Anda di halaman 1dari 16

Pendahuluan

Syok hipovolemik merupakan kondisi medis atau bedah dimana terjadi kehilangan
cairan dengan cepat yang berakhir pada kegagalan beberapa organ, disebabkan oleh
volume sirkulasi yang tidak adekuat dan berakibat pada perfusi yang tidak adekuat.
Paling sering, syok hipovolemik merupakan akibat kehilangan darah yang cepat (syok
hemoragik). Syok hipovolemik dapat disebabkan oleh kehilangan volume massive
yang disebabkan oleh: perdarahan gastrointestinal, internal dan eksternal hemoragi,
atau kondisi yang menurunkan volume sirkulasi intravascular atau cairan tubuh lain,
intestinal obstruction, peritonitis, acute pancreatitis, ascites, dehidrasi dari excessive
perspiration, diare berat atau muntah, diabetes insipidus, diuresis, atau intake cairan
yang tidak adekuat. Kemungkinan besar yang dapat mengancam nyawa pada syok
hipovolemik berasal dari penurunan volume darah intravascular, yang menyebabkan
penurunan cardiac output dan tidak adekuatnya perfusi jaringan.

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah pemeriksaan keadaan umum dan kesadaran,
tanda-tanda vital.2 Hal yang dilakukan pada pemeriksaan abdomen adalah:

1. Inspeksi untuk melihat bentuk abdomen simetris atau tidak, datar atau
menonjol, warna kulit dan apakah dan apakah ada vena yang berdilatasi, juga
dilihat adakah adanya gerakan pada abdomen.
2. Palpasi dilakukan untuk mengetahui adana nyeri pada tekanan dan pelepasan
sentuhan pada bagian abdomen tertentu.
3. Perkusi dilakukan untuk mengetahui adanya pembesaran hati atau adanya
perforasi lambung, hal ini dilakukan dengan pembedaan suara timpani yang
terdapat pada rongga kosong dengan gas, dan suara pekak yang merupakan
suara perkusi organ.
4. Auskultasi dilakukan untuk mengetahui adanya bising usus yang meningkat
atau adanya suara nadi pada abdomen seperti pada kasus aneurisma aorta.

Penilaian derajat dehidrasi dengan:


1. Keadaan dan tingkah laku
2. Mata, air mata, rasa haus

1
3. Turgor kulit
4. Ubun-ubun cekung pada anak
5. Nadi cepat dan lemah

6. Pada keadaan asidosis metabolik terdapat pernapasan yang cepat dan dalam.

Anatomi Jantung3
Jantung merupakan organ tubuh yang sangat penting dan vital bagi manusia, namun
jarang orang yang mau tau ada apa didalam jantung dan bagaimana cara kerjanya. Tak
ada salahnya kita tau anatomi jantung kita agar kita terus menyayangi dan merawat
jantung kita. Fungsi jantung yaitu menerima dan memompa darah ke seluruh tubuh.
Setiap menitnya, jantung pada orang dewasa berdetak 60-100 kali dalam kondisi
normal. Jantung berukuran sedikit lebih besar dari kepalan tangan dewasa dengan
berat 200-425 gram. Struktur jantung berada di antara paru-paru, di tengah dada,
tepatnya di belakang kiri tulang dada. Untuk lebih jelasnya, berikut penjelasan
anatomi fisiologi jantung.
Mengenal Bagian Jantung dan Fungsinya
1. Perikardium
Perikardium merupakan sejenis membran serosa yang menghasilkan cairan serous
untuk melumasi jantung selama berdenyut. Tujuannya berguna untuk mencegah
terjadinya gesekan yang menyakitkan antara jantung dan organ sekitarnya.
2. Serambi
Serambi atau atrium merupakan bagian jantung atas yang terdiri dari serambi kanan
dan kiri. Serambi kanan berfungsi untuk menerima darah kotor dari tubuh yang
dibawa oleh pembuluh darah, sedangkan serambi kiri berfungsi untuk menerima
darah bersih dari paru-paru. Serambi memiliki dinding yang tipis dan tidak berotot
karena fungsinya hanya sebagai ruangan penerima darah.
3. Bilik
Bagian anatomi jantung selanjutnya yaitu bilik. Bilik yang disebut juga ventrikel
merupakan bagian jantung bawah yang terdiri dari bagian kanan dan kiri. Bilik kanan
berfungsi untuk memompa darah kotor dari jantung ke paru-paru, sementara bilik kiri
berfungsi untuk memompa darah bersih ke jantung untuk seluruh tubuh. Dinding bilik
ini berbeda dari dinding serambi, bilik memiliki dinding yang jauh lebih tebal dan
berotot.

