Disusun Oleh :
Ranny Ayu Farisah
1102014221
Pembimbing :
dr. M. Tri wahyu pamungkas, Sp.S., M.Kes
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 48 tahun
Alamat : Desa Bangodua
Pekerjaan : Pedagang
Agama : Islam
Status perkawinan : Sudah menikah
Tanggal masuk : 08 Oktober 2018
Tanggal pemeriksaan : 15 Oktober 2018
II. ANAMNESIS
Keluhan utama : Nyeri pinggang sampai ke kaki sejak 1 bulan yang lalu
Keluhan tambahan : Tidak bisa berjalan, kesemutan di kaki
2
air besar dan buang air kecil.
3
- IMT : 74/(1,60)2 = 28,9 (berat badan berlebih)
- Kepala : Normocephal
- Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, ptosis -/-
Pupil bulat, Isokor, reflex cahaya langsung +/+, reflex cahaya tidak
langsung +/+
- Leher : Pembesaran KGB (-) , kaku kuduk (-)
- Thoraks : Pergerakan dinding dada simetris kiri dan kanan.
- Cor : BJ I-II regular, Gallop (-), Murmur (-)
- Pulmo : Rh (+/+), Wh (+/+)
- Abdomen : Datar, simetris, nyeri tekan - , bising usus -
- Ekstremitas : Akral hangat, edema (-), sianosis (-)
Status Neurologis
Pupil
Kanan Kiri
Bentuk Bulat Bulat
Diameter 2 mm 2 mm
Refleks cahaya langsung + +
Refleks cahaya tak langsung + +
4
Saraf Kranial
N I. Olfaktorius
Daya Penghidu : Tidak sapat dilakukan pemeriksaan
N II. Optikus
Ketajaman Penglihatan : Baik / Baik
Pengenalan Warna : Baik / Baik
Lapang Pandang : Baik / Baik, sama dengan
pemeriksa
Fundus : Tidak dilakukan
Pupil
Reflek cahaya langsung : (+) (+)
N III. Occulomotorius/ N IV. Trochlearis /N VI. Abduscen
Ptosis : (-) (-)
Strabismus : (-) (-)
Nistagmus : (-) (-)
Exopthalmus : (-) (-)
Enopthalmus : (-) (-)
Gerakan Bola Mata
Medial : Normal Normal
Atas Medial : Normal Normal
Bawah Medial : Normal Normal
Atas : Normal Normal
Bawah : Normal Normal
Pupil
Ukuran : 3 mm 3 mm
Bentuk : Bulat
Iso/anisokor : Isokor
Posisi : Sentral Sentral
Reflek Cahaya Tidak Langsung : (+) (+)
5
N IV. Troklearis
Gerakan Bola Mata
Bawah Medial : Normal Normal
N V. Trigeminus
Menggigit : (+)
Membuka Mulut : Simetris
Sensibilitas
N. Ophtalmicus : (+) (+)
N. Maxillaris : (+) (+)
N. Mandibular : (+) (+)
Reflek Masseter : Tidak dilakukan
Reflek Kornea : Tidak dilakukan
Reflek Bersin : Tidak dilakukan
N VI. Abdusens
Gerakan Bola Mata
Lateral : Normal Normal
N VII. Fasialis
Kerutan kulit dahi : Simetris kanan kiri
Kedipan mata : Simetris kanan kiri
Lipatan nasolabial : Simetris kanan kiri
Sudut mulut : Simetris kanan kiri
Mengerutkan dahi : Simetris kanan kiri
Mengerutkan alis : Simetris kanan kiri
Menutup mata : Simetris kanan kiri
Meringis : Simetris kanan kiri
Menggembungkan pipi : Simetris kanan kiri
Gerakan bersiul : Simetris kanan kiri
Daya pengecapan lidah 2/3 depan : Tidak dilakukan
Hiperlakrimasi : (-)
Lidah kering : (-)
6
N VIII. Vestibulocochlearis
Tes swabach : Tidak dilakukan
Tes rinne : Tidak dilakukan
Tes webber : Tidak dilakukan
N IX. Glosopharingeus
Arcus pharynx : Simetris
Posisi uvula : Ditengah
Daya pengecapan lidah 1/3 belakang : Tidak dilakukan
Reflek muntah : Tidak dilakukan
N X. Vagus
Denyut nadi : Teraba, reguler
Arcus pharynx : Simetris
Bersuara : Serak
Menelan : Baik
N XI. Accesorius
Memalingkan kepala : Bebas
Sikap bahu : Simetris kanan kiri
Mengangkat bahu : Bebas
N XII. Hipoglosus
Menjulurkan lidah : Tidak ada deviasi
Kekuatan lidah : Cukup
Atrofi lidah : Tidak ada
Artikulasi : Tidak jelas
Tremor lidah : Tidak ada
