Anda di halaman 1dari 59

TRANSCIENT ISCHEMIC ATTACK

Oleh :
Tsaqif Novindra Putra, S. Ked
712022104

Pembimbing :
dr. Hj. Isma Yulianti, Sp.S
BAB I
STATUS PENDERITA
NEUROLOGI
Identitas Pasien
Nama : Ny. H
Umur : 46 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Lorong Banten, Palembang
Agama : Islam
Pekerjaan : Tidak Bekerja
MRS Tanggal : 23 Agustus 2023
Anamnesis

Pasien dirawat di bagian saraf RSUD Palembang Bari dengan keluhan kelemahan
pada sisi tubuh sebelah kanan sejak 2 jam SMRS.
Sejak 2 jam SMRS, keluhan tanpa disertai mual, muntah, keluhan disertai sakit
kepala, bicara pelo, dan disertai rasa baal disisi tubuh sebelah kanan. Keluhan tanpa
disertai penurunan kesadaran, Penderita dapat mengungkapkan isi pikirannya secara
lisan dan isyarat. Penderita juga masih dapat mengerti isi pikiran orang lain yang
diungkapkan secara lisan dan isyarat.
Anamnesis

Saat serangan penderita tidak merasakan jantung berdebar-debar disertai sesak


nafas. Saat pemeriksaan di bangsal penderita sudah perbaikan. Tidak ada keluhan.
Penderita memiliki riwayat hipertensi sejak 5 tahun yang lalu yang terkontrol,
riwayat kolesterol tinggi disangkal, dan riwayat diabetes melitus disangkal.
Keluhan sudah pernah dirasakan sebelumnya sejak 6 bulan yang lalu, keluhan
muncul kurang lebih 10x, saat serangan terjadi kelemahan sebelah kanan dan bicara
pelo, terdapat perbaikan setelah serangan 1-5 menit setiap serangan, paling lama 15
menit setelah serangan terdapat perbaikan.
Pemeriksaan Fisik

Status Praesens
Keadaan : Compos Mentis(E4 M6 V5)
Suhu Badan : 36,8C
Nadi : 79 x/m
Pernapasan : 20 x/m
TD : 160/90 mmHg
Pemeriksaan Fisik

Status Internus
Jantung : BJ I & II normal, Murmur (-), gallop (-)
Paru-paru : Vesikuler (+/+), ronkhi (-), wheezing (-)
Hepar : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Anggota Gerak : Akral hangat, pucat (-), edema (-), CRT < 2 detik
Genitalia : Tidak diperiksa
Pemeriksaan Fisik
Status Psikiatrikus
Sikap : Kooperatif
Perhatian : Ada
Ekspresi Muka : Wajar
Kontak Psikis : Tidak ada
Status Neurologis

Kepala
Bentuk : Normocephali
Ukuran : Normocephali
Simetris : Simetris
Status Neurologis

Leher
Sikap : Lurus
Torticolis : Tidak ada
Kaku kuduk : Tidak ada
Deformitas : Tidak ada
Tumor : Tidak ada
Pembuluh darah : Tidak ada pelebaran
Status Neurologikus (Saraf-Saraf Otak)
1. N. Olfactorius

Kiri Kanan

Penciuman Baik Baik

Anosmia Tidak ada Tidak ada

Hyposmia Tidak ada Tidak ada

Parasomia Tidak ada Tidak ada


Status Neurologikus (Saraf-Saraf Otak)
2. N. Optikus

Kiri Kanan

Visus Tidakdiperiksa Tidak diperiksa

Campus visi

- Anopsia Tidak ada Tidak ada

- Hemianopsia Tidak ada Tidak ada

Fundus Okuli

- Papil edema Tidak diperiksa Tidak diperiksa

- Papil atrofi Tidak diperiksa Tidak diperiksa

- Perdarahan retina Tidak diperiksa Tidak diperiksa


Status Neurologikus (Saraf-Saraf Otak)
3. N. Occulomotorius, Trochlearis, dan Abducens
Kiri Kanan
Diplopia Tidak ada Tidak ada
Celah mata Normal Normal
Ptosis Tidak ada Tidak ada
Sikap bola mata
- Strabismus Tidak ada Tidak ada
- Exophtalmus Tidak ada Tidak ada
- Enophtalmus Tidak ada Tidak ada
- Deviation conjugae Tidak ada Tidak ada

