NEURALGIA POST
HERPETIC
Disusun oleh :
Silfia Fiky Azzahra (30101607738)
Pembimbing klinik :
dr. Hj. Durrotul Djannah, Sp.S
Identitas Pasien
Nama : Ny. SS
Umur : 65 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
No rekam medis : 0101xxxx
Alamat : Sayung Demak
Ruang rawat : Darul Muqomah
Status care : BPJS
KELUHAN UTAMA :
Nyeri wajah
daerah mata kiri
RIWAYAT PENYAKIT
a.
SEKARANG
Lokasi : daerah mata, dahi dan pipi kiri
b. Onset : 3 hari SMRS
c. Kualitas : nyeri wajah daerah mata kiri dan sekitarnya menyebabkan mata sulit dibuka
d. Kuantitas : nyeri terus menerus, skala nyeri 8.
Kronologi :
Pasien datang ke Poli Saraf RSI Sultan Agung Semarang dengan keluhan nyeri wajah daerah
mata kiri dan sekitarnya. Keluhan sudah dirasakan sejak 3 hari yang lalu. Nyeri wajah terus
menerus dan menyebabkan tidur terganggu. Nyeri muncul disertai adanya bintil berisi cairan
bening di sekitar mata kiri, alis, dan hidung. Keluhan lain dirasakan yaitu mata menjadi sulit
dibuka dan kepala terasa pusing. Riwayat cacar air sebelumnya disangkal, terkena gigitan
hewan disangkal, demam dan mual muntah disangkal.
Riyawat Penyakit
RPD RPK
Riwayat sakit seperti ini sebelumnya : disangkal Riwayat sakit serupa : disangkal
Riwayat cacar air (varisella) : disangkal Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat hipertensi : (+) terkontrol Riwayat diabetes melitus : disangkal
Riwayat diabetes mellitus : disangkal Riwayat stroke : disangkal
Riwayat trauma kepala : disangkal
Riwayat merokok : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
RSOSEK
Pembiayaan dengan BPJS non PBI, kesan sosial ekonomi cukup.
STATUS GENERALIS
Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : Komposmentis, GCS: E4M6V5
Vital Sign
Tekanan darah : 190/90 mmHg
Nadi : 83 x/ menit
Suhu : 36,2°C
RR : 24x/ menit
SpO2 : 100%
STATUS GENERALIS
Pemeriksaan N. I (Olfactorius)
Daya Penghidu dbn
Lapang pandang
N.III (Oculomotorius)
Ptosis
Lagophtalmus
Gerak mata keatas
Gerak mata kebawah
Gerak mata media
Ukuran pupil DBN
Bentuk pupil
Reflek cahaya langsung
Reflek cahaya tidak langsung
Reflek akomodasi
Diplopia
N.IV (Trochlearis) :
Cranialis
Mendengarkan detik arloji
Tes rinne TIDAK TIDAK
Tes weber DILAKUKAN DILAKUKAN
Tes schwabach
N.IX (Glossopharyngeus)
Arkus faring
Uvula
Daya kecap 1/3 belakang TIDAK DILAKUKAN
Reflek muntah
Sengau
Tersedak
N.X (Vagus)
Arkus faring Tidak dilakukan
Bersuara DBN
Menelan DBN
Pemeriksaan N.
