VERTIGO
Dosen Pembimbing :
Disusun oleh :
YOGYAKARTA
2020
DESKRIPSI KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Usia : 50 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Yogyakarta
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Status : Sudah menikah
No. RM : 10-83-xx
Masuk RS : 09/09/2020
KELUHAN UTAMA
Pusing berputar
6HSMRS: Os. datang ke dokter di puskesmas, dan diberikan obat vitamin, saat di puskesmas
tekanan darah sistolik pasien meningkat(+) hingga 140 mmHg.
3HSMRS: Os. periksa ke dokter lain, lalu diberi obat puyer/racikan, vitamin, dan obat
antiemetic karena keluhan tidak membaik.
1HSMRS: Os. mengeluhkan kepala sempat terbentur kursi kayu hingga membengkak(+),
yang disebabkan oleh pusing berputar tersebut
HMRS: OS datang ke IGD RSA UGM pada 09 Sept. 2020 pagi. HSMRS OS mengeluhkan
pusing berputar terus menerus seperti akan jatuh(+), mual(+), muntah (-), tinnitus(-), hearing
loss(-), demam(-), kejang(-), nyeri kepala(-), pandangan ganda (-). Os juga mengeluhkan
adanya gangguan pengelihatan(+) berupa objek hitam yang lewat.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Riwayat keluhan serupa, penyakit hipertensi, DM, stroke, penyakit jantung disangkal.
Riwayat alergi, konsumsi alcohol, dan merokok disangkal.
RIWAYAT PSIKOSOSIAL
Pasien masih bekejer. Pasien tinggal bersama suami pasien. Hubungan pasien dengan
keluarga baik. Pasien berasal dari keluarga golongan ekonomi menengah dan merupakan
pasien BPJS Kelas I.
ANAMNESIS SISTEM
Sistem serebrospinal : pusing berputar
Sistem kardiovaskular : riwayat hipertensi
Sistem respirasi : tidak ada keluhan
Sistem gastroinstestinal : mual dan rasa ingin muntah
Sistem muskuloskeletal : tidak ada keluhan
Sistem integument : tidak ada keluhan
Sistem urogenital : tidak ada keluhan
RESUME ANAMNESIS
Wanita atas nama Ny. S berusia 50 tahun, dibawa ke IGD RSA UGM karena
mengeluhkan pusing berputar sejak 7HSMRS, yang terutama dicetuskan oleh perubahan
posisi, serta keluhan lain berupa mual dan rasa ingin muntah.
DIAGNOSIS SEMENTARA
Diagnosis Klinis : pusing berputar (disorder of vestibular function)
Diagnosis Topikal : sistem vestibular
Diagnosis Etiologi : susp. gangguan sistem vestibuler dd canalis semisircularis.
Diagnosis Banding : vertigo central, vestibular neuritis, disequilibrium, Presyncope,
Lightheadedness
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan umum : Sedang
Status gizi: Baik
Tanda vital :
TD : 115/76 mmHg
Nadi : 76x/menit (reguler)
Respirasi : 20x/menit (reguler, tipe thorakoabdominal)
Suhu : 36,2◦C
SpO2 : 98 %
Kepala : Normosefal, konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), reflex
dalam batas normal
Leher : JVP tidak meningkat, Limfonodi tidak teraba membesar
Toraks :
● Paru :
Inspeksi : simetris, warna kulit, luka (-)
Palpasi : nyeri tekan (-), fremitus taktil kanan = kiri,
pengembangan dada simetris
Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : vesikuler (+)/(+), suara tambahan (-)/(-)
● Jantung :
● Inspeksi : simetris, warna kulit, luka (-), tidak tampak ictus cordis
● Palpasi : nyeri tekan (-), teraba ictus cordis
● Perkusi : konfigurasi jantung dalam batas normal
● Auskultasi : S I-II murni, murmur (-), gallop (-)
Abdomen :
Inspeksi : flat, warna kulit, luka (-), bekas operasi (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : timpani di seluruh lapang perut
Palpasi : nyeri tekan (+), massa (-), hepar dan lien tidak teraba
membesar
Ekstremitas : edema (-), atrofi otot (-), akral hangat, nadi kuat, wpk <2 detik
