Anda di halaman 1dari 78

BUKU MAHASISWA

SISTEM URINARIA
DAN KELAINANNYA
(URINARY SYSTEM
AND DISORDERS)

SEMESTER VI
Tahun Akademik
2015-2016

21 Maret 18 April

2016

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS WARMADEWA
2016
i

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa
karena atas berkat dan rahmat-Nya Buku Blok Sistem Urinaria dan Kelainannya ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Buku Blok ini disusun untuk memberikan panduan di dalam proses pembelajaran Blok
Sistem Urinaria dan Kelainannya baik bagi dosen pengajar, tutor, maupun mahasiswa sendiri,
sehingga proses pembelajaran

pada blok ini dapat terlaksana dengan baik. Buku Blok ini

dilengkapi dengan pemicu yang harus dibahas oleh mahasiswa dalam diskusi kelompok dan
belajar mandiri agar dapat mencapai learning outcomes, self assessement untuk mengukur sendiri
keberhasilan mahasiswa dalam memahami konsep-konsep yang dibahas dalam blok serta daftar
referensi standar dan referensi yang dianjurkan.
Kami menyampaikan ucapan terima kasih terhadap semua pihak yang telah terlibat dalam
penyusunan buku ini. Kami menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna, sehingga
memerlukan masukan dari berbagai pihak demi penyempurnaan buku ini. Kami mohon maaf
apabila selama proses penyusunan buku ini terdapat hal-hal yang kurang berkenan.
Semoga Buku Blok ini dapat bermanfaat bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Warmadewa khususnya bagi para dosen pengajar dan mahasiswa, sehingga proses
pembelajaran dapat terlaksana dengan baik.

Denpasar, 12 Maret 2016

Penyusun

ii

DAFTAR ISI
Halaman Judul .................................................................................................................... i
Kata Pengantar .................................................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................................................. iii
Pendahuluan ........................................................................................................................ 1
Informasi Umum ................................................................................................................. 2
Tim Penyusun Blok ................................................................................................... 2
Dosen Pemberi Kuliah ............................................................................................... 3
Dosen Tutor ............................................................................................................... 4
Kurikulum ................................................................................................................. 5
Jadwal Pembelajaran ................................................................................................. 7
Pertemuan Evaluasi ................................................................................................... 10
Penilaian Hasil Belajar .............................................................................................. 11
Daftar Pustaka ........................................................................................................... 12
Informasi Lain-lain .................................................................................................... 13
Program Pembelajaran ........................................................................................................ 21
Pemicu ....................................................................................................................... 22
Student Project........................................................................................................... 40
Kegiatan Praktikum ................................................................................................... 43
Keterampilan Klinik .................................................................................................. 50
Abstrak Kuliah .................................................................................................................... 51
Uji Diri (Self Assesment).................................................................................................... 69
Daftar Penyakit dan Daftar Keterampilan Klinik ............................................................... 71
Komentar dan Kiat Khusus ................................................................................................. 74
Penutup ............................................................................................................................... 75

iii

PENDAHULUAN

Sistem Urinaria dan Kelainannya (Urinary System and Disorders) diberikan bertujuan
agar mahasiswa memahami konsep tentang ginjal dan salurannya. Sistem urinaria merupakan
satu sistem dalam tubuh yang berfungsi sebagai eksresi zat dalam tubuh. Dengan memahami
konsep tentang ginjal dan salurannya, mahasiswa diharapkan cukup untuk mengikuti pendidikan
kedokteran lebih lanjut, serta mampu mengembangkan wawasan dan berkomunikasi secara
ilmiah dalam bidang ilmu kedokteran sehingga mampu mengikuti perkembangan ilmu
kedokteran dan dapat menerapkannya dalam praktek kedokteran dikemudian hari.
Blok ini dibagi menjadi 2 bagian besar yaitu ilmu biomedik dan ilmu klinik sistem
urinaria. Masa pembelajaran blok selama 4 minggu (20 hari efektif) dengan menerapkan situasi
pembelajaran berupa diskusi kelompok sebagai pendekatan utama dengan difasilitasi oleh
seorang tutor, dan belajar mandiri yang dilakukan di kampus dan rumah masing-masing. Untuk
meningkatkan pemahaman dilakukan pembelajaran dalam bentuk kuliah, praktikum, tugas
kelompok, dan praktikum keterampilan klinik. Pada masa akhir pembelajaran dilakukan ujian
dengan metode pilihan ganda. Pada saat diskusi kelompok, praktikum dan simulasi aktivitas dan
kemampuan mahasiswa juga dinilai diperhitungkan dalam menentukan nilai ujian blok.
Dengan adanya Buku Blok ini diharapkan mahasiswa dapat menerapkan kemampuannya
masing-masing dalam memahami sistem saraf dan kelainannya. Namun demikian disadari buku
blok ini masih belum sempurna. Oleh karena itu apabila terdapat hal-hal yang belum jelas
hendaknya mahasiswa dan pembaca lainnya dapat menyampaikan kepada Tim Penyusun Buku
Blok ini. Untuk perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Tim Penyusun

INFORMASI UMUM

TIM PENYUSUN BLOK

Koordinator Blok
dr. Dewa Made Sadguna, Sp.PD

Sekretaris Blok
dr. Robin Martilo Djajadi, MMedEd

Anggota
dr. IGN Putu Sana
dr. I Wayan Semadha, M. Repro, PHK (K)
dr. Nyoman Sueta, PAK
dr. Putu Arya Suryanditha, S.Ked (Sekre 2015)
dr. Dewa Ayu Agung Alit Suka Astini, S.Ked (Sekre 2014)
dr. I Nyoman Arie Purwana, M.Sc, Sp.A
dr. Rima Kusuma Ningrum, MMedEd
dr. Putu Asih Primatanti, Sp.KJ
dr. Putu Nita Cahyawati, M.Sc
dr. A.A. Sri Agung Aryastuti, M.Sc

DOSEN PEMBERI KULIAH

No.

Nama

dr. IGN. Putu Sana

dr. Nyoman Sueta, DAP

3
4

dr. I Wayan Semadha, M. Repro,


PHK (K)
dr. Suyasning H.I

dr. Toya Ariawan

dr. Asri Lestarini, MSc.

Prof. Alit Artha, Sp.PA (K)

dr. Dewa Made Sadguna Sp.PD

dr. Ni Wayan Sri Wardani, Sp.PD.

10

dr. Dewa Gede Budiyasa, Sp.PD.

11
12

dr. I Dewa Gede Pt Wedha Asmara,


M.Biomed, Sp.PD
dr. I Wayan Eka Saputra, Sp.PD

13

dr IGNK Oka Nurjaya Sp.A

14

dr. Tri Hartono, Sp.BU

15

dr. Sang Nyoman Suriana, Sp B

16

dr. Maria Ratna Listyani G., Sp.PK.

17

Ate Budiarty, dr, Sp. Rad

Nama Bagian

Keahlian

Bagian Anatomi
FKIK Unwar
Bagian Anatomi
FKIK Unwar
Bagian Histologi
FKIK Unwar
Bagian Fisiologi
FKIK Unwar
Bagian Farmakologi
FKIK Unwar
Bagian Biokimia
FKIK Unwar
Bagian Patologi
FK Unwar
RSUD Sanjiwani
Gianyar
RSUD Sanjiwani
Gianyar
RSUD Sanjiwani
Gianyar
RSUD Sanjiwani
Gianyar
RSUD Sanjiwani
Gianyar
RSUD Sanjiwani
Gianyar
RSUD Sanjiwani
Gianyar
RSUD Sanjiwani
Gianyar
RSUD Sanjiwan
Gianyar
RSUD Sanjiwani
Gianyar

Anatomi
Anatomi
Histologi
Fisiologi
Farmakologi

No. Telp
085100472248
08164747583
08123977446
08123804549
08123666993

Biokimia

081916163285

Patologi Anatomi

08123949834

Penyakit Dalam

08123624195

Penyakit Dalam

08123998426

Penyakit Dalam

081236333795

Penyakit Dalam

081236746489

Penyakit Dalam

081236928689

Ilmu Kesehatan
Anak
Bedah

081325451444

Bedah

08164733398

Patologi Klinik

08164713122

Radiologi

08123973161

083114003154

DOSEN TUTOR
No.
1

dr. IGN. Putu Sana

Anatomi

085100472248

Ruang
Diskusi
4.17

dr. I Wayan Kandera,


MPH
dr. I Gusti Putu
Wiadnyana, MPH
dr. Made Judy
Rachmanu, M.Kes
dr. Made Bagus Toya
Ariawan
dr. Robin Martilo
Djajadi, MMedEd

IKK-IKP

08123958256

4.18

IKK-IKP

08561072152

R.OSCE 1

IKK-IKP

08123970118

R.OSCE 2

Farmakologi

08123666993

R.OSCE 3

MEU & Bioetika


dan Humaniora
Kedokteran
UPMF &
Neurologi
Parasitologi

085217199388

R.OSCE 4

089649671736

R.OSCE 9

081933100298

R.OSCE 10

3
4
5
6

7
8

Nama

dr. Saktivi Harkitasari,


M.Biomed, Sp. S.
dr. Putu Indah Budi
Apsari, S.Ked

Bagian

Telp.

Kelompok

KURIKULUM

A. Tujuan Blok (Aims):


Merencanakan penanganan kelainan sistem urinaria perorangan, keluarga, dan
masyarakat sesuai dengan kewenangan sebagai dokter layanan kesehatan primer.
B. Learning Outcomes:
1. Menjelaskan anatomi sistem urinaria meliputi vaskularisasi, inervasi, struktur
makroskopis dan mikroskopis ginjal, ureter, vesika urinaria dan uretra
2. Menjelaskan fungsi sistem urinaria meliputi ginjal, ureter, vesika urinaria, uretra.
3. Menerapkan prinsip anamnesis pada kasus kelainan sistem urinaria
4. Melakukan pemeriksaan fisik pada kasus kelainan sistem urinaria
5. Memilih pemeriksaan penunjang yang diperlukan pada kasus kelainan sistem urinaria
6. Menentukan diagnosis pada kasus kelainan sistem urinaria
7. Merencanakan penanganan kasus kelainan sistem urinaria bersama pasien dan
keluarganya
8. Merencanakan prosedur kegawatdaruratan pada kasus kelainan sistem urinaria
9. Merencanakan edukasi, promosi dan rehabilitasi kepada pasien dan keluarganya dalam
kasus kelainan sistem urinaria

C. Isi Pembelajaran (Learning Contents):


1.

Ilmu biomedik:
a.

Embriologi sistem urinaria (renal dan salurannya meliputi ureter, vesika urinaria,
dan uretra)

b.

Struktur dan topografi anatomi sistem urinaria


-

Topografi sistem urinaria

Ginjal: vaskularisasi, inervasi, struktur makroskopis dan mikroskopis

Saluran urinaria (ureter, vesika urinaria, uretra): vaskularisasi, inervasi,


struktur makroskopis dan mikroskopis

c.

Fisiologi sistem urinaria (Fungsi ekskresi, fungsi ginjal sebagai pengatur


keseimbangan air dan asam basa, fungsi saluran kemih, fungsi renin dan
eritropoietin)

d.
2.

Penggunaan obat yang rasional pada kelainan sistem urinaria.

Ilmu Kedokteran Klinik:


a. Patofisiologi, diagnosis dan penatalaksanaan masalah infeksi ginjal
(Uncomplicated Pyelonephritis, Acute glomerulonephritis, Chronic
glomerulonephritis) dan saluran kemih (Urinary tract infection (UTI))
b. Patofisiologi, diagnosis dan penatalaksanaan masalah gangguan metabolisme
(Renal colic, Penyakit ginjal akut, Penyakit ginjal kronik, Acute tubular necrosis,
Hipertropi prostat jinak) dan saluran kemih (Urinary stone diseases or urinary
calculi without colic)
c. Patofisiologi, diagnosis dan penatalaksanaan masalah trauma ginjal (Ruptur
ginjal) dan saluran kemih (Urinary bladder rupture, Urethra rupture, Stricture of
urethra)
d. Patofisiologi, diagnosis dan penatalaksanaan masalah tumor ginjal ( Wilms
tumor, Renal cell Carcinoma) dan saluran kemih ( Carcinoma of the uroterial)
e. Patofisiologi, diagnosis dan penatalaksanaan masalah kongenital dan genetik
(Horse shoe kidney, Polycystic kidneys symptomatic, Nephrotic syndrome)

3.

Keterampilan Klinik
a. Anamnesis dan pemeriksaan fisik sistem urinaria
b. Keterampilan penunjang diagnostik sistem urinaria
c. Keterampilan terapeutik sistem urinaria

D. Kemampuan Prasyarat (Prerequisite):


1.

Pemahaman etika kedokteran dalam pemeriksaan pasien

2.

Pemahaman prinsip dasar komunikasi dalam profesi kedokteran

3.

Pemahaman keseimbangan asam basa

4.

Pemahaman proses infeksi dan patologi

5.

Pemahaman terapi farmakologi

6.