2
4. Katup
Katup berfungsi untuk menjaga aliran darah ke satu arah. Terdapat empat katup,
yaitu:
• Katup trikuspid, berfungsi mengatur aliran darah antara serambi kanan dan bilik
kanan.
• Katup pulmonal, berfungsi mengatur aliran darah dari bilik kanan ke arteri
pulmonalis yang membawa darah ke paru-paru untuk mengambil oksigen.
• Katup mitral, berfungsi untuk mengalirkan darah yang kaya oksigen dari serambi
kiri ke bilik kiri.
• Katup aorta, berfungsi untuk membuka jalan bagi darah yang kaya oksigen untuk
dilewati dari bilik kiri ke aorta.

5. Pembuluh Darah
Ada tiga pembuluh darah di jantung, yaitu:
• Arteri, berfungsi membawa darah yang kaya oksigen dari jantung ke bagian
tubuh lainnya.
• Vena, berfungsi membawa darah yang miskin oksigen dari seluruh tubuh ke
jantung.
• Kapiler, berfungsi menghubungkan arteri terkecil dengan vena terkecil.
Cara Kerja Jantung
Kerja jantung dalam memompa dan memasok darah tidaklah sederhana. Atrium
kanan menerima darah dari seluruh tubuh melalui vena cava yang kemudian dialirkan
ke ventrikel kanan. Darah dari ventrikel kanan dipompa ke luar jantung menuju ke
paru-paru untuk pertukaran karbon dioksida dengan oksigen. Darah yang sudah
dipenuhi oksigen, kemudian dipompakan masuk ke atrium kiri, lalu ke ventrikal kiri,
dan selanjutnya dialirkan ke seluruh tubuh melalui aorta.

3
Gambar 1. Anatomi Jantung
EWS
Early Warning Score (EWS) system adalah sistem penilaian berdasarkan pengamatan
pada tanda vital yakni denyut jantung, tekanan darah, suhu, pernapasan, saturasi
oksigen dan tingkat kesadaran, maka semakin tinggi EWS semakin tinggi perburukan
kondisi pasien..4
EWS didasarkan atas penilaian terhadap perubahan keadaan pasien melalui
pengamatan yang sistematis terhadap semua perubahan fisiologi pasien. Sistem ini
merupakan konsep pendekatan proaktif untuk meningkatkan keselamatan pasien dan
hasil klinis pasien yang lebih baik dengan standarisasi pendekatan asesmen dan
menetapkan skoring parameter fisiologis yang sederhana dan mengadopsi pendekatan
ini dari Royal College of Physicians-National Health Services.

Tujuan penerapan Early Warning Score (EWS) system ini untuk:

1. Menilai pasien dengan kondisi akut

2. Mendeteksi sejak dini penurunan kondisi klinis pasien selama dalam perawatan di
rumah sakit.

3. Dimulainya respon klinik yang tepat waktu secara kompeten

4
Table 1. Early Warning Score (EWS)

Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Setelah anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan, langkah diagnosis selanjutnya
tergantung pada penyebab yang mungkin pada hipovolemik, dan stabilitas dari
kondisi pasien itu sendiri. Pemeriksaan laboratorium awal yang sebaiknya dilakukan
antara lain: analisis Complete Blood Count (CBC), kadar elektrolit (Na, K, Cl, HCO3,
BUN, kreatinin, kadar glukosa), PT, APTT, AGD, urinalisis (pada pasien yang
mengalami trauma).5