Status Mental
a. Tingkah laku dan keadaan umum
● Tingkah laku : Normal
● Pakaian : Rapi
● Cara berpakaian : Sesuai usia
b. Alur pembicaraan
● Percakapan : Normal
● Bicara lemah dan miskin spontanitas : tidak
● Pembicaraan tidak berkesinambungan : tidak
c. Mood dan afek
● Mengalami euforia : Tidak
● Mood sesuai isi pembicaraan : Sesuai
● Emosi labil, meluap-luap : Tidak
d. Isi pikiran
Merasakan ilusi, halusinasi, delusi : Tidak
Mengeluhkan sakit seluruh tubuh : Tidak
Delusi tentang penyiksaan, merasa diawasi : Tidak
e. Kapasitas intelektual : Normal
f. Sensorium
● Kesadaran : Compos mentis
● Atensi : Normal
● Orientasi :
- Waktu : Normal
- Tempat : Normal
- Orang : Normal
● Memori :
- Jangka pendek : Normal
- Jangka panjang : Baik
● Kalkulasi : Normal
● Simpanan informasi : Normal
● Tilikan, pengambilan keputusan, dan perencanaan : Normal
Status Neurologis
Nervus cranialis :
Ekstremitas :
GERAK KEKUATAN REFLEKS REFLEKS KLONUS TROFI TONUS
AN FISIOLO PATOLO
GIS GIS
B B 5/5/5 5/5/5 +2 +2 (-) (-) (-) (-) Eu Eu N N
B B 5/5/5 5/5/5 +2 +2 (-) (-) Eu Eu N N
DIAGNOSIS AKHIR
Diagnosis Klinis : Vertigo perifer
Diagnosis Topis : Sistem vestibular sinistra
Diagnosis Etiologi : susp. Gangguan sistem vestibuler (canalis semicircularis)
Diagnosis Lain : Vestibular neuritis, central vertigo.
TATA LAKSANA
Non farmakologis :
o Edukasi pemberian obat
o Edukasi untuk melakukan maneuver-maneuver posisi untuk tatalaksana vertigo perifer
Farmakologis :
o Inj. Dyphenhydramine 1amp (20mg)/8jam
o Inj. Ondancetron 8mg 3x1 k/p
o Tab. Betahistin Mesilat 12mg 3x1 PO
PROGNOSIS
Death : Ad bonam
Disease : Aad bonam
Disability : Ad bonam
Discomfort : Dubia ad bonam
Disatisfaction : Ad bonam
Destitution : Ad bonam
DISKUSI
DIZZINESS
Dizziness merupakan berbagai sensasi yang dapat dirasakan pasien, sehingga dokter
harus dapat membantu pasien mendeskripsikan rasa pusing tersebut dengan spesifik dan
benar. Karakteristik pusing perlu ditanyakan (onset, konstan atau episodic, faktor pemicu,
faktor pemberat, durasi, dan faktor yang dapat memperingan gejala pusing) sehingga
diagnosis akan menjadi lebih tepat.
TIPE DIZZINESS
1. Vertigo: merupakan sensasi gerakan palsu yang dirasakan pasien, sensasi dapat berupa
sensasi berputar pada diri pasien, atau pada benda-benda di sekeliling pasien.
2. Disekuilibrium: ketidakseimbangan yang dirasakan pasien, pasien cenderung mudah
goyah saat berjalan dan terasa seperti ingin jatuh.
3. Pre-syncope: perasaan hilangnya kesadaran atau seperti ingin pingsan.
4. Lightheadedness: perasaan kepala seperti melayang, dapat terjadi perasaan seperti tidak
menyatu dengan lingkungannya.
PEMERIKSAAN YANG BERGUNA
• Memperhatikan gait, ambulation, turning (Disequilibrium disorders biasanya dapat
terdiagnosis dari pemeriksaan ini)
• mengukur tekanan darah dan pulse pasien pada saat supinasi, duduk, dan berdiri
(Orthostatic hypotension adalah penyebab umum pada pre-syncope)
• melakukan manuver Nylen-Barany/ Dix Hallpike (untuk melihat positional nystagmus
dan vertigo)
• Romberg test dengan mata terbuka dan tertutup (Disequilibrium disorders biasanya
dapat terdiagnosis dari pemeriksaan ini)
DEFINISI VERTIGO
Vertigo adalah persepsi yang salah dari gerakan seseorang atau lingkungan
sekitarnya. Persepsi gerakan bisa berupa:
a. Vertigo vestibular adalah rasa berputar yang timbul pada gangguan vestibular.
b. Vertigo non vestibular adalah rasa goyang, melayang, mengambang yang timbul pada
gangguan sistem proprioseptif atau sistem visual.