Penelusuran, penilaian dan pengelolaan informasi dari sumber yang sahih


6

JADWAL PEMBELAJARAN

Hari/Tgl

Waktu

Kegiatan

Tempat

Pelaksana

Hari 1
Senin
21 Maret 2016

08.00 - 09.00
09.00 - 09.30
09.30 - 11.30
11.30 - 12.00
12.00 - 13.00
13.00 - 14.00
14.00 - 15.00
08.00 - 09.00
09.00 - 10.00

Kuliah 1: Pengantar Blok


Pretest 1
Pemicu 1
Istirahat
Kuliah 2: Anatomi Ginjal
Kuliah 3: Anatomi Saluran Kemih
Belajar Mandiri
Kuliah 4: Embriologi Sistem Urinaria
Praktikum: Anatomi (Kelompok 1,2) /
Belajar Mandiri (Kel 4-8)
Praktikum: Anatomi (Kelompok 3,4) /
Belajar Mandiri (Kel 1,2,5-8)
Praktikum: Anatomi (Kelompok 5,6) /
Belajar Mandiri (Kel 1-4, 7,8)
Praktikum: Anatomi (Kelompok 7,8) /
Belajar Mandiri (Kel 1-6)
Diskusi Kelompok 1
Pemicu 2
Kuliah 5: Histologi Ginjal
Kuliah 6: Histologi Saluran Kemih
Istirahat
Kuliah 7: Keseimbangan Cairan dan Asam
Basa serta Gangguannya
Kuliah 8: Diuretika dan Eksresi Obat di Ginjal
Belajar Mandiri
Praktikum: Histologi (Kelompok 1,2) /
Belajar Mandiri (Kel 3-8)
Praktikum: Histologi (Kelompok 3,4) /
Belajar Mandiri (Kel 1,2,5,6,7,8)
Praktikum: Histologi (Kelompok 5,6) /
Belajar Mandiri (Kel 1,2,3,4,7,8)
Praktikum: Histologi (Kelompok 7,8) /
Belajar Mandiri (Kel 1-6)
Belajar Mandiri
Kuliah 9: Fisiologi Ginjal
Kuliah 10: Fisiologi Saluran Kemih
Istirahat
Diskusi Kelompok 2
Post Test 1
Kuliah Pleno (Pemicu 1 dan 2, Kuliah 2-10)

R. Kuliah
R. Kuliah
R. Diskusi

Tim Blok
Tim Blok
Tutor

R. Kuliah
R. Kuliah
R. Kuliah
Lab Anatomi

dr. Sana
dr. Sana
dr. Sana
dr. Sana/dr.Sueta

Lab Anatomi

dr. Sana/dr.Sueta

Lab Anatomi

dr. Sana/dr.Sueta

Lab Anatomi

dr. Sana/dr.Sueta

R. Diskusi
R. Diskusi
R.Kuliah
R.Kuliah
R.Kuliah

Tutor
Tutor
dr. Semadha
dr. Semadha
dr. Asri

R. Kuliah
Lab Biomedik

dr Toya
dr Semadha

Lab Biomedik

dr Semadha

Lab Biomedik

dr Semadha

Lab Biomedik

dr Semadha

R.Kuliah
R.Kuliah
R. Diskusi
R.Kuliah
R.Kuliah

R. Kuliah
R.Diskusi
R. Kuliah

dr. Suyasning
dr. Suyasning
Tutor
Tim Blok
dr. Sana/dr.Sueta, dr.
Semadha, dr. Asri, dr
Toya, dr Semadha
Tim Blok
Tutor
dr. Maria

Hari 2
Selasa
22 Maret 2016

10.00 - 11.00
11.00 - 12.00
12.00 - 13.00

Hari 3
Rabu
23 Maret 2016

Hari 4
Kamis
24 Maret 2016

13.00 - 15.00
08.00 10.00
10.30 11.30
11.30 12.30
12.30 13.30
13.30 14.30
08.00 09.00
09.00 10.00
10.00 11.00
11.00 12.00
12.00 - 13.00
13.00 14.00

Hari 5
Senin
28 Maret 2016

Hari 6
Selasa
29 Maret 2016

14.00 15.00
08.00 09.00
09.00 10.00
10.00 11.00
11.00 13.00
13.00 13.30
13.30 14.30
14.30 15.00
08.00 - 08.30
09.00 - 11.00
11.00 - 12.00
12.00 - 13.00
13.00 - 15.00

Belajar Mandiri
Pretest 2
Pemicu 3
Istirahat
Kuliah 11: Pemeriksaan Laboratorium Fungsi
Ginjal dan Urinalisis serta interpretasinya
Belajar Mandiri

Hari 7
Rabu
30 Maret 2016

08.00 - 09.00
09.00 10.00
10.00 11.00
11.00 - 12.00

Hari 8
Kamis
31 Maret 2016

12.00 13.00
13.00 14.00
14.00 15.00
08.00 - 09.00
09.00 10.00
10.00 11.00
11.00 12.00
12.00 13.00
13.00 15.00

Hari 9
Jumat
1 April 2016

08.00 10.00
10.00 11.00

Hari 12
Rabu
6 April 2016

Hari 13
Kamis
7 April 2016

dr Maria dan dr Ratna

Lab. Biomedik

dr Maria dan dr Ratna

Lab. Biomedik
Lab. Biomedik

dr Maria dan dr Ratna


dr Maria dan dr Ratna

R. Kuliah
R. Kuliah
R. Kuliah
R. Kuliah
R. Diskusi

dr Dewa Budiyasa
dr Wedha Asmara
dr. Sadguna
dr. Sadguna
Tutor

Lab. Skill

Instruktur

R. Kuliah

dr. Sri Wardani

R. Kuliah

dr. Eka Saputra

R. Diskusi

Tutor

R. Diskusi
R. Kuliah

Tutor
dr Oka Nurjaya

R. Kuliah

11.00 - 12.00
12.00 13.00

13.00 15.00
08.00 10.00
10.00 11.00
11.00 12.00
12.00 13.00
13.00 15.00

Keterampilan Klinis 1 (Mandiri)


Pemicu 4
Kuliah 19: Batu Ginjal dan Saluran Kemih
Kuliah 20: Retensio Urin dan BPH
Istirahat
Keterampilan Klinis 1 (Responsi)

Lab. Skill
R. Diskusi
R. Kuliah
R. Kuliah
Lab Skill

dr. Maria, dr Dewa


Budiyasa, dr Wedha
Asmara, dr. Sadguna,
dr. Sri Wardani, dr.
Eka Saputra, dr Oka
Nurjaya
Tutor
dr Tri Hartono
dr Tri Hartono
Instruktur

08.00 09.00
09.00 10.00

Kuliah 21: Tumor Sistem Urinaria


Kuliah 22: Pemeriksaan Radiologi Sistem
Urinaria (BNO, IVP, USG Ginjal)
Istirahat
Kuliah 23: Trauma Ginjal & Saluran Kencing
Kuliah 24: Kolik Renal
Belajar Mandiri
Kuliah 25: Pengantar Kateterisasi Saluran
Kencing & Sirkumsisi
Diskusi Kelompok 4
Belajar Mandiri

R. Kuliah
R. Kuliah

Prof Alit
dr. Ate

R. Kuliah
R. Kuliah
R. Kuliah

dr Sang Nyoman
dr Sang Nyoman
dr. Sang Nyoman

R. Diskusi
-

Tutor
-

12.00 13.00
13.00 14.00

Hari 11
Selasa
5 April 2016

Lab. Biomedik

COME
Kuliah 16: Infeksi Saluran Kemih Bagian
Atas dan Uncomplicated Pyelonephritis
Kuliah 17: Infeksi Saluran Kemih Bagian
Bawah
Istirahat
Presentasi Student Project (Duo 3-4) (Poster
Presentation)
Belajar Mandiri
Diskusi Kelompok 3
Kuliah 18: Sindrom Nefrotik dan Penyakit
Ginjal Kongenital
Istirahat
Kuliah Pleno (Bahan Pemicu 3, Kuliah 11-18)

11.00 12.00

Hari 10
Senin
4 April 2016

Praktikum: Urinalisis (Kelompok 1,2) /


Belajar Mandiri (Kel 3-8)
Praktikum: Urinalisis (Kelompok 3,4) /
Belajar Mandiri (Kel 1,2,5-8)
Praktikum: Urinalisis (Kelompok 5,6) /
Belajar Mandiri (Kel 1-4,7,8)
Praktikum: Urinalisis (Kelompok 7,8) /
Belajar Mandiri (Kel 1-6)
Belajar Mandiri
Kuliah 12: Penyakit Ginjal Akut
Kuliah 13: Penyakit Ginjal Kronik
Kuliah 14: Glomerulonefritis Akut
Kuliah 15: Glomerulonefritis Kronik
Belajar Mandiri
Presentasi Student Project ( Duo 1&2)
(Poster Presentation)
Istirahat
Keterampilan Klinis 1 (Terbimbing)

14.00 15.00
08.00 10.00
10.00 11.00

10.00 - 11.00
11.00 12.00
12.00 - 13.00
13.00 15.00
08.00 - 09.00
09.00 11.00
11.00 12.00

Hari 14
Jumat
8 April 2016

Hari 15
Senin
11 April 2016
Hari 16
Selasa
12 April 2016

12.00 13.00
13.00 15.00

Istirahat
Keterampilan Klinis 2 (Terbimbing)

Lab. Skill

Instruktur

08.00 10.00
10.00 11.00
11.00 12.00

COME
Belajar Mandiri
Kuliah Pleno (Bahan Pemicu 4, Kuliah 1925)

R. Kuliah

12.00 13.00

Presentasi Student Project (Duo 5) (Poster


Presentation)
Keterampilan Klinis 2 (Mandiri)
Kunjungan Lapangan: Hemodialisis
Istirahat
Keterampilan Klinis 2 (Responsi)

R. Diskusi-

dr Tri Hartono, Prof


Alit dr. Ate, dr Sang
Nyoman
Tutor

Lab Skill
RS. Sanjiwani
Lab. Skill

Tim Blok
Instruktur

Lab Anatomi

dr. Sana/dr.Sueta

Lab Anatomi

dr. Sana/dr.Sueta

Lab Anatomi

dr. Sana/dr.Sueta

Lab Anatomi

dr. Sana/dr.Sueta

Lab. Skill
Lab Histologi

Instruktur
dr. Semadha

Lab Histologi

dr. Semadha

Lab Histologi

dr. Semadha

Lab Histologi

dr. Semadha

Lab. Skill

R. Kuliah
R.Kuliah
R. Rapat
R. Rapat
Lab. Skill

Tim Blok
dr. Maria & dr Ratna
Tim Blok
Tim Blok
Instruktur

R. CBT

Tim Assesment

13.00 15.00
08.00 12.00
12.00 13.00
13.00 - 15.00
08.00 09.00
09.00 10.00

13.00 15.00

Belajar Mandiri
Ujian Praktikum 1: Anatomi (Kelompok 1,2)
/ Belajar Mandiri (Kel 4-8)
Ujian Praktikum 1: Anatomi (Kelompok 3,4)
/ Belajar Mandiri (Kel 1,2, 5-8)
Ujian Praktikum 2: Anatomi (Kelompok 5,6)
/ Belajar Mandiri (Kel 1-4, 7,8)
Ujian Praktikum 2: Anatomi (Kelompok 7-8)
/ Belajar Mandiri (Kel 1-6)
Keterampilan Klinis 3 (Terbimbing)
Belajar Mandiri
Ujian Praktikum 1: Histologi (Kelompok
1,2) / Belajar Mandiri (Kel 4-8)
Ujian Praktikum 1: Histologi (Kelompok
3,4) / Belajar Mandiri (Kel 1,2, 5-8)
Ujian Praktikum 2: Histologi (Kelompok
5,6) / Belajar Mandiri (Kel 1-4, 7,8)
Ujian Praktikum 2: Histologi (Kelompok 78) / Belajar Mandiri (Kel 1-6)
Keterampilan Klinis 3 (Mandiri)

08.30 09.00
09.00 11.00
11.00 12.00
12.00 13.00
13.00 15.00

Posttest 2
Ujian Praktikum Urinalisis
Pertemuan Mahasiswa
Pertemuan Tutor
Keterampilan Klinis 3 (Responsi)

10.00 11.00
11.00 12.00
12.00 13.00

Hari 17
Rabu
13 April 2016

13.00 15.00
08.00 09.00
09.00 10.00
10.00 11.00
11.00 12.00
12.00 13.00

Hari 18
Kamis
14 April 2016

Hari 19
Jumat
15 April 2016
Hari 20
Senin
18 April 2016

HARI PERSIAPAN UJIAN

UJIAN BLOK

PERTEMUAN EVALUASI

Pertemuan dengan Wakil Mahasiswa


Pertemuan antara Tim Blok dengan mahasiswa dimaksudkan untuk mengevaluasi Buku Blok
serta mengidentifikasi masalah-masalah dalam pelaksanaan blok (kuliah dan diskusi kelompok).
Dengan adanya evaluasi terhadap Buku Blok dan pelaksanaan Blok diharapkan menjadi
masukan untuk penyempurnaan panduan dan pelaksanaan belajar yang lebih baik. Pertemuan
dilaksanakan di ruang sidang pada hari Kamis, tanggal 14 April 2016. Mahasiswa wakil
kelompok, MEU. Prodi, dan Tim Blok diharapkan hadir pada pertemuan tersebut.

Pertemuan dengan Dosen Tutor


Pertemuan antara Tim Blok dengan tutor bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan Blok,
mengevaluasi Buku Blok serta mengidentifikasi masalah-masalah yang muncul dalam diskusi
kelompok. Dengan adanya evaluasi terhadap pelaksanaan Blok diharapkan menjadi masukan
untuk penyempurnaan Blok. Pertemuan dilaksanakan di ruang sidang pada hari Kamis, tanggal
14 April 2016. Tutor, MEU, Prodi, dan Tim Blok diharapkan hadir pada pertemuan tersebut.

10

PENILAIAN HASIL BELAJAR

Formatif:
Penilaian formatif akan dilaksanakan setiap kuliah pertama dari diskusi yang dilakukan dan saat
plenary sesion. Penilaian ini dilakukan selama proses pembelajaran untuk memberikan umpan
balik kepada mahasiswa mengenai kemajuan mereka dalam pembelajaran blok. Penilaian ini
dengan menggunakan pretest berupa MCQ sebelum kuliah berlangsung dan posttest berupa
MCQ pada saat pleno.

Sumatif:
Ujian blok akan dilaksanakan pada hari Senin, 18 April 2016. Ujian blok memakai metode
MCQ, yang memberikan kontribusi 70 % terhadap nilai sumatif. Penyusunan dan presentasi
student project memberikan kontribusi 10 % terhadap nilai sumatif. Ujian Praktikum
memberikan kontribusi masing-masing 5 % (5 % dari hasil ujian praktikum anatomi, 5 % dari
hasil ujian praktikum histologi, dan 5 % dari hasil ujian praktikum urinalisis). Kemampuan dan
perilaku yang dinilai oleh tutor saat diskusi kelompok dengan metode check list, memberikan
kontribusi 5 % terhadap nilai sumatif. Batas nilai minimal kelulusan pada Blok ini adalah 70 dari
skala 100.

11

DAFTAR PUSTAKA

Ilmu Biomedik
1. Sadler T.W. Langmans Medical Embryology. 10th Ed. USA. Lippincott Williams &
Wilkins.2006
2. Moore KL, Agur AMR. Essential Clinical Anatomy, 2nd ed. Philadelphia. Lippincott
Williams & Wilkins.2002.
3. Gartner LP. Color Textbook of Histology, 7th Ed. New York. W.B. Saunders
Company.2006.
4. Guyton AC and Jhon E Hall. Textbook of Medical Physiology, 10th ed. Philadelphia. WB
Saunders Company.2000.
5. Mitchell RN, Kumar V Abbas K, Fausto N. Robbins and Cotran. Phatologic Basis of
Disease. 7th Ed. New York. W.B. Saunders Company.2005.
6. Katzung B, Masters S. Katzung & Trevor's Basic & Clinical Pharmacology, 12 th Ed. USA.
McGraw-Hill Medical.2012

Ilmu Klinik
1. Fishbach FT, Dunning MB. A Manual of Laboratory and Diagnostic Test. 7th Ed.
Philadelphia. Lippincott Williams and Wilkins. 2004.
2. Kasper DL, et all. Harrisons Principles of Internal Medicine 17th Ed. United States of
America. McGraw Hill Medical: 2008.
3. Macfarlane MT, et all. Urology. 4th Ed. Lippincott Williams & Wilkins. 2006

12

INFORMASI LAIN-LAIN

A. TOPIC TREE

Infeksi

Struktur

Embriologi
Vaskularisasi
Inervasi
Struktur
Makroskopis
Struktur
Mikroskopis

RENAL

Metabolisme

Kongenital
Genetik

Tumor

Trauma

URINARY
SYSTEM

Infeksi
Fungsi
ekskresi

Fungsi
Fungsi
hormonal

Fungsi sekresi
Fungsi filtrasi
Fungsi
reabsorpsi

Metabolisme

Eritropoietin
hormon

Tumor
Fungsi
keseimbangan
air dan asam
basa

URINARY
TRACT

Uncomplicated
Pyelonephritis
Acute glomerulonephritis
Chronic glomerulonephritis

Renal colic
Acute renal failure
Chronic renal failure
Nephrotic syndrome
Acute tubular necrosis

Horse shoe kidney


Polycystic kidneys
symptomatic

Wilms tumor
Renal cell Carcinoma

Ruptur
Ginjal

Urinary tract
infection (UTI)

Urinary stone
diseases or urinary
calculi without colic
Hiperplasia prostat
jinak

Carcinoma of the uroterial

Ruptur kandung

Trauma

kencing
Ruptur uretra
Striktur uretra

13

B.