Sistem Motorik
7
Tonus : Normotonus Normotonus
Normotonus Normotonus
Sistem Refleks
REFLEKS FISIOLOGIS
Refleks Tendon : Kanan Kiri
Refleks Biseps : (+2) (+2)
Refleks Triseps : (+2) (+2)
Refleks Patella : (+1) (+1)
Refleks Achilles : (+1) (+1)
Refleks Periosteum : Tidak dilakukan
Refleks Permukaan :
Dinding perut : Tidak dilakukan pemeriksaan
Cremaster : Tidak dilakukan pemeriksaan
Spinchter Anii : Tidak dilakukan pemeriksaan
Refleks Patologis : kanan kiri
Hoffman Trommer : (-) (-)
Babinski : (-) (-)
Chaddock : (-) (-)
Openheim : (-) (-)
Gordon : (-) (-)
Schaefer : (-) (-)
Klonus kaki : (-) (-)
8
Fungsi Otonom
Miksi
Inkontinensia : (-)
Retensi : (-)
Defekasi
Inkontinensia : (-)
Retensi : (-)
SISTEM SENSIBILITAS
Eksteroseptif
Nyeri : Berkurang pada dermatom L3-L4
Tajam/Tumpul : Berkurang pada dermatom L3-L4
Suhu : Tidak dilakukan
Proprioseptif
Vibrasi : Tidak dilakukan
Posisi : Tidak ditemukan kelainan
9
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium, tanggal 08 Oktober 2018 pukul 16.16
LAB RESULT UNIT NORMAL
DARAH LENGKAP
Ht 42,7 % 35.0-49.0
INDEKS ERITROSIT
HITUNG JENIS
10
V. RESUME
Subyektif
- Pasien datang dengan keluhan nyeri di bagian pinggang sampai ke kaki
sejak 2 minggu yang lalu.
- Nyeri menjalar sampai ke kaki sampai pasien tidak bisa berjalan.
- terdapat riwayat trauma yaitu jatuh dengan posisi terduduk di kamar mandi
2 bulan yang lalu.
- Pasien memiliki riwayat bekerja dengan beban cukup berat yaitu sebagai
pedagang yang mendorong dan mengangkat barang dagangannya.
Obyektif
Pemeriksaan Fisik :
- Keadaan umum : Tampak sakit sedang
- Kesadaran (GCS) : Kompos mentis (E4M6V5)
- Tanda vital :Tekanan darah : 150/90 mmHg
Nadi : 90 x/menit
Pernafasan : 24 x/menit
Suhu : 36.4 0C
SpO2 : 97 %
Status Neurologis
Lasegue sign: (+)
VI. DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis : hipestesi setinggi L3-L4, low back pain
Diagnosis Topis : Vertebra L4-S1
Diagnosis Etiologis : low back pain e.c Hernia Nukleus Pulposus
11
VII. DIAGNOSA BANDING
Ischialgia
VIII. PENATALAKSANAAN
IUFD RL 20 tpm
Ranitidine 2x1 amp
Ceftriakson 2x2 g
Ketorolac 3x1 g
Methylprednisolone 2x1mg
Paracetamol
IX. PROGNOSIS
Quo ad Vitam : ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
HNP (Hernia Nukleus Pulposus) yaitu keluarnya nukleus pulposus
dari discus melalui robekan annulus fibrosus hingga keluar ke
belakang/dorsal menekan medulla spinalis atau mengarah ke dorsolateral
menekan radix spinalis sehingga menimbulkan gangguan.2,4Hernia
Nukleus Pulposus (HNP) merupakan salah satu penyebab dari nyeri
punggung (NPB) yang penting. Prevalensinya berkisar antara 1-2% dari
populasi. HNP lumbalis paling sering (90%) mengenai diskus
intervertebralis L5-S1 dan L4-L5. Biasanya NBP oleh karena HNP
lumbalis akan membaik dalam waktu kira-kira 6 minggu. Tindakan
pembedahan jarang diperlukan kecuali pada keadaan tertentu.1
13
Diskus intervertebralis menghubungkan korpus vertebra satu sama
lain dari servikal sampai lumbal/sacral. Diskus ini berfungsi sebagai
penyangga beban dan peredam kejut (shock absorber). Diskus
intervertebralis terdiri dari dua bagian utama yaitu :
1. Anulus fibrosus, terbagi menjadi 3 lapis :
Lapisan terluar terdiri dari lamella fibro kolagen yang berjalan
menyilang konsentris mengelilingi nucleus pulposus sehingga
bentuknya seakan-akan menyerupai gulungan per (coiled spring).