2. Pemeriksaan Radiologi

Pasien trauma dengan syok hipovolemik membutuhkan pemeriksaan ultrasonografi di


unit gawat darurat jika dicurigai terjadi aneurisma aorta abdominalis. Jika dicurigai
terjadi perdarahan gastrointestinal, sebaiknya dipasang selang nasogastrik, dan gastric
lavage harus dilakukan. Foto polos dada posisi tegak dilakukan jika dicurigai ulkus
perforasi atau Sindrom Boerhaave. Endoskopi dapat dilakukan (biasanya setelah
pasien tertangani) untuk selanjutnya mencari sumber perdarahan. Jika dicurigai terjadi
diseksi dada karena mekanisme dan penemuan dari foto polos dada awal, dapat
dilakukan transesofageal echocardiography, aortografi, atau CT-scan dada.Jika
dicurigai terjadi cedera abdomen, dapat dilakukan pemeriksaan FAST (Focused
Abdominal Sonography for Trauma) yang bisa dilakukan pada pasien yang stabil atau
tidak stabil. CT-Scan umumnya dilakukan pada pasien yang stabil. Jika dicurigai
fraktur tulang panjang, harus dilakukan pemeriksaan radiologi.5

5
Diagnosis Kerja

Syok hipovolemik merujuk kepada suatu kondisi di mana terjadi kehilangan cairan
yang mendadak hingga menyebabkan kegagalan beberapa organ karena kurang
volume sirkulasi dan perfusi yang tidak mencukupi. Syok hipovolemik dapat
berhubungan dengan dehidrasi, perdarahan internal atau eksternal, kehilangan cairan
gastrointestinal (diare atau muntah). Berdasarkan gejala yang ada pasien tersebut
mengalami diare yang menyebabkan banyak kehilangan cairan elektrolit sehingga
berakibat syok hipovolemik. Pasien sendiri adalah kehilangan banyak cairan dan
elektrolit melalui diare dan muntah. Pasien tersebut mengeluarkan tinja kira-kira 1
gelas aqua setiap kali BAB dan volume muntah setengah gelas aquasetiap kali muntah
berisi cairan dan makanan. Dasar semua diare adalah gangguan transportasi larutan
usus, perpindahan air melalui membran usus berlangsung secara pasif dan hal ini
ditentukkan oleh aliran larutan secara aktif maupun pasif, terutama natrium, klorida
dan glukosa.6

Jenis-Jenis Syok7

1. Syok Kardiogenik
Gangguan yang disebabkan oleh penurunan curah jantung sistemik pada keadaan
volume intravaskular yang cukup dan dapat mengakibatkan hipoksia jaringan. Syok
dapat terjadi karena disfungsi ventrikel kiri yang berat, tetapi dapat pula terjadi pada
keadaan dimana fungsi ventrikel kiri cukup baik. Penyebab syok kardiogenik yang
terbanyak adalah infark miokard akut, dimana terjadi kehilangan sejumlah besar
miokardium akibat terjadinya nekrosis. Tanda utamanya berupa hipoperfusi, TD
<90mmHg atau MAP turun >30 mmHg, produksi urin < 0,5 mL/kg/jam, nadi > 60/
menit, tampak low output syndrome.
2. Syok Distributif
Terjadinya vasodilatasi sistemik yang mengakibatkan penurunan venous return
sehingga afterload menurun.
a) Syok Septik
Syok septik merupakan keadaan dimana terjadi penurunan tekanan darah (tekanan
darah sistolik kurang dari 90 mmHg atau penurunan tekanan darah sistolik lebih dari
40 mmHg) disertai kegagalan sirkulasi, meskipun telah dilakukan resusitasi cairan
secara adekuat atau memerlukan vasopresor untuk mempertahankan tekanan darah

6
dan perfusi organ. Syok septik merupakan keadaan gawat darurat yang memerlukan
penanganan segera oleh karena semakin cepat syok teratasi, akan meningkatkan
keberhasilan pengobatan dan menurunkan resiko kegagalan organ dan kematian.
b) Syok anafilaktik
Syok anafilatik merupakan salah satu manifestasi klinik dari anafilaksis yang ditandai
dengan adanya hipotensi yang nyata dan kolaps sirkulasi darah. Istilah syok
anafilaktik menunjukkan derajat kegawatan, tetapi terlalu sempit untuk
menggambarkan anafilaktik secara keseluruhan, karena anafilaktik yang berat dapat
terjadi tanpa adanya hipotensi, dimana obstruksi saluran napas merupakan gejala
utamanya. Gejala dan tanda anafilaktik:
 Secara umum: lesu, lemah, rasa tak enak yang sukar dilukiskan, rasa tak enak
didada dan perut, rasa gatal di hidung dan palatum.
 Pernafasan
 Hidung : hidung gatal, bersin dan tersumbat
 Laring : rasa tercekik, suara serak, sesak nafas
 Lidah : edema
 Bronkus : batuk,sesak, mengi
 Kardiovaskular : pingsan, takikardi, hipotensi sampai syok, aritmia
 Gastro intestinal : mual, muntah, kolik, diare
c) Syok neurogenik
Syok neurogenik terjadi karena hilangnya tonus pembuluh darah secara mendadak di
seluruh tubuh. Kondisi ini dapat disebabkan oleh cedera medula spinalis,
general/anastesi spinal dan anxietas (panic attack).
Diferential Diagnosis
Syok hipovolemik ec diare akut enteroinvasif
Bakteri penyebab syok hipovolemik E. coli, Salmonella, Shigella, Yersinia. Terjadi
kerusakan dinding usus sehingga menyebabkan nekrosis & ulserasi, diare sekretorik
eksudatif tinja bercampur lendir & darah. Bila diare terjadi secara terus menerus akan
menyebabkan dehidrasi berat sehingga dapat terjadi syok hipovolemik