- Gerakan bola mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah


Status Neurologikus (Saraf-Saraf Otak)
3. N. Occulomotorius, Trochlearis, dan Abducens
Pupil
- Bentuk Bulat Bulat
- Besarnya ± 3 mm ± 3 mm
- Isokor/anisokor Isokor Isokor
- Midriasis/miosis Normal Normal
- Refleks cahaya
Langsung Positif Positif
Konsensuil Positif Positif
Akomodasi Positif Positif
- Argyl Robertson Negatif Negatif
Status Neurologikus (Saraf-Saraf Otak)
4. N. Trigeminus

Motorik Kiri Kanan


- Menggigit Kuat Kuat
- Trismus Tidak ada Tidak ada
- Refleks kornea Ada Ada
Sensorik
- Dahi Normal Normal
- Pipi Normal Normal
- Dagu Normal Normal
Status Neurologikus (Saraf-Saraf Otak)
Motorik Kiri Kanan
5. N. Facialis
Mengerutkan dahi Simetris
Menutup mata Normal Normal
Menunjukkan gigi Simetris
Lipatan nasolabialis Simetris
Bentuk muka
- Istirahat Simetris
- Berbicara/bersiul Bicara pelo
Sensorik
2/3 depan lidah Tidak diperiksa
Otonom
- Salivasi Tidak ada kelainan
- Lakrimasi Tidak ada kelainan
Status Neurologikus (Saraf-Saraf Otak)
6. N. Choclearis

Kiri Kanan
Normal Normal
Suara bisikan
Normal Normal
Detik arloji

Tes Weber Tidak diperiksa Tidak diperiksa

Tes Rinne Tidak diperiksa Tidak diperiksa


Status Neurologikus (Saraf-Saraf Otak)
7. N. Glossopharingeus dan N. Vagus
Kiri Kanan
Arcus pharingeus Siemtris
Uvula Ditengah
Gangguan menelan Tidak ada
Suara serak/sengau Tidak ada
Denyut jantung BJ I dan II normal, reguler
Refleks
- Muntah Normal
- Batuk Normal
- Okulokardiak Tidak diperiksa
- Sinus karotikus Tidak diperiksa
Sensorik
- 1/3 belakang lidah Tidak diperiksa
Status Neurologikus (Saraf-Saraf Otak)
8. N. Accessorius

Kiri Kanan
Bisa Bisa
Mengangkat
bahu
Memutar kepala Tidak ada tahanan
Status Neurologikus (Saraf-Saraf Otak)
9. N. Hypoglossus

Kiri Kanan

Menjulurkan lidah Asimetris


Fasikulasi Tidak ada
Atrofi papil Tidak ada
Disartria Ada
Kolumna Vertebralis
Kyphosis : Tidak ada kelainan
Skoliosis : Tidak ada kelainan
Lordosis : Tidak ada kelainan
Gibbus : Tidak ada kelainan
Deformitas : Tidak ada kelainan
Tumor : Tidak ada kelainan
Menikokel : Tidak ada kelainan
Hematoma : Tidak ada kelainan
Nyeri Ketok : Tidak ada kelainan
Badan dan Anggota Gerak
Motorik

Lengan Kiri Kanan


Gerakan Cukup Cukup
Kekuatan 5 5
Tonus Eutoni Eutoni
Refleks fisiologis
Normorefleks
- Biceps Normorrefleks
Normorefleks Normorefleks
- Triceps
Normorefleks Normorefleks
- Radius
Normorefleks Normorefleks
- Ulna
Refleks patologis
- Hoffman Tromner Negatif
Trofik Eutrofik
Badan dan Anggota Gerak
Motorik

