Anda di halaman 1dari 59

CASE REPORT SESSION

Penurunan Kesadaraan et
causa ICH

Pembimbing : dr. Sri Noviyanty, Sp.N

Indah Rahmadani Siin, S.Ked


01
Pendahuluan
Pendahuluan

Stroke merupakan penyakit kegawatdaruratan yang bersifat akut dan salah satu
penyebab kecacatan dan kematian tertinggi di beberapa negara di dunia. Pada
tahun 2013 terdapat sekitar 25,7 juta kasus stroke, dengan hampir separuh
kasus (10,3 juta kasus) merupakan stroke pertama. Sebanyak 6,5 juta pasien
mengalami kematian dan 11,3 juta pasien mengalami kecacatan.
02
Laporan Kasus
-------------------------
Identitas Pasien

Nama : Ny.S
Umur : 37 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Lingkungan III, Kel Pijoan, Kec Jambi Luar
Agama : Islam
Masuk Rumah sakit : 25/09/2022 (IGD)
26/09/2022 (Stroke Unit)
Riwayat Penyakit Sekarang

± 1 Jam SMRS pasien datang dengan keluhan nyeri kepala yang hebat yang
dirasakan diseluruh sisi kepala. Pasien saat itu sedang dalam perjalanan mau
ke pasar dan tiba-tiba pasien merasakan kelemahan dianggota geraknya,
keluhan disertai mual dan muntah. Pasien mulai mengalami penurunan
kesadaran saat diperjalanan menuju RSUD Raden Mattaher, kejang tidak ada,
demam tidak ada, bicara pelo, pandangan kabur tidak ada, telinga berdenging
tidak ada.
Diketahui bahwa pasien mempunyai riwayat darah tinggi sejak ± 8 tahun
yang lalu dan tidak rutin minum obat dan tidak rutin kontrol. Dan ± 2 tahun
yang lalu setelah pasien melahirkan didapati gula darah os tinggi >200 dan
pasien diberikan suntik insulin selama 2 minggu dan setelah itu pasien tidak
menggunakan insulin lagi ataupun obat penurun gula darah lainnya.
 
Riwayat Penyakit Dahulu

- Riwayat keluhan serupa


sebelumnya tidak ada
- Riwayat Darah Tinggi (+)
- Riwayat DM (+)
- Pasien tidak ada riwayat konsumsi
obat - obatan
- Riwayat trauma (-)
Riwayat Penyakit Keluarga

 Tidak diketahui
Keadaan Umum dan Tanda Vital

 Kesadaran : GCS 13 ( E3M6V4)

 TekananDarah : 180/110 mmHg (IGD)

 Nadi : 88 kali/menit

 Respirasi : 20 kali/menit, pernapasan regular

 Suhu : 36,5°C

 SpO2 : 98 %
Status Generalis

Kepala : Normocephal (+)


Mata : Edema palpebra (-/-), conjungtiva anemis (-),
sklera ikterik(-), pupil bulat, isokor, ± 3 mm/± 3
mm, refleks cahaya (+/+),
THT : Dalam batas normal
Mulut : Bibir sianosis(-), mukosa kering(-), Stomatitis (-)
Status Generalis
Jantung : BJI/II reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru : Vesikuler (+/+), ronkhi halus (-/-), wheezing(-/-)
Abdomen : dbn
Ekstremitas
Superior : Akral hangat, edema (-)/(-), sianosis(-)/(-)
Inferior : Akral hangat, edema (-)/(-), sianosis(-)/(-)
Status Psikiatri

Sikap : Kooperatif

Perhatian : Ada

Ekspresi muka : Wajar

Kontak psikis : Ada


Status Neurologi

1. Kesadaran kualitatif : Somnolen


2. Kesadaran kuantitatif : E3M6V4
3. Kepala
a. Bentuk : Normocephal
b. Nyeri tekan : (-)
c. Simetri : Simetris
d. Pulsasi : (-)
Status Neurologi

Tanda Rangsang Meningeal


a. Kaku kuduk :-
b. Brudzinski 1 :-
c. Brudzinski 2 :-
d. Brudzinski 3 : -/-
e. Brudzinski 4 : -/-
f. Leseque : -/-
g. Kernig : -/-
Pemeriksaan Fisik