Etiologi
Syok hipovolemik adalah terganggunya system sirkulasi dari volume darah dalam
pembuluh darah yang berkurang. Hal ini bisa terjadi akibat pendarahan massif atau

7
kehilangan plasma darah.Penyebab syok hipovolemik dapat diklasifikasikan dalam
tiga kelompok yang terdiri dari:7
Perdarahan Kehilangan Plasma Kehilangan cairan
ekstraselular

Hematom subkapsular hati Luka bakar yang luas Muntah

Perdarahangastrointestinal Pankreatitis Dehidrasi

Aneurisma aorta pecah Sindrom dumping Diare

Deskuamasi kulit Insufisiensi renal

Diabetes insipidus

Tabel 2. Penyebab syok hipovolemik berdasarkan kelompoknya

Epidemiologi

Sampai saat ini penyakit diare atau juga sering disebut gastroenteritis merupakan
salah satu penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat Indonesia. Dari daftar
urutan penyebab kunjungan Puskesmas atau Balai Pengobatan, hampir selalu
termasuk dalam kelompok 3 penyebab utama ke Puskesmas. Angka kesakitannya
adalah sekitar 200-400 kejadian diare di antara 1000 penduduk setiap tahunnya.
Dengan demikian di Indonesia, diperkirakan ditemukan penderita diare sekitar 60 juta
kejadian setiap tahunnya, sebagian besar atau sekitar 70-80% dari penderita ini adalah
anak dibawah 5 tahun (± 40 juta kejadian).8

Patofisiologi

Syok menunjukkan perfusi jaringan yang tidak adekuat. Hasil akhirnya berupa
lemahnya aliran darah (petunjuk umum), walaupun ada bermacam-macam penyebab.
Syok dihasilkan oleh disfungsi empat sistem yang terpisah namun saling berkaitan
yaitu: jantung, volume darah, resistensi arteriol (beban akhir), dan kapasitas vena.
Jika ada salah satu faktor ini bermasalah dan faktor lain tidak dapat melakukan
kompensasi maka akan terjadi syok. Awalnya tekanan darah arteri mungkin normal
sebagai kompensasi peningkatan isi sekuncup dan curah jantung. Jika syok berlanjut,
curah jantung menurun dan vasokontriksi perifer akan meningkat. 

8
Menurut patofisiologinya, syok terbagi atas 3 fase yaitu:6

1. Fase Kompensasi
Penurunan curah jantung (cardiac output) terjadi sedemikian rupa sehingga timbul
gangguan perfusi jaringan tapi belum cukup untuk menimbulkan gangguan seluler.
Mekanisme kompensasi dilakukan melalui vasokonstriksi untuk menaikkan aliran
darah ke jantung, otak dan otot skelet dan penurunan aliran darah ke tempat yang
kurang vital. Faktor humoral dilepaskan untuk menimbulkan vasokonstriksi dan
menaikkan volume darah dengan konservasi air.Ventilasi meningkat untuk mengatasi
adanya penurunan kadar oksigen di daerah arteri. Jadi pada fase kompensasi ini
terjadi peningkatan frekuensi dan kontraktilitas otot jantung untuk menaikkan curah
jantung dan peningkatan respirasi untuk memperbaiki ventilasi alveolar. Walau aliran
darah ke ginjal menurun, tetapi ginjal mempunyai cara regulasi sendiri untuk
mempertahankan filtrasi glomeruler. Akan tetapi jika tekanan darah menurun, maka
filtrasi glomeruler juga menurun.

