I. IDENTITAS
Nama : Ny. S
Umur : 51 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status : Menikah
Tempat Periksa : Poli saraf
I. STATUS INTERNA
1. Kesan Umum
Kesadaran : Compos mentis
GCS : E4 V5 M6
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80x/menit
Pernafasan : 22x/menit
Suhu : 36,40 C
Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-),
refleks pupil / diameter (3cm/3cm), pupil
bulat dan isokor
Leher : Pembesaran KGB leher (-)
Dada - Jantung : S1S2 murni, regular, murmur (-), gallop (-)
- Paru : Suara nafas vesikular, rhonki -/-, wheezing -/-
Perut : Distensi (-), supel, nyeri tekan epigastrium(-),
perkusi timpani, bising usus (+) normal.
2. Status neurologis
A. Fungsi luhur : dalam batas normal
B. Fungsi vegetatif : dalam batas normal
C. Tanda rangsangan selaput otak :
Kaku kuduk : (-)
Tanda lasseque : (-)
Tanda kernig : (-)
Tanda brudinski I : (-)
Tanda brudinski II : (-)
Tanda brudinski III : (-)
Tanda brudinski IV : (-)
D. Kolumna vertebralis :
Kelainan bentuk : (-)
Nyeri tekan/ ketok lokal : (-)
Tanda Patrick : (-)
Tanda Kontrapatrick : (-)
Gerakan vertebra servikal : fleksi, ekstensi dan rotasi pasif dalam
batas normal
Gerakan tubuh : membungkuk, ekstensi dan deviasi
lateral dalam batas normal
N. II (Optikus)
Tajam penglihatan : >6/60 >6/60
Lapang penglihatan : dbn dbn
Melihat warna : dbn dbn
Fundus okuli : dbn dbn
N. III (Okulomotorius)
Celah mata : simetris
Posisi bola mata : di tengah di tengah
Pergerakan bola mata : dbn dbn
Strabismus : - -
Nistagmus : - -
Exophtalmos : - -
Pupil Besarnya : 3 mm 3 mm
Bentuknya : Bulat Bulat
Refleks cahaya langsung : + +
Refleks cahaya tidak langsung : + +
Refleks konvergensi : + +
Melihat ganda : - -
N. IV (Troklearis)
Pergerakan mata : dbn dbn
(ke bawah-ke dalam)
Sikap bola mata : Tengah Tengah
Melihat ganda : - -
N.V (Trigeminus)
Membuka mulut : dbn dbn
Mengunyah : dbn dbn
Menggigit : dbn dbn
Refleks kornea : + +
Sensibilitas muka : + +
N. VI (Abdusen)
Pergerakan mata (ke lateral) : - -
Sikap bola mata : Tengah Tengah
Melihat ganda : - -
N. VII (Fasialis)
Mengerutkan dahi : simetris
Menutup mata : simetris
Memperlihatkan gigi : simetris
Bersiul : simetris
Perasaan lidah (2/3 anterior) : dbn dbn
N. VIII
Suara berbisik : dbn dbn
Tes schwabach : dbn dbn
Tes rinne : dbn dbn
Tes weber : dbn dbn
Vertigo : (-)
Nistagmus : (-)
N. IX (Glosofaringeus)
Perasaan lidah (1/3 posterior) : dbn dbn
Sensibilitas faring : dbn dbn
N. X (Vagus)
Arkus faring : normal (tengah)
Menelan : dbn
Refleks muntah : dbn dbn
Fenomena Vernet Rideau : dbn dbn
N. XI (Aksesorius)
Mengangkat bahu : dbn dbn
Memalingkan muka : dbn dbn
N.XII (Hipoglossus)
Atrofi lidah : (-) (-)
Kekuatan : simetris simetris
Gerak spontan : (-)
Posisi diam : di tengah
Posisi dijulurkan : di tengah
Refleks
Biceps : ++ ++
Triceps : ++ ++
Brachial : ++ ++
Hoffman Tromner : - -
II. Resume
A. Anamnesis
Pasien mengeluh nyeri dan kesemutan di telapak tangan kanan yang
dirasakan sejak 1 bulan yang lalu. Kesemutan terutama dirasakan pada sisi
dalam jari tengah, telunjuk, dan ibu jari. Kesemutan bersifat hilang timbul dan
dirasakan lebih sering pada malam hari dan berkurang bila diayun-ayunkan, nyeri
juga dirasakan terutama pada malam hari sehingga mengganggu tidur karena
sering terbangun.
