Anda di halaman 1dari 18

Keluhan Utama

Pasien datang kontrol rutin dengan keluhan sering gemetar, lemas dan kaku pada kaki
sejak 5 tahun yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang kontrol ke Poli Saraf RSUD Cengkareng dengan keluhan kedua tangan
sering gemetar saat beraktivitas, badan terasa lemas dan saat berjalan kedua kaki terasa kaku.
Pasien mengatakan keluhan tersebut mengganggu aktivitas pasien. Pasien juga mengeluh berjalan
menjadi lambat dan gerakan terkadang kaku seperti robot. Saat ini pasien rutin mengkonsumsi
obat dan rutin untuk kontrol. Pasien mengatakan gejala berkurang saat pasien minum obat. Pasien
memiliki riwayat hipertensi, rutin kontrol dan minum obat. Riwayat jatuh dan trauma kepala
tidak ada. Riwayat lumpuh separuh badan, kencing manis dan riwayat kejang disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu
(+) Hipertensi (-) Diabetes Melitus (-) Kelainan Jantung
(-) Kelainan Ginjal (-) Penyakit paru (-) Alergi
(-) Tumor (-) Trauma

Riwayat Penyakit Keluarga


(-) Hipertensi (-) Diabetes Melitus (-) Kelainan Jantung
(-) Kelainan Ginjal (-) Penyakit paru (-) Alergi
(-) Tumor (-) Trauma

Riwayat Sosial Pribadi


Pasien menyangkal memiliki riwayat kebiasaan merokok maupun konsumsi alcohol.

A. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Tekanan darah : 116/77 mmHg
Frekuensi Nadi : 77 x/min
Frekuensi Nafas : 23 kali/menit
Suhu : 36,4oC
Berat Badan : 60 kg
Status Generalis
Kepala : Normochepal, rambut hitam, distribusi merata
Mata : Pupil isokor Ø 3mm, reflek cahaya (+/+), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik
(-/-)
Telinga : Tidak dilakukan
Hidung : Deformitas (-), Septum ditengah, simetris, Mukosa hidung tidak hiperemis
Mulut : faring tidak hiperemis, tonsil t1-t1
Thorax
Cor : BJ I-II murni, reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Suara napas vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen
Inspeksi : datar
Palpasi : Nyeri tekan (-), massa (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+), normoperistaltik
Ektremitas atas : akral hangat +/+, edema -/-. varises -/-, luka -/-
Ektremitas bawah : akral hangat +/+, edema -/-, varises -/-, luka -/-
Kulit
Warna : Sawo matang
Pertumbuhan rambut : Normal
Suhu raba : Normal, kulit lembab
Turgor : Baik
Ikterus : Tidak ada

D, PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Status Neurologis

a. Glasgow Coma Scale : E: 4 M: 6 V: 5


b. Cara berjalan : melambat.
c. Tonus : rigiditas pada telapak tangan sinistra, cogwheel
phenomenon (-)
d. Refleks khusus : Myerson’s sign (-)
e. Wajah : Masking face (-)
f. Tanda Rangsangan Meningeal
1. Kaku kuduk :-
2. Laseque : -/-
3. Kernig : -/-
4. Brudzinsky I : Negatif
5. Brudzinsky II : Negatif

Saraf Kranial

N I. (Olfaktorius) Kanan Kiri


Subjektif normosmia normosmia
Dengan bahan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N II. (Optikus)
Tajam penglihatan Normal normal
Lapangan penglihatan Normal normal
Melihat warna Normal normal
Fundus okuli Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N III. (Okulomotorius)
Sela mata Baik Baik
Pergerakan bola mata Baik Baik
Strabismus (-) (-)
Nistagmus Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Eksoftalmus (-) (-)
Pupil, Bentuk pupil Bulat Bulat
Reflex terhadap sinar Langsung : (+) Langsung : (+)
Tidak langsung: (+) Tidak langsung: (+)
Diplopia Tidak ada Tidak ada
N IV. (Troklearis)
Pergerakan mata Baik Baik
( kebawah-dalam )
Strabismus (-) (-)
Diplopia Tidak ada Tidak ada
N V. (Trigeminus)
Membuka mulut normal normal
Mengunyah normal normal
Menggigit normal normal
Reflex kornea normal normal
Sensibilitas normal normal
N VI. (Abduscens)
Pergerakan mata ke lateral Baik Baik
Diplopia Tidak ada Tidak ada
N VII. (Fascialis)
Mengerutkan dahi normal normal
Menutup mata normal normal
Memperlihatkan gigi normal normal
Menggembungkan pipi normal normal
Perasaan lidah 2/3 depan normal normal
N VIII. (Vestibulokoklear)
Suara berisik normal Normal
Weber Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Rinne Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N IX. (Glossofaringeus), N X.
(Vagus)
Perasaan bagian lidah belakang Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Sensibilitas baik baik
Arcus pharynx Normal, uvula ditengah Normal, uvula ditengah
Bicara normal normal
Menelan normal normal
N XI. (Asesorius)
Mengangkat bahu Normal Normal
Memalingkan kepala Normal Normal
N XII. (Hypoglossus)
Pergerakan lidah Tidak ada deviasi Tidak ada deviasi
Tremor lidah Tidak ada Tidak ada
Artikulasi Jelas Jelas

Badan dan Anggota gerak


Badan
Motorik   
- Respirasi    : Spontan, Simetris dalam keadaan  statis dinamis
- Duduk    :  Normal
- Bentuk Kolumna Vertebralis    :  Normal
- Pergerakan Kolumna Vertebralis    : Normal
Ekstremitas Atas
Motorik
Kanan Kiri
Pergerakan Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Kekuatan 5555 5555
Tonus Normotonus Hipertonus, rigid
Atrofi - -
Cogwheel - +
phenomenon

