Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KASUS

VERTIGO

Pembimbing:
dr. Hexanto Muhartomo, Sp.S(K)., M.Kes

Penyusun:
Mega Rebeka 112021211

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF


RS PANTI WILASA DR CIPTO SEMARANG 
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
PERIODE 18 April- 21 Mei 2022
Identitas Pasien

Nama Ny. BP Pendidikan SMA

Umur 26 Pekerjaan Pegawai swasta

Jenis Kelamin Perempuan Alamat Karang Geneng Utara 178 Semarang

Status Belum menikah


Perkawinan

Anamnesis

Diambil dari autoanamnesis tanggal 23 april 2022, jam 19:45 WIB di IGD RS PWDC

Keluhan utama
Pusing berputar sejak 1 hari yang lalu
Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke IGD RS PWDC dengan keluhan pusing berputar yang dirasakan sejak 1
hari SMRS dan dirasakan semakin memberat. Keluhan datang tiba-tiba saat pasien sedang
bekerja dan dirasakan terus menerus hingga pasien tidak bisa tidur. Pasien merasa
lingkungan di sekitarnya berputar. Pasien merasa keluhan bertambah berat saat pasien
berubah posisi dari tidur ke bangun dan merasa lebih nyaman ketika memejamkan mata.
Keluhan juga disertai dengan mual dan muntah sebanyak 5x. Muntah berwarna jernih, ampas
(-), darah (-), dan volume sekitar 1/3 gelas aqua. Selain itu, pasien merasakan telinga
berdenging disebelah kanan dan merasakan gangguan pendengaran pada telinga sebelah
kanan. Keluhan lemah pada anggota gerak badan disangkal, tidak ada penurunan kesadaran,
tidak ada demam, tidak ada kejang, pandangan kabur tidak ada, sulit menelan tidak ada, tidak
terdapat keluhan pada BAK dan BAB. Selama terjadi keluhan pasien belum mengonsumsi
obat apapun, riwayat alergi makanan dan obat-obatan (-).

Riwayat penyakit dahulu


 Riwayat operasi : Tidak ada
 Riwayat hipertensi : Tidak ada
 Riwayat diabetes melitus : Tidak ada
 Riwayat penyakit jantung : Tidak ada 
 Riwayat penyakit stroke : Tidak ada
 Riwayat penyakit paru : Tidak ada
 Riwayat penyakit hati : Tidak ada 
 Riwayat penyakit ginjal : Tidak ada

Riwayat penyakit keluarga


Keluarga pasien tidak ada yang menderita hal yang sama seperti pasien. 
 Riwayat operasi : Tidak ada
 Riwayat hipertensi : Tidak ada
 Riwayat diabetes melitus : Tidak ada
 Riwayat penyakit jantung : Tidak ada 
 Riwayat penyakit stroke : Tidak ada
 Riwayat penyakit paru : Tidak ada
 Riwayat penyakit hati : Tidak ada 
 Riwayat penyakit ginjal : Tidak ada

Pemeriksaan fisik dan Status Neurologis

Pemeriksaan fisik

a. Keadaan Umum : Tampak sakit sedang


b. Kesadaran : Compos mentis / E4M5V6= 15
c. Tekanan Darah : 110/80mmHg
d. Suhu : 35,6˚C
e. Pernapasan : 20x/mnt
f. Nadi : 95x/mnt
g. SpO2 : 98%
h. Kepala : Normocephali
i. Mata : Pupil isokor kanan dan kiri, refleks pupil +
j. Leher : Tidak tampak kelainan
k. Dada : Simetris saat statis dan dinamis
l. Jantung : BJ I-II murni reguler, gallop (-), murmur (-)
m. Paru : Suara napas vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
n. Perut : Cembung, bising usus (+) normoperistaltik, nyeri tekan (-),
hepatomegali (-), splenomegali (-)
o. Alat kelamin : tidak dilakukan
p. Ekstremitas : Edema -/-, akral hangat +/+
Status Mental

a. Cara berpikir : Baik


b. Perasaan hati : Eutim
c. Tingkah laku : Wajar
d. Ingatan : Baik
e. Orientasi verbal : Baik