Pasien mengeluh rasa sedikit tebal pada jari tengah, telunjuk, dan ibu jari.
Keluhan muncul bersamaan dengan nyeri dan rasa kesemutan. Nyeri berkurang
bila pergelangan tangan dipijat atau dikibas-kibaskan.
Pasien tidak pernah memeriksakan keluhan tersebut sebelumnya. Oleh pasien
tangan yang sakit masih tetap digunakan untuk bekerja. Pasien adalah seorang ibu
rumah tangga, pasien juga mengaku mempunyai kebiasaan mencuci dan memeras
pakaian dengan tangan di rumah yang dilakukan setiap hari selama bertahun-
tahun.
Pasien menyangkal riwayat bengkak dan panas di pergelangan tangan. Pasien
juga menyangkal riwayat jatuh menumpu pada tangan. Pasien juga menyangkal
kebiasaan tidur menumpu pada pergelangan tangan. Pasien menyangkal riwayat
kelemahan anggota gerak. Pasien menyangkal riwayat kesulitan dalam memegang
botol atau benda-benda berbentuk sejenis.
B. Pemeriksaan Fisik
Status interna : dbn
Status psikiatri : dbn
Status neurologis :
Kesadaran : GCS E4V5M6
Fungsi luhur : dbn
Fungsi sensoris : Lengan
Kanan
Kiri
Taktil : turun dbn
Nyeri : dbn dbn
Suhu : dbn dbn
Diskriminan 2 titik : turun dbn
Lokalis : turun dbn
III. Diagnosis
Diagnosis klinis
Hipoestesia palmar dextra, hipoestesia digiti I, II, III dextra
Diagnosis topis
Nervus medianus dalam terowongan karpal
Diagnosis etiologis :
Suspek Carpal Tunnel Syndrome dextra
- Medikamentosa
Meloxicam 15 mg 1 x 1
Vit B 6 (piridoksin) tab 50mg 3x1
Injeksi metylprednisolon 20 mg intrakompartemen
- Nonmedikamentosa
Fisioterapi
Fiksasi pergelangan tangan dengan bandage
Mengurangi aktivitas yang memberatkan penyakit seperti mencuci baju
dengan tangan, dan memeras pakaian.
Monitoring:
- Perjalanan penyakit
- Pemeriksaan neurologis
V. Prognosis
Ad vitam : sanam
Ad sanam : sanam
Ad fungsionam : sanam
Laboratorium
Interpretasi : normal
A (assessment)
Diagnosis klinis :
Hipoestesia palmar dextra, hipoestesia digiti I, II, III dextra
Diagnosis topis
Nervus medianus dalam terowongan karpal
Diagnosis etiologis :
Carpal Tunnel Syndrome Dextra
P (planning)
Meloxicam 15 mg 1 x 1
Vit B 6 (piridoksin) tab 50mg 3x1
Bila nyeri tidak menghilang/ berkurang : injeksi Metylprednisolon intra
karpal 20mg lagi
Bila 2 minggu lagi keadaan masih tidak membaik dan muncul tanda-
tanda atrofi, segera konsul bedah orthopedi
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar21.
Persarafan
sensoris Nervus
medianus
Kawasan
sensoriknya mencakup kulit yang menutupi telapak tangan, kecuali daerah ulnar
selebar 11/2 jari. Dan pada dorsum manus kawasan sensoriknya adalah kulit yang
menutupi falangs kedua dan falangs ujung jari telunjuk, jari tengah, dan separuh
jari manis.
N. medianus sering terjepit atau tertekan dalam perjalanannya melalui
m.pronator teres, siku dan retinakulum pergelangan tangan. Pada luka di
pergelangan tangan, misalnya, n.medianus dapat terpotong bersama dengan
n.ulnaris. Hal itu sering terjadi pada kecelakaan di mana tangan menerobos kaca.
Kelumpuhan yang menyusulnya melanda ketiga jari sisi radial, sehingga ibu jari,
jari telunjuk, dan jari tengah tidak dapat difleksikan, baik di sendi
metakarpofalangeal, maupun di sendi interfalangeal. Ibu jari tidak dapat
melakukan oposisi dan abduksi. Atrofi otot-otot tenar akan cepat menyusul
kelumpuhan tersebut.
Gambar 3.