2. Fase Progresif 
Terjadi jika tekanan darah arteri tidak lagi mampu mengkompensasi kebutuhan tubuh.
Faktor utama yang berperan adalah jantung. Curah jantung tidak lagi mencukupi
sehingga terjadi gangguan seluler diseluruh tubuh. Pada saat tekanan darah arteri
menurun, aliran darah menurun, hipoksia jaringan bertambah nyata, gangguan seluler,
metabolisme, produk metabolisme menumpuk, dan akhirnya terjadi kematian sel.
Dinding pembuluh darah menjadi lemah, tak mampu berkonstriksi sehingga
terjadi bendungan vena, venous return menurun. Relaksasi sfinkter prekapiler diikuti
dengan aliran darah ke jaringan tetapi tidak dapat kembali ke jantung. Peristiwa ini
dapat menyebabkan trombosis luas (DIC = Disseminated Intravascular Coagulation).
Menurunnya aliran darah ke otak menyebabkan kerusakan pusat vasomotor dan
respirasi di otak. Keadaan ini menambah hipoksia jaringan.Hipoksia dan anoksia
menyebabkan terlepasnya toksin dan bahan lainnya dari jaringan (histamin dan
bridikinin) yang ikut memperburuk syok (vasodilatasi dan memperlemah fungsi
jantung). Iskemia dan anoksia usus menimbulkan penurunan integritas mukosa usus
pelepasan toksin dan invasi bakteri usus ke sirkulasi. Invasi bakteri dan penurunan
fungsi detoksifikasi hepar memperburuk keadaan. Timbul sepsis, DIC bertambah

9
nyata, integritas system retikuloendotelial rusak, integritas mikrosirkulasi juga rusak.
Hipoksia jaringan juga menyebabkan perubahan metabolisme dari aerobik menjadi
anaerobik. Akibatnya terjadi asidosis metabolik, terjadi peningkatan asam laktat
ekstraseluler dan timbunan asam karbonat di jaringan.6

3. Fase Irrevesibel/Refrakter 
Karena kerusakan seluler dan sirkulasi sedemikian luas sehingga tidak dapat
diperbaiki. Kekurangan oksigen mempercepat timbulnya irreversibilitas syok.Gagal
sistem kardiorespirasi, jantung tidak mampu lagi memompa darah yang cukup, paru
menjadi kaku, timbul edema interstisial, daya respirasi menurun, dan akhirnya
anoksia dan hiperkapnea.Penyebab syok hipovolemik yang paling umum adalah
perdarahan mukosa saluran cerna dan trauma berat. Penyebab perdarahan terselubung
adalah antara lain trauma abdomen dengan ruptur aneurisma aorta, ruptur limpa atau
ileus obstruksi, dan peritonitis. Secara klinis syok hipovolemik ditandai oleh volume
cairan intravaskuler yang berkurang bersama-sama penurunan tekanan vena sentral,
hipotensi arterial, dan peningkatan tahanan vaskular sistemik. Respon jantung yang
umum adalah berupa takikardia, Respon ini dapat minimal pada orang tua atau karena
pengaruh obat-obatan. Gejala yang ditimbulkan bergantung pada tingkat kegawatan
syok.6

Gejala Klinis
Gejala syok hipovolemik cukup bervariasi, tergantung pada usia, kondisi premorbid,
besarnya volume cairan yang hilang, dan lamanya berlangsung. Kecepatan kehilangan
cairan tubuh merupakan faktor kritis respon kompensasi. Pasian muda dapat dengan
mudah mengkompensasi kehilangan cairan dengan jumlah sedang vasokontriksinya
dan takikardia.Kehilangan volume yang cukup besar dalam waktu lambat, meskipun
terjadi pada pasien usia lanjut, masih dapat ditolerir juga dibandingkan kehilangan
dalam waktu yang cepat atau singkat. Apabila syok talah terjadi, tanda-tandanya akan
jelas. Pada keadaan hipovolemia, penurunan darah lebih dari 15 mmHg dan tidak
segera kembali dalam beberapa menit.6 Tanda-tanda Syok adalah:

1. Kilit dingin, pucat, dan vena kulit kolaps akibat penurunan pengisian kapiler selalu
berkaitandengan berkurangnya perfusi jaringan.

