Anda di halaman 1dari 63

HEMIPARESE DEXTRA TIPE

FLAKSID ET CAUSA CVD


HEMORAGIK

Oleh : Pitantio Sagi S 712022011


Pembimbing: dr. Irma Yanti, Sp.S
IDENTIFIKASI PASIEN
Nama : Ny.M
Umur : 50 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl.Talang kemang Lr. Nurhadi1 Rt. 46 Rw. 09
Agama : Islam
Pekerjaan : Tidak berkerja
MRS Tanggal :-
ANAMNESIS
Penderita dirawat di bagian saraf RS Muhammadiyah Palembang karena
mengalami kelemahan pada lengan sebelah kanan yang terjadi secara tiba- tiba. 1
hari SMRS, penderita sedang beristirahat tiba tiba keluhan kelemahan pada
lengan & tungkai kanan yang terjadi secara tiba-tiba. Gangguan rasa pada sisi
kanan kelemahan tidak ada. Keluhan ini tidak disertai dengan nyeri kepala.
Penderita tidak mengalami muntah. Penurunan kesadaran tidak ada, bicara pelo
ada. Keluhan tidak disertai dengan kejang. Keluhan jantung berdebar ada sesak
napas tidak ada. Sehari-hari penderita beraktivitas menggunakan tangan kiri.
Penderita Bisa mengungkapkan isi pikiran secara lisan,Dan masi dapat mengerti
isi pikiran orang. Riwayat hipertensi dan riwayat diabetes melitus ada namun
tidak terkontrol sejak ±1 tahun yang lalu. Riwayat trauma kepala tidak ada.
Riwayat penyakit jantung tidak ada. Riwayat menderita stroke tidak ada. Riwayat
keluarga yang memiliki keluhan serupa tidak ada. Penyakit seperti ini diderita
untuk pertama kalinya.
PEMERIKSAAN FISIK

Status Internus
Status Praesens Jantung : Murmur (-), gallop (-)
Keadaan : (E:4 M: 5 V: 6) Paru-paru : Vesikuler (+/+), ronkhi
Suhu Badan : 36,6C (-), wheezing (-)
Nadi : 90 x/m, reguler Hepar : Tidak teraba
Pernapasan : 20 x/m Lien : Tidak teraba
TD : 150/100 mmHg Anggota Gerak : Lihat status
neurologikus
Genitalia : Tidak diperiksa
PEMERIKSAAN FISIK
Status Neurologis
Kepala
Bentuk : Brachiocephali
Ukuran : Normocephali
Status Psikiatrikus
Sikap : kooperatif
Simetris : Simetris
Perhatian : Baik
Leher
Ekspresi Muka : Wajar
Sikap : Lurus
Kontak Psikis : Ada
Torticolis : Tidak ada
Kaku kuduk : Tidak ada
Deformitas : Tidak ada
Tumor : Tidak ada
Pembuluh darah : Tidak ada pelebaran
SARAF-SARAF OTAK
N. Olfactorius
Kanan Kiri
Penciuman Normosomia Normosomia

Anosmia Tidak ada Tidak ada

Hyposmia Tidak ada Tidak ada

Parasomia Tidak ada Tidak ada


N. Optikus

Kanan Kiri
Visus Tidak diperiksa Tidak diperiksa

Campus visi

- Anopsia Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa

- Hemianopsia Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa

Fundus Okuli
- Papil edema Tidak diperiksa Tidak diperiksa
- Papil atrofi Tidak diperiksa Tidak diperiksa
- Perdarahan retina Tidak diperiksa Tidak diperiksa
N. Occulomotorius, Trochlearis, dan Abducens

Kanan Kiri
Pupil
Diplopia Tidak ada Tidak ada
Normal - Bentuk Bulat Bulat
Celah mata Normal
Ptosis Tidak ada Tidak ada - Besarnya ± 3 mm ± 3 mm