Jepitan pada
Nervus medianus
B. Carpal Tunnel
Syndrome (CTS)
CTS Atau juga disebut sebagai sindroma terowongan karpal, merupakan suatu
neuropati jepitan (entrapment) n.medianus di pergelangan tangan yang
menimbulkan parestesia dan kelemahan tangan. Sindroma ini disebabkan oleh
tekanan pada saraf medianus sewaktu saraf ini bersama dengan tendo fleksor jari
tangan melewati terowongan yang dibentuk oleh tulang karpal dan ligamentum
karpal transversus. Penekanan pada n.medianus dapat disebabkan oleh semua
proses yang mencapai saluran karpal. Tenosinovitis lokal pada tendo fleksor jari
tangan sering merupakan penyebab sindroma saluran karpal, terutama pada
perempuan berusia pertengahan. Edema prahaid atau selama kehamilan juga bisa
menimbulkan gejala ini. Gejala dapat dicetuskan oleh aktivitas yang memerlukan
fleksi, pronasi, dan supinasi berulang pergelangan tangan, seperti menyulam,
mengemudi, menjalankan komputer, dan bermain golf. Penyebab sindroma karpal
yang lain (sering bilateral) adalah artritis reumatoid, akromegali, hipotiroidisme,
dan amiloidosis. Sindroma saluran karpal unilateral cenderung disebabkan oleh
trauma, aktivitas jasmani yang menggunakan satu pergelangan tangan,
tuberkolosis, gout, atau penyakit endapan kalsium pirofosfat. (Gilliland, 2007)
Pasien merasa baal (mati rasa) atau parestesia pada permukaan palmar ibu
jari, jari telunjuk dan jari tengah, dan separuh radial jari manis. Dapat timbul rasa
baal atau parestesia di seluruh tangan. Nyeri dapat terasa di lengan bawah dan
kadang-kadang ke bahu dan leher. Nyeri atau kesemutan pada jari sering timbul
pada malam hari dan akan berkurang apabila penderita menggoyang atau
menggerak-gerakkan tangan.
Kelemahan dan atrofi otot tenar biasanya timbul belakangan dan dapat timbul
tanpa gangguan sensorik yang bermakna. Kelemahan otot tenar bermanifestasi
sebagai penurunan kekuatan abduksi, oposisi dan fleksi jempol.
Gambar 5.
Pemeriksaan CTS : Wrist extension test (kiri) dan Phalens test (kanan)
Diagnosis bisa ditegakkan melalui pemeriksaan fisik yang meliputi
pemeriksaan motorik. Pemeriksaan ini dilakukan dengan memeriksa otot-otot yang
diinervasi saraf medianus sisi distal dari terowongan karpal, misalnya m.abduktor
polisis brevis, m.fleksor polisis brevis, dan m.lumbrikalis kesatu dan kedua, serta
m.oponens polisis. Dilakukan juga pemeriksaan sensorik. Pada CTS hampir selalu
terdapat parestesia, maka pemeriksaan ini perlu dilakukan. Pemeriksaan ini
meliputi pemeriksan hipoaesteisa, pemeriksaan membedakan 2 titik, pemeriksaan
hiperestesia, dan pemeriksaan persepsi vibrasi. Pemeriksaan fungsi ototnom, bisa
dilihat apakah terdapat perbedaan keringat, kulit kering dan licin yang berbatas
tegas pada distribusi saraf medianus.
Untuk diagnosis mungkin juga perlu dilakukan pemeriksaan penunjang,
misalnya EMG dan pemeriksaan laboratorium (meliputi pemeriksaan kadar gula
darah, kadar hormon tiroid, dan pemeriksaan darah lengkap). Pemeriksaan
radiologi yang dapat dilakukan adalah foto polos, tomografi komputer, resonansi
magnetik, dan ultrasonografi (USG).
Diagnosis banding
Diagnosis banding dalam kasus dalam skenario yang juga merupakan
kemungkinan penyakit yang ada bersama CTS adalah neuropati ulnar. Neuropati
ulnar juga hampir sama dengan CTS, dapat menyebabkan keluhan kesemutan atau
kelemahan pada tangan atau nyeri pada lengan. Untuk membedakannya dari CTS,
pada neuropati ulnar, gangguan sensorik biasanya terbatas pada jari ke-5 dan
setengah sisi ulnar jari ke-4. Gangguan motorik akan berpengaruh pada otot-otot
intrinsik tangan kecuali oponen polisis, fleksor polisis brevis, abduktor polisis
brevis, lumbrikalis kesatu dan kedua.
CTS juga sering memiliki gejala mirip dengan fraktur radius distal, sindrom
pronator teres, dan sindrom de Quarvains. Kita juga harus dapat membedakannya
dengan hipestesi pada radikulopati servikal dimana penurunan fungsi sensori yang
berjalan sesuai dermatomnya.