MUATAN NASIONAL

DAFTAR MASALAH
Daftar
Daftar Masalah
Masalah
Tambahan
Utama

DAFTAR PENYAKIT

No.
Demam

Nyeri pinggang
Nyeri saat BAK
Anyang-anyangan
Akhir kencing menetes
Pancaran kencing menurun
Frekuensi kencing
Disuria
Kencing bernanah
Perih pada ujung penis

DAFTAR KETERAMPILAN KLINIK


Keterampilan Klinik
Keterampilan Klinik
Fisik
Penunjang
SK
DI

1.

Infeksi saluran kemih


(Urinary Tract Infection)

4A

2.

Pielonefritis tanpa komplikasi


(Uncomplicated Pyelonephritis)

4A

3.

Glomerulonefritis akut
(Acute Glomerulonephritis)

3A

4.

Glomerulonefritis kronik
(Chronic Glomerulonephritis)

3A

SK
DI
Perkusi ginjal

4A

Bimanual palpasi
ginjal

4A

4A

Oliguria

Nyeri saat BAK


Kencing mengedan
Kencing tidak puas
Retensi urin
Akhir kencing menetes
Pancaran kencing menurun
Kencing bercabang
Disuria
Urgensi
Kencing merah
Anuria
Bengkak pada kaki, tangan dan
mata
Tekanan darah meningkat
Sesak

5.

6.

Kolik renal
(Renal colic)

SK
DI
Testing for blood

Preparation of
slide and
microscopy of
urine

Dip slide method


(urine culture)

Uroflowmetry

Urethral swab

Testing for blood

Dip slide method


(urine culture)

3A

Batu saluran kemih (vesika


3A
urinaria, ureter, uretra ) tanpa
kolik
(Urinary stone diseases or urinary
calculi without colic)

7.

Acute renal failure

8.

Chronic renal failure

9.

Nekrosis tubular akut


(Acute tubular necrosis)

Perkusi ginjal

Bimanual palpasi
ginjal

4A

4A

USG ginjal/foto
polos ginjal

Renal dialysis

14

Kelainan
bentuk
ginjal sejak
lahir

Urine
bercampur
darah

Nyeri perut hilang timbul


Keluar batu saat kencing

10.

Ditemukan secara insidental


saat terjadi komplikasi misal
pada keadaan infeksi pada
Horse shoe kidney
Ditemukan secara insidental
saat terjadi komplikasi gagal
ginjal pada Polycystic kidneys
symptomatic
Nyeri saat kencing
Nyeri perut
Disuria
Poliuria
Urine bercampur darah
Tidak bisakencing
Frekuensi kencing
Volume urine

11.

Ginjal polikistik simtomatik


(Polycystic kidneys symptomatic)

12.
13.

Sindrom nefrotik
Ginjal tapal kuda
(Horse shoe kidney)
Karsinoma sel renal
(Renal cell Carcinoma)
Tumor Wilms (Wilms tumor)
Ruptur ginjal

2
1

14.
15.
16.

Hiperplasia prostat jinak

2
2
3B

17.

Ruptur kandung kencing

3B

18.
19.

Ruptur uretra
Striktur uretra

3B
2

20

Karsinoma uroterial (Carcinoma


of the uroterial)

Palpasi prostat

4A

Perkusi, dan
Bimanual palpasi
ginjal

4A

USG ginjal/foto
polos ginjal

Perkusi ginjal
Bimanual palpasi
ginjal

4A

Testing for blood

USG ginjal/foto
polos ginjal

2
2

Perkusi kandung
kemih

4A

CT scan ginjal
Testing for blood

Preparation of
slide and
microscopy of
urine

15

C. SILABUS
1. Anatomi Makroskopis
a. Embriologi
Sistem ginjal intrauterin terdiri dari pronefros, mesonefros, dan metanefros (ginjal
definitif)
Proses asensus ginjal dari panggul ke abdomen
Fungsi ginjal selama di dalam kandungan
Kloaka terbagi atas sinus urogenitalis dan kanalis analis yang dipisahkan oleh
septum urorektale
Sinus urogenital terdiri dari kandung kencing, bagian pelvis sinus urogenitalis,
dan bagian pallus.
Kelainan kongenital yang terjadi akibat gangguan proses pembentukan dan
perjalan lokasi ginjal (Horse shoe kidney, Polycystic kidneys symptomatic)
b. Ginjal
Susunan ginjal yang meliputi korteks renalis (kolumna renalis dan medullary
rays), dan medulla renalis (pyramid/medulla ginjal dan papilla renis)
Hilus ginjal yang dilewati oleh arteri, vena, pembuluh limfe, saraf, dan pelvis
ginjal
Topografi / letak ginjal pada tubuh
c. Saluran Kemih
Saluran kemih meliputi kaliks minor dan kaliks mayor serta pelvis ginjal di dalam
ginjal
Saluran kemih meliputi ureter, kandung kemih, dan uretra di luar ginjal
Topografi saluran kemih (lokasi, inervasi, vaskularisasi, saluran limfe, dan tempat
penyempitan ureter)

16

2. Anatomi Mikroskopis
a. Ginjal
Medula renis terdiri dari piramid ginjal (terdiri dari loop of henle, pembuluh
darah, tubulus kolegentes) dan papilla renis merupakan apeks piramid (area
kribrosa)
Korteks renal terdiri dari korpuskulum renalis dan tubulus kontortus. Kolumna
renalis bertini (perluasan jaringan korteks berdekatan), dan medullary rays
(kelompok tubulus yang lurus terbentang dari dasar piramid ke korteks).
Lobus renalis (terdiri dari piramid ginjal dan jaringan korteks)
Lobulus renalis (terdiri dari medullary ray)
Jaringan interstisial ginjal (fibroblast, sel mononuklear, perisit, sel-sel intertisial)
Nefron (terdiri atas korpuskulum renalis, tubulus kontortus proksimal, lengkung
henle dan tubulus kontortus distalis) kortikal dan juxtamedularis

Korpuskulum renalis (terdiri atas glomerulus dan kapsula bowman sebagai


tempat filtrasi darah)
Kapsula Bowman (lapis parietalis, lapis viseralis, ruang bowman, polus
vaskularis, polus urinarius)
Podosit (membentuk lapis visceral kapsula bowman, beberapa juluran
primer, serta juluran sekunder (pedikel). Celah filtrasi (diafragma) ruang
diantara pedikel.
Glomerulus ginjal (sel endotel, lamina basalis, mesangium)
Sawar filtrasi ginjal (endotel fenestrata, lamina basalis, celah filtrasi)
membentuk ultrafiltrat dari plasma darah

Tubulus kontortus proksimal (epitel kubis samapi torak)

Lengkung henle (pars recta dengan epitel selapis kubis, segmen tipis dengan
epitel selapis gepeng)

Aparatus JG (sel-sel Juksta Glomerulus mensintesis rennin, sel-sel macula


densa, sel-sel mesangial ekstraglomerular/ sel polkissen/sel lasis)

Tubulus kontortus distalis

Tubulus penghubung

Tubulus pengumpul/ kolegentes (kortikalis, medularis, papilaris)


17

b. Saluran Kemih
Kaliks minor, kaliks mayor, dan pelvis renalis (epitel transisional)
Ureter (epitel transisional, lapisan muskularis, gelombang peristaltik)
Kandung kemih (epitel transisional, lamina propia, jaringan ikat fibroelastis dan
lapisan otot)
Uretra (dua lapis muscular, sfingter eksternus dari otot skelet).

Uretra pria (bagian prostatika dengan epitel transisional, membranosa dan


kavernosa dengan epitel bertingkat dan epitel berlapis torak) terdapat kelenjar
Littre

Uretra wanita epitel berlapis gepeng, mungkin ada kelenjar Littre

3. Fisiologi
a. Fungsi ginjal
Proses filtrasi pada glomerulus,
Proses reabsorpsi dan sekresi pada tubulus (tubulus kontortus proksimalis, loop of
henle, tubulus kontortus distalis, tubulus kolegentes) dan proses pembentukan
urine
Proses sekresi renin dan eritropoietin
b. Fungsi saluran kemih
Proses penyaluran urine
Proses miksi (vesika urinaria dan uretra)
4. Biokimia
a. Peran ginjal pada keseimbangan air dan asam basa
b. Pengaturan keasaman urine (pH urine)
5. Farmakologi
a. Obat-obat yang berpengaruh pada glomerulus dan tubulus
b. Obat-obat yang bersifat toksik terhadap ginjal
c. Eksresi obat di ginjal
6. Infeksi pada Ginjal dan Saluran Kemih
a. Patofisiologi infeksi ginjal dan saluran kemih (sumber infeksi, proses perjalanan
infeksi, menimbulkan keluhan dan gejala
b. Membedakan gejala klinis yang terjadi pada infeksi pada ginjal dan saluran kemih
18

c. Pemeriksaan fisik pada infeksi ginjal dan saluran kemih (nyeri pada daerah ginjal
bimanual palpasi ginjal, nyeri ketok kostovertebra)
d. Pemeriksaan penunjang: pemeriksaan darah, persiapan dan pemeriksaan sedimen urin
(menyiapkan slide dan uji mikroskopis urin), metode dip slide (kultur urin), foto polos
abdomen, USG ginjal dan salurannya, uroflometri, CT scan
e. Menegakkan diagnosa pasti
f. Penanganan:
Terapi Pyelonefritis tanpa komplikasi (pemberian antibiotika, antiinflamasi,
antipiretika, edukasi, follow-up)
Infeksi saluran kemih (pemberian antibiotika, antiinflamasi, antipiretika, edukasi,
follow-up)
Glomerulonefritis akut (pemberian terapi awal sesuai keluhan yaitu analgetik,
antiinflamasi, merujuk)
Glomerulonefritis kronik (pemberian terapi awal sesuai keluhan yaitu analgetik,
antiinflamasi, merujuk)
7. Gangguan Metabolisme Ginjal dan Saluran Kemih
a. Proses pembentukan batu (berbagai jenis batu)
b. Patofisiologi terjadinya kolik
c. Membedakan gejala klinis yang terjadi pada gangguan metabolism ginjal dan saluran
kemih
d. Pemeriksaan fisik (nyeri pada daerah ginjal, bimanual palpasi ginjal, nyeri ketok pada
daerah kostovertebra)
e. Pemeriksaan penunjang: pemeriksaan darah, persiapan dan pemeriksaan sedimen urin
(menyiapkan slide dan uji mikroskopis urin), foto polos abdomen
f. Penanganan:
Kolik renal (pemberian terapi awal sesuai keluhan yaitu analgetik, merujuk)
Batu saluran kemih tanpa kolik (pemberian terapi awal sesuai keluhan, merujuk)
Gagal ginjal akut (merujuk)
Gagal ginjal kronik (merujuk)
Hiperplasia prostat jinak (merujuk)
Nekrosis tubular akut (merujuk)
19

8. Trauma
a. Gejala klinis trauma pada ginjal dan saluran kemih
b. Pemeriksaan fisik (bimanual palpasi ginjal, nyeri ketok ginjal, palpasi kandung kemih)
c. Pemeriksaan penunjang: foto polos abdomen,USG ginjal
d. Penanganan:
Ruptur ginjal (pemberian terapi awal sesuai keluhan yaitu analgetik, merujuk)
Ruptur kandung kemih (pemberian terapi awal sesuai keluhan yaitu analgetik,
merujuk)
Ruptur uretra (pemberian terapi awal sesuai keluhan yaitu analgetik, merujuk)
9. Tumor
a. Proses terjadinya tumor (idiopatik)
b. Membedakan gejala klinis yang terjadi pada tumor ginjal dan saluran kemih
c. Pemeriksaan fisik
d. Pemeriksaan penunjang: USG ginjal
e. Penanganan:
Karsinoma sel renal (merujuk)
Tumor Wilms (merujuk)
Karsinoma uroterial (merujuk)
10. Kongenital anomali dan genetik
a. Proses terjadinya kelainan kongenital (embriologi ginjal)
b. Membedakan gejala klinis yang terjadi pada kelainan kongenital
c. Pemeriksaan fisik
d. Pemeriksaan penunjang: pada saat pemeriksaan USG ginjal, sebagai screening untuk
gangguan ginjal lainnya.
e. Penanganan:
Ginjal polikistik simptomatik (merujuk)
Ginjal tapal kuda (merujuk)
Sindrom nefrotik (merujuk)

20

PROGRAM PEMBELAJARAN

21

PEMICU 1

Ginjal merupakan salah satu organ yang sangat penting dan terletak di retroperitoneal space
rongga abdomen tubuh manusia (Gambar 1). Ginjal ada sepasang (kanan dan kiri) yang letaknya
tidak sama tinggi. Ginjal memperoleh suplai pempuluh darah dari cabang aorta abdominal dan
aliran darah balik mengalir ke inferior vena cava. Persarafan ginjal dari renal plexus, sedangkan
saluran kencing bawah memperoleh persarafan dari nervus pudendal.
Dalam proses pembentukan ginjal dan salurannya di dalam kandungan, terdapat 3 sistem
yang sedikit overlapping, yaitu pronefros, mesonefros, dan metanefros. Posisi ginjal pada saat ini
mengalami pergeseran yang semula di rongga panggul naik menuju rongga abdomen (Gambar
2).

Gambar 1. Topografi dan penampang ginjal dan saluran urinaria.

22

Gambar 2. Embriologi dan proses asensus ginjal.

Untuk diagnosis dan penanganan kelainan-kelainan sistem urinaria, seorang dokter harus mampu
menjelaskan anatomi makroskopis sistem urinaria.

Catatan Tutorial
Langkah 1. Identify and Clarify unfamiliar term Identifikasi dan klarifikasi istilah yang belum
dipahami.

Langkah 2. Define the problem merumuskan daftar masalah.

23

Langkah 3. Brainstormingbased on prior knowledge curah pendapat berdasarkan pengetahuan awal.

Langkah 4. Analyze, review, and organize tentative explanation (hipotesis) Analisa, kaji, dan susun
dugaan awal (hipotesis).

24

Langkah 5. Formulate learning objectives perumusan tujuan pembelajaran.

Langkah 6. Independent study and infromation gathering belajar mandiri dan mencari informasi.

Langkah 7. Shares, synthesis, and summarizes the results of independent study bagi, olah, dan
rangkum hasil belajar mandiri.

25

Mind Mapping dan/atau Skema

26

PEMICU 2

Secara mikroskopis ginjal terdiri dari 2 lapisan yaitu medulla dan korteks yang di dalamnya
terdapat struktur nefron (Gambar 3). Urine yang terbentuk pada struktur tersebut, disalurkan ke
saluran kemih yaitu ureter, kandung kencing dan uretra sebagai saluran pembuangan.
Sebagaimana organ tubuh lainnya, ginjal juga dilayani oleh vaskuler, sistem saraf, dan kelenjar
limfe.