Status Neurologi

a. Kepala
 Bentuk : Normocephali
 Nyeri tekan : Tidak terdapat nyeri tekan
 Simetris : Simetris
b. Leher: 
 Sikap : Normal
 Pergerakan : ROM normal
c. Rangsang meningeal
 Kaku Kuduk : (-)
 Brudzinski : (-)
 Laseque Sign : (-)
 Kernig Sign : (-)
d. Pemeriksaan saraf kranial
Saraf Kranial Kanan Kiri
N I. (Olfaktorius)
Subjektif Normal Normal
Dengan bahan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N II. (Optikus)
Tajam penglihatan Normal Normal
Lapangan penglihatan Normal Normal
Melihat warna Normal Normal
Fundus okuli Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N III. (Okulomotorius)
Pergerakan bola mata Normal Normal
Strabismus (-) (-)
Nistagmus (-) (-)
Eksoftalmus (-) (-)
Pupil, ukuran (mm) dan bentuk pupil 3 mm, Bulat 3 mm, Bulat
Reflex terhadap sinar Langsung : (+) Langsung : (+)
Tidak langsung: (+) Tidak langsung: (+)
Diplopia (-) (-)
N IV. (Troklearis)
Pergerakan mata (bawah- Normal Normal
medial)
Strabismus (-) (-)
N V. (Trigeminus)
Membuka mulut Normal
Mengunyah Normal
Menggigit Normal
Reflex kornea Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Sensibilitas Normal Normal
N VI. (Abduscens)
Pergerakan mata ke lateral Normal Normal

Diplopia (-) (-)


N VII. (Fascialis)
Mengerutkan dahi Normal Normal
Menutup mata Normal Normal
Memperlihatkan gigi Normal Normal

Menggembungkan pipi Normal Normal

Perasaan lidah 2/3 depan Tidak dilakukan Tidak dilakukan


NVIII. (Vestibulokoklear)
Suara berisik Normal Normal
Weber Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Rinne Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Scwabach Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N IX. (Glossofaringeus), N X.
(Vagus)
Perasaan bagian lidah belakang Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Sensibilitas Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Arcus pharynx Normal, uvula ditengah Normal, uvula ditengah
Bicara Normal Normal
Menelan Normal Normal
N XI. (Asesorius)
Mengangkat bahu Normal Normal
Memalingkan kepala Normal Normal
N XII. (Hypoglossus)
Pergerakan lidah Normal Normal
Tremor lidah (-) (-)
Artikulasi Jelas Jelas

Badan dan Anggota Gerak

Badan

a. Motorik

 Respirasi: Spontan, Simetris dalam keadaan statis dinamis

 Duduk: Normal

 Bentuk kolumna vertebralis: Normal

 Pergerakan kolumna vertebralis: Normal

b. Sensibilitas

 Taktil : Normal

 Nyeri : Normal

 Thermi : Tidak dilakukan

 Diskriminasi : Tidak dilakukan

 Lokalisasi : Tidak dilakukan

c. Refleks

 Refleks dinding perut : Tidak dilakukan

 Refleks kremaster : Tidak dilakukan

Anggota gerak atas

Motorik
Kanan Kiri
Pergerakan Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Kekuatan 5555 5555
Tonus Normotonus Normotonus
Atrofi - -
Sensibilitas
Kanan Kiri
Taktil Normal Normal
Nyeri Normal Normal
Termi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Diskriminasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Lokalisasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Refleks
Kanan Kiri
Biceps ++ ++
Triceps ++ ++
Brachoradialis ++ ++
Hoffman-Trommer - -

Anggota gerak bawah


Motorik
Kanan Kiri
Pergerakan Tidak ada Tidak ada kelainan
kelainan
Kekuatan 5555 5555
Tonus Normotonus Normotonus
Atrofi - -

Sensibilitas

Kanan Kiri
Taktil Normal Normal
Nyeri Normal Normal
Termi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Diskriminasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Lokalisasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Koordinasi, gait dan keseimbangan