Sikap bola - Isokor/anisokor Isokor Isokor


mata - Midriasis/miosis Tidak ada Tidak ada
- Strabismus Tidak ada Tidak ada - Refleks cahaya
- Exophtalmus Negatif Negatif Langsung Positif Positif
- Enophtalmus Negatif Negatif Positif Positif
Konsensuil
- Deviation Tidak ada Tidak ada
Akomodasi Positif Positif
conjugae
- Gerakan bola Baik ke segala arah Baik ke segala arah
mata - Argyl Robertson Tidak ada Tidak ada
N. Trigeminus
Motorik Kanan Kiri
- Menggigit Kuat Kuat

- Trismus Tidak ada Tidak ada

- Refleks kornea Positif Positif


Sensorik
- Dahi Normal Normal

- Pipi Normal Normal

- Dagu Normal Normal


N. Facialis
Motorik Kanan Kiri
Mengerutkan dahi Simetris
Menutup mata Simetris Simetris
Menunjukkan gigi Sudut mulut kanan tetinggal Sudut mulut kanan tetinggal
Lipatan nasolabialis Normal Datar
Bentuk muka
- Istirahat Tidak Simetris Tidak Simetris

- Berbicara/bersiul Tidak Simetris Tidak Simetris

Sensorik
2/3 depan lidah Tidak dapat diperiksa
Otonom
- Salivasi Tidak ada kelainan
- Lakrimasi Tidak ada kelainan
- Chvostek’s sign Negatif
N. Cochlearis

Kanan Kiri

Suara bisikan Terdengar Terdengar

Detik arloji Terdengar Terdengar

Tes Weber Tidak diperiksa Tidak diperiksa

Tes Rinne Tidak diperiksa Tidak diperiksa


N. Glossopharingeus dan N. Vagus
Kanan Kiri
Arcus pharingeus Simetris Simetris
Uvula Ditengah Ditengah
Gangguan menelan Ada Ada
Suara serak/sengau Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

Denyut jantung BJ I & II Normal BJ I & II Normal


Refleks
- Muntah negatif negatif
- Batuk Positif Positif
- Okulokardiak Belum Belum dapat
dapat diperiksa
diperiksa
- Sinus karotikus Belum Belum dapat
dapat diperiksa
diperiksa
Sensorik
- 1/3 belakang lidah Tidak dapat diperiksa
N. Accesorius
Kanan Kiri
Kuat, simetris Kuat, simetris
Mengangkat bahu

Memutar kepala Tidak dapat diperiksa

N. Hypoglossus

Kanan Kiri
Deviasi ke kanan Deviasi ke kanan
Mengulur lidah
Tidak ada Tidak ada
Fasikulasi
Tidak ada Tidak ada
Atrofi papil
Tidak ada Tidak ada
Disartria
KOLUMNA VERTEBRALIS
Kyphosis : Negatif
Skoliosis : Negatif
Lordosis : Negatif
Gibbus : Negatif
Deformitas: Negatif
Tumor : Negatif
Menikokel : Negatif
Hematoma : Negatif
Nyeri Ketok : Tidak dapat diperiksa
BADAN DAN ANGGOTA GERAK
MOTORIK
GEJALA RANGSANG MENINGEAL
Kanan Kiri
Kaku kuduk Negatif
Kernig Negatif
Lasseque Negatif
Brudzinsky
- Neck Negatif
Negatif
- Cheek
Negatif
- Symphisis
Negatif
- Leg I
Negatif
- Leg II
Gait GAIT DAN KESEIMBANGAN
Ataxia : Belum dapat dinilai
Keseimbangan dan Koordinasi
Romberg : Belum dapat dinilai
Hemiplegic : Belum dapat dinilai
Dysmetri:
Scissor : Belum dapat dinilai
- Jari-jari : Belum dapat dinilai
Propulsion : Belum dapat dinilai
- Jari hidung : Belum dapat dinilai
Histeric : Belum dapat dinilai
- Tumit-tumit : Belum dapat dinilai
Dysdiadochokinesis : Belum dapat dinilai
Limping : Belum dapat dinilai
Trunk Ataxia : Belum dapat dinilai
Steppage : Belum dapat dinilai
Limb Ataxia : Belum dapat dinilai
Astasia-Abasia : Belum dapat dinilai
GERAKAN ABNORMAL
FUNGSI VEGETATIF
Tremor : Tidak ada
Chorea : Tidak ada
Miksi : Tidak dapat diperiksa
Athetosis : Tidak ada
Defekasi : Tidak dapat diperiksa
Ballismus : Tidak ada
Ereksi : Tidak dapat diperiksa
Dystoni : Tidak ada
Myocloni : Tidak ada
FUNGSI LUHUR
Afasia motorik : Tidak dapat diperiksa
Afasia sensorik : Tidak dapat diperiksa
Apraksia : Tidak dapat diperiksa
Agrafia : Tidak dapat diperiksa
Alexia : Tidak dapat diperiksa
Afasia nominal : Tidak dapat diperiksa
SIRIRAJ STROKE SKOR