Sensibilitas
Kanan Kiri
Taktil Baik Baik
Nyeri Baik Baik
Termi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Diskriminasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Lokalisasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Refleks
        Kanan Kiri
Biceps ++ ++
Triceps ++ ++
Brachoradialis ++ ++
Hoffman-Trommer - -
Ekstremitas bawah
Motorik
Kanan Kiri
Pergerakan Tidak ada Tidak ada kelainan
kelainan
Kekuatan 5555 5555
Tonus Normotonus Normotonus
Atrofi - -

Sensibilitas
Kanan Kiri
Taktil Baik Baik
Nyeri Baik Baik
Termi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Diskriminasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Lokalisasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Refleks
        Kanan Kiri
Patella ++ ++
Achilles   ++ ++
Babinski - -
Koordinasi, gait dan keseimbangan
Cara berjalan Melambat

Disdiadokokinesia Tidak dilakukan

Tes Romberg Tidak dilakukan

Finger-Nose-Finger Test Tidak dilakukan

Gerakan-gerakan abnormal
Tremor Positif

Mioklon Negatif
i

Khorea Negatif

B. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada pasien dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan CT-Scan Kepala

C. DIAGNOSTIK
DIAGNOSA KLINIS : Parkinson (Resting tremor, rigiditas asimetris)
DIAGNOSIS TOPIS : Sistem ekstrapiramidal substansia nigra ganglia basalis
DIAGNOSA Etiologi : Penurunan neurontransmiter dopamin
DIAGNOSA Patologik : Idiopatik, degeneratif.
Tata laksana
Medikamentosa
- Stalevo 3x1

- Trihexyphenidyl 2 mg 2x1

- Sifrol Er 0,375 mg 1x1

- Amlodipin 1 x 5

Non Medikamentosa

- Fisioterapi

- Kontrol rutin dokter spesialis saraf

D. PROGNOSIS

a. Ad vitam : Dubia ad bonam


b. Ad functionam : Dubia ad malam
c. Ad sanationam : Dubia ad malam
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

Definisi
Penyakit parkinson adalah penyakit neurodegeneratif progresif yang berkaitan erat dengan
usia. Secara patologis penyakit parkinson ditandai oleh degenerasi neuron-neuron berpigmen
neuromelamin, terutama di pars kompakta substansia nigra yang disertai inklusi sitoplasmik
eosinofilik (Lewy bodies), atau disebut juga parkinsonisme idiopatik atau primer. Sedangkan
Parkinonisme adalah suatu sindrom yang ditandai oleh tremor waktu istirahat, rigiditas,
bradikinesia, dan hilangnya refleks postural akibat penurunan kadar dopamine dengan berbagai
macam sebab. Sindrom ini sering disebut sebagai Sindrom Parkinson.2

Anatomi
Basal Ganglia terdiri dari striatum (nukleus kaudatus dan putamen), globus palidus
(eksterna dan interna), substansia nigra dan nucleus sub-thalamik. Nukleus pedunkulopontin
tidak termasuk bagian dari basal ganglia, meskipun dia memiliki koneksi yang signifikan dengan
basal ganglia. Korpus striatum terdiri dari nukleus kaudatus, putamen dan globus palidus.
Striatum dibentuk oleh nuldeus kaudatus dan putamen. Nukleus lentiformis dibentuk oleh
putamen dan kedua segmen dari globus palidius. Tetapi letak anatomis perdarahan basal ganglia
yang dibahas disini hanya meliputi nucleus kaudatus dan nukleus lentiformis. Kapsula interna
terletak diantara nuleus kaudatus dan nukleus lentiformis. Kapsula intema adalah tempat relay
dari traktus motorik volunter, sehingga jika ada lesi pada lokasi ini akan menyebabkan gangguan
motorik seperti hemiparesis ataupun gangguan motorik lain. Ganglia basalis, seperti serebellum
membentuk system asesori motorik lain yang biasanya berfungsi tidak sendirinya tetapi berkaitan
erat dengan korteks serebri dan system pengatur motorik kortikospinal. Pada kenyataannya
sebenarnya ganglia basalis menerima sebagian besar input dari korteks serebri itu sendiri dan
juga mengembalikan hampir seluruh sinyal outputnya ke korteks juga.2

Klasifikasi
Penyakit parkinson dapat dibagi atas 3 kategori, yaitu :2
1. Parkinson primer/idiopatik/paralysis agitans. Sering dijumpai dalam praktek sehari-hari dan
kronis, tetapi penyebabnya belum jelas. Kira-kira 7 dari 8 kasus parkinson termasuk jenis ini.
2. Parkinson sekunder atau simtomatik. Dapat disebabkan pasca ensefalitis virus, pasca infeksi
lain : tuberkulosis, sifilis meningovaskuler. Toksin seperti 1-methyl-4-phenyl-1,2,3,6-
tetrahydropyridine (MPTP), Mn, CO, sianida. Obat-obatan yang menghambat reseptor
dopamin dan menurunkan cadangan dopamin misalnya golongan fenotiazin, reserpin,
tetrabenazin dan lain-lain, misalnya perdarahan serebral pasca trauma yang berulang-ulang
pada petinju, infark lakuner, tumor serebri, hipoparatiroid dan kalsifikasi.
3. Sindrom Parkinson Plus (Multiple System Degeneration). Pada kelompok ini gejalanya hanya
merupakan sebagian dari gambaran penyakit keseluruhan. Jenis ini bisa didapat pada
Progressive supranuclear palsy, Multiple system atrophy (sindrom Shy-drager, degenerasi
striatonigral, olivo-pontocerebellar degeneration, parkinsonism-amyotrophy syndrome),
Degenerasi kortikobasal ganglionik, Sindrom demensia, Hidrosefalus normotensif, dan
Kelainan herediter (Penyakit Wilson, penyakit Huntington, Parkinsonisme familial dengan
neuropati peripheral).