Cara berjalan Tidak dapat dilakukan

Tandem Gait Tidak dapat dilakukan


Tes Romberg Tidak dapat dilakukan
Finger-Nose-Finger Test -/+

Gerakan-gerakan abnormal
Tremor -

Athetosi
s
Miokloni -
Khorea -

Alat Vegetatif

a. Miksi : Dalam batas normal


b. Defekasi : 1x/hari

Pemeriksaan Penunjang

Tidak diakukan

Ringkasan

Seorang pasien wanita berusia 26 tahun datang dengan keluhan pusing berputar yang
dirasakan sejak 1 hari SMRS dan dirasakan semakin memberat sejak pagi. Keluhan datang
secara tiba-tiba saat pasien sedang melakukan pekerjaan di rumah dan dirasakan terus menerus
hingga pasien tidak bisa tidur. Keluhan disertai dengan mual dan muntah sebanyak 5x. Muntah
berwarna jernih, ampas (-), darah (-), dan volume sekitar 1/3 gelas aqua. Selain itu, pasien juga
merasakan telinga sedikit berdenging dan adanya gangguan pendengaran pada telinga sebelah
kanan. Pada hasil pemeriksaan fisik menunjukkan pasien tampak sakit sedang, kesadaran
kompos mentis (GCS:15) dengan TTV dbn. Pemeriksaan status mental baik. Pada pemeriksaan
neurologis tidak didapatkan kelemahan pada ekstremitas ataupun wajah, tidak ada penurunan
fungsi sensoris, serta refleks patologis. Pada pemeriksaan koordinasi, ditemukan tangan kanan
pasien tidak dapat melakukan gerakan finger-nose-finger serta terdapat tinitus dan gangguan
pendengaran pada teinga sebelah kanan. 

Diagnosis

 Diagnosis klinis : Vertigo perifer

 Diagnosis topis : Sistem vestibular

 Diagnosis etiologis : Idiopatik

Tatalaksana

 Tirah baring

 Infus RL

 Betahistin tab 1

 Difenhidramin 1 amp iv

 Ondansetron amp iv

 Mertigo 2x2

 Vometa 3x1

 Frego 1x1

Prognosis 

a. Ad Vitam : dubia ad Bonam


b. Ad Fungtionam : dubia ad Bonam 
c. Ad Sanationam    : dubia ad Bonam

PEMBAHASAN

Vertigo

Vertigo adalah halusinasi gerakan lingkungan sekitar serasa berputar mengelilingi pasien
atau pasien serasa berputar mengelilingi lingkungan sekitar. Vertigo tidak selalu sama dengan
dizziness. Dizziness adalah sebuah istilah non spesifik yang dapat dikategorikan kedalan 4
subtipe tergantung gejala yang digambarkan oleh pasien. Dizziness dapat berupa vertigo,
presinkop (perasaan lemas disebabkan oleh berkurangnya perfusi cerebral), light-headness,
disequilibrium (perasaan goyang atau tidak seimbang ketika berdiri). Vertigo berasal dari bahasa
1

Latin vertere yang artinya memutar - merujuk pada sensasi berputar sehingga mengganggu rasa
keseimbangan seseorang, umumnya disebabkan oleh gangguan pada sistim keseimbangan. 2

Epidemiologi 

Vertigo merupakan gejala yang sering didapatkan pada individu dengan prevalensi
sebesar 7%. Beberapa studi telah mencoba untuk menyelidiki epidemiologi dizziness, yang
meliputi vertigo dan non vestibular dizziness. Dizziness telah ditemukan menjadi keluhan yang
paling sering diutarakan oleh pasien, yaitu sebesar 20-30% dari populasi umum. Dari keempat
jenis dizziness vertigo merupakan yang paling sering yaitu sekitar 54%. Pada sebuah studi
mengemukakan vertigo lebih banyak ditemukan pada wanita dibanding pria (2:1), sekitar 88%
pasien mengalami episode rekuren. Frekuensi di Amerika Serikat, sekitar 500.000 orang
1

menderita stroke setiap tahunnya. Dari stroke yang terjadi, 85% merupakan stroke iskemik, dan
1,5% diantaranya terjadi di serebelum. Rasio stroke iskemik serebelum dibandingkan dengan
stroke perdarahan serebelum adalah 3-5:1. Sebanyak 10% dari pasien infark serebelum, hanya
memiliki gejala vertigo dan ketidakseimbangan. Insidens sklerosis multiple berkisar diantara 10-
80/100.000 per tahun. Sekitar 3000 kasus neuroma akustik didiagnosis setiap tahun di Amerika
Serikat. 1,3
Etiologi