1. Siriraj Stroke Score (SSS) = (2,5 x tingkat kesadaran) +


(2 x muntah) + (2 x nyeri kepala) + (0,1 x tekanan darah
diastolik) – (3 x atheroma markers) – 12SSS = (2,5 x 0)
+ (2 x 1) + (2 x 1) + (0,1
2. x 120) – (3 x 1) – 12
3. SSS = 0 + 2 + 0 + 10 – 3 – 12
4. SSS = -3
5. Interpretasi: <-1 Diagnosis Infark Serebral
6.
ALGORITMA STROKE GADJAH MADA

1. Penurunan kesadaran (-), nyeri kepala (-), reflex Babinski (+)


2. => Stroke Iskemik Akut atau Stroke Infark
1. -Tak tampak soft tissue swelling di
extracranial Pada window tulang, tak
tampak diskontinurtas Gyn, sulci dan
fissura sylvi tidak prominent Batas
corteks dan medulla tegas
2. -Tampak lesi hiperdens di thalamus
sinistra volume Ik. 4 cc
3. -Sistera ventricio dan cistema tidak
menyempit maupun melebar
4. -Midline ditengah, tidak terdeviasi Air
cellulae mastoidea normodens
5. -Sinus paranasalis normodens
6. Kesan: Intracerebral hemorrhage
(ICH) di thalamus Sinistra
DIAGNOSIS

Diagnosa Klinis : Hemiparese Sinistra


Diagnosa Topik : Lesi kapsula interna hemisferium serebri Sinistra
Diagnosa Etiologi : CVD Hemoragik
Diagnosis tambahan : Hipertensi Gr 1
TATALAKSANA
a. IVFD asering gtt 20X/menit
b. Inj. Citicoline 3 x 500Mg
c. Amlodipine 1x10Mg PO
d. CPG 1x75Mg PO
e. Aspilet 1x80Mg PO
f. Megabal 3x500Mg PO
DISKUSI KASUS
LMN (Perifer)/ FLAKSID UMN (Sentral)/ SPASTIK Pada penderita ditemukan
gejala

Hipotonus Hipertonus Hipotonus


Hiporeflexi Hiperreflexi Hipoflexi
Refleks patologis (-) Refleks patologis (+/-) Refleks patologis (+)
Degeneratif atrophy  Atrofi Atrofi otot (-) Atrofi otot (+)
otot (+)

Jadi, tipe kelemahan yang dialami penderita yaitu tipe Flaksid


Gejala Parese N.VII Sentral Pada penderita ditemukan gejala
Mengerutkan dahi Simetris
Menutup mata Lagopthalmus tidak ada
Menunjukan gigi Tidak diperiksa
Lipatan nasolabialis Lipat nasolabialis Kanan datar
Bentuk muka
 Istirahat Asimetris
 Berbicara/bersiul Asimetris

Jadi, Penderita mengalami parese N. VII tipe sentral


A. Diagnosis Banding Topik
1) Lesi di korteks hemisferium serebri, Pada penderita ditemukan gejala :
gejalanya :
- Defisit motorik - Hemiparese tipikal
- Tidak ada kejang pada sisi yang
- Gejala iritatif
lemah
- Gejala fokal (kelumpuhan/ kelemahan
- Kelumpuhan dirasakan sama berat
tidak sama berat)
- Gejala defisit sensorik pada sisi yang - Gejala defisit sensorik tidak dapat
lemah diperiksa
Jadi, kemungkinan lesi di korteks hemisferium serebri dapat disingkirkan
2) Lesi di subkorteks hemisferium serebri, Pada penderita ditemukan gejala :
gejalanya :
- Ada gejala defisit motorik - Hemiparese Dextra