Proses filtrasi

Gambar 3. Struktur mikroskopis ginjal.

Proses pembentukan urine dimulai dari glomerulus dengan terjadinya filtrasi dilanjutkan
ke tubulus dengan terjadinya proses reabsorpsi dan sekresi unsur-unsur yang ada dalam filtrate
(Gambar 4). Proses ini berperan dalam memelihara keseimbangan air dan asam basa dalam
tubuh. Setelah melalui tubulus, urine dikeluarkan melalui saluran kemih melalui reflex miksi
untuk dibuang keluar tubuh (Gambar 4).
Pada sekitar glomerulus terdapat struktur khusus yang memiliki fungsi tidak berkaitan
dengan proses pembentukan urine. Penanganan penyakit yang berhubungan dengan ginjal
berpedoman pada fungsi tersebut.

27

Gambar 4. Proses pengaturan keseimbangan asam basa dalam tubulus ginjal (kiri)
dan reflex miksi (kanan).

Catatan Tutorial
Langkah 1. Identify and Clarify unfamiliar term Identifikasi dan klarifikasi istilah yang belum
dipahami.

Langkah 2. Define the problem merumuskan daftar masalah.

28

Langkah 3. Brainstormingbased on prior knowledge curah pendapat berdasarkan pengetahuan awal.

Langkah 4. Analyze, review, and organize tentative explanation (hipotesis) Analisa, kaji, dan susun
dugaan awal (hipotesis).

29

Langkah 5. Formulate learning objectives perumusan tujuan pembelajaran.

Langkah 6. Independent study and infromation gathering belajar mandiri dan mencari informasi.

Langkah 7. Shares, synthesis, and summarizes the results of independent study bagi, olah, dan
rangkum hasil belajar mandiri.

30

Mind Mapping dan/atau Skema

31

PEMICU 3

Santi, perempuan berumur 25 tahun, datang ke Puskesmas Sukawati dengan keluhan menderita
badan panas yang tidak turun disertai dengan sakit pada pinggang sejak 3 hari yang lalu. Pada
saat ditanyakan oleh dokter, Santi menyatakan sakit pinggangnya menetap dan tidak terlalu sakit.
Dia juga menyatakan, air kencingnya juga keruh seperti air cucian beras.
Setelah selesai melakukan anamnesa, dokter puskesmas menganalisa kemungkinan Santi
menderita gangguan pada sistem urinaria. Dokter kemudian melakukan pemeriksaan fisik
abdomen untuk mencari kemungkinan gangguan pada ginjal dan saluran kemih. Setelah selesai,
dokter menyarankan Santi untuk melakukan pemeriksaan laboratorium urin dan darah.
Besok harinya, Santi kembali ke Puskesmas tersebut dengan membawa hasil
laboratorium urin dan darah. Dari hasil pemeriksaan laboratorium tersebut, dokter
menyimpulkan Santi menderita infeksi sistem urinaria. Dokter menjelaskan kepada Santi tentang
perjalanan penyakitnya dan rencana penanganan yang akan dilakukan.

Catatan Tutorial
Langkah 1. Identify and Clarify unfamiliar term Identifikasi dan klarifikasi istilah yang belum
dipahami.

Langkah 2. Define the problem merumuskan daftar masalah.

32

Langkah 3. Brainstormingbased on prior knowledge curah pendapat berdasarkan pengetahuan awal.

Langkah 4. Analyze, review, and organize tentative explanation (hipotesis) Analisa, kaji, dan susun
dugaan awal (hipotesis).

33

Langkah 5. Formulate learning objectives perumusan tujuan pembelajaran.

Langkah 6. Independent study and infromation gathering belajar mandiri dan mencari informasi.

Langkah 7. Shares, synthesis, and summarizes the results of independent study bagi, olah, dan
rangkum hasil belajar mandiri.

34

Mind Mapping dan/atau Skema

35

PEMICU 4

Seorang laki - laki 58 tahun bernama Agus, datang ke poliklinik penyakit dalam RS Sanjiwani
dengan keluhan kencing bercampur darah. Dokter bertanya lebih dalam berbagai kemungkinan
riwayat trauma, kencing batu, dan nyeri pinggang.
Untuk menegakkan diagnosis, dokter melakukan pemeriksaan fisik yang lebih pasti.
Selanjutnya menyarankan untuk dilakukan pemeriksaan penunjang. Setelah menyimpulkan hasil
pemeriksaan tersebut, dokter merencanakan penanganan lebih lanjut dan memberikan edukasi
kepada Agus dan keluarganya.

Catatan Tutorial
Langkah 1. Identify and Clarify unfamiliar term Identifikasi dan klarifikasi istilah yang belum
dipahami.

Langkah 2. Define the problem merumuskan daftar masalah.

Langkah 3. Brainstormingbased on prior knowledge curah pendapat berdasarkan pengetahuan awal.

36

Langkah 4. Analyze, review, and organize tentative explanation (hipotesis) Analisa, kaji, dan susun
dugaan awal (hipotesis).

Langkah 5. Formulate learning objectives perumusan tujuan pembelajaran.

37

Langkah 6. Independent study and infromation gathering belajar mandiri dan mencari informasi.

Langkah 7. Shares, synthesis, and summarizes the results of independent study bagi, olah, dan
rangkum hasil belajar mandiri.

38

Mind Mapping dan/atau Skema

39

STUDENT PROJECT

STUDENT PROJECT
Student project (SP) pada blok Sistem Urinaria dan Kelainannya bertujuan untuk
memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mempelajari topik pada blok ini secara lebih
mendalam. Tugas dikerjakan secara berpasangan (duo) berdasarkan nomor urut dalam kelompok
diskusi kecil (SGD). Masing-masing duo membuat 2 summary article berupa ringkasan buku dan
artikel jurnal ilmiah DAN 2 poster. Pada saat pembelajaran blok, masing-masing duo diberikan
kesempatan mempresentasikan poster yang telah mereka buat untuk mendapatkan penilaian.

TOPIK STUDENT PROJECT


Masing-masing duo SP dalam setiap SGD dipersilahkan membuat 1 summary dan 1
poster dari kedua topik yang disediakan:

Duo 1, anggota no 1 & 2

A Sindrom Nefrotik
B Karsinoma Sel Renal

Duo 2, anggota no 3 & 4

A Ginjal Polikistik Simtomatik


B Tumor Wilms

Duo 3, anggota no 5 & 6

A Nekrosis Tubular Akut


B Ginjal Tapal Kuda

Duo 4, anggota no 7 & 8

A Gagal Ginjal Akut


B Striktur Uretra

Duo 5, anggota no 9 & 10

A Dialisis Ginjal
B Karsinoma Ureterial

Trio, anggota no 11 dengan Duo 5

Glomerulonephritis Akut

40

PETUNJUK STUDENT PROJECT


A. Petunjuk Summary
Laporan summary berisikan:

Cover dengan isi Logo FKIK Unwar dan Judul, Nama penulis (daftar nama), Nama
Institusi, Fakultas, Bulan, Tahun

Kata Pengantar

Daftar Isi

Summary (minimal 4 halaman dan maksimal 10 halaman)

Daftar Pustaka

Lampiran (lampirkan minimal 2 referensi (artikel jurnal atau textbook) dengan syarat
artikel minimal 5 tahun terakhir, textbook minimal 10 tahun terakhir)

Summary ini merupakan materi yang akan dipresentasikan dalam bentuk poster

B. Petunjuk Poster
1. Umumnya materi yang ditampilkan dalam poster ilmiah adalah (hasil) suatu penelitian,
namun untuk proses pembelajaran topik dalam blok ini, materi yang ditampilkan merupakan
summary SP mahasiswa.
2. Poster dibuat dalam ukuran kertas A1 (jenis kertas bebas)
3. Poster terdiri dari judul poster, nama penulis, abstrak, isi poster/materi, dan referensi
4. Referensi yang digunakan minimal 4 referensi (1 buku dan 3 artikel ilmiah) dalam 5 tahun
terakhir
5. Prinsip pembuatan poster dapat diunduh di sejumlah website pendidikan.
6. Berikut ini salah satu contoh langkah pembuatan poster dengan menggunakan ms
powerpoint:
a. Buka aplikasi Microsoft Powerpoint
b. Pilih new presentation
c. Kemudian pilih page setup, mengatur layout dengan width = 36 dan height =
48 (dapat disesuaikan)
d. Setelah hal tersebut dilakukan pemasukan gambar dan teks (materi poster) ke
dalam slide

41

e. Setelah gambar dan slide dirasakan sesuai, kemudian melakukan pengaturan


warna backgroud dengan cara : klik kanan pada bagian backgroud slide (jangan
yang ada tulisan dan gambarnya), kemudian pilih slide backgroud kemudian
pilih more colors dan pilih warna yang sesuai.
f. Demikian juga dengan warna background tulisan dapat dilakukan pengaturan
sebagai berikut : klik kanan pada background tulisan, kemudian pilih Format
Auto Shape kemudian kemudian lihat menu fill kemudian pilih warna yang
dirasakan sesuai.
g. Setelah poster jadi, kemudian disimpan dalam format gambar (JPEG, PNG).
h. Poster akan dipresentasikan dalam bentuk e-poster.

EVALUASI STUDENT PROJECT


Summary dan poster akan dinilai oleh dosen tutor kelompok lain. Pada saat maju
presentasi, topik yang akan dipresentasikan akan diacak antara kedua anggota duo (atau trio).
Penilaian kualitas (isi, bentuk, tampilan) summary dan poster akan sama antara anggota duo/trio,
sedangkan penilaian presentasi akan berbeda sesuai performa setiap mahasiswa. Nilai SP
berkontribusi 10 % terhadap nilai sumatif.

42

KEGIATAN PRAKTIKUM

1. Praktikum Anatomi Makroskopis


Praktikum anatomi makroskopis akan dilakukan pada di Laboratorium anatomi FKIK
Unwar.
a. Praktikum pada cadaver, yang perlu diketahui dan diharapkan mahasiswa sudah
memahami terlebih dahulu struktur makroskopik ginjal dan saluran kemih.
1. Level kidney dibanding vertebra dan perbedaan level right and left kidney
2. Lokasi, bentuk, dan pembungkus kidney
3. Organ-organ yang menempel langsung/tak langsung dengan kidney
4. Panjang right dan left vessel of the kidney
5. Jalannya ureter mulai dari utero-pelvic junction sampai masuknya ke urinary
bladder
6. Lokalisasi urinary bladder
7. Bentuk, facies dan bagian-bagian urinary bladder
8. Perhatikan trigonum vesica pada mukosa urinary bladder
9. Perhatikan perbedaan urethra pada perempuan dan laki-laki mulai dari internal
urethral orifice sampai external urethra orifice.
b. Tujuan praktikum
Mahasiswa mengetahui struktur makroskopis ginjal dan saluran kemih
c. Panduan pelaksanaan
Mahasiswa sejumlah 83 orang dibagi menjadi 4 kelompok, tiap kelompok dibimbing
oleh dosen pengajar anatomi.
d. Hasil yang ingin dicapai
Pengetahuan mahasiswa meningkat tentang anatomi makroskopis ginjal dan saluran
kemih.

43

2. Praktikum Histologi
Praktikum Histologi modul Urinary System akan dilaksanakan dalam 1 kali pertemuan
pada minggu ke -1 sesuai dengan jadwal yang sudah di atur dalam Buku Modul Blok
Sasaran Pembelajaran Terminal Praktikum Histologi adalah :
Mahasiswa Kedokteran FKIK bila dihadapkan kepada preparat histologi mampu
mengidentifikasi dan menjelaskan struktur histologis normal organ ginjal, ureter, vesica
urinaria, dan urethra beserta fungsinya.
Sasaran Pembelajaran Penunjang Praktikum Histologi Modul Urinaris adalah:
Organ Ginjal, Ureter, Vesica Urinaria, Urethra
Topik

Preparat Histologi

Tujuan Praktikum dan struktur yang harus dicari

1. Ginjal

Cortex ginjal

Mengidentifikasi dan mempelajari struktur histologis kortex


ginjal serta kaitannya dengan fungsinya
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

1. Loop of Henle
Henle tebal descending
Henle tipis
Henle tebal ascending
2. Collecting tubule (Ductus colligentes)

Medulla Ginjal

2.

Saluran Papilla

Keluar Urine

Capsula Bowman
Glomerulus
Tubulus contortus proximalis (TC I)
Tubulus contortus distalis (TCD)
Macula densa
Urinary pole
Vascular pole
Arteria interlobularis

Calyx

renalis, Mengidentifikasi dan mempelajari struktur histologis pada


minor, saluran keluar urine serta kaitannya dengan fungsinya

Calyx

mayor,

Pelvis renalis

1.
2.
3.
4.

Papilla renalis
Calyx minor
Calyx mayor
Pelvis renalis
44

Mengidentifikasi dan mempelajari struktur histologis


pada saluran keluar urine serta kaitannya dengan
fungsinya

Ureter

Vesica Urinaria

Lumen berbentuk bintang


Dindingnya terdiri dari 3 lapis yaitu lapisan mukosa,
lapisan muskularis dan lapisan adventitia
Lapisan mukosa terdiri dari epitel peralihan, basal
lamina dan lamina propria
Lapisan muskularis terdiri dari 2 lapis otot polos
sebelah dalam arah longitudinal dan sebelah luar arah
sirkuler
Lapisan adventitia terdiri dari jaringan ikat
fibroelastis

Mengidentifikasi dan mempelajari struktur histologis yang


terdapat pada vesica urinaria serta kaitannya dengan
fungsinya.
LAPISAN MUKOSA
Terdiri dari epitel peralihan, muskularia mukosa dan
lamina propria
Dalam keadaan kosong sel epitel terdiri 6-8 lapis,
sedang dalam keadan terisi terdiri dari 2-3 lapis
Muskularis mukosa terdiri dari otot plos yang
terputus-putus
Lamina proprianya relatif tebal
LAPISAN MUSKULARIS
Terdiri dari 3 lapis otot polos arah dari dalam ke luar
: longitudinal sirkuler longitudinal
Lapisan otot sirkuler paling tebal terutama pada
daerah SPHINCTER

45

LAPISAN ADVENTITIA
Terdiri dari jaringan ikat fibroelastik
Urethra

Mengidentifikasi dan mempelajari struktur histologis yang


terdapat pada Urethra serta kaitannya dengan fungsinya.

Epithelium of urethra

Transitional epithelium
At the proximal end (near the bladder)

Stratified and pseudostratified columnar


mid urethra (in males)
Stratified squamous epithelium
At the distal end (near the urethral
opening)

Lingkup Praktikum
A. Ginjal, Ureter, Vesica Urinaria Urethra dan struktur di sekitarnya
Waktu Praktikum
Satu kali pertemuan selama 1,5 jam .