10
2. Takikardi:peningkatan laju jantung dan kontraktilitas adalah respon
homeostasispenting untuk hipovolemia. Peningkatan kecepatan aliran darah ke
homeostasis penting untuk hopovolemia. Peningkatan kecepatan aliran darah ke
mikrosirkulasi berfungsi mengurangi asidosis jaringan.

3. Hipotensi: karena tekanan darah adalah produk resistensi pembuluh darah sistemik
dan curah jantung, vasokontriksi perifer adalah faktor yang esensial dalam
mempertahankan tekanan darah. Autoregulasi aliran darah otak dapat dipertahankan
selama tekanan arteri turun tidak dibawah 70 mmHg.

4. Oliguria: produksi urin umumnya akan berkurang pada syok hipovolemik. Oliguria
pada orang dewasa terjadi jika jumlah urin kurang dari 30ml/jam.

Penatalaksanaan

Penanggulangan syok dimulai dengan tindakan umum yang bertujuan untuk


memperbaiki perfusi jaringan, memperbaiki oksigenasi tubuh dan mempertahankan
suhu tubuh. Tindakan ini tidak bergantung pada penyebab syok. Diagnosis harus
segera ditegakkan sehingga dapat diberikan pengobatan kausal.

A. Lakukan primary survey A, B, C, D,E9


 Airway
Penanganan jalan napas pada survei primer dapat dilakukan hanya dengan
memposisikan jalan napas dengan melakukan maneuver pengangkatan dagu atau
pendorongan rahang (jaw thrust; dilakukan jika terdapat kekhawatiran akan
instabilitas leher dan tulang belakang). Penanganan tersebut juga mencakup
penempatan alat bantu jalan napas oral atau nasofaring dan pemberian oksigen
tambahan. Pada kasus obstruksi, benda asing dapat dibebaskan dengan
menggunakan manuver basic life support atau secara manual dengan penghisapan
{suctioning) atau forseps Magill. Intervensi jalan napas yang definitif, seperti
intubasi endotrakeal oral (dengan atau tanpa rapid sequence technique), intubasi
nasotrakeal atau pembedahan jalan napas (misal krikotiroidotomi), mungkin
diperlukan.

 Breathing

11
Intervensi yang mungkin dilakukan saat fase pernapasan survey primer adalah
ventilasi dengan bag valve mask, pemberian nalokson untuk apnea yang
dicetuskan narkotika, pemasangan jarum dan slang torakostomi dan penggunaan
ventilasi bertekanan positif, baik dengan cara invasif maupun non-invasif.
 Circulation
Intervensi saat fase sirkulasi pada survey primer mencakup pemasangan monitor
oksimetri untuk denyut nadi dan jantung serta pemasangan infus ke pembuluh
darah. Intervensi tersebut juga dapat mencakup pemberian cairan dan produk
darah.

 Disability
Disabilitas menggambarkan penilaian status neurologis pada survey primer. Jika
memungkinkan, sebaiknya penilaian cepat dilakukan sebelum memberikan obat
atau agen paralisis. Intervensi saat fase disabilitas pada survey primer sering kali
terbatas pada jalan napas, pernapasan dan sirkulasi, karena semua hal tersebut
mempengaruhi fungsi neurologis. Degitu semua hal tersebut dapat diketahui,
perhatian dapat diarahkan pada upaya intervensi seperti CT kranial, pemberian
manitol dan hiperventilasi untuk kasus kecurigaan herniasi otak.
 Exposure
Meskipun sering digambarkan sebagai upaya “menelanjangi,membalik, meraba
dan mencium”, pajanan tidak hanya berarti menelanjangi pasien, tetapi juga
mencakup upaya pencarian petunjuk penting lainnya.
Intervensi terpenting saat fase pemajanan pada survei primer sering kali berupa
pengukuran suhu rektum dan pemeliharaan suhu tubuh normal (eutermia). Hal ini
dapat dilakukan dan hanya menempatkan selimut hangat pada pasien hingga
prosedur penghangatan invasi/ untuk pasien hipotermia tak stabil. Pada beberapa
resusitasi, hipotermia dapat dipertahankan atau ditimbulkan secara sengaja.
Pasien dengan hipertermia dapat ditangani dari sekedar pemberian asetaminofen,
atau. Pada kasus dengan peningkatan suhu tubuh yang ekstrem (>40°C),
memerlukan upaya pendinginan mekanis yang agresif. Pembalutan luka dengan
bahan yang steril harus dilakukan pada pasien dengan luka bakar.