Vertigo merupakan suatu gejala, sederet penyebabnya antara lain akibat kecelakaan, stres,
gangguan pada telinga bagian dalam, obat-obatan, terlalu sedikit atau banyak aliran darah ke
otak dan lain-lain. Tubuh merasakan posisi dan mengendalikan keseimbangan melalui organ
keseimbangan yang terdapat di telinga bagian dalam. Organ ini memiliki saraf yang
berhubungan dengan area tertentu di otak. Vertigo bisa disebabkan oleh kelainan di dalam
telinga, di dalam saraf yang menghubungkan telinga dengan otak dan di dalam otaknya sendiri. 4,5

Keseimbangan dikendalikan oleh otak kecil yang mendapat informasi tentang posisi tubuh dari
organ keseimbangan di telinga tengah dan mata. Penyebab umum dari vertigo:  
6

a. Keadaan lingkungan : mabuk darat, mabuk laut. 


b. bat-obatan : alkohol, gentamisin. 
c. Kelainan telinga : endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di dalam
telinga bagian dalam yang menyebabkan benign paroxysmal positional 
d. Infeksi telinga bagian dalam karena bakteri, labirintis, penyakit maniere, peradangan
saraf vestibuler, herpes zoster. 
e. Kelainan Neurologis : Tumor otak, tumor yang menekan saraf vestibularis, sklerosis
multipel, dan patah tulang otak yang disertai cedera pada labirin, persyarafannya atau
keduanya. 
f. Kelainan sirkularis : Gangguan fungsi otak sementara karena berkurangnya aliran darah
ke salah satu bagian otak (transient ischemic attack) pada arteri vertebral dan arteri
basiler.

Klasifikasi

Vertigo dapat berasal dari kelainan di sentral (batang otak, serebelum atau otak) atau di
perifer (telinga – dalam, atau saraf vestibular). 7 

a. Fisiologik : ketinggian, mabuk udara. 

Vertigo fisiologik adalah keadaan vertigo yang ditimbulkan oleh stimulasi dari sekitar
penderita, dimana sistem vestibulum, mata, dan somatosensorik berfungsi baik. Yang
termasuk dalam kelompok ini antara lain:   8
a. Mabuk gerakan (motion sickness) Mabuk gerakan ini akan ditekan bila dari pandangan
sekitar (visual surround) berlawanan dengan gerakan tubuh yang sebenarnya. Mabuk
gerakan akan sangat bila sekitar individu bergerak searah dengan gerakan badan.
Keadaan yang memperovokasi antara lain duduk di jok belakang mobil, atau membaca
waktu mobil bergerak.  
b. Pada keadaan ini terdapat suatu gangguan dari keseimbangan antara kanalis
semisirkularis dan otolit. 
c. Vertigo ketinggian (height vertigo) Adalah uatu instabilitas subjektif dari keseimbangan
postural dan lokomotor oleh karena induksi visual, disertai rasa takut jatuh, dang gejala-
gejala vegetatif. 

b. Patologik: Vertigo dapat diklasifikasikan menjadi: 8

 Sentral diakibatkan oleh kelainan pada batang batang otak atau cerebellum 
 Perifer disebabkan oleh kelainan pada telinga dalam atau nervus cranialis
vestibulocochlear (N. VIII).

Gejala Klinis

Gejala klinis pasien dengan dizziness dan vertigo dapat berupa gejala primer, sekunder
ataupun gejala non spesifik. Gejala primer diakibatkan oleh gangguan pada sensorium. Gejala
primer berupa vertigo, impulsion, oscilopsia, ataxia, gejala pendengaran. Vertigo, diartikan
sebagai sensasi berputar. Vertigo dapat horizontal, vertical atau rotasi. Vertigo horizontal merupa
tipe yang paling sering, disebabkan oleh disfungsi dari telinga dalam. Jika bersamaan dengan
nistagmus, pasien biasanya merasakan  sensasi pergerakan dari sisi yang berlawanan dengan
komponen lambat. Vertigo vertical jarang terjadi, jika sementara biasanya disebabkan oleh
BPPV. Namun jika menetap, biasanya berasal dari sentral dan disertai dengan nistagmus dengan
gerakan ke bawah atau ke atas. Vertigo rotasi merupakan jenis yang paling jarang ditemukan.
Jika sementara biasnaya disebabakan BPPV namun jika menetap disebabakan oleh sentral dan
biasanya disertai dengan rotator nistagmus.  9,10

