Disusun oleh :
dr. Nabila Tiara Santoso
Pembimbing :
dr. Gusti Pramadya Ismail, Sp.S
Pendamping :
dr. Fuad Supriyadi
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. WS
Jenis Kelamin : perempuan
Umur : 68 tahun
Alamat : Jl. Pinang Ranti, Jakarta Timur
Diagnosis : Reversible Ischemic Neurological Deficit (RIND).,
Hipertensi, DM
Tanggal Masuk RS : 7 Juni 2022
Diagnosis Sementara
Diagnosis Klinis
Stroke Iskemik
Diagnosis Etiologi
DM dan Hipertensi
Diagnosis Tropik
Infark pada Hemisfer Sinistra
II.3
+ Pemeriksaan Fisik
• Status Generalis
- Tekanan darah : 198/97 mmHg
- Nadi : 92x/menit
- Respiratory rate : 20x/menit
- Suhu : 36,8 derajat celcius
- TB : ±155 cm
- BB : ± 58 kg
- IMT : 24,14
• Status generalis : tampak lemas, kesadaran compos mentis
• Kepala :
- Bentuk normocephal
- Rambut : Rambut beruban, sukar dicabut.
- Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), sekret (-/-),
edema palpebra (-/-), reflek cahaya (+/ +) isokor.
- Hidung : Deformitas (-/-), secret (-/-) epistaksis (-/-), nafas cuping
hidung (-), tidak ada luka.
- Telinga : Deformitas (-/-), keluar cairan (-/-), hiperemis (-/-),
cerumen (-/-), nyeri tekan (-/-), tidak ada luka.
- Mulut : Lateralisasi (-), deformitas (-), stomatitis lidah (-), sianosis(-), kering (-),
lembab (-), gusi berdarah (-)
- Leher : pembesaran tiroid (-), pembesaran limfonodi (-), masa abnormal (-), kaku
kuduk (-), deviasi trakea (-), tidak ada luka.
• Thorax:
o Cor:
Inspeksi : iktus cordis tampak
Palpasi : iktus cordis kuat angkat
Perkusi : batas atas kiri jantung SIC II linea parasternalis sinistra,
batas atas kanan jantung SIC II linea parasternalis dextra, batas bawah
kiri jantung SIC V 2 cm medial linea midklavicularis sinistra.
Batas bawah kanan jantung SIC IV linea parasternalis dextra.
Auskultasi : suara jantung S1-S2 reguler, cepat, suara tambahan (-)
o Pulmo:
Inspeksi : simetris, tidak terdapat ketinggalan gerak (-/-)
Palpasi : tidak terdapat ketinggalan gerak, fremitus normal.
Perkusi : sonor.
Auskultasi : SDV (+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-).
• Abdomen:
o Inspeksi : cekung, bekas luka (-) sikatrik (-)
o Auskultasi : peristaltik (+)
o Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepatomegali (-), splenomegali (-)
o Perkusi : tympani (+)
• Ekstremitas :
Edema (-/-)
A. STATUS PSIKIS
• Cara berpikir : baik
• Orientasi : baik
• Perasaan hati : distimik
• Tingkah laku : baik, kooperatif
• Ingatan : baik
• Kecerdasan : baik
B. STATUS NEUROLOGI
- Ukuran : normocephal
- Nyeri tekan (-)
2. Leher : - Sikap : lurus
- Gerakan : bebas
- Kaku kuduk : -
3. Nervus cranialis
N XII (Hipoglosus)
Sikap lidah N N
Tremor lidah + +
Menjulurkan lidah Lateralisasi kekiri +
Trofi otot lidah eutrofi eutrofi
1. Meningeal sign
Kaku kuduk : (-)
Brudzinki I : (-)
Brudzinki II : (-)
Brudzinki III : (-)
Brudzinki IV : (-)
Tanda kernig : (-)
2. Badan
Trofi otot punggung : eutrofi
Nyeri membungkukkan badan : -
Trofi otot dada : -
Palpasi dinding perut : NT (-)
Kolumna vertebralis : bentuk (N)
3. Anggota gerak atas
Inspeksi : tidak ada kelainan
Palpasi : tidak ada kelainan