B. Resusitasi cairan

12
Resusitasi cairan dengan cepat adalah dasar dari tatalaksana terapi syok
hipovolemik. Cairan harus diinfus pada kecepatan yang tepat untuk mengoreksi
defisiensi cairan. Pada pasien yang muda, infus biasanya dilakukan dengan
kecepatan penuh yang disanggupi oleh alat dan akses vena. Pada pasien yang
lebih tua atau dengan penyakit jantung, infus harus diperlambatkan setelah terjadi
respon perbaikan untuk mencegah terjadinya efek hipervolemia. Cairan
parenteral dibagi dua yakni kristaloid dan koloid, yang berbeda dari berat
molekul.9
 Kristaloid
cairan kristaloid memiliki berat molekul yang rendah yakni <6000. Walaupun
cairan ini banyak jenisnya, namun yang dapat dipakai untuk syok hipovolemik
adalah cairan yang isotonis dan memiliki natrium sebagai komponen utama.
Karena memiliki viskositas yang rendah maka dapat diberikan dengan banyak
dari vena perifer. Karena cairan isotonik memiliki osmolalitas yang sama
dengan cairan tubuh, maka tidak ada perpindahan cairan kedalam atau keluar
dari ruang intrasel.
Kondisi cairan dalam extrasel adalah 75%ekstravaskular dan 25%
intravaskular. Administrasi cairan kristaloid adalah 3 kali dari jumlah cairan
tubuh yang hilang, karena kurang dari 2 jam hanya tersisa 20% dari jumlah
cairan yang diinfus berada pada ruang intravaskular. Cairan kristaloid aman
dan efektif untuk resusitasi pasien dengan syok hipovolemik. Komplikasi dari
penggunaan cairan ini adalah undertreatment dan overtreatment.
 Koloid
cairan ini memiliki berat jenis molekul yang tinggi untuk efek osmotiknya.
Karena itu, cairan koloid akan berada didalam ruang intravaskular dalam waktu
yang lama. Jumlah cairan koloid yang lebih sedikit dibandingkan dengan
cairan kristaloid diperlukan untuk terapi resusitasi karena sifat berat
molekulnya yang berat, sehingga menarik cairan dari ruang ekstravaskular ke
ruang intravaskular. Pada metaanalisis dari percobaan random, prospektif
dengan 26 sampel ditemukan peningkatan angka sebesar 4% pada kematian
dengan penggunaan albumin dibanding kristaloid sebagai terapi resusitasi.

Terapi pada syok antara lain :


1. Tentukan defisit cairan

13
1
2. Atasi syok : berikan infus RL (jikarpaksa NaCl 0,9%) 20 ml/kgBB dalam
2
sampai 1 jam, dapat diulang. Apabila pemberian cairan kristaloid tidak
adekuat/ gagal, dapat diganti dengan cairan koloid seperti HES, gelatin, dan
albumin.
3. Bila dosis maksimal, cairan koloid tidak dapat mengoreksi kondisi syok, dapat
diberi noradrenaline, selanjutnya bila tidak terdapat perbaikan dapat
ditambahkan dobutamine.
4. Sisa defisit 8 jam pertama : 50% defisit + 50% kebutuhan rutin, 16 jam
berikutnya : 50% defisit + 50% kebutuhan rutin.