Metode Praktikum
A. Kuliah pengantar praktikum selama 20 menit
B. Praktikum mempelajari dan mengidentifikasi struktur histologi dengan
menggunakan mikroskop cahaya dengan bimbingan para pembimbing
praktikum
C. Melihat demonstrasi sajian / foto histologi
D. Membuat gambar sajian histologis yang dipelajari pada buku gambar

46

Sumber Daya Manusia


Satu orang tutor untuk tiap grup dengan jumlah mahasiswa 8-10 mahasiswa/grup

Sarana dan Prasarana


A.
B.
C.
D.

Ruang praktikum histology


Mikroskop
Buku gambar dan peralatan gambar
Preparat histologi

Evaluasi
Gambar Histologis
Ujian praktikum

Referensi
1. Organs of Urinary System in di Fiores Atlas of Histology with functional correlations,
pp 303-315, Lippincott Williams & Wilkins, USA, 2000

47

3. Praktikum Patologi Klinik


Praktikum patologi klinik akan dilakukan di Laboratorium Basah Lantai III FKIK Unwar.
a. Dasar Teori: pemeriksaan urin merupakan uji saring dari beberapa penyakit,
misalnya diabetes melitus, gangguan faal hati, batu ginjal, infeksi saluran kencing.
Pemeriksaan urin dapat dibedakan secara makroskopis dan mikroskopis
Makroskopis:
-

warna, jumlah, bau.

Kimia urin: berat jenis, pH, reduksi, protein, eritrosit, lekosit, keton,
urobilinogen, billirubin.

Mikroskopis : pemeriksaan sedimen


Jenis urine yang akan diperiksa :
1. Urin pagi: test kehamilan
2. Urin sewaktu: test urin rutin
3. Urin post prandial: DM
4. Urin 24 jam : fungsi ginjal
b. Prosedur pelaksanaan
Urinalisis
Cara pengambilan sampel urin:
1. Bersihkan sekitar kemaluan,
2. Kencing pertama dibuang, tahan
3. Kencing berikutnya tampung di wadah bersih, kering, berlabel untuk urin
rutin, sedangkan dengan wadah steril untuk kultur.
Cara melakukan pemeriksaan mikroskopis
1. Tampung kurang lebih 7 8 cc urin
2. Kocok supaya merata kemudian masukkan tabung sentrifus
3. Pusingkan selama 5 menit dg kecepatan 1500 2000 rpm
4. Tuang cairan dari tabung kemudian kocok sisa cairan
5. Tuangkan hasil kocokan (sedimen) di obyek glass
6. Tutup dengan cover glass
7. Lihat di mikroskop, turunkan kondensos, kecilkan diafragma
8. Lihat dengan obyektif 10 x kemudian 40 x
48

9. Lapor hasil yg tampak


Hasil yang dapat diperoleh:
1. Sel epitel: sel berinti 1, ukuran lebih besar dari lekosit bentuk macam2
2. Lekosit : bulat berbutir halus
3. Eritrosit: bentuk sepertisel eritrosit di darah
4. Silinder//torak
5. Hialin: tidak berwarna,ujung membulat seperti tabung
6. Granular dalam bentukan seperti tabung tampak butir halus dan kasar
7. Lilin: lebih besar dari hialin di tepi tampak lekukan
8. Eritrosit: di dalam bentukan tabung terdapat sel-sel eritrosit
9. Lekosit: di dalam bentukan tabung terdapat sel-sel lekosit
10. Lemak:di dalam bentukan tabung terdapat sel-sel lemak
11. Oval fat bodies: sel epitel yang mengalami degenerasi lemak, bentuk bulat
12. Lain-lain : parasit, bakteri, spermatozoa
Note: Pemeriksaan urin jangan lebih dari 3 jam
Kultur
Persiapan pasien
-

Bersihkan sekitar kemaluan

Kencing pertama buang, tahan kencing berikutnya masukkan dalam wadah steril

Tutup wadah dibuka saat urin masuk

Langsung tutup kembali

Beri identitas lengkap

Masukkan dalam cool box dan segera kirim ke Laboratorium Mikrobiologi

Note: Pasien yg memakai kateter urin yg masih di kateter dibuang dulu


Prosedur lainnya sama.

49

KETERAMPILAN KLINIK

Ketrampilan klinik akan dilakukan pada sesuai jadwal di Laboratorium Ketrampilan Klinik
FKIK Unwar dan dibimbing oleh pembimbing Clinical Skill. Modul lengkap keterampilan klinik
akan dibagikan terpisah kepada mahasiswa. Adapun keterampilan klinik yang diajarkan dalam
blok ini antara lain:
1. Keterampilan Klinis 1: Anamnesis gejala sistem urinaria dan pemeriksaan fisik sistem
urinaria (pemeriksaan bimanual ginjal, nyeri ketok ginjal, perkusi kandung kemih, dan
palpasi prostat)
2. Keterampilan Klinis 2: Keterampilan terapeutik pemasangan kateter uretra
3. Keterampilan Klinis 3: Sirkumsisi

50

ABSTRAK KULIAH

Anatomi Ginjal dan Saluran Urinaria

Urinary system terdiri dari kidney, ureter, urinary bladder dan urethra.
Kidney
Ginjal ada sepasang, berbentuk kacang kara dan letaknya retroperineal di dalam abdominal
cavity, berfungsi untuk memproduksi urine. Terletak antara Th.12 sampai L3 dan pada masingmasing mempunyai hubungan dengan daerah sekitar yang kanan berhubungan dengan organ
abdomen kanan atas dan yang kiri dengan yang kiri atas.
Pada tiap-tiap kidney mempunyai margin medial dan lateral, surface (anterior dan
posterior), dan pada medial margin terdapat renal hilum yang dilalui oleh renal pelvis, vessels
dan nerve.
Vaskularisasi: right dan left renal artery cabang dari aorta abdomalis pecah menjadi
anterior dan posterior branches kemudian masing-masing bercabang menjadi segmental renal
artery (5) interlobaris artery arcuate arteries Interlobularis arteries arteriole
glomerulis afferent glomerulus arteriole glomerulis efferent capiler vena dan ada
cabang efferent ke medulla c arteries vassa Rectae ( a-v shunt) interlobularis vein
dst.Venanya adalah renal vein akan menuju IVC. Cairan lymphe akan dituangkan ke lumbar
lymphatic. Innervasi dari plexus renalis (symphathetic dan parasymphatetic).

Ureter
Ureter adalah muscular duct sempit, letaknya retroperitoneal abdominal
cavity dan
extraperitoneal di pelvic cavity. Ureter berfungsi menyalurkan urine dari kidney menuju urinary
bladder dan mengalami 3 kali penyempitan yaitu pelvic ureter junction,persilangan dengan
a.iliaca communis, dan intra mural. Yang paling sempit saat menembus dinding urinary bladder.
Vaskularisasi: cab. aorta abdominal, renal artery, testicular/ovarian artery dan venanya renal
vein,testicular/ovarian vein dan semua ini akan menuju ke IVC. Innervasi: plexus renalis
Urinary bladder
Kandung kencing mempunyai dinding otot tebal (detrusor muscles), letaknya subperitoneal di
pelvic cavity, berfungsi menampung urine. Bentuk, ukuran dan posisinya tergantung dari umur
dan isinya. Mempunyai 4 surfaces (superior, inferolateral (2) dan posterior). Terdiri dari apex,
body, fundus, neck dan uvula.
Vaskularisasi: cabang internal iliac arteries (superior, inferior vesical arteries) dan untuk
female yang inferior diganti oleh vaginal arteries. Vena: vesical venosus plexus (bergabung
dengan prostatic venous plexus) internal iliac venous. Detrusor muscles mendapat inervasi
dari parasymphatetic dan symphatetic nerve vesical nerve plexus.
51

Urethra
Uretra berbeda pada laki-laki dan pada perempuan. Pada perempuan urethranya pendek mulai
dari internal urethral orifice (pada urinary bladder) sampai external urethral orifice (pada
vestibule vagina dan sphincternya kurang baik). Pada laki-laki, urethranya panjang terdiri dari 4
bagian yaitu intramural/preprostatic part (dengan internal urethral sphincter), prostatic part,
intermediate/membranous part(dengan external spincter) dan penile/spongy part yang berakhir
pada ujung penis sebagai external urethral orifice.
Vaskularisasi : bladder neck dan prostatic part inferior vesical dan middle rectal
arteries; intermediate dan spongy part internal pudendal artery. Vena mengikuti arteri dan
lymphatic vessel menuju internal iliac lymph nodes dan ada yang ke external iliac lymph node;
spongy part langsung ke inguinal lymph nodes. Innervasi: pudendal nerve dan prostatic plexus.

Embriologi Ginjal dan Saluran Urinaria

Sistem urinaria berasal dari intermediet mesoderm yang mengalami tiga fase, yaitu pronephrose,
mesonephrose dan metanephrose. Kidney asalnya dari metanefric blastema dan urethtric bud
(cabang dari mesonephric duct/ wolvian duct. Metanephric blastema membentuk nefron,
sedangkan urethric bud membentuk mulai dari collecting duct, renal pelvis, ureter, dan bagian
posterior urinary bladder.
Urogenital sinus yang merupakan bagian dari kloaka, dalam perkembangan selanjutnya
akan membentuk urinary bladder dan urethra pada laki-laki. Sedangkan pada wanita, sinus ini
membentuk urinary bladder, urethra, dan vestibule vagina.

Histologi Ginjal dan Saluran Urinaria

Pengantar
Sistem urinaris tersusun atas ginjal, ureter, vesica urinaria, dan urethra. Berfungsi
membantu terciptanya homeostasis dan pengeluaran sisa -sisa metabolisme. Ginjal selain
berfungsi sebagai alat ekskresi juga berperan menghasilkan hormon seperti: reninangiotensin, erythropoetin, dan mengubah provitamin D menjadi bentuk aktif (vit.D).
52

Ginjal berbentuk seperti buah kacang buncis pada beberapa spesies he wan Mammalia.
Paling luar diselubungi oleh jaringan ikat tipis yang disebut kapsula renalis. Bagian ginjal
yang membentuk cekungan disebut hilum. Pada hilum terdapat bundel saraf, arteri renalis,
vena renalis, dan ureter.
Ginjal dapat dibedakan menjadi bagian korteks yakni lapisan sebelah luar warnanya
coklat agak terang dan medulla yaitu lapisan sebelah dalam warnanya agak gelap. Pada
korteks renalis banyak dijumpai corpusculum renalis Malphigi, capsula Bowmani yang
terpulas gelap, sedangkan pada medulla banyak dijumpai loop of Henle.

Suplai Darah Ginjal


Ginjal mendapatkan suplai darah dari aorta abdominalis yang bercabang menjadi arteri
renalis, > arteri interlobaris > arteri arcuata > arteri interlobularis > arteriole
aferen > glomerulus > arteriole eferen > kapiler juxta glomerulare > peritubuler >
vena interlobularis > vena arcuata > vena interlobularis > vena renalis.

Arteriole afferen
Pada arteriole aferen dekat dengan badan Malphigi terdapat sel-sel juxtaglomeruler
yang merupakan modifikasi otot polos befungsi menghasilkan enzim renin. Enzim renin
berfungsi mengaktifkan angiotensinogen menjadi angiotensin I, selanjutnya angiotensin I
oleh converting enzim diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II berfungsi merangsang
sekresi hormon aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron berperan meningkatkan
reabsorpsi ion Na dan klorida pada tubulus kontortus distal.

Nefron
Tiap ginjal tersusun atas unit struktural dan fungsional dalam pembentukan urin yang
dinamakan nefron (nephron). Tiap nefron terdiri atas bagian yang melebar yang
dinamakan korpuskula renalis atau badan malphigi, tubulus kontortus proksimal, lengkung
Henle serta tubulus kontortus distal.

Korpuskula renalis
Korpuskula renalis terdiri atas glomelurus dan dikelilingi oleh kapsula Bowmann.
53

Glomeruli
Glomerulus merupakan anyaman pembuluh darah kapiler yang ruwet yang merupakan
cabang dari arteriole aferen. Pada permukaan luar kapiler glomeruli menempel sel berbentuk
spesifik dan memiliki penjuluran-penjuluran yang disebut podosit (sel kaki). Antara sel-sel
endotel kapiler dan podosit membentuk strukrur
kontinyu yang berlubang-lubang yang memisahkan darah yang terdapat dalam kapiler
dengan ruang kapsuler. Podosit berfungsi membantu filtrasi cairan darah menjadi cairan ultra
filtrat (urin primer). Cairan ultra filtrat ditampung di dalam ruang urin yaitu ruang antara
kapiler dengan dinding kapsula Bowmani dan selanjutnya mengalir menuju tubulus contortus
proksimal. Komposisi kimia cairan ultra filtrat hampir sama dengan plasma darah.

Capsula Bowman
Lapisan parietal kapsula bowman terdiri atas epitel selapis gepeng(pipih). Ruang
kapsuler berfungsi menampung urine primer (ultra filtrat). Sel podosit, sel epitel kapsula
Bowman yang mengalami spesialisasi untuk filtrasi cairan darah. Oleh karena itu komposisi
cairan ultra filtrat hampir sama dengan plasma darah kecuali tidak mengandung protein
plasma.

Sel Mesangial
Pada sel-sel endotel dan lamina basalis kapiler glomerulus terdapat sel mesangial yang
berperan sebagai makrofage.

Tubulus Kontortus Proksimal


Tubulus kontortus proksimal kebanyakan terdapat di bagian korteks ginjal. Mukosa
tubulus kontortus proksimal tersusun atas sel-sel epitel kubus selapis, apeks sel menghadap
lumen tubulus dan memiliki banyak mikrovili (brush border). Sel epitel tubulus contortus
proksimal berfungsi untuk reabsorpsi.

Lengkung Henle (loop of Henle)

54

Lengkung Henle berbentuk seperti huruf U terdiri atas segmen tipis dan diikuti
segmen tebal. Bagian tipis lengkung henle yang merupakan lanjutan tubulus kontortus
proksimal tersusun atas sel gepeng dan inti menonjol ke dalam lumen.
Cairan urin ketika berada dalam loop of Henle bersifat hipotonik, tetapi setelah
melewati loop of Henle urin menjadi bersifat hipertonik. Hal ini dikarenakan bagian
descenden loop of Henle sangat permeabel terhadap pergerakan air, Na+, dan Cl -, sedangkan
bagian ascenden tidak permeabel terhadap air dan sangat aktif untuk transpor klorida
bertanggung jawab terhadap hipertonisitas cairan interstitial daerah medulla. Sebagai akibat
kehilangan Na dan Cl filtrat yang mencapai tubulus contortus distal bersifat hipertonik.

Tubulus Kontortus Distalis


Tubulus contortus distalis tersusun atas sel-sel epithelium berbentuk kuboid, sitoplasma
pucat, nuklei tampak lebih banyak, tidak ada brush border.
ADH disekresikan oleh kelenjar hipofise posterior. Apabila masukan air tinggi, maka
sekresi ADH dihambat sehingga dinding tubulus contortus distal dan tubulus koligen tidak
permeabel terhadap air akibatnya air tidak direabsioprsi dan urin menjadi hipotonik dalam
jumlah besar akan tetapi ion-ion untuk keseimbangan osmotic tetap ditahan. Sebaliknya
apabila air minum sedikit atau kehilangan air yang banyak karena perkeringatan tubulus
contortus distal permeabel terhadap air dan air direabsorpsi sehingga urin hipertonik.
Hormon aldosteron yang disekresikan oleh korteks adrenal berperan meningkatkan
reabsorpsi ion Na. Sebaliknya mempermudah ekskresi ion kalium
dan hidrogen. Penyakit Addison merupakan akibat dari kehilangan natrium secara berlebihan
dalam urin.