Tungkai Kiri Kanan


Gerakan Cukup Cukup
Kekuatan 5 5
Tonus Eutoni Eutoni
Klonus
- Paha Negatif Negatif
- Kaki Negatif Negatif
Refleks fisiologis
Normorefleks
- KPR Normal
Normorefleks
- APR Normal
Badan dan Anggota Gerak
Motorik Refleks Patologis Kiri Kanan
- Babinsky Negatif Negatif
- Chaddock Negatif Negatif
Negatif Negatif
- Oppenheim
Negatif Negatif
- Gordon
Negatif Negatif
- Schaeffer
Negatif Negatif
- Rossolimo
Negatif Negatif
- Mendel Bechterew
Refleks Kulit Perut
- Atas Positif
- Tengah Positif
- Bawah Positif
- Trofik Eutrofik
Badan dan Anggota Gerak
Sensorik
Tidak ada kelainan
Gambar
Gejala Rangsangan Meningeal
Kiri Kanan
Kaku kuduk Tidak Ada
Kernig Negatif
Lasseque Negatif
Brudzinsky
- Neck Negatif
Negatif
- Cheek
Negatif
- Symphisis
Negatif
- Leg I
Negatif
- Leg II
Gait
Ataxia : Belum dapat dinilai
Hemiplegic : Belum dapat dinilai
Scissor : Belum dapat dinilai
Propulsion : Belum dapat dinilai
Histeric : Belum dapat dinilai
Limping : Belum dapat dinilai
Steppage : Belum dapat dinilai
Astasia-Abasia : Belum dapat dinilai
Keseimbangan dan Koordinasi
Romberg : Belum dapat dinilai
Dysmetri : Belum dapat dinilai
Jari-jari : Belum dapat dinilai
Jari hidung : Belum dapat dinilai
Tumit-tumit : Belum dapat dinilai
Dysdiadochokinesis: Belum dapat dinilai
Trunk Ataxia : Belum dapat dinilai
Limb Ataxia : Belum dapat dinilai
Gerakan Abnormal
Tremor : Tidak ada
Chorea : Tidak ada
Athetosis : Tidak ada
Ballismus : Tidak ada
Dystoni : Tidak ada
Myocloni : Tidak ada
Fungsi Vegetatif
Miksi : Normal
Defekasi : Normal
Ereksi : Tidak diperiksa
Fungsi Luhur
Afasia motorik : Tidak ada
Afasia sensorik : Tidak ada
Apraksia : Tidak ada
Agrafia : Tidak ada
Alexia : Tidak ada
Afasia nominal : Tidak ada
Siriraj Score

Siriraj Stroke Score (SSS) = (2.5 x Tingkat kesadaran) + (2 x Muntah) + (2 x


Nyeri kepala) + ( 0.1 x Tekiri darah diastolik ) – ( 3 x Atheroma markers ) – 12
SSS = (2.5 x 0) + (2 x 0) + (2 x 1) + (0.1 x 90) – (3 x 0) – 12
SSS = 0 + 2 + 2 + 9 – 0 – 12
SSS = -1
Interpretasi : Meragukan
Algoritma Stroke Gajah Mada

Penurunan kesadaran (-), Nyeri kepala


(+), Refleks babinski (-)
Interpretasi: Perdarahan Intracerebral
Diagnosa

Diagnosa Klinik : Hemiparesis Dextra ec TIA


Diagnosa Etiologi : Trombosis
Diagnosa Tambahan : Hipertensi
Rencana pemeriksaan Penunjang

• Pemeriksaan Laboratorium
Hematologi (Hemoglobin, Eritrosit, Hematokrit dan Hitung jenis)
Gula darah sewaktu
Elektrolit (Natrium, Kalium)
Fungsi Ginjal (Ureum, Kreatinin)
• Rontgen Thorax
• CT-Scan Kepala
Penatalaksanaan
Farmakologi :
IVFD RL gtt 20x
Inj. Citicoline 2x 500 mg
inj. Omeprazole 1x 40 mg
Non-Farmakologi : inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr
Amlodipin 1 x 10 mg
Elevasi kepala 30 derajat Neurodex 1x1
Asam folat 1 tab
KSR 1 x1 tab
Clopidogrel 1x75 mg
Curcuma 3x1 tab
Fisioterapi H1
Aspilet 1x80 mg
Sucralfat syr 3x1
Prognosis
Quo ad Vitam : Dubia ad bonam
Quo ad Sanationam : Dubia ad bonam
Quo ad Functionam: Dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Serangan iskemik transien (TIA) adalah keadaan darurat medis. Ini didefinisikan
sebagai episode sementara dari disfungsi neurologis akibat iskemia otak fokal,
sumsum tulang belakang, atau retina, tanpa infark akut atau cedera jaringan. Definisi
TIA telah berubah dari berbasis waktu menjadi berbasis jaringan. TIA biasanya
berlangsung kurang dari 24 jam. TIA dapat dianggap sebagai peringatan serius untuk
serangan stroke iskemik yang akan datang; risiko tertinggi dalam 48 jam pertama
setelah serangan iskemik transien.
Etiologi dan Faktor Resiko

TIA dapat diklasifikasikan menurut mekanisme patofisiologinya mirip dengan subtipe


stroke iskemik. Mereka termasuk aterotrombosis arteri besar, emboli jantung, pembuluh
darah kecil (lakunar), kriptogenik, dan subtipe yang tidak umum seperti diseksi
vaskular, vaskulitis, dll.

Faktor risiko umum untuk semua TIA termasuk diabetes, hipertensi, usia, merokok,
obesitas, alkoholisme, tidak sehat diet, stres psikososial, dan kurangnya aktivitas fisik
secara teratur
Epidemiologi
Insiden TIA di Amerika Serikat bisa sekitar
setengah juta per tahun, dan diperkirakan sekitar
1,1 per 1000 populasi Amerika Serikat.
Perkiraan prevalensi keseluruhan TIA di antara
orang dewasa di Amerika Serikat adalah sekitar
2%. Telah terbukti bahwa riwayat stroke
sebelumnya meningkatkan prevalensi TIA.
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa
mayoritas orang yang mengalami stroke awal
memiliki gejala TIA sebelumnya.
Patofisiologi

Patofisiologi TIA tergantung pada subtipe:


• Atherothrombosis arteri besar. Ini mungkin atherotrombosis intrakranial atau
ekstrakranial. Mekanismenya mungkin kurangnya aliran darah distal ke lokasi stenosis
arteri atau emboli arteri ke arteri yang sebenarnya merupakan mekanisme yang lebih
umum.
Patofisiologi

Patofisiologi TIA tergantung pada subtipe:


• Penyakit iskemik pembuluh kecil. Patologi yang mendasarinya adalah lipohyalinosis
atau arteriolosklerosis pembuluh kecil. Faktor risiko tersering adalah hipertensi diikuti
diabetes dan usia.
• Emboli jantung. Gumpalan di ruang jantung paling sering di atrium kiri sekunder akibat
fibrilasi atrium.
Patofisiologi

Patofisiologi TIA tergantung pada subtipe:


• Kriptogenik. Ini biasanya merupakan pola iskemia kortikal tanpa aterotrombosis arteri
besar yang dapat diidentifikasi atau sumber emboli jantung. Baru-baru ini sering disebut
sebagai ESUS (stroke emboli dari sumber yang tidak diketahui).
• Penyebab tidak umum lainnya seperti diseksi arteri atau keadaan hiperkoagulasi.
Diagnosis Banding
• Diseksi arteri karotis
• Meningitis
• Meningokokus meningitis
• Sklerosis ganda
• Stroke iskemik
• Stroke hemoragik
• Perdarahan subaraknoid
• Sinkop
Tatalaksana

Tujuan utama pengobatan TIA adalah untuk mengurangi risiko stroke atau TIA berikutnya.
Perawatan dini setelah TIA dapat secara signifikan mengurangi risiko stroke dini. Pasca TIA, risiko
stroke dalam 3 bulan dilaporkan sekitar 20%, dengan sekitar 50% dari stroke ini terjadi dalam 2
hari pertama setelah presentasi awal. Sangat penting untuk mengevaluasi status pembuluh darah
dan mencari fibrilasi atrium ketika pasien datang dengan TIA.
BAB III
ANALISA KASUS
Analisa kasus
Penderita dirawat di bagian saraf RSUD BARI karena kelemahan pada lengan
kanan dan tungkai kanan (tidak bisa digerakkan), bicara pelo dan sakit kepala yang
terjadi sejak 2 jam SMRS. Pasien juga mengeluh merasakan sakit kepala seperti diikat,
tidak terdapat keluhan mual dan muntah. Demam tidak ada. Kejang tidak ada. Pada
pasien keluhan ini tanpa disertai keluhan kejang. Hal ini menunjukkan bahwa letak lesi
kemungkinan tidak terdapat di korteks serebri, karena pada lesi yang terletak di korteks
serebri biasanya pasien mengalami kejang. Penderita dapat mengungkapkan isi
pikirannya secara lisan, tulisan dan isyarat. Penderita dapat mengerti isi pikiran orang
lain yang diungkapkan secara lisan, tulisan, dan isyarat.
Analisa kasus

Saat berbicara mulut penderita mengot ke kiri dan bicara pelo, hal ini menunjukan
adanya parese nervus VII sinistra dan nervus XII sinistra. Parese nervus VII dan nervus
XII sering ditemukan pada lesi yang terletak di kapsula interna, gangguan vaskular pada
kapsula interna sering menyebabkan paralisis kontralateral pada lengan dan tungkai
serta otot wajah kontralateral bagian bawah, dan kelemahan sementara pada lidah.
Analisa kasus
Saat serangan penderita tidak mengalami jantung berdebar-debar disertai sesak
napas. Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan stroke pada kasus ini tidak
disebabkan oleh emboli serebri. Emboli cenderung terjadi pada orang yang
mengidap penyakit jantung (misalnya denyut jantung yang cepat tidak teratur,
penyakit katup jantung dan sebagainya), dimana sebagian besar stroke iskemik di
sebabkan oleh emboli, yang biasanya berasal dari jantung. Stroke emboli terjadi
karena adanya gumpalan darah atau bekuan darah yang berasal dari jantung,
kemudian menyumbat aliran darah di otak.
Analisa kasus
Berdasarkan anamnesis, merupakan suatu gejala dari Transchient Ischemic
Attack (TIA). Transchient Ischemic Attack diakibatkan oleh adanya gejala yang
berulang selama kurang dari 24 jam.
Serangan iskemik transien biasanya berhubungan dengan defisit neurologis
fokal dan/atau gangguan bicara di wilayah vaskular karena penyakit
serebrovaskular yang mendasarinya. Onsetnya selalu tiba-tiba. Evaluasi TIA harus
segera dilakukan dengan pencitraan dan pemeriksaan laboratorium untuk
mengurangi risiko stroke berikutnya
Analisa kasus

Pada pemeriksaan fisik ditemukan tekanan darah pasien 160/90 mmHg. Hipertensi
didefinisikan sebagai kondisi tekanan darah sistolik ≥ 130 mmHg atau diastolik ≥ 80
mmHg. Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko terjadinya stroke baik hemoragik
maupun non hemoragik. Pada pasien dengan hipertensi akan terjadi gangguan pasokan
darah ke otak maupun organ lainnya akibat dari menyempitnya pembuluh darah.
Analisa kasus
Dari penilaian siriraj stroke skore didapatkan hasil nilai -1. Siriraj stroke skore
adalah skor untuk membantu penegakan diagnosis stroke baik hemoragik ataupun non
hemoragik. Siriraj stroke skore terdiri dari bagaimana tingkat kesadaran pasien, ada
tidaknya muntah, ada tidaknya nyeri kepala, nilai tekanan darah diastolik serta ada
tidaknya atheroma markers. Hasil perhitungan skor kemudian diintepretasikan sebagai
stroke non hemoragik jika skor ≤ -1, stroke hemoragik jika skor ≥ 1 dan skor -1 s/d 1
hasilnya meragukan.
Analisa kasus
Pada Algoritma Stroke Gadjah Mada tidak terdapat penurunan kesadaran, terdapat nyeri
kepala dan tidak terdapat refleks babinski. Maka kemungkinan dapat diklasifikasikan
berdasarkan Algoritma Stroke Gadjah Mada sebagai perdarahan intraserebral.

Pada kasus ini pasien diusulkan pemeriksaan CT Scan brain untuk melihat adanya
gejala-gejala klinis pada pasien yang mendukung. Dari hasil pemeriksaan CT scan
kepala didapatkan gambaran Tak tampak lesi hiperdens dan hiperdens pada parenchyme
cerebri dan cerbellum.
Analisa kasus
Penatalaksanaan non farmakoterapi elevasi kepala 30 derajat. Elevasi kepala 30 derajat
menyebabkan peningkatan venous return yang mengakibatkan CBV (volume darah
yang tersedia pada jaringan otak) menurun sehingga penurunan tekanan intrakranial.

Untuk tatalaksana farmakoterapi diberikan Ringer Laktat (RL) gtt 20x/menit, dimana
Pasien menerima Infus RL untuk mengatasi deplesi volume berat saat tidak dapat
diberikan rehidrasi oral. Kemudian diberikan citicoline 2x500 mg IV, dimana citicoline
merupakan obat neuroprotektan yang bertujuan untuk memperbaiki aliran darah otak
serta metabolisme regional di daerah iskemik otak. Obat ini berfungsi mencegah
kerusakan otak (neuroproteksi) dan membantu pembentukan membran sel di otak
(neurorepair).
Analisa kasus
Diberikan omeprazole sebagai penghambat pompa proton (PPI), menghasilkan
hambatan sekresi asam lambung yang bersifat ireversibel bekerja menghambat produksi
asam lambaung pada tahap akhir, yaitu menghambat pompa ATP H+/K+ sel parietal
yang engsekresi asam. ).

Tekanan darah pasien meningkat sehingga diberikan tatalaksana berupa obat


amlodipine 1x5 mg, dimana amlodipin merupakan golongan obat Calcium Channel
Blockers (CCBs) yaitu antihipertensi.
Analisa kasus
Edukasi yang dapat diberikan adalah penjelasan kepada penderita dan keluargnya
mengenai kondisi, risiko dan komplikasi penyakit yang diderita, penjelasan mengenai
faktor risiko kelemahan yang dialami penderita yaitu hipertensi. Anjurkan penderita
untuk memodifikasi gaya hidupnya, konsumsi obat-obatan secara rutin dan usahakan
penderita agar menjauhi stress.

Edukasi keluarga pula untuk memberikan motivasi kepada penderita agar tetap
semangat dan harus mengawasi dengan ketat pengobatan hipertensi yang dijalani
penderita dan rutin melakukan kontrol di poliklinik.
Terima Kasih.

Anda mungkin juga menyukai