5. Apabila dehidrasi melebihi 3-5% BB, periksa kadar elektrolit, jangan memulai
koreksi defisit kalium apabila belum ada diuresis.
Terapi resusitasi cairan dinyatakan berhasil dengan menilai perbaikan outcome
C. Hentikan Diare
Diare yang terjadi perlu dihentikan dan penyebabnya dicari lebih lanjut apakah
berupa suatu intoleransi atau suatu infeksi agar tidak memberikan tatalaksana
yang salah, untuk pemberian obat penghenti diare dapat diberikan loperamid
dengan dosis 4mg pada awalnya, dan 2 mg setiap diare, sehari tidak lebih dari
16mg. Hentikan apabila tidak ada perbaikan dalam 48jam. Efek samping yang
dapat terjadi adalah mual, nyeri perut, mulut kering, flatulens, konstipasi.9

Pencegahan
Beberapa pencegahan yang dapat dilakukan guna menghindari Terjadinya Syok
hipovolemik adalah dengan :
1) Memberhentikan Pendarahan yang terjadi
2) Memberikan cairan yang cukup sesuai perdarahan yang keluar
3) Lakukan pemasangan infus dengan mengguyur agar cairan yang masuk sesuai
dengan cairan yang keluar
4) Menghindari terjadinya luka bakar
5) Banyak minum air putih minimal 2 hingga 3 liter per hari
6) Jumlah cairan yang diberikan harus seimbang dengan jumlah cairan yang hilang.
Sedapat mungkin diberikan jenis cairan yang sama dengan cairan yang hilang, darah
pada perdarahan, plasma pada luka bakar. Kehilangan air harus diganti dengan larutan

14
hipotonik. Kehilangan cairan berupa air dan elektrolit harus diganti dengan larutan
isotonik. Penggantian volume intra vaskuler dengan cairan kristaloid memerlukan
volume 3-4 kali volume perdarahan yang hilang, sedang bila menggunakan larutan
koloid memerlukan jumlah yang sama dengan jumlah perdarahan yang hilang. Telah
diketahui bahwa transfusi eritrosit konsentrat yang dikombinasi dengan larutan ringer
laktat sama efektifnya dengan darah lengkap.
Komplikasi
 Kerusakan organ-organ vital
 Kerusakan susunan saraf pusat
 Kerusakan fungsi hati dan ginjal
 Dapat menyebabkan gagal ginjal
 Asidosis metabolik

Prognosis

Syok Hipovolemik selalu merupakan darurat medis. Namun, gejala-gejala dan hasil
dapat bervariasi tergantung pada:

-  Jumlah volume darah yang hilang

-  Tingkat kehilangan darah

- Mendasari pengobatan kondisi kronis, seperti diabetes dan jantung, paru, dan
penyakit ginjal

Secara umum, pasien dengan derajat syok yang lebih ringan cenderung lebih baik
dibandingkan dengan syok yang lebih berat. Dalam kasus-kasus syok hipovolemik
berat, dapat menyebabkan kematian sehingga memerlukan perhatian medis segera.
Orang tua yang mengalami syok lebih cenderung memiliki hasil yang buruk

Kesimpulan

Pada kasus perempuan 76 tahun mengalami penurunan kesadaran merupakan kasus


emergency yang harus ditangani secara cepat. Resusitasi cairan secara baik dapat
membantu menstabilkan gangguan hemodinamik yang di alami pasien tersebut,
sehingga dapat mempertahankan sistem sirkulasi yang adekuat ke organ-organ vital
tubuh.

15
Daftar Pustaka

1. Abdurrahman N, et al. Penuntun anamnesis dan pemeriksaan fisis. Ed.3. Jakarta:


Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2009. h.45.
2. Bongard F S, Sue D Y, Vintch J R E. Current diagnosis & treatment critical care.
New York:McGrawhill;2008.h 10-2, 222-30.
3. http://yankes.kemkes.go.id/read-yuk-kenali-jantungmu-7428.html. Diunduh pada
tanggal 6 November 2019.
4. https://www.asuhanperawat.com/2016/11/inilah-manfaat-dan-definisi-early.html.
diunduh pada tanggal 5-11-2019.
5. Dewi E, Rahayu S. Kegawatdaruratan syok hipovolemik. Jawa Tengah:
Universitas Muhammadiyah Surakarta.2010.
6. https://emedicine.medscape.com/article/760145-overview#a6.Diunduh pada
tanggal 5-11-2020.
7. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, dll.Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid III. Edisi
VI. Jakarta: Interna publishing.h.4117-32.
8. Eliastam M, Sternbach GL, Brester MJ. Penuntun keperawatan medis.
EGC:Jakarta. 2005. h. 4-7.
9. Hardisman. Memahami Patofisiologi dan Aspek Klinis Syok Hipovolemik:
Update dan Penyegar. Jurnal Kesehatan Andalas: 2(3), 2013.

16

Anda mungkin juga menyukai