Tubulus Koligens
Urin berjalan dari tubulus kontortus distal ke tubulus koligens yang apabila bersatu
membentuk saluran lurus yang lebih besar yang disebut duktus papilaris Bellini. Tubulus
koligens dibatasi oleh epitel kubis. Peristiwa penting pada tubulus koligens adalah mekanisme
pemekatan atau pengenceran urin yang diatur oleh hormon antidiuretik (ADH). Dinding
tubulus distal dan tubulus koligens sangat permeabel terhadap air bila terdapat ADH dan
sebaliknya.
55

Tubulus Kolektivus
Tubulus kolektivus dari Bellini merupakan tersusun atas sel-sel epithelium columnair,
sitoplasma jernih, nukleus spheris.

Aparatus Jukstaglomerulus
Tunika media ateriol aferen yang terletak didekat korpuskula malphigi mengalami
modifikasi seperti sel-sel epiteloid bukan otot polos yang disebut sel jukstaglomelurus. Sel-sel
jukstaglomelurus menghasilkan enzim renin. Renin bekerja pada protein plasma yang
dinamakan angiotensinogen yang kemudian diubah menjadi angiotensin I. Selanjutnya zat
ini oleh converting enzyme yang diduga terdapat dalam paru-paru, diubah menjadi angiotensi
II. Angiotensi II merangsang sekresi hormon aldosteron oleh korteks adrenal. Penurunan kadar
ion natrium merangsang pengeluaran renin yang akan mempercepat sekresi aldosteron.
Akibatnya resorbsi natrium yang akan menghambat ekskresi renin. Kelebihan natrium
dalam darah akan menekan sekresi renin yang mengakibatkan

penghambatan

pembentukan aldosteron yang akan meningkatkan kosentrasi natrium urin. Jadi apparatus
jukstaglomelurus mempunyai peranan homeostatic dalam mengawasi keseimbangan ion
natrium.

Macula Densa
Macula densa merupakan bagian dari tubulus kontortus distalis yang melalui daerah di
muka kapsula Bowmani terdiri atas sel-sel yang nampak meninggi, nuklei berderet rapat
dan berbentuk spheris. Macula densa berfungsi untuk reseptor tekanan osmotic (osmoreseptor).

Pembentukan urin
Proses pembentukan urin meliputi:
1. filtrasi glomeruler
2. reabsopsi tubuler, dan
3. sekresi tubuler.
Ekskresi oleh ginjal memiliki peranan untuk:
1. Memelihara keseimbangan air
56

2. Memelihara keseimbangan elektrolit


3. Memelihara pH darah.
4.

Mengeluarkan sisa-sisa limbah metabolisme yang merupakan racun bagi tubuh organisme.

Saluran urin
Saluran yang dilewati oleh darah setelah difiltrasi oleh glomeruli dari awal hingga akhir
sebagai berikut: glomerulus > kapsula Bowman > tubulus convulatus proksimal > loop
of Henle > tubulus convulatus distal > tubulus koligen > tubulus collectivus >
kaliks minor > kaliks mayor > pelvis renalis > ureter > vesica urinaria > urethra.

Ureter
Pada bagian superfisial terlihat sel-sel yang bentuknya seperti payung (sisi atas lebih
lebar dari sisi bawah) dan sel-sel lapisan bawah berbentuk polygonal. Tunica mucosa ureter
membentuk lipatan-lipatan longitudinal dengan epithelium transisional. Lamina propria tipis
tersusun atas jaringan pengikat longgar, dengan pembuluh darah, lymfe, dan serabut syaraf.
Tunica muscularis tersusun atas stratum longitudinale, stratum circulare. Tunica serosa
tersusun atas jaringan ikat longgar, tipis, jaringan lemak. Lamina propria tipis tersusun atas
jaringan pengikat longgar, dengan pembuluh darah, lymfe, dan serabut syaraf.

Vesica Urinaria
Kandung kemih berfungsi menyimpan urin dan mengalirkannya ke uretra. Kaliks, pelvis,
ureter dan kantung kemih memiliki struktur histology yang hampir sama. Mukosa terdiri atas
epitel transisional dan facet sel berfungsi sebagai barier osmotic antar urin dan cairan jaringan.
Lamina propria terdiri atas otot polos.

Histofisiologi Ginjal
Ginjal mengatur komposisi kimia cairan lingkungan interna melalui proses filtrasi,
reabsorsi, dan sekresi. Filtrasi barlangsung dalam glomerulus, dimana ultra filtrate plasma
darah dibentuk.
Pada tubulus kontortus proksimal terjadi reabsorbsi zat-zat yang berguna bagi
metabolisme

tubuh

untuk

mempertahankan

homeostatis

lingkungan

internal.

Juga
57

memindahkan hasil-hasil sisa metaboisme dari darah ke lumen tubulus untuk dikeluarkan
dalam urin.
Tubulus koligens mengabsorsi air, sehingga membantu pemekatan urin. Dengan cara
ini, organisme mengatur keseimbangan air dalam tubuh dan tekanan osmotik.
Kedua ginjal menghasilkan sekitar 125 ml filtrat per menit, 125 ml diabsorsi dan yang 1
ml dikeluarkan ke dalam kaliks sebagai urin. Setiap 24 jam dibentuk sekitar 1500 ml urin.
Filtrasi glomerulus dibentuk akibat tekanan hidrostatik darah dimana gaya-gaya yang
melawan tekanan hidrostatik yaitu:
1. tekanan osmotik koloid plasma (30 mm Hg)
2. tekanan cairan yang terdapat dalam bagian tubulus nefron (10 mm Hg)
3. tekanan interstitial di dalam parenkim ginjal (10 mm Hg), yang bekerja pada
kapsul Bowman yang diteruskan ke cairan kapsuler.
Tekanan hidrostatik adalah 75 mm Hg dan jumlah total gaya -gaya yang melawannya
adalah 50 mm Hg, sehingga gaya filtrasi yang dihasilkan kira-kira 25 mm Hg.

Kandung Kemih dan Saluran Urin


Kandung kemih dan saluran urin menyimpan urin yang dibentuk dalam ginjal dan
mengalirkan keluar. Kaliks, pelvis, ureter, dan kandung kemih mempunyai struktur dasar
histologis yang sama. Dinding ureter lambat laun menjadi lebih tebal bila makin mendekati
kandung kemih. Mukosa organ-organ ini terdiri atas epitel transisional dan lamina propria
organ-organ ini terdapat selubung otot polos yang padat dan bergelombang.

Uretra
Uretra merupakan tabung yang mengalirkan urin dari kandung kemih keluar tubuh.
1. Uretra pria terdiri atas 4 bagian yaitu: pars prostatika, pars membranasea, pars
bulbaris, dan pars pendulosa.
2. Uretra wanita merupakan tabung yang panjangnya 4 - 5 cm, dibatasi oleh epitel
berlapis gepeng dengan daerah-daerah dengan epitel toraks berlapis semu.
Bagian tengah uretra wanita dikelilingi oleh sfinkter eksternus yang terdiri atas
otot lurik volunter.

58

Fungsi Ginjal dan Saluran Urinaria

Homeostasis penting bagi kelangsungan hidup sel-sel. Sel-sel yang membentuk suatu organ dan
system dalam tubuh. Sistem uropuitika berperan dalam mempertahankan homeostasis dengan
mengatur konsentrasi banyaknya konstituen plasma, terutama air, elektrolit, pH, dengan
mengeliminasi semua sis-sisa metabolism(kecuali CO2, yang dikeluarkan oleh paru). Setiap
ginjal terdiri sekitar satu juta satuan fungsional berukuran mikroskopik yang dikenal sebagai
nefron, yang disatukan satu sama lain oleh jaringan ikat.
Filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi.
Tiga proses dasar yang berperan dalam pembentukan urin: filtrasi glomerulus, reabsorpsi
tubulus, dan sekresi tubulus.
Filtrasi glomerulus adalah proses dimana kurang lebih 20 % plasma yang masuk ke kapiler
glomerulus menembus kapiler untuk masuk ke ruang interstitium, sel darah merah dan protein
tidak ada yang mengalami filtrasi. Proses filtrasi terjadi karena perbedaan tekanan kapiler
glumerulus dan kapsula Bowman. Gaya yang mendorong filtrasi yang mendorong filtrasi plasma
menembus kapiler glomerulus ke dalam kapsula Bowman lebih besar darpada gaya yang
mendorong reabsorpsi cairan kembali ke kapiler. Dengan demikian, terjadi filtrasi netto cairan ke
dalam kapsula Bowman. Cairan ini kemudian berdifusi ke dalam kapsula Bowman dan memulai
perjalanannya ke seluruh nefron.
Kecepatan filtrasi glomerulus (glomerular filtration rate, GFR) didefinisikan sebagai volume
filtrate yang masuk ke kapsula Bowman per satua waktu. GFR tergantung empat gaya yang
menentukan filtrasi dan absorpsi (tekanan kapiler, tekanan cairan interstitium, tekanan osmotic
plasma, dan tekanan osmotic koloid cairan interstitium). Dengan demikian, setiap perubahan
gaya-gaya ini dapat mengubah GFR. Nilai rerata untuk GFR seorang pria dewasa adalah 180
liter per hari (125 ml per menit).
Pada saat filtrate mengalir melalui tubulus, zat-zat yang bermanfaat bagi tubuh bagi tubuh
dikembalikan ke plasma kapiler peritubulus. Perpindahan bahan yang bersifat selektif dari lumen
tubulus ke dalam darah ini disebut reabsorpsi tubulus. Volume plasma normal adalah sekitar 3
liter (dari volume darah total sebesar 5 liter). Plasma difiltrasi oleh ginjal sekitar 60 kali sehari ,
hanya 1,5 liter per hari diekskresikan dari tubuh sebagai urine. Siasanya diserap kembali ke
kapiler pertubulus.
Proses selanjutnya adalah sekresi tubulus, yang mengacu pada perpindahan selektif zat-zat dari
darah kapiler peritubulus ke dalam lumen tubulus, merupakan rute kedua zat dari darah untuk
masuk ke dalam ke dalam tubulus ginjal. Cara pertama zat berpindah dari plasma ke dalam
lumen tubulus adalah melaui filtrasi glomerulus. Namun hanya sekitar 20 % dari plasma yang
mengalir melalui kapiler glomerulus disaring ke dalam kapsula Bowman; 80% sisanya terus
mengalir melalui arteriol eferen ke dalam kapiler peritubulus. Sekresi tubulus menyediakan suatu
59

mekanisme yang dapat lebih cepat mengeliminasi zat-zat tertentu dari plasma dengan
mengekstraksi lebih banyak zat tertentu dari 80% plasma yang tidak difiltrasi di kapiler di
kapiler peritubulus dan menambahkan zat yang sama ke jumlah yang sudah ada di dalam tubulus
akibat proses filtrasi.
Ekskresi urin mengacu pada eliminasi zat-zat dari tubuh di urin. Proses ini merupakan hasil dari
ketiga proses di atas. Semua kostituen plasma yang mencapai tubulus yaitu yang di filtrasi atau
disekresi- tetapi tidak direabsorpsi, akan tetap berada di dalam tubulus dan mengalir ke pelvis
ginjal untuk diekskresikan sebagai urin.(jangan mencampur adukkan ekskresi dan sekresi).
Klirens ginjal ( renal clearance ) suatu bahan mengacu kepada konsentrasi bahan tersebut yang
secara total dibersihkan dari darah untuk kemudian masuk ke dalam urine dalam suatu waktu.
Karena bahan yang diekskresikan itu disingkirkan atau dibersihkan dari plasma, istilah
klirens plasma mengacu pada volume plasma yang dibersihkan dari zat tertentu setiap menitnya
oleh ginjal.
Ginjal mampu mengekskresikan urin dengan volume yang berbeda-beda baik untuk menahan
atau mengeluarkan H2 O, masing-masing bergantung pada apakah tubuh mengalami deficit atau
kelebihan H2 O. Ginjal mampu menghasilkan urin dengan rentang dari 0,3 ml/menit pada 1200
mosm/L sampai 25 ml/menit pada 100 mosm/L dengan mereabsorbsi H 2O dalam jumlah yang
bervariasi dari bagian distal nefron. Variasi reabsorbsi dimungkinkan oleh adanya gradient
osmotic vertical yang berkisar dari 300 sampai 1200 mosm/L di cairan interstitium medulla yang
dibentuk oleh system countercurrent lengkung Henle dan daur ulang urea antara tubulus
pengumpul dan lengkung Henle. Gra dien vertical tempat cairan tubulus hipotonik (100 mosm/L)
terpajan sewaktu cairan mengalir melalui bagian distal nefron ini menciptakan gaya pendorong
pasif utnuk reabsorpsi H2 O yang sebenarnya tergantung pada jumlah vas opressin(hormone
antidiuretik) ynag disekresikan. Vasopresin meningkatkan permeabilitas tubulus distal dan
pengumpul terhadap H2 O; keduanya impermeable terhadap H2 O jika tidak terdapat vasopressin.
Sekresi vasopressin meningkat sebagai respons terhadap deficit H2 O, dan hal ini menyebabkan
peningkatan reabsorpsi H2 O. Sekresi vasopresi dihambat jika terdapat kelebihan H2 O, sehingga
reabsorpsi H2 O menurun. Dengan cara ini, penyesuaian dalam reabsorpsi H2 O yang dikontrol
oleh vasopressin membantu mengoreksi setiap ketidak seimbangan cairan.
Kandung kemih dapat menampung 250 sampai 400 ml urin sebelum reseptor regang di
dindingnya memulai refleks berkemih. Refleks ini menyebabkan pengosongan kantong kemih
secara involunter dengan secara bersamaan menyebabkan kontraksi kandung kemih disertai
pembukaan sfingter utetra internal dan eksternal

60

Keseimbangan Air dan Asam Basa dan Cairan

Secara keseluruhan air merupakan komponen yang paling banyak di dalam tubuh. Sela
membgaun tubuh dikelilingi cairan ekstraselluler ( CES). Seluruh CES itu dibungkus oleh kuli.
Dari cairan tersebut sel menerima oksigen dan makanan. Ke dalam cairan ini pula sel membuang
sampah-sampah metabolism tubuh. Berat badan terdiri dari berat lemak dan berat badan tanpa
lemak (Lean Body Mass) yang termasuk di dalamnya adalah berat cairan tubuh. Perbandingan
antara jumlah cairan tubuh dengan jaringan adalah tetap. Pada orang dewasa proporsi cairan 72
%, pada bayi baru lahir lebih kurang 82 %. Cairan di dalam tubuh dibagi0bagi daam beberapa
bagian, yaitu: cairan di dalam sel (cairan intraselluler) dan cairan di luar sel(cairan
ekstraselluler).
Cairan Ekstraseluler (CES)
Cairan ini dapat dibagi menjadi dua bagian:
- Cairan intravaskuler, yang berada di dalam system pembuluh darah
- Cairan ekstravaskuler, termasuk semua cairan ekstraseluler di luar system pembuluh
darah
Lebih jauh CES ini dibedakan menurut perbedaan ruang anatomis yang ditempatinya. Bagian
besar CES adalah berupa cairan insterstitiel.
Anion-anion di dalam CES termasuk: Cl, bikarbonat, sulfat, fosfat, dan sejumlah kecil protein.
Kation-kationnya adalah: Na, K, Ca, Mg.