- Ada afasia motorik subkortikal - Tidak ada

Jadi, kemungkinan lesi di subkorteks hemisferium serebri dapat disingkirkan


3) Lesi di kapsula interna hemisferium serebri, Pada penderita ditemukan gejala :
gejalanya :
- Ada hemiparese/hemiplegia tipikal - Hemiparese tipikal Dextra
- Parese N.VII (dextra/sinistra) tipe sentral - Ada parese N.VII dextra tipe sentral

- Parese N.XII (dextra/sinistra) tipe sentral - Ada parese N.xII tipe sentral

- Kelemahan ditungkai dan lengan sama - Kelemahan ditungkai dan lengan sama
berat berat
Jadi, kemungkinan lesi di kapsula interna hemisferium serebri dapat ditegakkan

Kesimpulan :
Diagnosis topik yaitu lesi di kapsula interna hemisferium serebri Sinistra
B. Diagnosis Banding Etiologi

1) Emboli cerebri Pada penderita ditemukan gejala :


- Kehilangan kesadaran <30menit - Tidak Penurunan Kesadaran
- Ada atrial fibrilasi - Normal
- Terjadi saat aktifitas - Terjadi saat Istirahat
Jadi, kemungkinan etiologi emboli cerebri dapat disingkirkan

2) Hemorrhagia cerebri Pada penderita ditemukan gejala :


- Kehilangan kesadaran >30menit - Tidak Penurunan Kesadaran
- Terjadi saat beraktifitas - Terjadi saat Istirhat

- Didahului sakit kepala, mual, muntah - Tidak Terdapat

- Riwayat hipertensi - Terdapat Riwayat


3) Trombosis cerebri Pada penderita ditemukan gejala :
- Tidak ada kehilangan kesadaran - Tidak Ada

- Terjadi saat istirahat - Terjadi saat beraktifitas


Jadi, kemungkinan etiologi Trombosis Serebri dapat dipertimbangkan

Kesimpulan :
Diagnosis etiologi yaitu :
CVD Hemoragik(Hemisfer Sinistra)
KESIMPULAN DIAGNOSIS

Diagnosis Klinis
Hemiparese Dextra tipe Flaksid
Diagnosis Topik
Lesi di Kapsula Interna Hemisfer Serebri Sinistra
Diagnosis Etiologi
CVD Hemoragik
Diagnosis tambahan
Hipertensi Gr 1
TINJAUAN
PUSTAKA
ANATOMI
ANATOMI
DEFINISI
Stroke berdasarkan definisi WHO (World Health
Organisation) adalah suatu tanda klinis yang
berkembang cepat akibat gangguan otak fokal
(atau global) dengan gejala-gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat
menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab
lain yang jelas selain vaskuler
EPIDEMIOLOGI

Stroke sebesar 10% dari seluruh


kematian di dunia merupakan
penyebab kematian nomor 3 setelah
penyakit jantung koroner (13%) dan
kanker (12%) di negara – negara
maju.