Etiologi
Etiologi Parkinson primer masih belum diketahui. Terdapat beberapa dugaan, di
antaranya ialah infeksi oleh virus yang non-konvensional (belum diketahui), reaksi abnormal
terhadap virus yang sudah umum, pemaparan terhadap zat toksik yang belum diketahui,
terjadinya penuaan yang prematur atau dipercepat. Parkinson disebabkan oleh rusaknya sel-sel
otak, tepatnya di substansi nigra. Suatu kelompok sel yang mengatur gerakan-gerakan yang tidak
dikehendaki (involuntary). Akibatnya, penderita tidak bisa mengatur/menahan gerakan-gerakan
yang tidak disadarinya. Mekanisme bagaimana kerusakan itu belum jelas benar, akan tetapi ada
beberapa factor resiko ( multifaktorial ) yang telah diidentifikasikan, yaitu :3
1. Usia : Insiden meningkat dari 10 per 10.000 penduduk pada usia 50 sampai 200 dari 10.000
penduduk pada usia 80 tahun. Hal ini berkaitan dengan reaksi mikrogilial yang
mempengaruhi kerusakan neuronal, terutama pada substansia nigra pada penyakit parkinson.
2. Genetik : Penelitian menunjukkan adanya mutasi genetik yang berperan pada penyakit
parkinson. Yaitu mutasi pada gen a-sinuklein pada lengan panjang kromosom 4 (PARK1)
pada pasien dengan Parkinsonism autosomal dominan. Pada pasien dengan autosomal resesif
parkinson, ditemukan delesi dan mutasi point pada gen parkin (PARK2) di kromosom 6.
Selain itu juga ditemukan adanya disfungsi mitokondria. Adanya riwayat penyakit Parkinson
pada keluarga meningakatkan faktor resiko menderita penyakit parkinson sebesar 8,8 kali
pada usia kurang dari 70 tahun dan 2,8 kali pada usia lebih dari 70 tahun. Meskipun sangat
jarang, jika disebabkan oleh keturunan, gejala parkinsonisme tampak pada usia relatif muda.
Kasus-kasus genetika di USA sangat sedikit, belum ditemukan kasus genetika pada 100
penderita yang diperiksa. Di Eropa pun demikian. Penelitian di Jerman menemukan hasil nol
pada 70 penderita. Contoh klasik dari penyebab genetika ditemukan pada keluarga-keluarga
di Italia karena kasus penyakit itu terjadi pada usia 46 tahun.
3. Faktor Lingkungan
a) Xenobiotik : Berhubungan erat dengan paparan pestisida yang dapat menimbulkan
kerusakan mitokondria.
b) Pekerjaan : Lebih banyak pada orang dengan paparan metal yang lebih tinggi dan
lama.
c) Infeksi : Paparan virus influenza intrautero diduga turut menjadi faktor predesposisi
penyakit parkinson melalui kerusakan substansia nigra. Penelitian pada hewan
menunjukkan adanya kerusakan substansia nigra oleh infeksi Nocardia astroides.
4. Ras : angka kejadian Parkinson lebih tinggi pada orang kulit putih dibandingkan kulit
berwarna.
5. Trauma kepala : Cedera kranio serebral bisa menyebabkan penyakit parkinson, meski
peranannya masih belum jelas benar.
6. Stress dan depresi: Beberapa penelitian menunjukkan depresi dapat mendahului gejala
motorik. Depresi dan stress dihubungkan dengan penyakit parkinson karena pada stress dan
depresi terjadi peningkatan turnover katekolamin yang memacu stress oksidatif.
Epidemiologi
Penyakit Parkinson terjadi di seluruh dunia, jumlah penderita antara pria dan wanita
seimbang. 5 – 10 % orang yang terjangkit penyakit parkinson, gejala awalnya muncul sebelum
usia 40 tahun, tapi rata-rata menyerang penderita pada usia 65 tahun. Secara keseluruhan,
pengaruh usia pada umumnya mencapai 1 % di seluruh dunia dan 1,6 % di Eropa, meningkat dari
0,6 % pada usia 60 – 64 tahun sampai 3,5 % pada usia 85 – 89 tahun. Di Amerika Serikat, ada
sekitar 500.000 penderita parkinson. Di Indonesia sendiri, dengan jumlah penduduk 210 juta
orang, diperkirakan ada sekitar 200.000-400.000 penderita. Rata-rata usia penderita di atas 50
tahun dengan rentang usia-sesuai dengan penelitian yang dilakukan di beberapa rumah sakit di
Sumatera dan Jawa- 18 hingga 85 tahun. Statistik menunjukkan, baik di luar negeri maupun di
dalam negeri, lelaki lebih banyak terkena dibanding perempuan (3:2) dengan alasan yang belum
diketahui.2,3