Tata laksana
Terapi yang bisa diberikan adalah terapi konservatif dan terapi operatif
(diindikasikan apabila kasus tidak mengalami perbaikan setelah terapi konservatif
atau bila terjadi gangguan sensorik yang berat atau adanya atrofi otot-otot thenar).
Terapi konservatif bisa dilakukan dengan:
- Mengistirahatkan pergelangan tangan.
- Pemberian obat antiinflamasi nonsteroid. Pemberian obat ini diindikasikan
karena penebalan fleksor retinakulum (ini etiologi yang tersering) misalnya karena
proses radang pada artritis reumatoid.
- Pemasangan bidai pada posisi netral pergelangan tangan. Bidai dapat dipasang
terus menerus atau hanya pada malam hari selama 2-3 minggu.
- Injeksi steroid, misalnya deksametason 1-4 mg atau hidrokortison 10-25 mg atau
metilprednisolon 20 mg/40 mg diinjeksikan ke dalam terowongan karpal dengan
menggunakan jarum no.23 atau no.25 pada lokasi 1 cm ke arah proksimal lipat
pergelangan tangan di sebelah medial tendon m.palmaris longus. Bila belum
berhasil, suntikan dapat diulangi setelah 2 minggu atau lebih. Tindakan operasi
bisa dilakukan bila hasil terapi belum memuaskan setelah diberi 3 kali suntikan.
- Kontrol cairan, misalnya dengan pemberian diuretika.
- Vitamin B6 (piridoksin). Beberapa penulis berpendapat bahwa salah satu
penyebab CTS adalah defisiensi piridoksin sehingga mereka menganjurkan
pemberian piridoksin 100-300 mg/hari selama 3 bulan. Tetapi ada beberapa penulis
lainnya berpendapat bahwa pemberian piridoksin tidak bermanfaat bahkan dapat
menimbulkan neuropati bila diberikan pada dosis besar.
- Fisioterapi, ditujukan pada perbaikan Vaskularisasi pergelangan tangan.
Prognosis
Prognosis dari terapi yang diberikan pada CTS ringan umumnya baik.
Perbaikan yang paling cepat dirasakan adalah hilangnya rasa nyeri yang kemudian
diikuti perbaikan sensorik. Biasanya perbaikan motorik dan otot-otot yang
mengalami atrofi baru diperoleh kemudian. Keseluruhan proses perbaikan CTS
setelah operasi ada yang sampai memakan waktu 18 bulan.
Komplikasi
Komplikasi yang dapat dijumpai adalah kelemahan dan hilangnya sensibilitas
yang persisten di daerah distribusi n.medianus. Komplikasi yang berat adalah
reflek sympathetic dystrophy yang ditandai dengan nyeri hebat, hiperalgesia,
disestesia, dan gangguan trofik.
Pencegahan
Pencegahan untuk CTS bisa dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:
- Usahakan agar pergelangan tangan selalu dalam posisis netral.
- Perbaiki cara memegang atau menggenggam alat benda. Gunakanlah seluruh
tangan dan jari-jari untuk menggenggam sebuah benda, jangan hanya
menggunakan ibu jari dan telunjuk.
- Batasi gerakan tangan yang repetitif.
- Istirahatkan tangan secara periodik.
- Kurangi kecepatan dan kekuatan tangan agar pergelangan tangan memiliki waktu
untuk beristirahat.
- Latih otot-otot tangan dan lengan bawah dengan melakukan peregangan secara
teratur.
DAFTAR PUSTAKA
Burns, D. K., V. Kumar. 2007. Sistem Saraf. Dalam: Kumar, V., R. S. Cortran, dan S.
L. Robbins. Buku Ajar Patologi. Edisi 7. Volume 2. Terjemahan B. U. Pendit.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. pp: 903-948.
Dorland, W. A. N. 2007. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. Terjemahan H.
Hartanto, et.al. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Gilliland, B. C. 2007. Polikondritis Berulang dan Berbagai Artritis Lain. Dalam:
Isselbacher, K. J., E. Braunwald, J. D. Wilson, J. B. Martin, A. S. Fauci, D. L.
Kasper. 2007.
Harrison, Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam Volume 4. Edisi 13. Terjemahan
Asdie, A. H., et. al. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. pp: 1902-1903
Guyton, A. C., J. E. Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11.
Terjemahan Irawati, et.al. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Mardjono, M., P. Sidharta. 2008. Neurologi Klinis Dasar. Edisi 5. Jakarta: Penerbit
Dian Rakyat.