Prevalensi stroke berdasarkan


terdiagnosis tenaga kesehatan dan
gejala tertinggi terdapat di Sulawesi
Selatan (17,9%), DI Yogyakarta (16,9%),
Sulawesi Tengah (16,6%), diikuti Jawa
Timur sebesar 16%
FAKTOR RESIKO
Yang tidak Yang dapat
dapat dimodifikasi dimodifikasi
• Usia • Hipertensi
• Jenis kelamin • Penyakit Jantung
• Herediter • Diabetes Melitus
• Ras/etnik • Hiperkolesterolemia
• Obesitas
• Merokok
KLASIFIKASI
Stroke iskemik disebut juga stroke sumbatan atau stroke infark dikarenakan adanya kejadian
yang menyebabkan aliran darah menurun atau bahkan terhenti sama sekali pada area
tertentu di otak, misalnya terjadinya emboli atau trombosis.
KLASIFIKASI
Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh perdarahan intrakranial non
traumatik. Pada strok hemoragik, pembuluh darah pecah sehingga menghambat aliran darah
yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan merusaknya.
GEJALA KLINIS STROKE HEMORAGIK
Pada hemoragik subaraknoid, perdarahan mengiritasi meninges. Ini
menyebabkan nyeri kepala yang mendadak seperti dipukul, disertai adanya kehillangan
kesadaran sesaat perdarahan terjadi. Onset mendadak membedakan perdarahan subaraknoid
dengan nyeri kepala dan kaku kuduk infektif meningitis.
Perdarahan intraserebral pada kapsula interna dapat menyebabkan gangguan
motorik, sensorik dan penglihatan pada bagian kontralateral tubuh. Pada pons, kehilangan
fungsi motorik dan sensorik pada ke empat anggota gerak, dihubungkan dengan fungsi
kelainan brainstem. Perdarahan ke dalam sistem ventrikuler, baik perdarahan pertamanya
berasal dari intraserebral maupun subaraknoid menunjukkan prognostik yang buruk.
DIAGNOSIS
Anamnesis
01 Pada anamnesis akan ditemukan kelumpuhan anggota gerak sebelah
badan, mulut mencong atu bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi
dengan baik. Selain itu perlu ditanyakan pula faktor-faktor risiko yang
menyertai stroke, waktu terjadinya stroke

Pemeriksaan
02 Fisik
Pemeriksaan fisik harus mencakup pemeriksaaan kepala dan leher untuk
mencari tanda trauma, infeksi, dan iritasi menings. Pemeriksaan juga
dilakukan untuk mencari faktor resiko stroke seperti obesitas, hipertensi,
kelainan jantung, dan lain-lain.
DIAGNOSIS
Pemeriksaan Neurologi
03 Mencakup pemeriksaan status mental dan tingkat kesadaran, pemeriksaan
nervus kranial, fungsi motoric dan sensorik, fungsi serebral, gait, dan
refleks tendon profunda. Tengkorak dan tulang belakang pun harus
diperiksa dan tanda-tanda meningimus pun harus dicari.

Gambaran
04 Laboratorium
Pemeriksaan darah rutin diperlukan sebagai dasar pembelajaran dan
mungkin pula menunjukkan faktor resiko stroke seperti polisitemia,
trombositosis, trombositopenia, dan leukemia
DIAGNOSIS
Gambaran Radiologi
05 CT scan kepala non kontras
Modalitas ini baik digunakan untuk membedakan stroke hemoragik dan
stroke non hemoragik secara tepat kerena pasien stroke non hemoragik
memerlukan pemberian trombolitik sesegera mungkin.
SKOR SIRIRAJ

(2,5 X DK) + (2 X MT) + (2 X NK) + (0,1 X TD) – (3 X TA) – 12

Apabila didapatkan hasil >1, terjadi


stroke hemorrhagik. Apabila didapatkan
hasil <-1, kemungkinan terjadi stroke
iskemik. Namun, bila didapatkan hasil -
1<skor<1, diagnosis masih meragukan
dan memerlukan pemeriksaan penunjang.
SKOR GADJAH MADA
TATALAKSANA STROKE FASE AKUT
Penatalaksanaan di Ruang Gawat Darurat

Evaluasi Cepat dan Diagnosis


Anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan neurologis dan skala stroke

Terapi Umum
Stabilisasi Jalan Napas dan Pernafasan Pengendalian kejang
Stabilisasi Hemodinamik Pengendalian Suhu Tubuh
Pemeriksaan Awal Fisik Umum Pemeriksaan penunjang
Pengendalian Peninggian Tekanan Intrakranial (TIK)
TATALAKSANA STROKE FASE AKUT
Penatalaksanaan Umum di Ruang Rawat

Cairan
Nutrisi
Pencegahan dan Penanganan Komplikasi
Penatalaksanaan Medis Lain
TATALAKSANA STROKE FASE AKUT
Penatalaksanaan Tekanan Darah Pada Stroke Akut

Pada pasien stroke perdarahan intraserebral, apabila TDS >200 mmHg atau
Mean Arterial Preassure (MAP) >150 mmHg, tekanan darah diturunkan
dengan menggunakan obat antihipertensi intravena secara kontiniu dengan
pemantauan tekanan darah setiap 5 menit.