Cairan Intraseluler (CIS)


Volume CIS lebih kurang 2 kali daripada CES. Anion yang terpenting dalam CIS adalah: fosfat
dan protein, disamping juga karbonat, sulfat dan klorida. Kation yang terpenting ialah Na dan
Mg. Komposisinya berbeda-beda di dalam jaringan yang berbeda pula. Sel-sel organ mamlia
seperti otot, hati, limpa, jantung, otak dan ginjal berisi amat sedikit Cl; akan tetapi sel darah
merah, jaringan ikat mukosa lambung, testes dan jaringan paru, kadar Cl nya cukup. Konsentrasi
K di dalam CIS 96- 125 meq/ L dengan nilai reratya 112 meq/L. Jumlah Na rerata 37 meq/L
(range 21-43). Jumlah Cl CIS rerata 25 meq/L (range 21 30) dan merupakan 30% dari total Cl.
Keseimbangan air
Keseimbangan air dipertahankan oleh dua kekuatan, yaitu pemasukan air(intake) dan
pengeluaran (out put) cairan. Jumlah air yang masuk ke dalam tubuh bias lewat mekanisme haus
yang diikuti oleh keinginan minum, hasil metabolism air, dan air dalam makanan yang dimakan.
Pengeluaran cairan tubuh melalui berbagai organ tubuh seperti kulit, paru, system pencernaan
dan ginjal.

61

Keseimbangan asam-basa.
Sebagian besar proses metabolism yang berlangsung di dalam tubuh menghasilkan asam. Prosesprose tersebut mencakup metabolism oksidatif karbohidrat, lemak, dan protein menjadi CO2 dan
H2 O melalui siklus Kreb, metabolism anaerob glikosa menjadi asam laktat, metabolism asamasam lemak menjadi senyawa keton, dan peguraian protein menjadi asam fosfat atau sulfat.
Asam-asam ini harus dikeluarkan dari tubuh. Pengeluaran CO2 dilakukan oleh paru. Pengeluaran
asam yang lain yang tidak menguap(bukan gas) dilaksanakan oleh ginjal. Paru dan ginjal
bersama dengan berbagai system penyangga di tubuh, mempertahankan konsentrasi asam plasma
dalam batas-batas fisiologis yang sempit.
Konsep fisilogis
pH adalah pencerminan rasio antara asam terhadap basa dalam CES. pH serum diukur dengan
menggunakan pH meter, atau dihitung dengan mengukur konsentrasi bikarbonat dan CO2 serum
dan menemptkan nilai-nilainya ke dalam persamaan Henderson- Hasselbach :
pH = pK + Log HCO3 - / CO2
Dalam persamaan ini , HCO3 - adalah konsentrasi bikarbonat dalam serum, dan CO2
Yang larut dalam serum, pK mengacu kepada logaritme negative konstanta disosiasi, K
konstantan disosiasi adalah nilai tetap untuk system bikarbonat- karbon oksida pada suhu tubuh
normal. pK = 6,1
pH mencerminkan konsentrasi ion hydrogen dalam larutan.
Penyangga
Asam dan basa lemah merupakan penyangga(buffer) yang baik. Penyangga adalah suatu bahan
yang mampu menyerap ion hydrogen dari suatu larutan, atau membebaskan ion H ke dalam
larutan, sehingga dapat mencegah fluktuasi pH yang besar. Terdapat tiga system penyangga yang
penting, yaitu sistem peyangga bikarbonat- asam karbonat, sistem peyangga fosfat, sistem
peyangga hemoglobin.
Pielonefritis

Pyelonephritis is an ascending urinary tract infection that has reached the pyelum or pelvis of
the kidney. It is a form of nephritis that is also referred to as pyelitis. Severe cases of
pyelonephritis can lead to pyonephrosis (pus accumulation around the kidney), urosepsis (a
systemic inflammatory response of the body to infection), kidney failure and even death.
Pyelonephritis presents with fever, accelerated heart rate, painful urination, abdominal
pain radiating to the back, nausea, and tenderness at the costovertebral angle on the affected
side. Pyelonephritis that has progressed to urosepsis may be accompanied by signs of septic
shock, including rapid breathing, decreased blood pressure, violent shivering, and occasionally
delirium.
62

Pyelonephritis requires antibiotic therapy, and sometimes surgical intervention such as


ureteroscopy, percutaneous nephrostomy or percutaneous nephrolithotomy, as well as treatment
of any underlying causes to prevent its recurrence. Xanthogranulomatous pyelonephritis is a
rare form of chronic pyelonephritis in which nephrectomy (removal of the kidney) is usually
necessary for definitive treatment.
Infeksi Saluran Kemih

A urinary tract infection (UTI) is a bacterial infection that affects part of the urinary tract.
When it affects the lower urinary tract it is known as a simple cystitis (a bladder infection) and
when it affect the upper urinary tract it is known as pyelonephritis (a kidney infection).
Symptoms from a lower urinary tract include painful urination and either frequent
urination or urge to urinate (or both), while those of pyelonephritis include fever and flank pain
in addition to the symptoms of a lower UTI. In the elderly and the very young, symptoms may be
vague.
The main causal agent of both types is Escherichia coli, however other bacteria, viruses
or fungus may rarely be the cause.
Urinary tract infections occur more commonly in women than men, with half of women having at
least one infection at some point in their lives. Recurrences are common. Risk factors include
female anatomy, sexual intercourse and family history.
Diagnosis in young healthy women can be based on symptoms alone. In those with vague
symptoms, diagnosis can be difficult because bacteria may be present without there being an
infection. In complicated cases or if treatment has failed, a urine culture may be useful. In those
with frequent infections, low dose antibiotics may be taken as a preventative measure.
In uncomplicated cases, urinary tract infections are easily treated with a short course of
antibiotics, although resistance to many of the antibiotics used to treat this condition is
increasing. In complicated cases, longer course or intravenous antibiotics may be needed, and if
symptoms have not improved in two or three days, further diagnostic testing is needed. In
women, urinary tract infections are the most common form of bacterial infection with 10%
developing urinary tract infections yearly.
Glomerulonefritis akut dan kronik

Definition
Acute glomerulonephritis is an inflammatory disease of both kidneys predominantly affecting
children from ages two to 12. Chronic glomerulonephritis can develop over a period of 10-20
years and is most often associated with other systemic disease, including diabetes, malaria,
hepatitis, or systemic lupus erythematosus.
Description
Acute glomerulonephritis is an inflammation of the glomeruli, bundles of tiny vessels inside the
kidneys. The damaged glomeruli cannot effectively filter waste products and excess water from
the bloodstream to make urine. The kidneys appear enlarged, fatty, and congested.
63

Causes and symptoms


Acute glomerulonephritis most often follows a streptococcal infection of the throat or skin. In
children, it is most often associated with an upper respiratory infection, tonsillitis, or scarlet
fever. Kidney symptoms usually begin two to three weeks after the initial infection. Exposure to
certain paints, glue or other organic solvents may also be the causative agent. It is thought that
the kidney is damaged with exposure to the toxins that are excreted into the urine.
Mild glomerulonephritis may produce no symptoms, and diagnosis is made with laboratory
studies of the urine and blood. Individuals with more severe cases of the disease may exhibit:

fatigue
nausea and vomiting
shortness of breath
disturbed vision
high blood pressure
swelling, especially noted in the face, hands, feet, and ankles
blood and protein in the urine, resulting in a smoky or slightly red appearance
The individual with chronic glomerulonephritis may discover their condition with a routine
physical exam revealing high blood pressure, or an eye exam showing vascular or hemorrhagic
changes. The kidneys may be reduced to as little as one-fifth their normal size, consisting largely
of fibrous tissues.
Diagnosis
Diagnosis of glomerulonephritis is established based on medical history, combined with
laboratory studies. A "dipstick" test of urine will reveal increased protein levels. A 24 hour urine
collection allows measurement of the excretion of proteins and creatinine. Creatinine clearance
from the bloodstream by the kidneys is considered an index of the glomerular filtration rate.
Blood studies may reveal a low blood count, and may also be checked for the presence of a
streptococcal antibody titer(a sophisticated blood test indicating presence of streptococcal
infection). A kidney biopsy may also be performed, using ultrasound to guide the needle for
obtaining the specimen.
Treatment
The main objectives in the treatment of acute glomerulonephritis are to:

decrease the damage to the glomeruli


decrease the metabolic demands on the kidneys
improve kidney function
Bedrest helps in maintaining adequate blood flow to the kidney. If residual infection is suspected,
antibiotic therapy may be needed. In the presence of fluid overload, diuretics may be used to
increase output with urination. Iron and vitamin supplements may be ordered if anemia
develops, and antihypertensives, if high blood pressure accompanies the illness. In order to rest
the kidney during the acute phase, decreased sodium and protein intake may be recommended.
The amount of protein allowed is dependent upon the amount lost in the urine, and the
64

requirements of the individual patient. Sodium limitations depend on the amount of edema
present. Fluid restrictions are adjusted according to the patient's urinary output and body
weight.
An accurate daily record of the patient's weight, fluid intake and urinary output assist in
estimating kidney function. The patient must be watched for signs of complications and recurrent
infection. As edema is reduced and the urine becomes free of protein and red blood cells, the
patient is allowed to increase activity. A woman who has had glomerulonephritis requires
special medical attention during pregnancy.

Kolik Renal dan Batu Saluran Kemih tanpa Komplikasi

Description: Small solid particles (stones) that form in the kidney and sometimes travel down to
the urethra (tube that connects kidney to urinary bladder). About 1 in 1000 adults is
hospitalized annually in the USA because of urinary calculi, which are also found in about 1% of
all autopsies.
Causes: Almost 95% of all kidney stones are calcium stones. They occur when there is too much
calcium in the urine. A second type of kidney stone is made of uric acid. These stones are much
less common than calcium stones. A third type, struvite stones, are not quite so well understood.
It is thought that these stones form as a result of an interaction between protein-breakdown
products and infection-causing bacteria in the urine.Finally, a rare type of kidney stone is a
cystine stone. It occurs if you have the genetic disease called cystinuria. This disease results
from a birth defect that causes the kidney to allow too much cystine into the urine. This type of
stone formation is almost always diagnosed during childhood.
Signs & Symptoms

Episodes of severe, colicky (intermittent) pain every few minutes. The pain usually
appears first in the back, just below the ribs. Over several hours or days, the pain
follows the stone's course through the ureter toward the groin. Pain stops when
the stone is passed in the urine.

Blood in urine. Urine may appear cloudy or dark.

Episodes of nausea associated with renal colic.

Some people have no symptoms, until they pass gravel-like stones in the urine.

Kidney or urinary infection may be caused by the stone. In these cases, symptoms
may be caused by the infection. These are fever, chills and backache.

Diagnosis & Treatment


65

Diagnostic tests may include urinalysis and urine culture, X-ray of the abdomen, kidney
ultrasound, CT scan, intravenous urography.
General Measures:

Strain all urine through filter paper or gauze to detect passage of the stone; or
urinate into a glass jar, look for and recover stone and discard the urine. Take
stone to the doctor for composition analysis.

Small solitary stone, uncomplicated by obstruction of infection may need no


specific treatment.

Treatment will be required to remove larger stones, if they don't pass


spontaneously, and are causing complications, infection or severe pain. Options
include chemical dissolution, endoscopic stone extraction, percutaneous
nephrolithotomy, extracorporeal shock wave lithotripsy, and rarely, open surgery.
A new method is being used for higher or larger stones. This is by means of a
ureteroscope, which is an operating telescope, inserted through the bladder.

Stones due to excess calcium in the body maybe caused by parathyroid gland
tumor, and require surgical removal of abnormal parathyroid tissue.

Medications:

Very strong pain killers are required for renal colic.

Depending on the type of stone (calcium containing, cystine stones, uric acid or
other composition), medication may be prescribed that will stop the growth of
existing stones or new stones. This often involves a prolonged program and your
compliance is important.

Penyakit Ginjal Akut dan Kronik

Acute kidney injury (AKI), previously called acute renal failure (ARF), is a rapid loss of kidney
function. Its causes are numerous and include low blood volume from any cause, exposure to
substances harmful to the kidney, and obstruction of the urinary tract.
AKI is diagnosed on the basis of characteristic laboratory findings, such as elevated
blood urea nitrogen and creatinine, or inability of the kidneys to produce sufficient amounts of
urine.
AKI may lead to a number of complications, including metabolic acidosis, high
potassium levels, uremia, changes in body fluid balance, and effects to other organ systems.

66

Management includes supportive care, such as renal replacement therapy, as well as


treatment of the underlying disorder.

Chronic kidney disease (CKD), also known as chronic renal disease, is a progressive loss in
renal function over a period of months or years.
The symptoms of worsening kidney function are unspecific, and might include feeling
generally unwell and experiencing a reduced appetite. Often, chronic kidney disease is
diagnosed as a result of screening of people known to be at risk of kidney problems, such as
those with high blood pressure or diabetes and those with a blood relative with chronic kidney
disease. Chronic kidney disease may also be identified when it leads to one of its recognized
complications, such as cardiovascular disease, anemia or pericarditis.
The Kidney Disease Outcomes Quality Initiative (K/DOQI) of the National Kidney
Foundation (NKF) defines chronic kidney disease as either kidney damage or a decreased
glomerular filtration rate (GFR) of less than 60 mL/min/1.73 m2 for 3 or more months. Whatever
the underlying etiology, the destruction of renal mass with irreversible sclerosis and loss of
nephrons leads to a progressive decline in GFR. The different stages of chronic kidney disease
form a continuum in time.
Chronic kidney disease is identified by a blood test for creatinine. Higher levels of
creatinine indicate a lower glomerular filtration rate and as a result a decreased capability of
the kidneys to excrete waste products. Creatinine levels may be normal in the early stages of
CKD, and the condition is discovered if urinalysis (testing of a urine sample) shows that the
kidney is allowing the loss of protein or red blood cells into the urine.
To fully investigate the underlying cause of kidney damage, various forms of medical
imaging, blood tests and often renal biopsy (removing a small sample of kidney tissue) are
employed to find out if there is a reversible cause for the kidney malfunction.
Recent professional guidelines classify the severity of chronic kidney disease in five
stages, with stage 1 being the mildest and usually causing few symptoms and stage 5 being a
severe illness with poor life expectancy if untreated. Stage 5 CKD is also called established
chronic kidney disease and is synonymous with the now outdated terms end-stage renal disease
(ESRD), chronic kidney failure (CKF) or chronic renal failure (CRF).
There is no specific treatment unequivocally shown to slow the worsening of chronic
kidney disease. If there is an underlying cause to CKD, such as vasculitis, this may be treated
directly to slow the damage. In more advanced stages, treatments may be required for anemia
and bone disease. Severe CKD requires renal replacement therapy, which may involve a form of
dialysis, but ideally constitutes a kidney transplant.
Diuretik

Diuretik adalah obat-obat yang meningkatkan produksi urine. Diuretik dapat digolongkan
menjadi carbonic anhydrase inhibitor (seperti acetazolamide) , loop diuretic (seperti furosemide),
thiazide diuretic
(seperti hydrochlorothazide), potassium sparing diuretic (seperti
spironolactone), dan osmotic diuretic (seperti mannitol). Tempat kerja dari obat-obat ini adalah
67

segmen dari tubulus ginjal seperti proximal convoluted tubule (carbonic anhydrase inhibitor,
osmotic diuretic), thick ascending limb of Henle (loop diuretic), distal convoluted tubule
(thiazide diuretic), atau collecting tubule (potassium sparing diuretic, osmotic diuretic)
Dalam meningkatkan produksi urine kebanyakan diuretik permulaannya menghambat
reabsorpsi natrium diikuti hambatan reabsorpsi air, kecuali osmotic diuretic yang permulaannya
menghambat reabsorpsi air yang diikuti hambatan reabsorpsi natrium.
Diuretik terutama digunakan untuk menghilangkan edema (misalnya pada gagal jantung,
nephritic syndrome), ascites pada sirhosis hati dan hipertensi. Pada hipertensi diuretik digunakan
sebagai obat single atau dalam kombinasi dengan obat antihipertensi yang lain. Thiazide diuretic
merupakan obat yang paling sering dipakai pada hipertensi. Furosemide digunakan pada
hipertensi dengan gagal jantung atau gangguan fungsi ginjal yang berat, sedangkan
spironolactone pada hipertensi dengan gagal jantung atau post myocard infarction.
Penggunaan lain dari diuretik adalah glaukoma, pencegahan acute mountain sickness,
hiperkalsemia yang berat, pembentukan batu kalsium ginjal yang berulang, dan edema otak.
Kebanyakan efek samping diuretik adalah berhubungan dengan tempat kerjanya.