Vertigo Vestibular:
Berdasarkan letak lesinya dikenal 2 jenis vertigo vestibular, yaitu:
a. Vertigo vestibular perifer : Terjadi pada lesi di labirin dan nervus vestibularis.
b. Vertigo vestibular sentral : Timbul pada lesi di nucleus vestibularis batang otak, thalamus
sampai ke korteks serebri.
ANAMNESIS
Pada anamnesis perlu digali penjelasan mengenai: Deskripsi jelas keluhan pasien.
Pusing yang dikeluhkan dapat berupa sakit kepala, rasa goyang, pusing berputar, rasa tidak
stabil atau melayang.
a. Bentuk serangan vertigo: Pusing berputar atau rasa goyang atau melayang.
b. Sifat serangan vertigo: Periodik. kontinu, ringan atau berat.
c. Faktor pencetus atau situasi pencetus dapat berupa:
- Perubahan gerakan kepala atau posisi.
- Situasi: keramaian dan emosional
- Suara
d. Gejala otonom yang menyertai keluhan vertigo: Mual, muntah, keringat dingin ; Gejala
otonom berat atau ringan.
e. Ada atau tidaknya gejala gangguan pendegaran seperti : tinitus atau tuli/hearing loss.
f. Obat-obatan yang menimbulkan gejala vertigo seperti: streptomisin, gentamisin,
kemoterapi.
g. Tindakan tertentu: temporal bone surgery, transtympanal treatment.
h. Penyakit yang diderita pasien: DM, hipertensi, kelainan jantung.
i. Defisit neurologis: hemihipoestesi, baal wajah satu sisi, perioral numbness, disfagia,
hemiparesis, pengelihatan ganda, ataksia serebelaris.
PEMERIKSAAN FISIK
• Pemeriksaan umum
• Pemeriksaan sistem kardiovaskuler yang meliputi pemeriksaan tekanan darah pada saat
baring, duduk dan berdiri dengan perbedaan lebih dari 30mmHg.
• Pemeriksaan neurologis
1. Kesadaran : kesadaran baik untuk vertigo vestibuler perifer dan vertigo non vestibuler,
namun dapat menurun pada vertigo vestibuler sentral.
2. Nervus kranialis : pada vertigo vestibularis sentral dapat mengalami gangguan pada nervus
kranialis III, IV, VI, V sensorik, VII, VIII, IX, X, XI, XII.
3. Motorik : kelumpuhan satu sisi (hemiparesis).
4. Sensorik : gangguan sensorik pada satu sisi (hemihipestesi).
5. Keseimbangan (pemeriksaan khusus neuro-otologi)
• Tes nistagmus: Nistagmus disebutkan berdasarkan komponen cepat, sedangkan komponen
lambat menunjukkan lokasi lesi: unilateral, perifer, bidireksional, sentral.
• Tes Rhomberg : Jika pada keadaan mata terbuka pasien jatuh, kemungkinan kelainan pada
serebelum. Jika pada mata tertutup pasien cenderung jatuh ke satu sisi, kemungkinan kelainan
pada sistem vestibuler atau proprioseptif.
• Tes rhomberg dipertajam (Sharpen Rhomberg): Jika pada keadaan mata terbuka pasien jatuh,
kemungkinan kelainan pada serebelum. Jika pada mata tertutup pasien cenderung jatuh ke
satu sisi, kemungkinan kelainan pada system vestibuler atau proprioseptif.
• Tes tandem gait: pada kelainan serebelar, pasien tidak dapat melakukan jalan tandem dan
jatuh ke satu sisi. Pada kelaianan vestibuler, pasien akan mengalami deviasi.
• Tes Fukuda, dianggap abnormal jika deviasi ke satu sisi lebih dari 30 derajat atau maju
mundur lebih dari satu meter.
• Tes past pointing, pada kelainan vestibuler ketika mata tertutup maka jari pasien akan deviasi
ke arah lesi. Pada kelainan serebelar akan terjadi hipermetri atau hipometri.