Pada perdarahan subaraknoid (PSA) aneurismal, tekanan darah harus dipantau dan
dikendalikan bersama pemantauan tekanan perfusi serebral untuk mencegah
resiko terjadinya stroke iskemik sesudah PSA serta perdarahan ulang. Calcium Channel
Blocker (nimodipin) telah diakui dalam berbagai panduan penatalaksanaan PSA
karena dapat memperbaiki keluaran fungsional pasien apabila vasospasme
serebral telah terjadi
TATALAKSANA STROKE FASE AKUT
Penatalaksanaan Khusus

Stroke intraserebral
Diagnosis dan Penilaian Gawat Darurat pada Perdarahan Intrakranial dan Penyebabnya

Pasien dengan defisiensi berat factor koagulasi atau trombositopenia berat


sebaiknya mendapat t erapi penggantian factor koagulasi atau trombosit

Apabila terjadi gangguan koagulasi maka dapat dikoreksi sebagai berikut: Vitamin K 10
mg IV diberikan pada penderita dengan peningkatan INR dan diberikan dalam waktu
yang sma dengan terapi yang lain karena efek akan timbul 6 jam kemudian.

Penanganan Glukosa

Obat kejang dan antiepilepsi. Pemberian antikonvulsan profilaksis tidak


direkomendasikan.
TATALAKSANA STROKE FASE AKUT
Penatalaksanaan Khusus

Operasi
Penanganan dan Pemantauan Tekanan Intrakranial
Pasien dengan skor GCS <8, dengan tanda klinis herniasi transtentorial,atau dengan
perdarahan intraventrikuler yang luas atau hidrosefalus.

Perdarahan Intraventikuler

Evakuasi hematom
Pada sebagian besar pasien dengan perdarahan intrakranial, kegunaan tindakan operasi
masih belum pasti. Pasien dengan perdarahan serebral yang mengalami
perburukan neurologis, atau yang terdapat kompresi batang otak, dan atau hidrosefalus akibat
obstruksi ventirkel sebaiknya menjalani operasi evakuasi bekuan darah.

Prediksi keluaran dan penghentian dukungan teknologi


TATALAKSANA STROKE FASE AKUT
Penatalaksanaan Khusus

Stroke Subarachnoid
Tatalaksana penegakan diagnosis perdarahan subarachnoid

Identifikasi dan atasi nyeri kepala sedini mungkin. Tirah baring total dengan posisi
kepala ditinggikan 300 dan nyaman, bila perlu berikan O2 2-3 L/menit.

Pasien PSA derajat III, IV atau V berdasarkan H&H,perawatan harus lebih intensif
Lakukan penatalaksanaan ABC sesuai dengan protokol pasien diruang gawat
darurat

Tindakan untuk mencegah perdarahan ulang setelah PSA. Kontrol dan monitor tekanan
darah untuk mencegah risiko perdarahan ulang.
TATALAKSANA STROKE FASE AKUT
Penatalaksanaan Khusus

Stroke Subarachnoid
Terapi antifobrinolitik (epsilon-aminocaproic acid: loading 1 g IV kemudian
dilanjutkan 1 g setiap 6 jam sampai aneurisma tertutup atau biasanya disarankan
72 jam) untuk mencegah perdarahan ulang

Tindakan operasi
Operasi Clipping atau endovaskuler coiling sangat direkomendasikan untuk
mengurangi perdarahan ulang setelah ruptur aneurisma pada PSA