Impulsi diartikan sebagai sensasi berpindah, biasanya dideskrepsikan sebagai sensais


didorong atau diangkat. Sensasi impulse mengindikasi disfungsi apparatus otolitik pada telinga
dalam atau proses sentral sinyal otolit.  
10
Oscilopsia ilusi pergerakan dunia yang dirovokasi dengan pergerakan kepala. Pasien
dengan bilateral vestibular loss akan takut untuk membuka kedua matanya. Sedangkan pasien
dnegan unilateral vestibular loss akan mengeluh dunia seakan berputar ketika pasien menoleh
pada sisi telinga yang mengalami gangguan.   10

Ataksia adalah ketidakstabilan berjalan, biasanya universal pada pasien dengan vertigo
otologik dan sentral. Gejala pendengaran biasanya berupa tinnitus, pengurangan pendengaran
11

atau distorsi dan sensasi penuh di telinga. Gejala sekunder meliputi mual, gejala otonom,
12

kelelahan, sakit kepala, dan sensiivitas visual.   10

Gejala nonspesifik berupa giddiness dan light headness. Istilah ini tidak terlalu memiliki
makna pada penggunaan biasanya. Jarang digunakan pada pasien dengan disfungsi telinga
namun sering digunakan pada pasien vertigo yang berhubungan dengan masalah medik. 10

Patofisiologi 

Vertigo timbul jika terdapat gangguan alat keseimbangan tubuh yang mengakibatkan
ketidakcocokan antara posisi tubuh (informasi aferen) yang sebenarnya dengan apa yang
dipersepsi oleh susunan saraf pusat (pusat kesadaran). Susunan aferen yang terpenting dalam
sistem ini adalah susunan vestibuler atau keseimbangan, yang secara terus menerus
menyampaikan impulsnya ke pusat keseimbangan. Susunan lain yang berperan ialah sistem optik
dan proprioseptik, jaras-jaras yang menghubungkan nuklei vestibularis dengan nuklei N.III, IV
dan VI, susunan vestibuloretikularis, dan vestibulospinalis. Informasi yang berguna untuk
keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh reseptor vestibuler, visual, dan proprioseptik. Reseptor
vestibuler memberikan kontribusi paling besar, yaitu lebih dari 50% disusul kemudian reseptor
visual dan yang paling kecil kontribusinya adalah proprioseptik.  
9

Dalam kondisi fisiologis/normal, informasi yang tiba di pusat integrasi alat keseimbangan
tubuh berasal dari reseptor vestibuler, visual dan proprioseptik kanan dan kiri akan
diperbandingkan, jika semuanya dalam keadaan sinkron dan wajar, akan diproses lebih lanjut.
Respons yang muncul berupa penyesuaian otot-otot mata dan penggerak tubuh dalam keadaan
bergerak. Di samping itu orang menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan
sekitar. Jika fungsi alat keseimbangan tubuh di perifer atau sentral dalam kondisi tidak
normal/tidak fisiologis, atau ada rangsang gerakan yang aneh atau berlebihan, maka proses
pengolahan informasi akan terganggu, akibatnya muncul gejala vertigo dan gejala otonom. Di
samping itu, respons penyesuaian otot menjadi tidak adekuat sehingga muncul gerakan abnormal
yang dapat berupa nistagmus, unsteadiness, ataksia saat berdiri/ berjalan dan gejala lainnya. 12

Diagnosis

Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Sekitar 20-40% pasien
dapat didiagnosis segera setelah anamnesis dan pemeriksaan fisik. Diagnosis juga dapat
ditentukan berdasarkan komplek gejala yang terdapat pada pasien. 10

