Pendahuluan
• Bell’s palsy adalah kelumpuhan atau paralisis otot
wajah akut unilateral
• Patogenesis idiopatik
• Serangan kelumpuhan unilateral biasanya tiba-tiba,
sering terjadi setelah terpapar dengan udara dingin
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
• Nama : Ny. M
• Umur : 38 tahun
• Jenis kelamin : Perempuan
• Agama : Islam
• Alamat : lorong sehat no 56 Rt 6 Kec.Rawasari
• MRS :7 juni 2016
Data Subjektif (Anamnesis Tgl 9 September 2015)
• Kepala :
Mata : A-/-, I -/-, Pupil : isokor, refleks
cahaya (+/+)
• Leher :Kelenjar thyroid tidak membesar,
KGB tidak membesar,tidak ada deviasi
trakhea, kaku kuduk (-).
• Dada : Simetris, tidak ada retraksi
Jantung
Alat kelamin
Tidak diperiksa
Ekstremitas
Akral hangat, edema (-/-)
Lanjutan…
Status Psikitus
Alat Vegetatif
Miksi : Normal
Defekasi : Normal
Lanjutan...
Koordinasi, gait dan keseimbangan
Cara berjalan : dalam batas normal
Romberg Test : dalam batas normal
Disdiadokokinesis : dalam batas normal
Ataxia : dalam batas normal
Diagnosa
• Diagnosa Klinis : Bell’s Palsy Sinistra
• Diagnosa Topis : Nervus Cranialis VII Sinistra
• Diagnosa Etiologi : Idiopatik
TERAPI
Non farmakologis
• Latihan otot-otot ekspresi wajah
• Tiap malam sebelum mau tidur, mata sebelah kiri di plester
gunanya melatih mata yang tidak menutup supaya dapat
melindungi mata saat tidur.
Farmakologis
• Prednisone 60 mg/ hari selama 3 hari
• Asiclovir 400 mg/hari selama 10 hari
PROGNOSIS
• Quo ad vitam : dubia ad bonam
• Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
DEFENISI
• Bell’s Palsy ditemukan oleh dokter dari inggris bernama
Charles Bell.
• Di definisikan sebagai paresis yang akut dan idiopatik akibat
disfungsi dari nervus fasialis perifer
Etiologi
• adalah edema dan iskemia akibat penekanan (kompresi) pada
nervus fasialis
• . Dulu, paparan suasana/suhu dingin
• . Akan tetapi, sekarang mulai diyakini HSV
Anatomi Nervus Fasialis
mengandung 4 macam serabut,
yaitu :
• Serabut somato motorik
• Serabut visero-motorik
• Serabut visero-sensorik
• Serabut somato-sensorik
Patofisiologi
• Para ahli menyebutkan bahwa pada Bell’s palsy proses
inflamasi akut pada nervus fasialis
• pada Bell’s palsy inflamasiakut pada nervus
fasialis di daerah tulang temporal
menyebabkan peningkatan diameter nervus
fasialis terjadi kompresi dari saraf tersebut
pada saat melalui tulang temporal kanalis
facialis tulang temporal berbentuk seperti
corong yang menyempit iskemik gangguan
konduksi impuls yg dihantarkan dapat
mengalami gangguan kelumpuhan facialis
LMN.
Gambaran klinis
Gejala kelumpuhan perifer ini
tergantung dari lokalisasi
kerusakan.
a. Kerusakan setinggi
foramen stilomastoideus
b. Lesi setinggi diantara
khorda tympani dengan
n.stapedeus
c. setinggi diantara
n.stapedeus dengan
ganglion genikulatum
d. . Lesi setinggi ganglion
genikulatum
e. . Lesi di porus akustikus
internus
Diagnosa
• Diagnosis Bell’s palsy dapat ditegakkan dengan melakukan
anamnesis dan pemeriksaan fisis.
• Pada pemeriksaan nervus kranialis akan didapatkan adanya
parese dari nervus fasialis yang menyebabkan bibir mencong,
tidak dapat memejamkan mata dan adanya rasa nyeri pada
telinga.