Cranialis
N.XI (Accesorius)
Memalingkan muka Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Sikap bahu
Mengangkat bahu
N.XII (Hypoglossus)
Sikap lidah DBN
Menjulurkan lidah
Artikulasi
ANGGOTA GERAK ATAS Kanan Kiri
Inspeksi:
Drop hand Tidak ada Tidak ada
Tidak ada Tidak ada
Claw hand Tidak ada Tidak ada
Pitcher’s hand Tidak ada Tidak ada
Kontraktur Normal Normal
Warna kulit
Palpasi Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Lengan atas Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
lengan bawah
Tangan + +
Sistem motorik : 555 555
Gerakan + +
eutrofi eutrofi
Kekuatan + +
Tonus
Trofi +/+ +/+
Sensibilitas
Reflek fisiologik : (+)/(-) (-)/(-)
Bisep & Tricep
Reflek Patologi :
Hoffman & Tromner
ANGGOTA GERAK BAWAH Kanan Kiri
Inspeksi:
Drop foot Tidak ada Tidak ada
Claw foot Tidak ada Tidak ada
Kontraktur Tidak ada Tidak ada
Warna kulit Normal Normal
Sistem motorik
Gerakan + +
555 555
Kekuatan + +
Tonus eutrofi eutrofi
Trofi (-) (-)
Klonus
Reflek fisiologik +/+ +/+
Patella & Achilles Normal Normal
Sensibilitas
Reflek Patologis (-)/(-) (-)/(-)
Babinski & Chaddok
TES SENSIBILITAS :
Hipersensitif pada daerah periorbita sinistra hingga pipi kiri
FUNGSI VEGETATIF
Miksi : dalam batas normal
Defekasi : dalam batas normal
Pemeriksaan Penunjang
PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN
HEMATOLOGI
Darah Rutin 3
Ureum 28 10 – 50
DIAGNOSIS
Diagnosis Klinik : Allodinia Hemisfacialis Sinistra
Diagnosis Topik : N. V trigeminus cabang ophtalmicus dan
maxillaris
Diagnosis Etiologik: Neuropatic Pain e.c. Neuralgia Post Herpetica
Diagnosis Sekunder: hipertensi
Tatalaksana
• Candesartan 1x8 mg
• Amlodipine 1x10 mg
• Carbamazepin 1x200 mg
• Pregabalin 1x75 mg
• Vitamin C 1x1
• Asam mefenamat 2x500 mg
• Acyclovir 4x400 mg
• Mecobalamin 1 A/hr
• Dexketoprofen 2 x 1A
• Lansoprazole 2 x 1A
• Acyclovir zalf 2x1
Edukasi
• Menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai penyakit yang diderita pasien
• Minum obat dan kontrol teratur
• Menghindari lesi luka dari basah karena air
• Beri dukungan kepada pasien agar pasien menghindari stress
PROGNOSIS
Ad vitam : ad bonam
Ad fungsionam : ad bonam
Ad sanationam: ad bonam
TINJAUAN
PUSTAKA
Definisi NPH
Nyeri post herpetikum (Neuralgia Post Herpetik = NPH / Post Herpetic Neuralgia = PHN)
didefinisikan sebagai nyeri yang timbul lebih dari 3 bulan setelah onset (gejala awal)
erupsi zoster terjadi. Nyeri ini terjadi disepanjang serabut saraf yang mengikuti pola ruam
segmental dari Herpes Zoster.Nyeri umumnya diekspresikan sebagai sensasi terbakar
(burning) atau tertusuk-tusuk (shooting) atau gatal (itching). Nyeri ini juga dihubungkan
dengan gejala yang lebih berat lagi seperti disestesia, parestesia, hiperstesia, allodinia dan
hiperalgesia. Pada pasien dengan NPH, biasanya terjadi perubahan fungsi sensorik pada
area yang terkena.
Etiologi Dan Jenis-jenis Virus Herpes
Tipe Virus yang bersifat pathogen pada manusia adalah herpes virus-3 (HHV-3), biasa juga disebut dengan varisella
Zoster virus (VZV). Virus ini berdiam di ganglion posterior susunan saraf tepi dan ganglion kranialis terutama
nervus kranialis V (trigeminus) pada ganglion gasseri cabang oftalmik dan vervus kranialis VII (fasialis) pada
ganglion genikulatum
Patogenesis
Anamnesis
Nyeri erupsi vesikuler sesuai dengan area dermatom merupakan gejala tipikal
herpes zoster. Seiring dengan terjadinya resolusi pada erupsi kulit, nyeri yang
timbul berlanjut hingga 3 bulan atau lebih, atau yang dikenal sebagai nyeri post
herpetik. Nyeri ini sering digambarkan sebagai rasa terbakar, tertusuk-tusuk, gatal
atau tersengat listrik.