Anamnesis
 Karekteristk dizziness  
Perlu ditanyakan mengenai sensasi yang dirasakan pasien apakah sensasi
berputar, atau sensasi non spesifik seperti giddiness atau liht headness, atau hanya suatu
perasaan yang berbeda (kebingungan). 
 Keparahan 
Keparahan  dari suatu vertigo juga dapat membantu, misalnya: pada acute
vestibular neuritis, gejala awal biasanya parah namun berkurang dalam beberapa hari
kedepan. Pada Ménière’s disease, pada awalnya keparahan biasanya meningkat dan
kemudian berkurang setelahnya. Sedangakan pasien mengeluh vertigo ynag menetap dan
konstan mungkin memilki penyebab psikologis. 3

 Onset dan durasi vertigo  


Durasi tiap episode memiliki nilai diagnostic yang signifikan, semakin lama
durasi vertigo maka kemungkinan kearah vertigo sentral menjadi lebih besar. Vertigo
perifer umumnya memilki onset akut dibandingkan vertigo sentral kecuali pada
cerebrovascular attack. Vertigo sentral biasanya berkembang bertahap (kecuali pada
vertigo sentral yang  berasal dari vascular  misalnya CVA). Lesi sentral biasanya
menyebabkan tanda neurologis tambahan selain vertigonya, menyebabkan
ketidakseimbangan yang parah, nystagmus murni vertical, horizontal atau torsional dan 
tidak dapat dihambat oleh fiksasi mata pada objek.
Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan Neurologik
 Romberg’s sign
 Unterberger's stepping test
 Past-pointing test (Uji Tunjuk Barany)
 Dix-Hallpike Manuever 

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada vertigo meliputi tes audiometric, vestibular testing, evalusi
laboratories dan evalusi radiologis. Tes audiologik tidak selalu diperlukan. Tes ini diperlukan
jika pasien mengeluhkan gangguan pendengaran. Namun jika diagnosis tidak jelas maka
dapat dilakukan audiometric pada semua pasien meskipun tidak mengeluhkan gangguan
pendengaran.  Vestibular testing tidak dilakukan pada semua pasieen dengan keluhan
dizziness. Vestibular testing membantu jika tidak ditemukan sebab yang jelas. Pemeriksaan
laboratories meliputi pemeriksaan elekrolit, gula darah, fungsi thyroid dapat menentukan
etiologi vertigo pada  kurang dari 1 persen pasien. Pemeriksaan radiologi sebaiknya
11

dilakukan pada pasien dengan vertigo yang memiliki tanda dan gejala neurologis, ada faktor
resiko untuk terjadinya CVA, tuli unilateral yang progresif. MRI kepala mengevaluasi
struktur dan integritas batang otak, cerebellum, dan periventrikular white matter, dan
kompleks nervus VIII. 11

Penatalaksanaan

Karena penyebab vertigo beragam, sementara penderita seringkali merasa sangat


terganggu dengan keluhan vertigo tersebut, seringkali menggunakan pengobatan simptomatik.
Lamanya pengobatan bervariasi. Sebagian besar kasus terapi dapat dihentikan setelah beberapa
minggu. Beberapa golongan yang sering digunakan: 13

a. Antihistamin (Betahistin Mesylate (Merislon), Betahistin di Hcl (Betaserc))

Tidak semua obat antihistamin mempunyai sifat anti vertigo. Antihistamin yang dapat
meredakan vertigo seperti obat dimenhidrinat, difenhidramin, meksilin, siklisin. Antihistamin
yang mempunyai anti vertigo juga memiliki aktivitas anti kholinergik di susunan saraf pusat.
Mungkin sifat anti kholinergik ini ada kaitannya dengan kemampuannya sebagai obat anti
vertigo. Efek samping yang umum dijumpai ialah sedasi (mengantuk). Pada penderita vertigo
yang berat efek samping ini memberikan dampak yang positif.
b. Antagonis Kalsium 
Dapat juga berkhasiat dalam mengobati vertigo. Obat antagonis kalsium Cinnarizine
(Stugeron) dan Flunarizine (Sibelium) sering digunakan. Merupakan obat supresan vestibular
karena sel rambut vestibular mengandung banyak terowongan kalsium. Namun, antagonis
kalsium sering mempunyai khasiat lain seperti anti kholinergik dan antihistamin. Sampai
dimana sifat yang lain ini berperan dalam mengatasi vertigo belum diketahui.
c. Fenotiazine 
Kelompok obat ini banyak mempunyai sifat anti emetik (anti muntah). Namun tidak
semua mempunyai sifat anti vertigo. Khlorpromazine (Largactil) dan Prokhlorperazine
(Stemetil) sangat efektif untuk nausea yang diakibatkan oleh bahan kimiawi namun kurang
berkhasiat terhadap vertigo
d. Obat Simpatomimetik 
Obat simpatomimetik dapat juga menekan vertigo. Salah satunya obat simpatomimetik
yang dapat digunakan untuk menekan vertigo ialah efedrin
e. Obat Penenang Minor (Lorazepam, Diazepam) 
Dapat diberikan kepada penderita vertigo untuk mengurangi kecemasan  yang diderita
yang sering menyertai gejala vertigo.efek samping seperti mulut kering dan penglihatan
menjadi kabur.
f. Obat Anti Kholinergik (Skopolamin)
Obat antikolinergik yang aktif di sentral dapat menekan aktivitas sistem vestibular dan
dapat mengurangi gejala vertigo.