• Hiperakusis dan augesia juga dapat ditemukan. Harus
dibedakan antara lesi UMN dan LMN. Pada Bell’s palsy lesinya
bersifat LMN.9
Tatalaksana
• Pemberian kortikosteroid (prednisone dengan dosis 40 -60
mg/hari per oral atau 1 mg/kgBB/hari selama 3 hari,
diturunkan perlahan-lahan selama 7 hari kemudian)
• Acyclovir (400 mg selama 10 hari) dapat digunakan dalam
penatalaksanaan Bell’s palsy yang dikombinasikan dengan
prednison
Komplikasi
• Komplikasi yang paling banyak terjadi yaitu disgeusia atau
ageusia, spasme nervus fasialis yang kronik dan kelemahan
saraf parasimpatik yang menyebabkan kelenjar lakrimalis tidak
berfungsi dengan baik sehingga tampak seperti air mata buaya
Prognosis
• Penderita Bell’s palsy dapat sembuh total atau meninggalkan
gejala sisa.
• Faktor resiko yang memperburuk prognosis Bell’s palsy
adalah:9
• (1) Usia di atas 60 tahun
• (2) Paralisis komplit
• (3) Menurunnya fungsi pengecapan atau aliran saliva pada sisi
yang lumpuh,
• (4) Nyeri pada bagian belakang telinga dan
• (5) Berkurangnya air mata.
BAB IV
ANALISA KASUS
Dari anamnesis
Seorang perempuan, berusia 38 tahun, datang ke Poli Saraf RSUD H Abdul
Manap Jambi dengan keluhan utama kaku pada wajah kiri
±2 hari yang lalu pada malam hari sebelum tidur pasien merasakan kaku
pada wajah sebelah kiri. ±1 hari yang lalu Pagi hari setelah bangun tidur
pasien mengeluhkan kaku nya semakin berat, wajah pasien terlihat miring
sebelah, pasien juga mengeluh pada saat menyikikat gigi ia mengalami
kesulitan berkumur karna air keluar dari sudut mulut sebelah kiri, pasien
juga mengalami kesulitan dalam makan dan minum karena makananan dan
minuman sering keluar dari sudut mulut bagian kiri, pasien juga mengaku
bahwa ia tidak bisa menutup mata kiri dengan sempurna, tidak bisa
mengangkat dahi kiri, dan lebar mulut tidak simetris saat tersenyum.
Keluhan penurunan pengecap atau kehilangan pengecap disangkal. Pasien
tidak mengeluhkan Keluhan lain seperti demam (-) merah–merah di kulit (-),
telinga berdengung (-) pusing (-), kelemahan anggota gerak (-). Riwayat
kebiasaan pasien tidur dengan menggunakan kipas angin (+).
lanjutan
Dari teori
a. Kerusakan setinggi foramen stilomastoideus
Gejala : kelumpuhan otot-otot wajah pada sebelah lesi
• Sudut mulut sisi lesi jatuh dan tidak dapat diangkat
• Makanan berkumpul diantara pipi dan gusi pada sebelah lesi
• Tidak dapat menutup mata dan mengerutkan kening pada sisi lesi
Kelumpuhan ini adalah berupa tipe flaksid, LMN. Pengecapan dan sekresi
air liur masih baik.
N VII (Fasialis)
Mengerutkan dahi Normal Tidak bisa
Menutup mata Normal Tidak bisa
Menyeringai Normal Tidak bisa
Mencucu Normal Tidak bisa
2/3 anterior lidah Normal Normal
lanjutan
Oleh karena itu dapat di simpulkan bawha : kerusakan pada pasien ini
adalah tipe LMN
lanjutan
farmakologis
•Prednisone 60 mg/ hari selama 3 hari
• asyclovir 400 mg/ hari selama 10 hari
BAB V
KESIMPULAN
Bell’s palsy adalah kelumpuhan atau paralisis
otot wajah akut unilateral, yang disebabkan oleh
disfungsi saraf fasialis (nervus VII) perifer tanpa
diketahui penyebabnya secara pasti (idiopatik).
Etiologi dan patogenesisnya belum jelas, diduga
peran virus yang menyebabkan inflamasi pada
saraf.
- Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang cermat
termasuk pemeriksaan otoneurologik diperlukan
untuk menyingkirkan gangguan-gangguan, yang
awalnya diduga Bell’s palsy.