Patofisiologi
Secara umum dapat dikatakan bahwa penyakit Parkinson terjadi karena penurunan kadar
dopamine akibat kematian neuron di substansia nigra pars compacta (SNc) sebesar 40-50% yang
disertai dengan inklusi sitoplasmik eosinofilik (Lewy bodies) dengan penyebab multifaktor.
Substansia nigra (sering disebut black substance), adalah suatu region kecil di otak (brain stem)
yang terletak sedikit di atas medulla spinalis. Bagian ini menjadi pusat control/koordinasi dari
seluruh pergerakan. Sel-selnya menghasilkan neurotransmitter yang disebut dopamine, yang
berfungsi untuk mengatur seluruh gerakan otot dan keseimbangan tubuh yang dilakukan oleh
sistem saraf pusat. Dopamine diperlukan untuk komunikasi elektrokimia antara sel-sel neuron di
otak terutama dalam mengatur pergerakan, keseimbangan dan refleks postural, serta kelancaran
komunikasi (bicara). Pada penyakit Parkinson sel-sel neuron di SNc mengalami degenerasi,
sehingga produksi dopamine menurun dan akibatnya semua fungsi neuron di system saraf pusat
(SSP) menurun dan menghasilkan kelambatan gerak (bradikinesia), kelambatan bicara dan
berpikir (bradifrenia), tremor dan kekauan (rigiditas). Hipotesis terbaru proses patologi yang
mendasari proses degenerasi neuron SNc adalah stress oksidatif. Stress oksidatif menyebabkan
terbentuknya formasi oksiradikal, seperti dopamine quinon yang dapat bereaksi dengan alfa
sinuklein (disebut protofibrils). Formasi ini menumpuk, tidak dapat di gradasi oleh ubiquitin-
proteasomal pathway, sehingga menyebabkan
kematian sel-sel SNc. Mekanisme patogenik lain yang perlu dipertimbangkan antara lain efek
lain dari stres oksidatif adalah terjadinya reaksi antara oksiradikal dengan nitric-oxide (NO) yang
menghasilkan peroxynitric-radical. Kerusakan mitokondria sebagai akibat penurunan produksi
adenosin trifosfat (ATP) dan akumulasi elektron-elektron yang memperburuk stres oksidatif,
akhirnya menghasilkan peningkatan apoptosis dan kematian sel. Perubahan akibat proses
inflamasi di sel nigra, memproduksi sitokin yang memicu apoptosis sel-sel SNc.4

Manifestasi Klinis
1. Gejala Motorik
Gambaran klinis penyakit Parkinson salah satu ciri khas dari penyakit Parkinson adalah
tangan tremor (bergetar) jika sedang beristirahat. Namun, jika orang itu diminta melakukan
sesuatu, getaran tersebut tidak terlihat lagi. Itu yang disebut resting tremor, yang hilang juga
sewaktu tidur. Tremor terdapat pada jari tangan, tremor kasar pada sendi metakarpofalangis,
kadangkadang tremor seperti menghitung uang logam atau memulung-mulung (pill rolling). Pada
sendi tangan fleksi-ekstensi atau pronasi-supinasi pada kaki fleksi-ekstensi, kepala fleksi-ekstensi
atau menggeleng, mulut membuka menutup, lidah terjulur-tertarik. Tremor ini menghilang waktu
istirahat dan menghebat waktu emosi terangsang (resting/alternating tremor). Tremor tidak
hanya terjadi pada tangan atau kaki, tetapi bisa juga terjadi pada kelopak mata dan bola mata,
bibir, lidah dan jari tangan (seperti orang menghitung uang). Semua itu terjadi pada saat
istirahat/tanpa sadar. Bahkan, kepala penderita bisa bergoyanggoyang jika tidak sedang
melakukan aktivitas (tanpa sadar). Artinya, jika disadari, tremor tersebut bisa berhenti. Pada
awalnya tremor hanya terjadi pada satu sisi, namun semakin berat penyakit, tremor bisa terjadi
pada kedua belah sisi.5
Rigiditas/kekakuan, tanda yang lain adalah kekakuan (rigiditas). Jika kepalan tangan yang
tremor tersebut digerakkan (oleh orang lain) secara perlahan ke atas bertumpu pada pergelangan
tangan, terasa ada tahanan seperti melewati suatu roda yang bergigi sehingga gerakannya menjadi
terpatah-patah/putus-putus. Selain di tangan maupun di kaki, kekakuan itu bias juga terjadi di
leher. Akibat kekakuan itu, gerakannya menjadi tidak halus lagi seperti break-dance. Gerakan
yang kaku membuat penderita akan berjalan dengan postur yang membungkuk. Untuk
mempertahankan pusat gravitasinya agar tidak jatuh, langkahnya menjadi cepat tetapi pendek-
pendek. Adanya hipertoni pada otot fleksor ekstensor dan hipertoni seluruh gerakan, hal ini oleh
karena meningkatnya aktifitas motorneuron alfa, adanya fenomena roda bergigi (cogwheel
phenomenon).5
Akinesia/Bradikinesia, kedua gejala di atas biasanya masih kurang mendapat perhatian
sehingga tanda akinesia/bradikinesia muncul. Gerakan penderita menjadi serba lambat. Dalam
pekerjaan sehari-hari pun bisa terlihat pada tulisan/tanda tangan yang semakin mengecil, sulit
mengenakan baju, langkah menjadi pendek dan diseret. Kesadaran masih tetap baik sehingga
penderita bisa menjadi tertekan (stres) karena penyakit itu. Wajah menjadi tanpa ekspresi.
Kedipan dan lirikan mata berkurang, suara menjadi kecil, refleks menelan berkurang, sehingga
sering keluar air liur. Gerakan volunter menjadi lambat sehingga berkurangnya gerak asosiatif,
misalnya sulit untuk bangun dari kursi, sulit memulai berjalan, lambat mengambil suatu obyek,
bila berbicara gerak lidah dan bibir menjadi lambat. Bradikinesia mengakibatkan berkurangnya
ekspresi muka serta mimik dan gerakan spontan yang berkurang, misalnya wajah seperti topeng,
kedipan mata berkurang, berkurangnya gerak menelan ludah sehingga ludah suka keluar dari
mulut.5
Tiba-tiba Berhenti atau Ragu-ragu untuk Melangkah, gejala lain adalah freezing, yaitu
berhenti di tempat saat mau mulai melangkah, sedang berjalan, atau berputar balik; dan start
hesitation, yaitu ragu-ragu untuk mulai melangkah. Bisa juga terjadi sering kencing, dan
sembelit. Penderita menjadi lambat berpikir dan depresi. Hilangnya refleks postural disebabkan
kegagalan integrasi dari saraf propioseptif dan labirin dan sebagian kecil impuls dari mata, pada
level thalamus dan ganglia basalis yang akan mengganggu kewaspadaan posisi tubuh. Keadaan
ini mengakibatkan penderita mudah jatuh.5
Mikrografia, tulisan tangan secara gradual menjadi kecil dan rapat, pada beberapa kasus
hal ini merupakan gejala dini. Langkah dan gaya jalan (sikap Parkinson), berjalan dengan
langkah kecil menggeser dan makin menjadi cepat (marche a petit pas), stadium lanjut kepala
difleksikan ke dada, bahu membengkok ke depan, punggung melengkung bila berjalan. Bicara
monoton, hal ini karena bradikinesia dan rigiditas otot pernapasan, pita suara, otot laring,
sehingga bila berbicara atau mengucapkan kata-kata yang monoton dengan volume suara halus
(suara bisikan) yang lambat. Demensia, adanya perubahan status mental selama perjalanan
penyakitnya dengan deficit kognitif. Gangguan behavioural, lambat-laun menjadi dependen
(tergantung kepada orang lain), mudah takut, sikap kurang tegas, depresi. Cara berpikir dan
respon terhadap pertanyaan lambat (bradifrenia) biasanya masih dapat memberikan jawaban
yang betul, asal diberi waktu yang cukup. Gejala lain, kedua mata berkedip-kedip dengan gencar
pada pengetukan diatas pangkal hidungnya (tanda Myerson positif).5
2. Gejala non motorik
Disfungsi otonom, keringat berlebihan, air ludah berlebihan, gangguan sfingter terutama
inkontinensia dan hipotensi ortostatik,kulit berminyak dan infeksi kulit seboroik, pengeluaran
urin yang banyak, gangguan seksual yang berubah fungsi, ditandai dengan melemahnya hasrat
seksual, perilaku, orgasme. Gangguan suasana hati, penderita sering mengalami depresi. Ganguan
kognitif, menanggapi rangsangan lambat. Gangguan tidur, penderita mengalami kesulitan tidur
(insomnia). Gangguan sensasi, kepekaan kontras visuil lemah, pemikiran mengenai ruang,
pembedaan warna, penderita sering mengalami pingsan, umumnya disebabkan oleh hypotension,
orthostatic, suatu kegagalan sistemsaraf otonom untuk melakukan penyesuaian, tekanan darah
sebagai jawaban atas perubahan posisi badan, berkurangnya atau hilangnya kepekaan indra
perasa bau (microsmia atau anosmia).5

Diagnosis
Diagnosis penyakit Parkinson ditegakkan berdasarkan kriteria secara klinis didapatkan 2
dari 3 tanda kardinal gangguan motorik : tremor, rigiditas, bradykinesia atau 3 dari 4 tanda
motorik : tremor, rigiditas, bradikinesia dan ketidakstabilan postural. Krieteria Koller, didapati 2
dari 3 tanda cardinal gangguan motorik : tremor saat istirahat atau gangguan refleks postural,
rigiditas, bradikinesia yang berlangsung 1 tahun atau lebih. Respons terhadap terapi levodopa
yang diberikan sampai perbaikan sedang (minimal 1.000 mg/hari selama 1 bulan) dan lama
perbaikan 1 tahun atau lebih. Kriteria Gelb & Gilman, gejala kelompok A (khas untuk penyakit
Parkinson) terdiri dari resting tremor, bradykinesia, rigiditas, permulaan asimetris. Gejala klinis
kelompok B (gejala dini tak lazim), diagnosa alternatif, terdiri dari instabilitas postural yang
menonjol pada 3 tahun pertama, fenomena tak dapat bergerak sama sekali (freezing) pada 3 tahun
pertama, halusinasi (tidak ada hubungan dengan pengobatan) dalam 3 tahun pertama, demensia
sebelum gejala motorik pada tahun pertama.6
Diagnosis “possible” : terdapat paling sedikit 2 dari gejala kelompok A dimana salah satu
diantaranya adalah tremor atau bradikinesia dan tak terdapat gejala kelompok B, lama gejala
kurang dari 3 tahun disertai respon jelas terhadap levodopa atau dopamine agonis. Diagnosis
“probable” : terdapat paling sedikit 3 dari 4 gejala kelompok A, dan tidak terdapat gejala dari
kelompok B, lama penyakit paling sedikit 3 tahun dan respon jelas terhadap levodopa atau
dopamine agonis. Diagnosis “pasti” : memenuhi semua kriteria probable dan pemeriksaan
histopatologis yang positif.6
Untuk kepentingan klinis diperlukan adanya penetapan berat ringannya penyakit dalam
hal ini digunakan stadium klinis berdasarkan Hoehn dan Yahr yaitu:6
1. Stadium 1: Gejala dan tanda pada satu sisi, terdapat gejala yang ringan, terdapat gejala
yang mengganggu tetapi menimbulkan kecacatan, biasanya terdapat tremor pada satu
anggota gerak, gejala yang timbul dapat dikenali orang terdekat (teman).
2. Stadium 2: Terdapat gejala bilateral, terdapat kecacatan minimal, sikap/cara berjalan
terganggu.
3. Stadium 3: Gerak tubuh nyata melambat, keseimbangan mulai terganggu saat
berjalan/berdiri, disfungsi umum sedang.
4. Stadium 4: Terdapat gejala yang berat, masih dapat berjalan hanya untuk jarak tertentu,
rigiditas dan bradikinesia, tidak mampu berdiri sendiri, tremor dapat berkurang
dibandingkan stadium sebelumnya.
5. Stadium 5: Stadium kakhetik (cachcactic stage), kecacatan total, tidak mampu berdiri dan
berjalan walaupun dibantu.

Pemeriksaan Fisik
1. Tekanan darah diukur dalam keadaan berbaring dan berdiri, hal ini untuk mendeteksi
hipotensi ortostatik.
2. Menilai respons terhadap stress ringan, misalnya berdiri dengan tangan diekstensikan,
menghitung surut dari angka seratus, bila masih ada tremor dan rigiditas yang sangat,
berarti belum berespon terhadap medikasi.
3. Mencatat dan mengikuti kemampuan fungsional, disini penderita disuruh menulis
kalimat sederhana dan menggambarkan lingkaran- lingkaran konsentris dengan tangan
kanan dan kiri diatas kertas, kertas ini disimpan untuk perbandingan waktu follow up
berikutnya.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan bila ada indikasi, antara lain dengan melakukan
pemeriksaan:
- Neuroimaging: Ct-Scan, MRI, PET
- Laboratorium (Penyakit parkinson sekunder) : Patologi anatomi, pemeriksaan kadar
bahan Cu (Wilson’s disease, prion ( Bovine spongiform encephalopathy)).

Tatalaksana
Penyakit Parkinson adalah suatu penyakit degeneratif yang berkembang progresif dan
penyebabnya tidak diketahui, oleh karena itu strategi penatalaksanaannya adalah terapi
simtomatik, untuk mempertahankan independensi pasien, neuroproteksi dan neurorestorasi,
keduanya untuk menghambat progresivitas penyakit Parkinson. Strategi ini ditujukan untuk
mempertahankan kualitas hidup penderitanya.7
Terapi Farmakologik
Obat pengganti dopamine (Levodopa, Carbidopa), Levodopa merupakan pengobatan
utama untuk penyakit parkinson. Di dalam otak levodopa dirubah menjadi dopamine. L-dopa
akan diubah menjadi dopamine pada neuron dopaminergik oleh L-aromatik asam amino
dekarboksilase (dopa dekarboksilase). Walaupun demikian, hanya 1-5% dari L-Dopa memasuki
neuron dopaminergik, sisanya dimetabolisme di sembarang tempat, mengakibatkan efek samping
yang luas. Karena mekanisme feedback, akan terjadi inhibisi pembentukan L-Dopa endogen.
Carbidopa dan benserazide adalah dopa dekarboksilase inhibitor, membantu mencegah
metabolisme L-Dopa sebelum mencapai neuron dopaminergik. Levodopa mengurangi tremor,
kekakuan otot dan memperbaiki gerakan. Penderita penyakit parkinson ringan bisa kembali
menjalani aktivitasnya secara normal. Obat ini diberikan bersama carbidopa untuk meningkatkan
efektivitasnya & mengurangi efek sampingnya. Banyak dokter menunda pengobatan simtomatis
dengan levodopa sampai memang dibutuhkan. Bila gejala pasien masih ringan dan tidak
mengganggu, sebaiknya terapi dengan levodopa jangan dilakukan. Hal ini mengingat bahwa
efektifitas levodopa berkaitan dengan lama waktu pemakaiannya. Levodopa melintasi sawar-
darah-otak dan memasuki susunan saraf pusat dan mengalami perubahan ensimatik menjadi
dopamin. Dopamin menghambat aktifitas neuron di ganglia basal. Efek samping levodopa dapat
berupa neusea, muntah, distress abdominal, hipotensi postural, sesekali akan didapatkan aritmia
jantung, terutama pada penderita yang berusia lanjut. Efek ini diakibatkan oleh efek beta-
adrenergik dopamine pada system konduksi jantung. Ini bisa diatasi dengan obat beta blocker
seperti propanolol. Diskinesia yang paling sering ditemukan melibatkan anggota gerak, leher atau
muka. Diskinesia sering terjadi pada penderita yang berespon baik terhadap terapi levodopa.
Beberapa penderita menunjukkan gejala on-off yang sangat mengganggu karena penderita tidak
tahu kapan gerakannya mendadak menjadi terhenti, membeku, sulit. Jadi gerakannya terinterupsi
sejenak. Abnormalitas laboratorium, granulositopenia, fungsi hati abnormal dan ureum darah
yang meningkat merupakan komplikasi yang jarang terjadi pada terapi levodopa. Efek samping
levodopa pada pemakaian bertahun-tahun adalah diskinesia yaitu gerakan motorik tidak
terkontrol pada anggota gerak maupun tubuh. Respon penderita yang mengkonsumsi levodopa
juga semakin lama semakin berkurang. Untuk menghilangkan efek samping levodopa, jadwal
pemberian diatur dan ditingkatkan dosisnya, juga dengan memberikan tambahan obat-obat yang
memiliki mekanisme kerja berbeda seperti dopamine agonis, COMT inhibitor atau MAO B
inhibitor.8,9
Agonis dopamin seperti Bromokriptin (Parlodel), Pergolid (Permax), Pramipexol
(Mirapex), Ropinirol, Kabergolin, Apomorfin dan lisurid dianggap cukup efektif untuk
mengobati gejala Parkinson. Obat ini bekerja dengan merangsang reseptor dopamin, akan tetapi
obat ini juga menyebabkan penurunan reseptor dopamin secara progresif yang selanjutnya akan
menimbulkan peningkatan gejala Parkinson. Obat ini dapat berguna untuk mengobati pasien yang
pernah mengalami serangan yang berfluktuasi dan diskinesia sebagai akibat dari levodopa dosis
tinggi. Apomorfin dapat diinjeksikan subkutan. Dosis rendah yang diberikan setiap hari dapat
mengurangi fluktuasi gejala motorik. Efek samping obat ini adalah halusinasi, psikosis,
eritromelalgia, edema kaki, mual dan muntah.9,10
Antikolinergik, obat ini menghambat sistem kolinergik di ganglia basal dan menghambat
aksi neurotransmitter otak yang disebut asetilkolin. Obat ini mampu membantu mengoreksi
keseimbangan antara dopamine dan asetilkolin, sehingga dapat mengurangi gejala tremor. Ada
dua preparat antikolinergik yang banyak digunakan untuk penyakit parkinson , yaitu
thrihexyphenidyl (artane) dan benztropin (congentin). Preparat lainnya yang juga termasuk
golongan ini adalah biperidon (akineton), orphenadrine (disipal) dan procyclidine (kamadrin).
Efek samping obat ini adalah mulut kering dan pandangan kabur. Sebaiknya obat jenis ini tidak
diberikan pada penderita penyakit Parkinson usia diatas 70 tahun, karena dapat menyebabkan
penurunan daya ingat.10
Penghambat Monoamin oxidase (MAO Inhibitor). Selegiline (Eldepryl), Rasagaline
(Azilect). Inhibitor MAO diduga berguna pada penyakit Parkinson karena neurotransmisi
dopamine dapat ditingkatkan dengan mencegah perusakannya. Selegiline dapat pula
memperlambat memburuknya sindrom Parkinson, dengan demikian terapi levodopa dapat
ditangguhkan selama beberapa waktu. Berguna untuk mengendalikan gejala dari penyakit
Parkinson yaitu untuk mengaluskan pergerakan. Selegilin dan rasagilin mengurangi gejala
dengan dengan menginhibisi monoamine oksidase B (MAO-B), sehingga menghambat perusakan
dopamine yang dikeluarkan oleh neuron dopaminergik. Metabolitnya mengandung L-
amphetamin and L-methamphetamin. Biasa dipakai sebagai kombinasi dengan gabungan
levodopa-carbidopa. Selain itu obat ini juga berfungsi sebagai antidepresan ringan. Efek
sampingnya adalah insomnia, penurunan tekanan darah dan aritmia.11
Amantadin berperan sebagai pengganti dopamine, tetapi bekerja di bagian lain otak. Obat
ini dulu ditemukan sebagai obat antivirus, selanjutnya diketahui dapat menghilangkan gejala
penyakit Parkinson yaitu menurunkan gejala tremor, bradikinesia, dan fatigue pada awal penyakit
Parkinson dan dapat menghilangkan fluktuasi motorik (fenomena on-off) dan diskinesia pada
penderita Parkinson lanjut. Dapat dipakai sendirian atau sebagai kombinasi dengan levodopa atau
agonis dopamine. Efek sampingnya dapat mengakibatkan mengantuk.11
Penghambat Catechol-Methyl Transferase/COMT. Entacapone (Comtan), Tolcapone
(Tasmar). Obat ini masih relatif baru, berfungsi menghambat degradasi dopamine oleh enzim
COMT dan memperbaiki transfer levodopa ke otak. Mulai dipakai sebagai kombinasi levodopa
saat efektivitas levodopa menurun. Diberikan bersama setiap dosis levodopa. Obat ini
memperbaiki fenomena on-off, memperbaiki kemampuan aktivitas kehidupan sehari-hari. Efek
samping obat ini berupa gangguan fungsi hati, sehingga perlu diperiksa tes fungsi hati secara
serial. Obat ini juga menyebabkan perubahan warna urin berwarna merah-oranye. Neuroproteksi,
Terapi neuroprotektif dapat melindungi neuron dari kematian sel yang diinduksi progresifitas
penyakit. Yang sedang dikembangkan sebagai agen neuroprotektif adalah apoptotic drugs (CEP
1347 and CTCT346), lazaroids, bioenergetics, antiglutamatergic agents, dan dopamine receptors.
Adapun yang sering digunakan di klinik adalah monoamine oxidase inhibitors (selegiline and
rasagiline), dopamin agonis, dan complek I mitochondrial fortifier coenzyme Q10.11
Non Farmakologik
Edukasi, Pasien serta keluarga diberikan pemahaman mengenai penyakitnya, misalnya
pentingnya meminum obat teratur dan menghindari jatuh. Menimbulkan rasa simpati dan empati
darianggota keluarganya sehingga dukungan fisik dan psikik mereka menjadi maksimal. Terapi
rehabilitasi tujuan rehabilitasi medik adalah untuk meningkatkan kualitas hidup penderita dan
menghambat bertambah beratnya gejala penyakit serta mengatasi masalah-masalah sebagai
berikut Abnormalitas gerakan, Kecenderungan postur tubuh yang salah, Gejala otonom,
Gangguan perawatan diri (Activity of Daily Living – ADL), dan perubahan psikologik. Latihan
yang diperlukan penderita parkinson meliputi latihan fisioterapi, okupasi, dan psikoterapi.
Latihan fisioterapi meliputi latihan gelang bahu dengan tongkat, latihan ekstensi trunkus, latihan
frenkle untuk berjalan dengan menapakkan kaki pada tanda-tanda di lantai, latihan isometrik
untuk kuadrisep femoris dan otot ekstensor panggul agar memudahkan menaiki tangga dan
bangkit dari kursi. Latihan okupasi yang memerlukan pengkajian ADL pasien, pengkajian
lingkungan tenpat tinggal atau pekerjaan. Dalam pelaksanaan latihan dipakai bermacam strategi,
yaitu Strategi kognitif untuk menarik perhatian penuh/konsentrasi, bicara jelas dan tidak cepat,
mampu menggunakan tanda-tanda verbal maupun visual dan hanya melakukan satu tugas
kognitif maupun motorik. Strategi gerak seperti bila akan belok saat berjalan gunakan tikungan
yang agak lebar, jarak kedua kaki harus agak lebar bila ingin memungut sesuatu dilantai. Strategi
keseimbangan melakukan ADL dengan duduk atau berdiri dengan kedua kaki terbuka lebar dan
dengan lengan berpegangan pada dinding. Hindari escalator atau pintu berputar. Saat bejalan di
tempat ramai atau lantai tidak rata harus konsentrasi penuh jangan bicara atau melihat sekitar.
Seorang psikolog diperlukan untuk mengkaji fungsi kognitif, kepribadian, status mental pasien
dan keluarganya. Hasilnya digunakan untuk melakukan terapi rehabilitasi kognitif dan melakukan
intervensi psikoterapi.12

Prognosis
Obat-obatan yang ada sekarang hanya menekan gejala-gejala parkinson, sedangkan
perjalanan penyakit itu belum bisa dihentikan sampai saat ini. Sekali terkena parkinson, maka
penyakit ini akan menemani sepanjang hidupnya. Tanpa perawatan, gangguan yang terjadi
mengalami progress hingga terjadi total disabilitas, sering disertai dengan ketidakmampuan
fungsi otak general, dan dapat menyebabkan kematian. Dengan perawatan, gangguan pada setiap
pasien berbeda-berbeda. Kebanyakan pasien berespon terhadap medikasi. Perluasan gejala
berkurang, dan lamanya gejala terkontrol sangat bervariasi. Efek samping pengobatan terkadang
dapat sangat parah. Penyakit Parkinson sendiri tidak dianggap sebagai penyakit yang fatal, tetapi
berkembang sejalan dengan waktu. Rata-rata harapan hidup pada pasien Parkinson pada
umumnya lebih rendah dibandingkan yang tidak menderita Parkinson. Pada tahap akhir, penyakit
Parkinson dapat menyebabkan komplikasi seperti tersedak, pneumoni, dan memburuk yang dapat
menyebabkan kematian. Progresifitas gejala pada Parkinson dapat berlangsung 20 tahun atau
lebih. Namun demikian pada beberapa orang dapat lebih singkat. Tidak ada cara yang tepat untuk
memprediksikan lamanya penyakit ini pada masing-masing individu. Dengan treatment yang
tepat, kebanyakan pasien Parkinson dapat hidup produktif beberapa tahun setelah diagnosis.12

Kesimpulan
Penyakit Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif yang bersifat kronis progresif,
merupakan suatu penyakit/sindrom karena gangguan pada ganglia basalis akibat penurunan atau
tidak adanya pengiriman dopamine dari substansia nigra ke globus palidus/ neostriatum (striatal
dopamine deficiency). Di Amerika Serikat, ada sekitar 500.000 penderita parkinson. Di Indonesia
sendiri, dengan jumlah penduduk 210 juta orang, diperkirakan ada sekitar 200.000- 400.000
penderita Penyakit Parkinson merupakan penyakit kronis yang membutuhkan penanganan secara
holistik meliputi berbagai bidang. Pada saat ini tidak ada terapi untuk menyembuhkan penyakit
ini, tetapi pengobatan dan operasi dapat mengatasi gejala yang timbul. Obat-obatan yang ada
sekarang hanya menekan gejala-gejala parkinson, sedangkan perjalanan penyakit itu belum bias
dihentikan sampai saat ini. Sekali terkena parkinson, maka penyakit ini akan menemani
sepanjang hidupnya. Tanpa perawatan, gangguan yang terjadi mengalami progress hingga terjadi
total disabilitas, sering disertai dengan ketidakmampuan fungsi otak general, dan dapat
menyebabkan kematian. Dengan perawatan, gangguan pada setiap pasien berbeda-berbeda.
Kebanyakan pasien berespon terhadap medikasi. Perluasan gejala berkurang, dan lamanya gejala
terkontrol sangat bervariasi. Efek samping pengobatan terkadang dapat sangat parah.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjahrir H, Nasution D, Gofir A. Parkinson’s Disease & Other Movement Disorders. Pustaka
Cedekia dan Departemen Neurologi FK USU Medan. 2007. Hal 4-53.
2. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I. Penyakit Parkinson. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid
III. FKUI. 2007. Hal 1373-1377.
3. Antonina K, et al. Parkinson’s Disease: Etiology, Neuropathology, and Pathogenesis.
Brisbane (AU) Codon Publications. 2018.
4. Price SA, Wilson LM, Hartwig MS. Gangguan Neurologis dengan Simtomatologi
Generalisata. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Vol 2. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 2006. Hal 1139-1144.
5. Bhat S, et al. Parkinson's disease: Cause factors, measurable indicators, and early diagnosis.
Computers in Biology and Medicine. 2018
6. Duus Peter. Diagnosis Topik Neurologi Anatomi, Fisiologi, Tanda dan Gejala Edisi II.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1996. Hal 231-243.
7. Harsono. Penyakit Parkinson. Buku Ajar Neurologis Klinis. Perhimpunan Dokter Spesialis
Saraf Indonesia dan UGM. 2008. Hal 233-243.
8. Massano J, et al. Clinical Approach to Parkinson's Disease: Features, Diagnosis, and
Principles of Management. Cold Spring Harb Perspect Med. 2012.
9. George DM, et al. Parkinson’s Disease and Its Management. PT. 2015 Aug; 40(8): 504-510,
532.
10. Rizek P, et al. An update on the diagnosis and treatment of Parkinson disease. CMAJ. 2016
Nov 1; 188(16): 1157–1165.
11. Michael T, et al. Parkinson's Disease and Parkinsonism. The American Journal of Medicine.
2019 July; 132(7): 802-807.
12. Stephen G, et al. Parkinson’s Disease. Medical Clinics of North America. 2019 March;
103(2): 337-350.

Anda mungkin juga menyukai