Status Neurologi/Nervus Cranialis

Pemeriksaan Kanan Kiri


N. I
Subjektif Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
Dengan bahan Dapat membedakan pembauan Dapat membedakan pembauan
N. II
Tajam Penglihatan Normal Normal
Lapang Pandang Normal Normal
Melihat Warna Normal Normal
Fundus Okuli Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Pemeriksaan Fisik
Status Neurologi/Nervus Cranialis
Pemeriksaan Kanan Kiri
N. III
Sela mata Simetris Simetris
Ptosis Tidak ada Tidak ada
Pergerakan bola mata Baik Baik
Nistagmus Tidak ada Tidak ada
Strabismus Tidak ada Tidak ada
Ekso/endophtalmus Tidak ada Tidak ada
Pupil : Bentuk, Besar Bulat, ±3mm Bulat, ±3mm
Refleks Cahaya Langsung + +
Refleks Cahaya Tidak Langsung + +
Melihat Kembar (diplopia) Tidak ada Tidak ada
Status Neurologi/Nervus Cranialis

Pemeriksaan Kanan Kiri


N. IV

Pergerakan bola mata ke bawah-dalam Normal Normal

Melihat Kembar - -
N.V
Membuka mulut Normal Normal
Mengunyah Normal Normal
Menggigit Normal Normal
Oftalmikus (sensori) Normal Normal
Maksila (sensori) Normal Normal
Mandibula (sensori) Normal Normal
Refleks Kornea (sensori) Normal Normal
Status Neurologi/Nervus Cranialis

Pemeriksaan Kanan Kiri


N. VI
Pergerakan bola mata ke lateral Normal Normal
Melihat Kembar -
N.VII
Sudut bibir Normal
Mengerutkan dahi Normal
Senyum memperlihatkan gigi Datar sisi kanan
Menutup mata Normal
Bersiul Normal
Daya perasa 2/3 anterior lidah Normal
Plica nasolabialis Datar sisi kanan
Status Neurologi/Nervus Cranialis

Pemeriksaan Kanan Kiri


N.VIII
Detik Arloji Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Rinne test Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Weber test Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Swabach test Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N IX
Daya perasa 1/3 posterior lidah Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Sensibilitas faring Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Refleks Muntah Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Status Neurologi/Nervus Cranialis

Pemeriksaan Kanan Kiri


N. X
Arkus faring Normal Normal
Disfonia Tidak ada Tidak ada
Menelan Baik Baik
Refleks muntah Tidak ada Tidak ada
N. XI
Mengangkat bahu Normal Normal
Memalingkan kepala Normal Normal
Status Neurologi/Nervus Cranialis

Pemeriksaan Kanan Kiri


Pemeriksaan
N. XII
Fisik
Pergerakan lidah Deviasi kekanan
Tremor lidah - -
Atrofi Papil - -
Artikulasi Normal
Status Neurologi/Badan

Pemeriksaan Kanan Kiri


Motorik
Respirasi Simetris Simetris
Duduk Normal Normal
Bentuk kolumna Normal Normal
Sensorik
Taktil/raba Normal Normal
Nyeri Normal Normal
Status Neurologi/Extremitas Superior

Pemeriksaan Kanan Kiri


Motorik
Pergerakan Kurang Kurang
Kekuatan 4/5 4/5
Tonus Normal Normal
Arm Dropping Test Tidak ada lateralisasi
Sensorik
Taktil/raba Normal Normal
Nyeri Normal Normal
Lokalis/posisi/sikap Normal Normal
Thermi Normal Normal
Status Neurologi/Extremitas Superior

Pemeriksaan Kanan Kiri


Refleks Fisiologis
Biseps +++ ++
Triseps +++ ++
Brachioradialis ++ ++
Refleks Patologis
Hoffman-Tromner (-) (-)
Status Neurologi/Extremitas Inferior

Pemeriksaan Kanan Kiri


Motorik

Pergerakan kurang Kurang


Kekuatan 4/5 4/5
Tonus Normal Normal
Knee Dropping Test Tidak ada lateralisasi
Sensorik
Taktil/raba Normal Normal
Nyeri Normal Normal

Thermi Normal Normal

Lokalis/posisi Normal Normal


Status Neurologi/Extremitas Inferior

Pemeriksaan Kanan Kiri


Refleks Patologis
Babinsky (+) (-)
Chaddock (+) (-)
Schaffer (-) (-)
Oppenheim (-) (-)
Bing (-) (-)
Gonda (-) (-)
Klonus paha (-) (-)
Klonus kaki (-) (-)
Status Neurologi/Extremitas Inferior

Pemeriksaan Kanan Kiri


Refleks Primitif
Rosolimo (-) (-)
Mendel-Bechtrew (-) (-)
Refleks Fisiologis
Patella +++ ++
Achilles +++ ++
Tes Profokasi
Test Laseque (-) (+)
Patrick (-) (-)
Kontra Patrick (-) (-)
Status Neurologi

Pemeriksaan Hasil
Koordinasi, Gait, dan Keseimbangan
Cara berjalan Tidak dilakukan pemeriksaan
Test Romberg Tidak dilakukan pemeriksaan
Disdiadokinesis Tidak dilakukan pemeriksaan
Ataksia Tidak dilakukan pemeriksaan
Rebound phenomen Tidak dilakukan pemeriksaan
Dismetria Tidak dilakukan pemeriksaan
Alat Vegetatif
Miksi Tidak dilakukan pemeriksaan
Defekasi Tidak dilakukan pemeriksaan
Status Neurologi

Pemeriksaan Hasil
Gerakan Abnormal
Rigiditas (-)
Atetosis (-)
Miokloni (-)
Tremor (-)
Khorea (-)
Tes Tambahan
Tes Nafziger Tidak dilakukan pemeriksaan
Tes Valsava Tidak dilakukan pemeriksaan
Darah Rutin & Elektrolit Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
Hematologi Rutin
Satuan Keterangan

Hemaglobin 11,4 12 – 16 g/dl L


Hematokrit 34,8 34,5 – 54 %  
Eritrosit 5,08 3,93 – 5.22 X 10^6/uL H
MCV 68,4 80 - 96 fL L
MCH 22,4 27 -32,2 Pg L
MCHC 32,8 32 -36 g/dL  
RDW 14,6   %  
Trombosit 266 150 – 450 X10^3/uL H
PCT .214 0,150 – 0,400 %  
MPV 8,02 7,2 – 11,1 fL  
PDW 20,2 9 – 13 fL H
Leukosit 18,3 3,98 – 10.04 X10^3/uL H
Hitung Jenis
Neutrofil 13,4 - X10^3/uL  
Lymfosit 3,33 - X10^3/uL  
Monosit .771   X10^3/uL  
Eosinofil .608   X10^3/uL  
Basofil .129   X10^3/uL  
Neutrofil 73,5 50 – 70 % H
Lymfosit 18,2 18 – 42 %  
Monosit 4,22 4,7 – 11,5 %  
Eosinofil 3,33 1-3 % H
Basofil .703 0-2 %  
Glukosa darah
GDS 305 < 200 Mg/dl H
Kimia Darah &Faal Ginjal

Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Satuan Keterangan


Faal Ginjal
Ureum 19 15 - 39 mg/dl  
Creatinin 0,51 0,55 – 1,3 mg/dl L

Profil lipid
Kolesterol total 167 <200 Mg/dl  
Trigliserida 78 <150 Mg/dl  
HDL kolesterol 74 >35 Mg/dl  
LDL kolesterol 119 0 - 99 Mg/dl H
CT-Scan Kepala

Sulsi, sisterna dan sistem ventrikel tidak


melebar.

Tampak lesi hyperdens dibasal ganglia kiri

Mid line shift (-)(+), gray and white matter


differensiasi tegas.

SPN dan Mastoid air cell clear.

Tulang-tulang kepala tidak tampak lesi.

Soft tissue ekstra cranial tidak tampak lesi

Kesan:intra cerebral hemmoragic. Volume


darah 8.5 cc
Thorak PA

Cor

: CTR > 50% Kontur baik.

Aorta : Normal

Paru :

Corakan brochovascular meningkat.

Tampak infiltrat di parakarial kanan.

Sinus costophrenicus kanan/kiri tajam.

Diaphragma kanan dan kiri raguler.

Tulang dan jaringan lunak dinding dada

baik.

Kesan :

C O R : Kardiomegali

Paru : Bronkopneumoni
Diagnosis

Diagnosis Klinis Diagnosis Topis Diagnosis Etiologi

Hemiparese dexstra tipe Hemisfer sinistra cortex, N.VII ICH


spastik dengan penurunan central, N.XII central.
kesadaran+parese N.VII
dekstra central+parese N.XII
dekstra central.
- IVFD NaCl 0,9% + ketorolac 1 amp
- Manitol 4x125
- Inj. Ceftriaxone 1x2 gr
- Inj. Lansoprazole 1x1
- Inj. As tranexamat 3x500
- Inj.Citicoline 2x500 mg
- Gabaxa 1 kolf/hari
- Po. Aspar K 2x1
- Po. Candasartan 1x16 gr
- Po. Amilodipin 1x10 mg
- Po. Simvastatin 1x2 gr
- Po. Mecobalamin 2x500 mg
- Inj. Levorapid 1x10 iu
- Po. Metformin 2x500 mg

Tatalaksana
Follow Up

Tanggal S O A P
27/09/2022 Kelemahan anggota K/U tampak sakit berat -Post penurunan kesadaran. - IVFD NaCl 0,9% + ketorolac 1 amp
gerak sebelah kanan - Manitol 4x125
HR-2 GCS :15 (CM) -Hemiparese dekstra spastik. - Inj. Ceftriaxone 1x2 gr
- Inj. Lansoprazole 1x1
Onset hari ke-3 TD : 185/93 mmhg -Parese N.VII dekstra central
- Inj. As tranexamat 3x500
N: 89 x/menit -Parese N.XII dekstra central - Inj.Citicoline 2x500 mg
- Gabaxa 1 kolf/hari
SPO2 : 100 % - ICH - Po. Aspar K 2x1
- Po. Candasartan 1x16 gr
RR : 18 x/menit - Inj. Levorapid 1x10 iu

S ; 36,5 C

GDS : 125 mg/dL

GD2PP : 186 mg/Dl

HbA1C : 11,9
Follow Up
Follow Up
Follow Up
03
Tinjauan Pustaka
Definisi

Menurut World Health Organization (WHO) merupakan


manifestasi
klinik dari gangguan fungsi serebral, baik fokal maupun
menyeluruh
(global) yang terjadi dengan cepat, berlangsung lebih dari 24
jam dan dapat
berakhir dengan kematian, tanpa ditemukannya penyebab
yang jelas selain
dari gangguan vaskuler.
Epidemiologi

Jenis kelamin Usia


Kematian ke-4 terbanyak Laki-laki lebih banyak Semakin tua semakin
dibanding wanita berisiko
Klasifikasi

1) Perdarahan intraserebral (ICH)


Perdarahan intraserebral metupakan perdarahan yang terjadi pada parenkim
otak, biasanya disebabkan oleh tekanan darah yang tinggi. Perdarahan
intraserebral terjadi secara cepat dan tiba-tiba.
2) Perdarahan subarachnoid (SAH)
Perdarahan subarachnoid merupakan perdarahan yang terjadi pada
membran yang melindungi otak (meninges) pada subarachnoid. Perdarahan ini
biasanyadisebabkan oleh aneurisma atau arteriovenous malformation (AVM)
dan juga oleh karena trauma.
3) Perdarahan Intraventrikel (IVH)
Perdarahan intraventrikel merupakan perdarahan yang terjadi di dalam
ventrikel. Perdarahan intraventrikel terjadi pada 45% pasien ICH.
Etiologi

Perdarahan intraserebral non traumatic biasanya timbul karena


pecahnya mikro aneurisma (Berry aneurysm) akibat hipertensi maligna
Faktor Risiko

1.Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi


2. Faktor rrisiko yang tidak dapat dimodifikasi
Perdarahan intracerebral

Formasi edema pada perdarahan intraserebral melalui tiga fase; pada


beberapa jam pertama setelah perdarahan intraserebral terjadi pembentukan
clot. Sel darah merah yang intak dalam area hematom tidak menyebabkan
edema.GejalaSetelah kaskade koagulasi menjadi aktif dalam 24 - 48 jam berikutnya,
thrombin menjadi aktif dan merusak integritas sawar darah otak,
mengakibatkan cairan intravaskuler masuk ke ruang ekstraseluler. Fase ketiga
muncul saat sel-sel darah merah hematom mulai lisis. Hemoglobin dan
produk-produk degradasinya disimpan dalam parenkim otak, menyebabkan
reaksi inflamasi poten dan pembentukan edema. Edema yang terbentuk
dapat menekan bagian otak sehingga menyebabkan perburukan neurologis
pada pasien.
Manifestasi klinis

1) Gangguan global berupa gangguan kesadaran


2) Gangguan fokal yang muncul mendadak,
Stroke Perdarahan
Stroke Perdarahan
No Gejala/tanda Penilaian Indeks Skoring
1. Kesadaran (1) kompos mentis    
(2) mengantuk x 2,5 +
(3) semi koma/koma

2. Muntah (1) tidak x2 +


(2) ya

3. Nyeri kepala (1) tidak x2 +


(2) ya

4. Tekanan darah Diastolik x +


10%
(0,1)
5. Atheroma (1) Tidak x (-3) -
a. DM (2) Ya
b. Angina Pektoris
klaudikasio
intermitten

6. Konstanta   -12 -12


Hasil SSS
<-1 non perdarahan
>1 perdarahan
Terapi umum

1. Stabilisasi jalan napas dan pernapasan


2. Stabilisasi Hemodinamik
3. Penanganan peningkatan TIK
4. Penanganan suhu tubuh Gejala
04
Analisis Kasus
Telah dilakukan anamnesis pada seorang perempuan berusia 37 tahun dengan keluhan
utama kelemahan anggota gerak kanan sejak 1 jam SMRS. Keluhan timbul secara tiba-tiba.
Pasien juga mengalami berbicara pelo. Sakit kepala (+), Mual (-), Muntah (-), demam (-).
Pasien mempunyai riwayat hipertensi tidak terkontrol, riwayat kencing manis, dan riwayat
maag.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran pasien somnolen. Pada pemeriksaan
motorik didapatkan adanya kelemahan anggota gerak kanan dengan kekuatan otot motorik 4/5.
Pada pemeriksaan N.VII Plica nasolabialis datar dan sudut mulut tertinggal pada sisi kanan.
Pada pemeriksaan N.XII lidah lateralisasi ke kanan. Pemeriksaan refleks fisiologis, terdapat
peningkatan refleks biceps kanan, triceps kanan, patella kanan, dan achiles kanan, refleks
fisiologis sisi kiri tidak mengalami peningkatan. Pada pemeriksaan tonus otot dan pemeriksaan
sensorik didapatkan normal baik pada sisi kiri maupun sisi kanan tubuh. Refleks patologis
pada pasien ini ditemukan babinsky (+) di kaki kanan dan kiri. Chaddock (+) baik kanan
ataupun kiri, refleks patologis lainnya tidak ada.
52
Dari anamnesis pasien mempunyai beberapa faktor risiko untuk terkena stroke yaitu
pasien mempunyai riwayat hipertensi dan DM. Dari pemeriksaan fisik didapatkan
kelemahan ekstremitas kanan dan sakit kepala hebat. Hal ini membantu memperkirakan
letak lesi, yang umumnya kontralateral terhadap tampilan klinis. Diperkirakan topis pada
pasien adalah hemisfer cerebri sinistra. Dapat terkena di lobus frontal/temporal/parietal
karena adanya hemiparesis dapat berasal dari lobus frontal/parietal.
Menurut Skor Siriraj yang mengandung penilaian kesadaran, ada tidaknya muntah,
atheroma dan nilai tekanan diastolik didapatkan skor pada pasien ini adalah lebih dari 1,
berarti perdarahan. Scoring lain yang biasa digunakkan adalah algoritma gajah mada
dengan menilai 3 gejala dan tanda yaitu penurunan kesadaran, nyeri kepala, refleks
Babinski. Pada pasien ini didapatkan tiga tanda yaitu refleks babinski (+), nyeri kepala
dan penurunan kesadaran sehingga menurut perasat ini pasien juga dimasukkan kedalam
jenis stroke hemoragik.

53
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah pemeriksaan darah rutin, kimia
klinik dan profil lipid untuk mencari faktor resiko lain yang kemungkinan terlibat
pada perjalanan penyakit stroke pada pasien ini. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan
penunjang CT Scan kepala yang merupakan Golden Diagnosis dalam penegakkan
diagnosis jenis stroke. Hasil CT Scan menunjukkan intracerebral hemorrhage,
volume lebih kurang 8,5 cc. Lesi pada hemisfer sinistra inilah yang menyebabkan
hemiparesis dekstra karena jalur saraf motorik yang berasal dari korteks ini
bersilangan di dekusasio piramidalis sehingga mempersarafi ekstremitas
kontralateralnya.

54
Penatalaksanaan pada pasien ini dengan diberikan manitol yang merupakan larutan
Hiperosmolar yang digunakan untuk terapi meningkatkan osmolalitas serum dimana cara
kerjanya sebagai Diuretic Osmotik (Manitol) ialah meningkatkan Osmolalitas Plasma dan
menarik cairan normal dari dalam sel otak yang osmolarnya rendah ke intravaskuler yang
osmolar tinggi, untuk menurunkan edema Otak. Kemudian lovarapid diberikan untuk
menurunkan gula darah pasien, cefitriaxone diberikan sebagai antibiotik, asam traneksamat
digunakan untuk profilaksis dan pengobatan pendarahan yang disebabkan fibrinolysis yang
berlebihan dan angioedema hereditas, citicolin berperan untuk perbaikan membran sel saraf
melalui peningkatan sintesis phosphatidylcholine dan perbaikan neuron kolinergik yang rusak
melalui potensiasi dari produksi asetilkolin. Citicoline juga menunjukkan kemampuan untuk
meningkatkan kemampuan kognitif, Citicoline diharapkan mampu membantu rehabilitasi
memori pada pasien dengan luka pada kepala dengan cara membantu dalam pemulihan darah
ke otak. Amlodipine merupakan antagonis kalsium golongan dihidropiridin (antagonis ion
kalsium) yang menghambat influks (masuknya) ion kalsium melalui membran ke dalam otot
polos vaskular dan otot jantung, sehingga mempengaruhi kontraksi otot polos vaskular dan otot 55
jantung. Amlodipine menghambat influks ion kalsium secara selektif, di mana sebagian besar
mempunyai efek pada sel otot polos vaskular dibandingkan sel otot jantung.
Diagnosis

Diagnosis Klinis Diagnosis Topis Diagnosis Etiologi

Hemiparese dexstra spastik Hemisfer sinistra cortex, N.VII ICH


dengan penurunan central, N.XII central.
kesadaran+parese N.VII
dekstra central+parese N.XII
dekstra central.
05
Kesimpulan
Stroke merupakan manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral, baik fokal
maupun menyeluruh (global) yang terjadi dengan cepat, berlangsung lebih dari 24 jam
dan dapat berakhir dengan kematian, tanpa ditemukannya penyebab yang jelas selain
dari gangguan vaskuler
Pada kasus ini stroke yang terjadi adalah stroke hemoragik. Stroke hemoragik
terjadi bila pembuluh darah di otak pecah atau mengalami kebocoran, sehingga terjadi
perdarahan ke dalam otak. Bagian otak yang dipengaruhi oleh pendarahan dapat
menjadi rusak, dan darah dapat terakumulasi sehingga memberikan tekanan pada otak.
Banyak faktor risiko yang mengakibatkan seseorang terkena stroke yaitu umur, jenis
kelamin, riwayat keluarga, merokok dan konsumsi alkohol, hipertensi, diabetes
mellitus, penyakit jantung, hiperlipidemia, peningkatan hematokrit, penyalahgunaan
obat dan infeksi. Pada pasien ini terdapat factor risiko berupa usia, merokok, kadar
kolestrol yang tinggi dan hipertensi.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang. Pada pasien ini sudah memenuhi gejala dan tanda klinis yang mengarah
pada stroke hemoragik dan dilengkapi dengan hasil CT scan yang merupakan gold
standard dalam mendiagnosis stroke hemoragik.

Kesimpulan
Thanks!

Anda mungkin juga menyukai