Terapi nonmedikamentosa untuk BPPV: 13

a. Latihan Brand-Darrof 
b. Manuver epley
c. Manuver semont

Kesimpulan

Vertigo diklasifikasikan menjadi 2 jenis yaitu vertigo sentral dan vertigo perifer. Vertigo
Sentral diakibatkan oleh kelainan pada batang batang otak atau cerebellum, sedangkan vertigo
perifer disebabkan oleh kelainan pada telinga dalam atau nervus cranialis vestibulocochlear.
Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Sekitar 20 sampai 40% pasien
dapat didiagnosis segera setelah anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik dapat
dilakukan meliputi pemeriksaan neurologis, pemeriksaan kepala dan leher serta sistem
cardiovascular untuk menegakkan diagnosa dan mengetahui letak lesi atau penyebab vertigo.
Pemeriksaan dan pengobatan vertigo harus sesuai dengan keadaan serta keluhan pasien. Pilihan
terapi dapat menggunakan pengobatan simptomatik dan dapat pula ditambah dengan terapi fisik
dengan lama pengobatan yang bervariasi.

Daftar Pustaka

1. Sura, DJ, Newell, S. 2010. Vertigo- Diagnosis and management in primary care, Journal:
BJMP 2010; 3(4): a351. 
2. Lempert, T, Neuhauser, H. 2009. Epidemiology of vertigo, migraine and vestibular migraine.
Journal of  Nerology 2009: 25: 333-338. 
3. Grill E, Muller M, Brandt M. Vertigo and dizziness: challenges for epidemiological research.
OA Epidemiology. 2013;1(2):12.
4. Wibowo, Daniel S. 2009. Anatomi Tubuh Manusia. .Singapore : Elsevier. 
5. Arsyad Soepardi, Efiaty, dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung  tenggorokan
Kepal & Leher. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.  
6. Marril, KA. (2011). Central Vertigo. Diunduh tanggal 25 Oktober 2014.
http://emedicine.medscape.com/article/794789-clinical#a0217. 
7. Turner, B, Lewis, NE. 2010. Symposium Neurology :Systematic Approach that  Needed for
establish of Vetigo. The Practitioner Journal September 2010 - 254 (1732): 19-23. 
8. Mark, A. 2008. Symposium on Clinical Emergencies: Vertigo Clinical Assesment and
Diagnosis. British Journal of Hospital Medicine, June 2008, Vol 69, No 6. 
9. Kovar, M, Jepson, T, Jones, S. 2006. Diagnosing and Treating: Benign  
10. Paroxysmal Positional Vertigo.  Journal Gerontological of Nursing. December: 2006. 
11. Antunes MB. CNS Causes of  Vertigo.  WebMD LLC. 10 September 2009. Diunduh tanggal
8 April 2011. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/884048-overview#a0104. 
12. Chain, TC. 2009. Practical Neurology 3rd edition: Approach to the Patient with  Dizziness
and Vertigo. Illnois Journal :Wolter kluwerlippincot William  and wilkins. 
13. Swartz, R, Longwell, P. 2005. Treatment of Vertigo. Journal of American Family Physician
March15,2005:71:6

Anda mungkin juga menyukai