Operasi segera (early dan ultra early) dianjurkan pada pasien dengan derajat yang
lebih baik serta lokasi aneurisma yang tidak rumit. Untuk keadaan klinis lain, operasi
yang segera atau yang ditunda direkomendasikan tergantung pada situasi klinik
khusus. Rujukan dini ke pusat spesialis sangat dianjurkan. Penanganan dan
pengobatan pasien aneurisma lebih awal diajurkan untuk sebagian besar kasus.
TATALAKSANA STROKE FASE AKUT
Penatalaksanaan Khusus

Stroke Subarachnoid
Pencegahan nimodipin dimulai dengan dosis 1-2 mg/jam IV pada hari ke 3 atau secara
oral 60 mg setiap 6 jam setiap 21 hari. Pemakaian nimodipin oral terbukti meperbaiki defisit
neurologi yang ditimbulkan oleh vasospasme. Calsium antagonistlainnya yang diberikan
secara oral atau intravena tidak bermakna

Pada pasien yang gagal dengan terapi konvensional , angioplasti transluminal dianjurkan
untuk pengobatan vasospasme

Pengelolaan darah pada PSA


Tata Laksana Hiponatremia pada PSA
Tata Laksanan Kejang pada PSA
Tatalaksana Komplikasi Hidrosefalus
KOMPLIKASI
Stroke merupakan penyakit yang mempunyai risiko tinggi terjadinya komplikasi
medis, adanya kerusakan jaringan saraf pusat yang terjadi secara dini pada stroke,
sering diperlihatkan adanya gangguan kognitif, fungsional, dan defisit sensorik.
Komplikasi jantung, pneumonia, tromboemboli vena, demam, nyeri pasca stroke,
disfagia, inkontinensia, dan depresi adalah komplikasi sangat umum pada pasien
stroke.
Analisa kasus
Pada kasus ini membahas pasien Ny.M usia 50 tahun dirawat di bagian saraf
RS Muhammadiyah Palembang karena mengalami kelemahan pada lengan
kanan dan tungkai kanan yang terjadi secara tiba-tiba. Hal ini sesuai teori
bahwa pasien mengalami stroke. Menurut World Health Organisation stroke
didefinisikan sebagai tanda klinis yang berkembang secara cepat dan tiba-tiba
dari gangguan fokal atau global pada fungsi otak, yang berlangsung lebih dari
24 jam dan dapat menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab yang jelas
selain vaskular.
±1 Hari SMRS, saat penderita sedang Istirahat Setelah mandi penderita
mengalami kelemahan pada lengan kanan dan tungkai kanan (tidak bisa
digerakkan) tanpa disertai kehilangan kesadaran. Saat serangan penderita tidak
merasa sakit kepala, tanpa disertai mual muntah, tanpa disertai kejang, tanpa
disertai gangguan rasa pada sisi yang lemah, tanpa disertai gangguan rasa baal,
nyeri, kesemutan pada sisi yang lemah. Kelemahan pada lengan kanan dan
tungkai kanan dirasakan sama berat. Sehari-hari penderita bekerja
menggunakan tangan kiri. Penderita masih dapat mengungkapkan isi pikirannya
secara lisan dan isyarat. Penderita masih dapat mengerti pikiran orang lain yang
diungkapkan secara lisan, tulisan, dan isyarat. Saat bicara mulut pasien mengot
ke kiri dan bicaranya pelo. Hal ini merupakan suatu gejala dari stroke.
Kelemahan pada sisi kanan merupakan gambaran dari deficit neurologi motoric
atau gejala fokal. Sisi yang kanan menunjukkan bahwa area otak yang
mengalami masalah adalah sisi yang berlawanan/kontralateral, yang mana pada
kasus ini yang mengalami gangguan adalah hemisfer cerebri sinsitra.