a. Lengan atas :
Kanan Kiri
Gerakan Bebas Bebas
Kekuatan otot 5↓ 5
Tonus + +
Trofi Eutrofi Eutrofi
b. Lengan bawah
Kanan Kiri
Gerakan Bebas Bebas
Kekuatan otot 5↓ 5
Tonus + +
c. Tangan
Kanan Kiri
Gerakan Bebas Bebas
Kekuatan otot 5↓ 5
Tonus + +
d. Sensibilitas Eksteroseptif
Lengan Lengan Lengan Lengan Tangan Tangan
atas atas kiri bawah bawah kiri kanan kiri
kanan kanan
Nyeri dbn dbn dbn dbn dbn dbn
e. Sensibilitas Propioseptif
Lengan Lengan Lengan Lengan Tangan Tangan
atas atas kiri bawah bawah kiri kanan kiri
kanan kanan
Diskriminasi dbn dbn dbn dbn dbn dbn
Posisi dbn dbn dbn dbn dbn dbn
Vibrasi dbn dbn dbn dbn dbn dbn
f. Refleks Fisiologis
Kanan Kiri
Biceps ++ +
Triceps ++ +
Kekuatan 5↓ 5
Tonus + +
b. Tungkai bawah:
Kanan Kiri
Gerakan Bebas Bebas
Kekuatan 5↓ 5
Tonus + +
Trofi Eutrofi Eutrofi
c. Kaki
Kanan Kiri
Gerakan bebas Bebas
Kekuatan 5↓ 5
Tonus + +
C. Sensibilitas Eksteroseptif
Tungkai Tungkai Tungkai Tungkai Kaki Kaki kiri
atas atas kiri bawah bawah kiri kanan
kanan kanan
Nyeri dbn dbn dbn dbn dbn dbn
D. Sensibilitas Propioseptif
Tungkai Tungkai Tungkai Tungkai Kaki Kaki kiri
atas atas kiri bawah bawah kiri kanan
kanan kanan
Diskriminasi dbn dbn dbn dbn dbn dbn
Posisi dbn dbn dbn dbn dbn dbn
Vibrasi dbn dbn dbn dbn dbn dbn
E. Refleks Fisiologis
Kanan Kiri
Patella ++ +
Achilles ++ +
F. Refleks Patologis
Kanan Kiri
Babinski + -
Chaddock + -
Oppenheim + -
Gordon + -
Schaeffaer + -
Klonus paha + -
Klonus kaki + -
Tes Patrick - -
Tes Kontra Patrick - -
Tes lasegue - -
Tes gaenselen - -
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 10,9 g/dl 14 – 18 g/dl
Hematokrit 35 % 43 – 51 %
Leukosit 8.030 /µL 5000 – 10000 /µL
Trombosit 307.000 150.000 – 400.000 /mm3
/mm3
Gula darah sewaktu 262 mg% < 200 mg%
Pemeriksaan CT-Scan Kepala
Potongan dari basal sampai vertex tanpa kontras dengan hasil sebagai berikut :
Carotis Interna
Ocipital Lateral
Plexus Choriodeus
Ventriculus Lateralis
Interpretasi :
Tampak lesi hipodens periventrikel lateral kiri (scan 112-113)
Vemtrikel tak melebar
Sulci dan gyri normal
Cerebellum/ batang otak baik
Tak tampak midline shift
Kesan :
Tak tampak Perdarahan Intraserebral
Suspek Infark Cerebri Periventrikel lateral kiri
II. 4 FOLLOW UP
Tanggal S-O Terapi
O/ TD: 172/95
N : 81x/menit
RR : 20
II.5 DIAGNOSIS BANDING
Stroke Iskemik
TIA
Migrain dengan aura
Stroke Haemorrhagik
II.6 ASSESMENT
Reversible Ischemic Neurological Deficit (RIND).
II.7 PLANNING
− IVFD RL 20 tetes/menit
− Amlodipin 1x10 mg
− Candesartan 2x8 mg
− Mecobalamin 3x500 mg
− Inj. Citicolin 2x1 gram iv
II.8 PROGNOSIS
Ad vitam : Ad bonam
Ad sanationam : Dubia ad bonam
Ad fungsionam : Ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Stroke
2.1.1 Definisi
Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis yang disebabkan oleh perdarahan
ataupun sumbatan dengan gejala dan tanda yang sesuai pada bagian otak yang terkena,
yang dapat menimbulkan cacat atau kematian. (1)
2.1.2 Epidemiologi
Stroke merupakan penyebab kematian ketiga di dunia setelah penyakit
jantung koroner dan kanker pada negara maju ataupun negara berkembang.
(2)
Satu dari 10 kematian disebabkan oleh stroke. Data World Stroke
Organization menunjukkan bahwa setiap tahunnya ada 13,7 juta kasus baru
penyakit stroke, dan sekitar 5,5 juta kematian terjadi akibat stroke. (3)
Menurut data Riskesdes pada tahun 2018 dinyatakan bahwa prevalensi
stroke (permil) berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk umur ≥15tahun
provinsi dengan pasien stroke tertinggi terjadi di Provinsi Kalimantan Timur
sebesar 14,7% dan terendah ada di Provinsi Papua sebesar 4,1%. Prevalensi
pasien stroke berdasarkan diagnosis dokter meningkat seiring dengan
bertambahnya usia, tertinggi ada pada usia ≥75tahun yaitu sebesar 50,2%. (4)
2.1.3 Klasifikasi
Klasifikasi penyakit stroke terdiri dari beberapa kategori diantaranya
berdasarkan kelainan patologis secara garis besar stroke dibagi dalam dua tipe
yaitu iskemik stroke disebut juga infark atau nonHemorrhagic disebabkan oleh
gumpalan atau penyumbatan dalam arteri yang menuju ke otak yang
sebelumnya sudah mengalami proses aterosklerosis. Iskemik stroke terdiri dari
tiga macam itu embolic stroke, thrombotic stroke, hipoperfusi stroke. Tipe
kedua adalah Hemorrhagic stroke merupakan kerusakan atau ledakan dari
pembuluh darah di otak pendarahan dapat disebabkan lamanya tekanan darah
tinggi dan aneurisma otak. Ada dua jenis stroke Hemorrhagic subarachnoid dan
intra serebral. (5)
Secara anatomis,pembuluh darah serebral terdiri dari dua sistem yaitu sistem karotis
dan sistem vertebrobasiler. Jatah darah ke otak 1/3 disalurkan melalui lintasan vaskuler
vertebrobasiler dan 2/3 melalui arteri karotis interna.
• Anterior circulation (sistem karotis)
Stroke yang disebabkan karena gangguan pada sistem sirkulasi ini memberikan
tanda dan gejala disfungsi hemisfer serebri seperti afasia, apraxia, atau agnosia. Selain
itu dapat juga timbul hemiparese, gangguan hemisensoris, dan gangguan lapang
pandang. Stroke iskemik sirkulasi anterior adalah stroke iskemik yang terjadi pada
sistem karotis. Sistem karotis adalah sistem yang divaskularisasi oleh arteri karotis
interna dan percabangannya. Arteri karotis interna bagian intrakranial masuk ke otak
melalui kanalis karotikus, berjalan dalam sinus kavernosus mempercabangkan arteri
ophtalmika kemudian bercabang menjadi arteri koroidal anterior selanjutnya
bercabang menjadi arteri serebri anterior dan arteri serebri media. Arteri serebri
anterior dan media bertanggung jawab memvaskularisasi Iobus frontalis, parietal dan
sebagian temporal. Sedangkan arteri koroidal anterior memvaskularisasi pleksus
koroid juga memberikan cabangnya keglobus palidus, hipokampus anterior, unkus,
kapsula interna bagian posterior serta mesensefalon bagian anterior. Oklusi arteri
serebri media atau percabangannya merupakan bentuk yang paling sering ditemukan
pada stroke sirkulasi anterior, sekitar 90% dari seluruh kejadian. Oklusi arteri serebri
anterior jarang terjadi, sekitar 2% dari keseluruhan stroke sirkulasi anterior sedangkan
oklusi arteri khoroidal anterior hanya sekitar 1% dari seluruh kejadian.
▪ Sensorik
Terdapat hemihipestesi atau parestesia kontralateral atau alternans.
▪ Fungsi Luhur dan Keseimbangan
Afasia, gangguan berbahasa, menunjukkan adanya lesi pada hemisfer
yang dominan, biasanya kiri, ataupun agnosia, pada lesi hemisfer yang
nondominan. Gangguan keseimbangan seperti vertigo juga dapat ditemukan
▪ Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan labolatorium di IGD yakni hematologi rutin, GDS, dan fungsi
ginjal. Pemeriksaan penunjang lain disesuaikan dengan indikasi (sebagian
dapat dilakukan di ruang rawat) meliputi:
▪ Digital substraction angiography (DSA) serebral
▪ MRI atau CT Scan
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan baku emas untuk
membedakan stroke iskemik dengan stroke hemorrhagik. Pada stroke
karena infark, gambaran CT scannya secara umum adalah didapatkan
gambaran hipodens sedangkan pada stroke hemorrhagik menunjukkan
gambaran hiperdens. CT scan dapat membedakan lokasi lesi, ukuran lesi,
dan membedakan dengan lesi nonvaskuler. CT scan dapat menunjukkan
manifestasi stroke: akut (<24 jam), subakut (24 jam sampai 5 hari), dan
kronik (beberapa minggu). CT angiogram dapat digunakan untuk melihat
gambaran pembuluh darah otak.
▪ Ekokardiografi (transtorakal dan/atau transesofageal)
▪ Rontgen toraks
▪ Saturasi oksigen, dan analisis gas darah
▪ Pungsi lumbal jika dicurigai adanya perdarahan subaraknoid namun
pada CT scan tidak ditemukan gambaran perdarahan
▪
Elektroensefalografi (EEG) jika dicurigai adanya kejang (6-8)