan O2 2-3 L/menit.
Pasien PSA derajat III, IV atau V berdasarkan H&H,perawatan harus lebih intensif
Lakukan penatalaksanaan ABC sesuai dengan protokol pasien diruang gawat
darurat
Tindakan untuk mencegah perdarahan ulang setelah PSA. Kontrol dan monitor tekanan
darah untuk mencegah risiko perdarahan ulang.
TATALAKSANA STROKE FASE AKUT
Penatalaksanaan Khusus
Stroke Subarachnoid
Terapi antifobrinolitik (epsilon-aminocaproic acid: loading 1 g IV kemudian
dilanjutkan 1 g setiap 6 jam sampai aneurisma tertutup atau biasanya disarankan
72 jam) untuk mencegah perdarahan ulang
Tindakan operasi
Operasi Clipping atau endovaskuler coiling sangat direkomendasikan untuk
mengurangi perdarahan ulang setelah ruptur aneurisma pada PSA
Operasi segera (early dan ultra early) dianjurkan pada pasien dengan derajat yang
lebih baik serta lokasi aneurisma yang tidak rumit. Untuk keadaan klinis lain, operasi
yang segera atau yang ditunda direkomendasikan tergantung pada situasi klinik
khusus. Rujukan dini ke pusat spesialis sangat dianjurkan. Penanganan dan
pengobatan pasien aneurisma lebih awal diajurkan untuk sebagian besar kasus.
TATALAKSANA STROKE FASE AKUT
Penatalaksanaan Khusus
Stroke Subarachnoid
Pencegahan nimodipin dimulai dengan dosis 1-2 mg/jam IV pada hari ke 3 atau secara
oral 60 mg setiap 6 jam setiap 21 hari. Pemakaian nimodipin oral terbukti meperbaiki defisit
neurologi yang ditimbulkan oleh vasospasme. Calsium antagonistlainnya yang diberikan
secara oral atau intravena tidak bermakna
Pada pasien yang gagal dengan terapi konvensional , angioplasti transluminal dianjurkan
untuk pengobatan vasospasme
Kelemahan yang dialami pasien dirasakan saat sedang Istirahat Serangan stroke
yang terjadi saat sedang Istirahat tidak disertai sakit kepala dapat merujuk pada
stroke hemoragic. Stroke hemoragik merupakan penyakit serebrovaskular
mengacu kepada gangguan neurologic mendadak yang terjadi akibat rupturnya
aneurisma atau pembuluh darah pada otak.
Kelemahan pada lengan kanan dan tungkai kanan dirasakan sama berat. Hal ini
menunjukkan bahwa lesinya berasal dari capsula interna hemisferium serebri.
Dimana pada lesi capsula interna hemisferium serebri menimbulkan gejala
adanya hemiparese/hemiplegia tipikal, kelemahan ditungkai dan lengan sama
berat, Pasien masih dapat mengungkapkan isi pikirannya secara lisan, tulisan
dan isyarat. Penderita masih dapat mengerti isi pikiran orang lain yang
diungkapkan secara lisan, tulisan, dan isyarat. Hal ini menandakan pasien tidak
mengalami afasia motorik dan sensorik. Saat bicara mulut pasien mengot ke kiri
dan bicaranya pelo menandakan adanya paresis pada N.XII.
Pasien memiliki riwayat hipertensi tidak terkontrol sejak 1 tahun yang lalu. Pada pemeriksaan tanda-
tanda vital didapatkan tekanan darah pasien 150/100 mmHg. Hal ini menandakan jika pasien
mengalami hipertensi gr 1. Sesuai teori jika hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik >140
mmHg dan/atau tekanan darah diastolic >90 mmHg Hipertensi merupakan faktor risiko utama
terjadinya stroke baik stroke iskemik ataupun stroke hemoragik. Tekanan darah yang terlalu tinggi
dapat menyebabkan pembuluh darah yang sudah lemah menjadi pecah, dapat juga mengakibatkan
sumbatan dari gumpalan darah di pembuluh darah yang sudah menyempit. Bila tekanan darah
meningkat cukup tinggi selama bertahun-tahun, akan menyebabkan hialinisasi pada lapisan oto
pembuluh darah serebral. Akibatnya, diameter lumen pembuluh darah tersebut akan menjadi tetap. Hal
ini berbahaya karena pembuluh draah serebral tidak dapat berdilatasi atau berkonstriksi dengan leluasa
untuk mengatasi fluktuasi dari tekanan darah sistemik. Bila terjadi kenaikan tekanan darah sistemi
maka tekanan perfusi pada dinding kapiler menjadi tinggi. Akibatnya, terjadi mikroaneurisma dengan
diameter 1 mm ( terutama terjadi pada arteri lentikulostriata). Pada lonjakan tekanan darah sistemik,
aneurisma bisa pecah, dan dapat menyebabkan stroke.
hasil pemeriksaan CT Scan kepala non-kontras didapatkan perdarahan
intracerebral. Pemeriksaan CT-scan merupakan gold standard untuk diagnosis
stroke. CT Scan kepala berguna untuk menentukan jenis patologi, lokasi lesi,
ukuran lesi, menyingkirkan lesi non vaskuler. Pada stroke karena infark,
gambaran CT-scannya secara umum adalah didapatkan gambaran hipodens
sedangkan pada stroke perdarahan menunjukkan gambaran hiperdens. Selain
itu, pemeriksaan ini juga berguna untuk menentukan distribusi anatomi dari
stroke dan mengeliminasi kemungkinan adanya kelainan lain yang gejalanya
mirip dengan stroke (hematoma, neoplasma, abses). Sehingga etiologi pada
kasus yaitu CVD hemoragik.
Tatalaksana yang diberikan Asering (RL) gtt 20x/menit, dimana Pasien
menerima Infus Asering untuk mengatasi deplesi volume berat saat tidak dapat
diberikan rehidrasi oral. Pasien juga diberikan Megabal (mecobalamin)
merupakan Vitaamin B 12 untuk Defisiensi. Sebagai antihipertensi diberikan
Amlodipin 1 x10 mg tab/oral yang merupakan golongan (Calcium Channel
Blocker). Selain itu diberikan Clopidogrel 1 x 75mg tab/oral Dan Aspilet 1 x
80 Mg Tab/ Oral. Yang Merupakan antiplatelet yang di kombinasi. Citicolin
3x500 mg IV yang merupakan neuroprotektor. Neurorotektor bertujuan untuk
memperbiaki aliran darah otak serta metabolism regional di daerah otak yang
mengalami kerusakan,
TERIMA
KASIH