Diagnosis
Pemeriksaan Fisik
Nyeri kepala, yang timbul sebagai respon dari viremia
Munculnya area kemerahan pada kulit 2-3 hari setelahnya
Daerah terinfeksi herpes zoster sebelumnya mungkin terdapat skar kutaneus
Sensasi yang ditimbulkan dapat berupa hipersensitivitas terhadap sentuhan maupun
suhu, yang sering misdiagnosis sebagai miositis, pleuritik, maupun iskemia jantung,
serta rasa gatal dan baal yang misdiagnosis sebagai urtikaria
Muncul blister yang berisi pus, yang akan menjadi krusta (2-3 minggu kemudian)
Krusta yang sembuh dan menghilangnya rasa gatal, namun nyeri yang muncul tidak
hilang dan menetap sesuai distribusi saraf (3-4 minggu setelahnya)
Alodinia, yang ditimbulkan oleh stimulus non-noxius, seperti sentuhan ringan
Perubahan pada fungsi anatomi, seperti meningkatnya keringat pada area yang
terkena nyeri ini.
Diagnosis
Pemeriksaan Penujang
Pemeriksaan neurologis pada nervus trigeminus dan pemeriksaan neurologis lainnya
Elektromiografi (EMG) untuk melihat aktivitas elektrik pada nervus
Cairan cerebrospinal (CSF) abnormal dlm 61% kasus
Pleositosis ditemui pada 46% kasus, peningkatan protein 26% dan DNA VZV 22%
kasus
Smear vesikel dan PCR untuk konfirmasi infeksi
Kultur viral atau pewarnaan immunofluorescence bisa digunakan untuk membedakan
herpes simpleks dengan herpes zoster
Mengukur antibodi terhadap herpes zoster. Peningkatan 4 kali lipat mendukung
diagnosis herpes zoster subklinis.
Tatalaksana
1. Antivirus
• Asiklovir diberikan dengan dosis anjuran 5 x 800 mg/hari selama 7 – 10 hari diberikan pada 3 hari
pertama sejak lesi muncul, atau
• Valasiklovir diberikan dengan dosis anjuran 1 mg/hari selama 7 hari secara oral.atau
• Famsiklovir diberikan dengan dosis anjuran 500 mg/hari selama 7 hari selama 7 hari.
2. Analgesik
Paracetamol dan NSAID (mempunyai efek analgesik perifer maupun sentral walaupun efektifitasnya
kecil terhadap nyeri neuropatik.)
3. Anti epilepsy
Gabapentin bekerja pada akson terminal dengan memodulasi masuknya kalsium pada kanal kalsium,
sehingga terjadi hambatan. Karena bekerja secara sentral, gabapentin dapat menyebabkan kelelahan,
konfusi, dan somnolen. Dosis yang dianjurkan sebesar 1800-3600 mg/d . Pregabalin bekerja menyerupai
gabapentin. Onset kerjanya lebih cepat. Seperti halnya gabapentin, pregabalin bukan merupakan agonis
GABA namun berikatan dengan subunit dari voltage-gated calcium channel, sehingga mengurangi
influks kalsium dan pelepasan neurotransmitter. Dikatakan pemberian pregabalin mempunyai efektivitas
analgesik baik pada kasus neuralgia paska herpetika, neuropati diabetikorum dan pasien dengan nyeri
CNS oleh karena trauma medulla spinalis.
Tatalaksana
4. Anti depressan
Pemberian tricyclic antidepressant seperti amiitriptyline dengan dosis, 25-150 mg/d secara
oral.
5. Terapi topical
Lidokain topikal merupakan obat yang sering diteliti dengan hasil yang baik dalam
mengobati nyeri neuropatik. Sebuah studi menunjukkan efek yang baik dengan
penggunaan lidocaine patch 5% untuk pengobatan NPH. Obat ini ditempatkan pada
daerah simtomatik selama 12 jam dan dilepas untuk 12 jam kemudian.
Tatalaksana non farmakologi
1. Akupunktur