KRITERIA DIAGNOSIS
Memenuhi kriteria anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai dengan etiologi. Dapat dipertimbangkan
pemeriksaan sebagai berikut:
• Pemeriksaan darah rutin seperti elektrolit, kadar gula darah direkomendasikan bila ada
indikasi tertentu dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik.
• CT Scan atau MRI Brain
DIAGNOSIS BANDING
• Stroke vertebrobasilar
• Penyakit demielinisasi
• Meniere disease
• Neuritis vestibularis
TATA LAKSANA
Tatalaksana Simptomatik (Farmakologis)
1. Antihistamin (dimenhidrinat, difenhidramin, meksilin, siklisin)
• Dimenhidrinat lama kerja obat ini ialah 4 – 6 jam. Obat dapat diberi per oral atau parenteral
(suntikan intramuskular dan intravena), dengan dosis 25 mg – 50 mg (1 tablet), 4 kali sehari.
• Difenhidramin HCl. Lama aktivitas obat ini ialah 4 – 6 jam, diberikan dengan dosis 25 mg (1
kapsul) – 50 mg, 4 kali sehari per oral.
• Senyawa Betahistin (suatu analog histamin):
a) Betahistin Mesylate dengan dosis 12 mg, 3 kali sehari per oral.
b) Betahistin HCl dengan dosis 8-24 mg, 3 kali sehari. Maksimum 6 tablet dibagi dalam
beberapa dosis.
2. Kalsium Antagonis
Cinnarizine, mempunyai khasiat menekan fungsi vestibular dan dapat mengurangi respons
terhadap akselerasi angular dan linier. Dosis biasanya ialah 15-30 mg, 3 kali sehari atau 1x75
mg sehari.
Tatalaksana pada Vertigo Perifer
A) BPPV kanal posterior maneuver posisi
a. Manuver Epley (seperti pada gambar)
b. Prosedur Semont
c. Metode Brand Daroff
B) Vestibular Neuritis: Glucocorticoid-methylprednisolone
C) Meniere Disease:
a. Antivertigo (dimenhydrate)
b. profilaksis (betahistine)
Tatalaksana Disequilibrium
Gangguan pada keseimbangan dan koordinasi. Pasien mengeluhkan masalah pada kaki,
tetapi banyak yang akan mengeluhkan pusing di kepala.
Karena disequilibrium adalah gejala dari kondisi lain, maka tatalaksana adalah mengatasi
kondisi awal (peripheral neuropathy, parkinson disease).
Tatalaksana Presyncope
EDUKASI
• Keluarga turut mendukung dengan memotivasi pasien dalam mencari penyebab vertigo dan
mengobatinya sesuai penyebab.
• Mendorong pasien untuk teratur melakukan latihan vestibular.
REFERENSI
Brandt T, Dieterich M, Strupp M. Vertigo and dizziness. Edisi ke-2. London: Springer; 2013.
Kerber KA, Baloh RW. The evaluation of a patient with dizziness. Neurol Clin Pract.
2011;1(1):24–33. doi:10.1212/CPJ.0b013e31823d07b6
Kim )S, Zee DS. Benign paroxysmal positional vertigo. N Eng! J Med. 2014;370(12):1138-47.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2014 tentang Panduan Praktik
Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer
PERDOSSI. Acuan Praktik Klinis Neurologi. PERDOSSI 2016:133-137
Post RE, Dickerson LM. Dizziness: a diagnostic approach. American Family Physician. 2010
Aug;82(4):361-8, 369.
Reilly BM. Dizziness. In: Walker HK, Hall WD, Hurst JW, editors. Clinical Methods: The
History, Physical, and Laboratory Examinations. 3rd edition. Boston: Butterworths;
1990. Chapter 212. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK325/
Standar Kompetensi Dokter Spesialis Neurologi Indonesia, 2015
Strupp M, Brandt T. Diagnosis and treatment of vertigo and dizziness. Dtsch Arztebl Int.
2008;105(10):173–180. doi:10.3238/arztebl.2008.0173
Tumboimbela M, Nurilnaba N, Cahyani A, Bintoro AC, Amar A, I, dkk. Terapi farmakologi
vertigo. Dalam: Amar A, Suryamihardja A, Dewati A, Sitorus F, Nurimaba N, Sutarni
S, dkk. Pedoman tata laksana vertigo. Kelompok Studi Vertigo Perhimpunan Dokter
Spesialis Saraf Indonesia; 2012. h. 207-13.