Pemeriksaan Radiologi Kelainan Ginjal dan Saluran Kemih

Pemeriksaan radiologis yang diperlukan pada pasien dengan gangguan saluran kencing
diantaranya BNO, IVP, ultrasonografi, CT scan dan retrograde pielography. Renal biopsy dan
sitologi urin dapat dilakukan berdasarkan indikasi.
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada pasien dengan penyakit ginjal
diantaranya darah lengkap, urinalisis, BUN/ureum, creatinin, elektrolit (Na, K), asam urat serum
dan volume urin. Pada kasus khusus dapat diperiksa analisis gas darah, total protein dan albumin,
calcium, dan phosfat anorganik. Pemeriksaan lain harus dilakukan berdasarkan indikasi. Kliren
kreatinin merupakan tes yang penting untuk mengukur glomerular filtration rate.

68

UJI DIRI (SELF ASSESMENT)

1. Jelaskan lokasi ginjal dan salurannya pada regio abdomen, vaskularisasi dan innervasinya!
2. Bedakan struktur mikroskopik kortek dan medula ginjal!
3. Jelaskan struktur mikroskopik dari renal corpuscle dan jelaskan struktur yang berpartisipasi
dalam proses filtrasi!
4. Bedakan struktur mikroskopis dari tubulus renalis!
5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan apparatus juxtaglomerular dan fungsinya!
6. Jelaskan struktur mikrosopik ureter! Struktur manakah yang paling terlibat dalam aliran urine
dari ginjal ke kandung kemih? Mengapa urine tidak dapat mengalami regurgitasi kembali ke
ureter?
7. Jelaskan struktur mikroskopik dari kandung kemih!
8. Bedakan struktur mikroskopis antara uretra pria dan wanita!
9. Jelaskan mekanisme filtrasi pada glomerulus dan faktor-faktor yang berpengaruh!
10. Jelaskan proses pembentukan urine dan faktor yang berpengaruh termasuk obat-obatan!
11. Jelaskan fungsi tubulus dalam pengaturan asam basa!
12. Pemeriksaan laboratorium apakah yang dapat dilakukan untuk menunjang diagnosis
gangguan saluran kencing?
13. Apakah pemeriksaan laboratorium yang dilakukan untuk mengetahui penurunan fungsi ginjal
dan bagaimana interpretasinya?
14. Pemeriksaan laboratorium apakah yang dapat dilakukan untuk menunjang diagnosis infeksi
saluran kemih dan bagaimanakah interpretasinya?
15. Pemeriksaan radiologis apakah yang dapat dilakukan untuk menunjang diagnosis gangguan
saluran kencing?
16. Sebutkan gejala dan tanda pyelonefritis tanpa komplikasi dan jelaskan patofisiologinya!
17. Jelaskan tatalaksana pyelonefritis tanpa komplikasi!
18. Pemeriksaan penunjang apa sajakah yang diperlukan untuk mengetahui adanya batu pada
ginjal dan saluran kemih? Bagaimanakah gambarannya?
19. Apa saja etiologi dari glomerulonefritis akut dan kronis?
20. Jelaskan mekanisme dasar yang bertanggung jawab terhadap terjadinya kerusakan
glomerulus pada glomerulonefritis!
21. Jelaskan mengapa imun komplek dapat menyebabkan berbagai tipe glomerulonefritis!
22. Jelaskan perubahan struktur mayor yang terjadi pada glomerulus yang mengalami
glomerulonefritis!
23. Bagaimanakah penatalaksanaan glomerulonefritis?
24. Jelaskan mekanisme prostatitis dan BPH sehingga menyebabkan gangguan pada aliran urine!
25. Gambarkan daerah pada ureter yang paling sering tersangkut batu jika dihubungkan dengan
struktur makroskopisnya!
26. Jelaskan mekanisme terjadinya kolik, dan hubungannya dengan inervasi pada saluran kemih!
69

27. Sebutkan klasifikasi AKI (acute kidney injury), etiologi dan patofisiologinya!
28. Bagaimanakah penatalaksanaan AKI prerenal, renal dan postrenal?
29. Jelaskan definisi CKD!
30. Jelaskan stadium CKD dan penatalaksanaan masing-masing stadium!
31. Bagaimanakah patofisiologi terjadinya CKD?
32. Apakah yang dimaksud dengan clearance ginjal?
33. Sebutkan jenis batu saluran kemih!
34. Bagaimanakah patofisiologi terjadinya batu saluran kemih?
35. Pemeriksaan laboratorium dan penunjang apakah yang diperukan untuk menegakkan
diagnosis batu saluran kemih?
36. Bagaimanakah membedakan antara batu ginjal dan batu ureter (gejala, tanda, dan imaging)
37. Bagaimanakah pentalaksaan pasien dengan batu saluran kemih?
38. Bagaimanakan patogenesis infeksi saluran kemih (ISK)?
39. Anamnesis apa saja yang diperlukan untuk menunjang diagnosis ISK?
40. Pemeriksaan fisik apa yang diperlukan untuk menujang diagnosis ISK dan bagaimanakah
hasil yang kemungkinan didapat?
41. Pemeriksaan penunjang apa yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis ISK dan
interpretasinya?
42. Bagaimana penatalaksanaan ISK?
43. Sebutkan gejala dari sindrom nefrotik dan bagaimana patofisiologinya!
44. Ceritakan cara melakukan sirkumsisi pada kasus fimosis dan parafimosis sehingga dapat
memperbaiki lubang saluran urine!
45. Sebutkan tumor yang dapat terjadi pada ginjal!
46. Bagaimanakah staging pada tumor?
47. Sebutkan beberapa trauma pada ginjal dan saluran kemih!
48. Bagaimanakah manajemen awal yang dapat dilakukan pada trauma ginjal dan saluran kemih?
49. Jelaskan cara kerja furosemid pada ginjal!
50. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis obat yang bekerja pada ginjal dan saluran kemih!

70

DAFTAR PENYAKIT DAN DAFTAR KETERAMPILAN KLINIK

A. DAFTAR PENYAKIT
Daftar Penyakit yang terdapat pada Standar Kompetensi Dokter Indonesia menjadi
dasar dalam penentuan pokok bahasan materi pembelajaran dan penugasan Blok
Hematology system and disoders and clinical oncology. Dokter layanan primer harus
mempunyai kemampuan sebagai berikut:
1. Tingkat kemampuan 4: Mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan secara mandiri
dan tuntas
4A. Kompetensi yang dicapai pada saat lulus dokter
4B. Profisiensi (kemahiran) yang dicapai setelah selesai internsip dan/atau Pendidikan
Kedokteran Berkelanjutan (PKB).
2. Tingkat kemampuan 3: Mendiagnosis, melakukan penatalaksaan awal, dan merujuk
serta tatalaksana setelah rujukan
3A. Bukan gawat darurat
3B. Gawat darurat
3. Tingkat kemampuan 2: Membuat diagnosis dan merujuk
4. Tingkat kemampuan 1: Mengenali dan menjelaskan penyakit dan merujuk.

No

Nama Penyakit

Tingkat Kemampuan

Infeksi dan Gangguan Metabolisme


Infeksi saluran kemih
1
2
3
4
5

(Urinary Tract Infection)


Pielonefritis tanpa komplikasi
(Uncomplicated Pyelonephritis)
Glomerulonefritis akut
(Acute Glomerulonephritis)
Glomerulonefritis kronik
(Chronic Glomerulonephritis)
Batu saluran kemih (vesika urinaria, ureter, uretra ) tanpa
kolik
(Urinary stone diseases or urinary calculi without
colic)
Renal colic

4A
4A
3A
3A
3A

3A
71

7
8
10
11
Trauma
12
13
14
15

Penyakit ginjal akut


(Acute renal failure)
Penyakit ginjal kronik
(Chronic renal failure)
Hiperplasia prostat jinak
Nekrosis tubular akut
(Acute tubular necrosis)

Ruptur ginjal
Ruptur kandung kencing
Ruptur uretra
Striktur uretra

3B
3B
3B
2

Genetik
Ginjal polikistik simtomatik (Polycystic kidneys
16

17
Tumor
18
19
20

symptomatic)
Sindrom nefrotik
(Nephrotic syndrome)
Ginjal tapal kuda
(Horse shoe kidney)

Karsinoma sel renal


(Renal cell Carcinoma)
Tumor Wilms (Wilms tumor)
Karsinoma uroterial (Carcinoma of the uroterial)

2
2
2

2
2
1

2
2
2

B. DAFTAR KETERAMPILAN KLINIK


Keterampilan klinis adalah kegiatan mental dan atau fisik yang memiliki bagian-bagian
kegiatan yang saling bergantung dari awal hingga akhir. Dalam melaksanakan praktek
dokter perlu mengusai keterampilan klinis yang akan digunakan dalam mendiagnosis
maupun menyelesaikan suatu masalah kesehatan. Keterampilan klinis ini perlu dilatihkan
sejak awal pendidikan dokter secara berkesinambungan hingga akhir pendidikan dokter.
Daftar keterampilan klinik dikelompokkan menurut bagian atau departemen terkait.
Pada setiap keterampilan klinik ditetapkan tingkat kemampuan menggunakan Piramid
Miller yang diharapkan dicapai oleh mahasiswa di akhir pendidikan. Berikut ini
pembagian tingkat kemampuan menurut Piramid Miller:
1. Tingkat kemampuan 4(Does): Mampu melakukan secara mandiri
4A. Keterampilan yang dicapai pada saat lulus dokter
72

4B. Profisiensi (kemahiran) yang dicapai setelah selesai internsip dan/atau Pendidikan
2. Tingkat kemampuan 3 (Shows): Pernah melakukan atau pernah menerapkan di
bawah supervisi.
3. Tingkat kemampuan 2 (Know how): Pernah melihat dan didemosntrasikan
4. Tingkat kemampuan 1(Knows):Mengetahui dan menjelaskan

No

Keterampilan Klinik

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan bimanual ginjal
1.
Pemeriksaan nyeri ketok ginjal
2.
Perkusi kandung kemih
3.
Palpasi prostat
4.
Prosedur Diagnostik
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

Swab uretra
Preparation of slide and microscopy of urine
(Persiapan dan pemeriksaan sedimen urin (menyiapkan
slide dan uji mikroskopis urin)
Permintaan pemeriksaan BNO IVP
Metode dip slide (kultur urin)
Intepretasi BNO-IVP
Uroflowmetri
Micturating cystigraphy
Pemeriksaan Urodinamik

Tingkat Kemampuan

4A
4A
4A
4A
4A
4A
4A
3
3
1
1
1

Keterampilan Terapeutik
13.
14.
15.
16.

Pemasangan kateter uretra


Clean intermitten chatheterization (Neurogenic blader)
Pungsi suprapubik
Dialisis ginjal

4A
3
3
2

73

KOMENTAR DAN KIAT KHUSUS

Adapun beberapa kiat khusus yang dapat dilakukan oleh mahasiswa meliputi:
1. Mencari buku dan literatur lainnya baik di perpustakaan dan internet sebelum perkuliahan
dimulai
2. Pelajari dengan baik anatomi dasar, histologi, fisiologi dan biokimia ginjal dan saluran
kemih sebagai landasan mempelajari kelainan pada sistem urinaria
3. Buat ringkasan kecil setiap kali selesai kuliah dan catatan tersebut dapat dibawa kemanapun
4. Untuk mempermudah dalam belajar, sebaiknya buat resume berupa pengelompokan
penyakit, gejala, pemeriksaan fisik dan penunjang, serta penatalaksanaan dan pengobatan
yang dapat dilakukan
5. Sebelum perkuliahan akan dilakukan pretest dan posttes, sehingga diharapkan belajar untuk
mendapatkan hasil posttest yang baik
6. Waktu pada saat mandiri sebaikkan dimanfaatkan untuk mencari literatur dan latihan
keterampilan klinik di laboratorium dengan menggunakan manekin ataupun sesama teman
untuk persiapan OSCE
7. Belajarlah sebelum dan setelah topik kuliah yang diberikan, jangan belajar semuanya dalam
waktu singkat sebelum ujian sumatif dilakukan
8. Istirahat yang cukup dengan tidur lebih awal sehari sebelum ujian.
9. Berdoa sebelum, selama (Tri Sandhya jika pk. 12.00), dan sesudah belajar.
Semoga beberapa kiat khusus di atas dapat berguna bagi mahasiswa, sehingga dapat
memberi hasil yang baik.

74

PENUTUP

Buku Blok ini disusun untuk memberikan panduan di dalam proses pembelajaran Blok Sistem
Urinaria dan Kelainannya, baik bagi dosen pengajar, tutor, maupun mahasiswa sendiri, sehingga
proses pembelajaran pada blok ini dapat terlaksana dengan baik.
Dengan adanya Buku Blok ini diharapkan mahasiswa dapat menerapkan kemampuannya
masing-masing dalam memahami sistem urinaria dan kelainannya. Namun demikian disadari
Buku Blok ini masih belum sempurna, dan oleh karena itu apabila terdapat hal-hal yang belum
jelas hendaknya mahasiswa dan pembaca lainnya dapat menyampaikan kepada Tim Penyusun
Buku Blok ini, serta sangat diharapkan berbagai masukan dan saran demi penyempurnaan Buku
Blok ini di kedepannya. Untuk itu kami ucapkan terima kasih.

75

Anda mungkin juga menyukai