Kelemahan yang dialami pasien dirasakan saat sedang Istirahat Serangan stroke
yang terjadi saat sedang Istirahat tidak disertai sakit kepala dapat merujuk pada
stroke hemoragic. Stroke hemoragik merupakan penyakit serebrovaskular
mengacu kepada gangguan neurologic mendadak yang terjadi akibat rupturnya
aneurisma atau pembuluh darah pada otak.
Kelemahan pada lengan kanan dan tungkai kanan dirasakan sama berat. Hal ini
menunjukkan bahwa lesinya berasal dari capsula interna hemisferium serebri.
Dimana pada lesi capsula interna hemisferium serebri menimbulkan gejala
adanya hemiparese/hemiplegia tipikal, kelemahan ditungkai dan lengan sama
berat, Pasien masih dapat mengungkapkan isi pikirannya secara lisan, tulisan
dan isyarat. Penderita masih dapat mengerti isi pikiran orang lain yang
diungkapkan secara lisan, tulisan, dan isyarat. Hal ini menandakan pasien tidak
mengalami afasia motorik dan sensorik. Saat bicara mulut pasien mengot ke kiri
dan bicaranya pelo menandakan adanya paresis pada N.XII.
Pasien memiliki riwayat hipertensi tidak terkontrol sejak 1 tahun yang lalu. Pada pemeriksaan tanda-
tanda vital didapatkan tekanan darah pasien 150/100 mmHg. Hal ini menandakan jika pasien
mengalami hipertensi gr 1. Sesuai teori jika hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik >140
mmHg dan/atau tekanan darah diastolic >90 mmHg Hipertensi merupakan faktor risiko utama
terjadinya stroke baik stroke iskemik ataupun stroke hemoragik. Tekanan darah yang terlalu tinggi
dapat menyebabkan pembuluh darah yang sudah lemah menjadi pecah, dapat juga mengakibatkan
sumbatan dari gumpalan darah di pembuluh darah yang sudah menyempit. Bila tekanan darah
meningkat cukup tinggi selama bertahun-tahun, akan menyebabkan hialinisasi pada lapisan oto
pembuluh darah serebral. Akibatnya, diameter lumen pembuluh darah tersebut akan menjadi tetap. Hal
ini berbahaya karena pembuluh draah serebral tidak dapat berdilatasi atau berkonstriksi dengan leluasa
untuk mengatasi fluktuasi dari tekanan darah sistemik. Bila terjadi kenaikan tekanan darah sistemi
maka tekanan perfusi pada dinding kapiler menjadi tinggi. Akibatnya, terjadi mikroaneurisma dengan
diameter 1 mm ( terutama terjadi pada arteri lentikulostriata). Pada lonjakan tekanan darah sistemik,
aneurisma bisa pecah, dan dapat menyebabkan stroke.
hasil pemeriksaan CT Scan kepala non-kontras didapatkan perdarahan
intracerebral. Pemeriksaan CT-scan merupakan gold standard untuk diagnosis
stroke. CT Scan kepala berguna untuk menentukan jenis patologi, lokasi lesi,
ukuran lesi, menyingkirkan lesi non vaskuler. Pada stroke karena infark,
gambaran CT-scannya secara umum adalah didapatkan gambaran hipodens
sedangkan pada stroke perdarahan menunjukkan gambaran hiperdens. Selain
itu, pemeriksaan ini juga berguna untuk menentukan distribusi anatomi dari
stroke dan mengeliminasi kemungkinan adanya kelainan lain yang gejalanya
mirip dengan stroke (hematoma, neoplasma, abses). Sehingga etiologi pada
kasus yaitu CVD hemoragik.
Tatalaksana yang diberikan Asering (RL) gtt 20x/menit, dimana Pasien
menerima Infus Asering untuk mengatasi deplesi volume berat saat tidak dapat
diberikan rehidrasi oral. Pasien juga diberikan Megabal (mecobalamin)
merupakan Vitaamin B 12 untuk Defisiensi. Sebagai antihipertensi diberikan
Amlodipin 1 x10 mg tab/oral yang merupakan golongan (Calcium Channel
Blocker). Selain itu diberikan Clopidogrel 1 x 75mg tab/oral Dan Aspilet 1 x
80 Mg Tab/ Oral. Yang Merupakan antiplatelet yang di kombinasi. Citicolin
3x500 mg IV yang merupakan neuroprotektor. Neurorotektor bertujuan untuk
memperbiaki aliran darah otak serta metabolism regional di daerah otak yang
mengalami kerusakan,
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai