ABORTUS
Dibuat oleh:
2021
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................1
BAB 1......................................................................................................................2
2.1 Abortus...........................................................................................................4
2.1.1 Definisi....................................................................................................4
2.1.2 Etiologi....................................................................................................4
2.1.4 Klasifikasi dan Manifestasi Klinis Abortus...........................................6
2.2 Inkompetensi Serviks dengan Abortus..........................................................8
2.2.1 Definisi....................................................................................................8
2.2.2 Etiologi....................................................................................................9
2.2.3 Patofisiologi Terjadinya Perlunakan Serviks Premature........................9
2.2.4 Diagnosis...............................................................................................10
2.2.5 Tatalaksana...........................................................................................12
2.2.6 Komplikasi............................................................................................16
2.3 Mola Hidatidosa...........................................................................................16
2.3.1 Definisi..................................................................................................16
2.3.2 Klasifikasi.............................................................................................16
2.3.3 Manifestasi Klinis.................................................................................17
2.3.4 Koriokarsinoma.....................................................................................17
2.4 Tatalaksana Abortus.....................................................................................19
2.5 Konseling dan Edukasi................................................................................23
BAB III..................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................25
1
2
BAB 1
PENDAHULUAN
diinginkan. Saat ini diperkirakan ada 25 juta kejadian induksi keguguran yang
tidak aman yang terjadi di dunia setiap tahunnya, dan berujung pada kematian
lebih kurang 44.000 perempuan (Ganata et.al, 2017). Di Indonesia, belum ada
data epidemiologis yang akurat untuk menggambarkan kondisi terkini di
masyarakat, namun penelitian di tahun 2000 memperkirakan bahwa angkanya
mencapai 2 juta per tahun. Lebih lanjut, data Riskesdas tahun 2010 menyebutkan
bahwa 49,4% upaya induksi keguguran dilakukan oleh diri sendiri, dan metode
yang paling sering digunakan meliputi pil (39,7%), jamu (39%), dan pijat
(16,3%). Induksi keguguran yang tidak aman dapat menyebabkan berbagai
komplikasi, termasuk perdarahan, sepsis, peritonitis, dan trauma pada serviks,
vagina, uterus, dan organ perut. Satu dari empat perempuan yang melakukan
induksi keguguran yang tidak aman berisiko mengalami disabilitas sementara
maupun permanen yang membutuhkan pelayanan medis (RISKESDAS, 2010).
Kejadian abortus diduga mempunyai efek terhadap kehamilan berikutnya,
baik pada timbulnya penyulit kehamilan maupun pada hasil kehamilan itu sendiri.
Abortus dapat terjadi akibat 2 faktor, yaitu faktor janin (kelainan genetik) dan
faktor Ibu (umur, anemia, kelainan endoktrin (hormonal), faktor kekebalan
(imunologi), kelemahan otot leher rahim, kelainan bentuk rahim, dan infeksi yang
diduga akibat beberapa virus seperti campak, cacar air, herpes, dan klamidia)
(Muchtar, 2012).
Berbagai data di atas menekankan pentingnya asuhan pasca keguguran
yang komprehensif dan berkualitas bagi semua perempuan yang mengalami
keguguran. Asuhan tersebut meliputi tatalaksana medis untuk mengeluarkan sisa
hasil konsepsi dari uterus, di mana penelitian menunjukkan bahwa pada sekitar
28% kasus keguguran spontan, jaringan hasil konsepsi tidak keluar secara lengkap
dan membutuhkan tatalaksana lebih lanjut.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Abortus
2.1.1 Definisi
Abortus adalah penghentian atau berakhirnya suatu kehamilan pada usia
20 minggu dan berat janin masih kurang dari 500 gram.
2.1.2 Etiologi
Penyebab abortus (early pregnanqt loss) bervariasi dan sering
diperdebatkan. Umumnya lebih dari satu penyebab. Penyebab terbanyak di
anraranya adalah sebagai berikut.
2.1.2.1 Penyebab Genetik
4
5
b. Abortus diinduksi
adalah penghentian kehamilan yang sengaja dilakukan sebelum
janin mampu hidup, baik dengan memakai obat-obatan atau memakai alat.
Di Indonesia, abortus diinduksi dilarang secara hukum kecuali untuk dua
kondisi, yaitu (1) indikasi kedaruratan medis dan (2) kehamilan akibat
perkosaan, dengan syarat-syarat yang telah diatur dalam UU Nomor 36
Tahun 2009 dan PP Nomor 61 Tahun 2014.
Abortus secara klinis dapat dikelompokkan menjadi abortus
iminens, abortus insipiens, abortus inkomplit, dan abortus komplit. Selain
itu, ada juga missed abortion, abortus habitualis, abortus infeksiosus, dan
abortus septik.
1. Abortus iminens
Abortus iminens merupakan perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu, hasil konsepsi masih dalam uterus, dan
tanpa adanya dilatasi serviks. Diagnosis abortus iminens ditentukan karena
pada wanita hamil terjadi perdarahan melalui ostium uteri eksternum,
disertai sedikit nyeri abdomen atau tidak sama sekali, uterus membesar
sesuai usia kehamilan, serviks belum membuka, dan tes kehamilan positif.
7
2. Abortus insipiens
Perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan
adanya dilatasi serviks uteri yang semakin bertambah, tetapi hasil konsepsi
masih dalam uterus. Dalam hal ini rasa perut mulas menjadi lebih sering
dan kuat serta perdarahan semakin banyak.
3. Abortus inkomplit
Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20
minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Pada pemeriksaan
vagina, kanalis servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum
uteri atau terkadang sudah menonjol dari ostium uteri eksternum.
4. Abortus komplit
Perdarahan pada kehamilan muda di mana seluruh hasil konsepsi
telah keluar dari kavum uteri. Seluruh hasil kehamilan telah dilahirkan
dengan lengkap. Pada penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri
telah menutup, dan uterus sudah banyak mengecil. Diagnosis dapat di
permudah apabila hasil konsepsi dapat diperiksa dan dapat dinyatakan
bahwa semuanya sudah keluar dengan lengkap.
5. Abortus septik dan abortus infeksiosa
Abortus septik adalah abortus yang disertai infeksi baik pada uterus
dan organ sekitarnya, diikuti penyebaran kuman atau toksin ke dalam
peredaran darah atau peritoneum. Infeksi dalam uterus atau sekitarnya
dapat terjadi pada setiap abortus, namun seringnya ditemukan pada abortus
inkomplit dan lebih sering didapatkan pada abortus diinduksi yang
dikerjakan tanpa memper- hatikan teknik asepsis dan antisepsis.
Diagnosis abortus infeksiosa ditentukan dengan terdapatnya
abortus yang disertai gejala dan tanda infeksi genitalia, seperti demam,
takikardi, perdarahan pervaginam berbau, uterus yang membesar, lembek,
serta nyeri tekan, dan leukositosis. Apabila terdapat sepsis, penderita
tampak sakit berat, kadang-kadang menggigil, demam tinggi dan tekanan
darah menurun.
8
6. Missed abortion
Missed abortion adalah kematian janin sebelum berusia 20 minggu,
tetapi janin yang mati tertahan di dalam cavum uteri tidak dikeluarkan
selama 8 minggu atau lebih. Missed abortion umumnya didahului oleh
tanda-tanda abortus iminens yang kemudian menghilang secara spontan
atau setelah pengobatan. Gejala subjektif kehamilan menghilang, uterus
tidak membesar lagi dan cenderung mengecil, serta tes kehamilan menjadi
negatif. Dengan ultrasonografi dapat ditentukan segera apakah janin sudah
mati dan besarnya sesuai dengan usia kehamilan.
7. Abortus habitualis
Keadaan dimana penderita mengalami abortus berturut-turut tiga
kali atau lebih. Pada umumnya penderita tidak sulit menjadi hamil, tetapi
kehamilannya berakhir sebelum 28 minggu.
2.2.1 Definisi
9
2.2.4 Diagnosis
Diagnosis serviks inkompeten umumnya ditegakkan berdasarkan riwayat
satu atau lebih kegagalan kehamilan pada trimester kedua atau riwayat keguguran
berulang pada trimester kedua, dengan kerugian masing-masing terjadi pada usia
kehamilan lebih awal dari yang sebelumnya dan kurang kontraksi yang
menyakitkan atau peristiwa berkaitan lainnya. Namun, dalam penemuan
ultrasonografi terakhir, definisi ini sedang ditantang. Terdapat keraguan bahwa
pemeriksaan ultrasonografi, terutama transvaginal, bermanfaat sebagai alat bantu
untuk mendiagnosis pemendekan serviks atau pencorongan ostium interna dan
mendeteksi secara dini serviks yang inkompeten. Secara umum, panjang serviks
sebesar 25mm atau kurang antara 16 dan 18 minggu gestasi dibuktikan secara
prediktif untuk kelahiran prematur pada wanita dengan riwayat penghentian
kehamilan pada midtrimester.
11
2.2.5 Tatalaksana
Terapi untuk inkompetensi serviks adalah dengan cara bedah dan non-
bedah. Pilihan terapi non-bedah dapat mengurangi risiko kelahiran prematur pada
wanita dengan inkompetensi serviks. Pengurangan aktivitas atau istirahat total di
tempat tidur, menghindari hubungan seksual, dan penghentian penggunaan
13
serviks eksternal. Ada berbagai metode untuk mendorong membrane atau selaput
ketuban ini kembali ke rongga intrauterine. Menggunakan sebuah kateter Foley
dapat ditempatkan dalam kandung kemih atau os serviks untuk mendorong
membrane ke atas. Atau balon dapat disisipkan dibawah pengaruh anestesi
epidural dengan pasien dalam posisi Tredelenburg. Amniosentesis untuk analisa
gula darah, kultur Gram, dan interleukin harus dipertimbangkan untuk
menyingkirkan infeksi intra-amnion subklinis. Amniosentesis transabdominal
juga berfungsi untuk mengurangi membrane via amnioreduksi.
2.2.6 Komplikasi
Komplikasi dari tindakan cerclage ini adalah pecahnya ketuban,
korioamnionitis, dan perpindahan dari jahitan. Insiden bervariasi dengan
prosedur tindakan dan waktu. Pecahnya membrane telah dilaporkan 1-
18% dari pemasangan elektif, 3- 65% dari pemasangan cerclage urgensi
dan 0- 51% dari penempatan darurat. Korioamnionitis dikembangkan
dalam 1-60%, 30-35% dan 9-37% dari prosedur, masing-masing.
Perpindahan jahitan terjadi pada 3% sampai 13% dari prosedur
pemasangan elektif.
2.3.1 Definisi
Suatu kehamilan yang ditandai dengan adanya villi korialis yang
tidak normal secara histologis yang terdiri dari beberapa macam tingkatan
proliferasi trofoblastik dan edema pada stroma villus. Biasanya kehamilan
mola terjadi di dalam uterus, tetapi kadang-kadang terdapat juga di saluran
telur ataupun ovarium
2.3.2 Klasifikasi
(a) Mola hidatidosa komplit
17
Masih tampak gelembung yang disertai janin atau bagian dari janin.
Umumnya janin masih hidup dalam bulan pertama. Tetapi ada juga yang
hidup sampai aterm. Pada pemeriksaan histopatologik tampak di beberapa
tempat villi yang edema dengan sel trofoblas yang tidak begitu
berproliferasi, sedangkan tempat lain masih banyak yang normal
Dari mola yang sifatnya jinak, dapat tumbuh tumor trofoblast yang
bersifat ganas. Tumor ini ada yang kadang-kadang masih mengandung
villus di samping trofoblast yang berproliferasi, dapat mengadakan invasi
yang umumnya bersifat lokal, dan dinamakan mola destruens (invasive
mole, penyakit trofoblast ganas jenis villosum). Selain itu terdapat pula
tumor trofoblast yang hanya terdiri dari atas sel-sel trofoblast tanpa
stroma, yang umumnya tidak hanya berinvasi di otot uterus tetapi
menyebar ke alat-alat lain (koriokarsinoma, penyakit trofoblast ganas non
villosum)
2.3.3 Manifestasi Klinis
Derajat keluhan mual muntah lebih hebat
2.3.4 Koriokarsinoma
Penyakit ini dibagi dalam 2 golongan, ialah a) golongan dengan
risiko rendah dan b) golongan dengan risiko tinggi. Pada golongan risiko
rendah penyakit terbatas pada uterus atau terdapat metastasis di paru-paru,
di pelvis , dan/ atau di vagina, dengan kadar hCG tidak melebihi 100,000
mU/ml. Koriokarsinoma didahului oleh mola hidatidosa dalam 50%, oleh
kehamilan aterm dalam 25%, dan sisanya oleh abortus atau kehamilan
ektopik.
Penyakit Trofoblast Ganas Risiko Rendah
Pada penyakit ini dapat ditemukan metastasis di paru-paru dan/atau
alat genital, dan kadar hCG yang tetap tinggi atau meningkat tetapi tidak
melebihi 100,000 mU/ml. Umumnya penyakit diketahui dan diobati
selama kurang dari 4 bulan, setelah mola dikeluarkan. Jika ada perdarahan
tidak normal, perlu dilakukan kerokan dahulu.
Untuk membuat diagnosis perlu ditentukan tidak adanya metastasis
di otak, hepar, dan/ atau traktus digestivus. Jika pada biopsi (misalnya dari
metastasis di vagina) ditemukan villus, hal itu menunjukkan bahwa
penyakit ialah penyakit trofoblast ganas villosum.
Kemoterapi dimulai dengan pemberian berturut-turut methotrexate
dalam dosis rendah dan dactinomycin juga dalam dosis rendah. Apabila
kadar hCG pada pengamatan lanjut menjadi normal, tidak perlu
pengobatan diteruskan; apabila tidak menjadi normal dalam beberapa
minggu, pengobatan diulangi.
Dalam kasus-kasus yang tetap resisten, diberi triple therapy terdiri
atas methotrexate, dactinomycin dan cyclophosphamide, atau methotrexate
dalam dosis tinggi dalam infuse. Terapi dengan infus tersebut diberikan
kepada penderita yang menunjukkan tanda-tanda keracunan dengan
dactinomycin.
19
Abortus Iminens
• Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsang
mekanik berkurang.
• Tes kehamilan dapat dilakukan. Bila hasil negatif, mungkin janin sudah
mati.
Prognosis
Abortus Insipiens
• Bila ada tanda-tanda syok maka atasi dulu dengan pemberian cairan dan
transfusi darah.
Abortus Inkomplit
• Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infus cairan NaCl fisiologis
atau ringer laktat yang disusul dengan ditransfusi darah.
Abortus Komplit
• Bila pasien anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau transfusi
darah.
Missed Abortion
• Bila terdapat hipofibrinogenemia siapkan darah segar atau fibrinogen.
• Bila tinggi fundus uteri sampai 2 jari bawah pusat, keluarkan hasil
konsepsi dengan menyuntik larutan garam 20% dalam kavum uteri melalui
dinding perut.
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
12. Wang HL, Yang Z, Shen Y, Wang QL. [Clinical outcome of therapeutic
cervical cerclage in short cervix syndrome]. Zhonghua Fu Chan Ke Za
Zhi. 2018 Jan 25;53(1):43-46.
13. Wei M, Jin X, Li TC, Yang C, Huang D, Zhang S. A comparison of
pregnancy outcome of modified transvaginal cervicoisthmic cerclage
performed prior to and during pregnancy. Arch. Gynecol. Obstet. 2018
Mar;297(3):645-652
14. Akur, Monika & Mahajan, Kunal. (2018). Cervical Incompetence-
StatPearls-NCBI Bookshelf