Lapisan dalam terdiri dari jaringan fibro kartilagenus
Daerah transisi.
Mulai daerah lumbal 1 ligamentum longitudinal posterior makin
mengecilsehingga pada ruang intervertebre L5-S1 tinggal separuh
dari lebar semulasehingga mengakibatkan mudah terjadinya
kelainan didaerah ini.1
2. Nukleus Pulposus adalah suatu gel yang viskus terdiri dari
proteoglycan (hyaluroniclong chain) mengandung kadar air yang
tinggi (80%) dan mempunyai sifat sangathigroskopis. Nucleus
pulposus berfungsi sebagai bantalan dan berperan
menahantekanan/beban. Kemampuan menahan air dari nucleus
pulposus berkurang secaraprogresif dengan bertambahnya usia.
Mulai usia 20 tahun terjadi perubahandegenerasi yang ditandai
dengan penurunan vaskularisasi kedalam diskus
disertaiberkurangnya kadar air dalam nucleus sehingga diskus
mengkerut dan menjadikurang elastic.1
14
Gbr. Herniasi diskus
15
3. Daerah lumbal terutama L5-S1 merupakan daerah rawan karena
ligamentumlongitudinal posterior hanya separuh menutupi
permukaan posterior diskus. Arahherniasi yang paling sering adalah
postero lateral.1
Bangunan peka nyeri mengandung reseptor nosiseptif (nyeri) yang
terangsang oleh berbagai stimulus lokal (mekanis, termal,
kimiawi).Stimulus ini akan direspon dengan pengeluaran berbagai
mediator inflamasi yang akan menimbulkan persepsi nyeri. Mekanisme
nyeri merupakan proteksi yang bertujuan untuk mencegah pergerakan
sehingga proses penyembuhan dimungkinkan. Salah satu bentuk proteksi
adalah spasmeo tot, yang selanjutnya dapat menimbulkan iskemia.
Nyeri yang timbul dapat berupa nyeri inflamasi pada jaringan
dengan terlibatnya berbagai mediator inflamasi; atau nyeri neuropatik yang
diakibatkan lesi primer pada system saraf.
Iritasi neuropatik pada serabut saraf dapat menyebabkan 2
kemungkinan. Pertama, penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus
saraf yang kaya nosiseptor dari nervinevorum yang menimbulkan nyeri
inflamasi.
Nyeri dirasakan sepanjang serabut saraf dan bertambah dengan
peregangan serabut saraf misalnya karena pergerakan. Kemungkinan
kedua, penekanan mengenai serabut saraf. Pada kondisi ini terjadi
perubahan biomolekuler di mana terjadi akumulasi saluran ion Na dan ion
lainnya. Penumpukan ini menyebabkan timbulnya mechano-hot spot yang
sangat peka terhadap rangsang mekanikal dan termal. Hal ini merupakan
dasar pemeriksaan Laseque. 2,3,4
C. Faktor resiko
16
Faktor risiko yang dapat dirubah :
1. Pekerjaan dan aktivitas: duduk yang terlalu lama, mengangkat atau
menarik barang-barang berta, sering membungkuk atau gerakan
memutar pada punggung,latihan fisik yang berat, paparan pada
vibrasi yang konstan seperti supir.
2. Olahraga yang tidak teratur, mulai latihan setelah lama tidak
berlatih, latihan yangberat dalam jangka waktu yang lama.
3. Merokok. Nikotin dan racun-racun lain dapat mengganggu
kemampuan diskusuntuk menyerap nutrien yang diperlukan dari
dalam darah.
4. Berat badan berlebihan, terutama beban ekstra di daerah perut
dapatmenyebabkan strain pada punggung bawah.
5. Batuk lama dan berulang.1
D. Gejala klinis
17
Pada kasus berat dapat terjadi kelemahan ototdan hilangnya refleks
tendon patella (KPR) dan Achills (APR). Bila mengenai konus
ataukaudaekuinadapatterjadigangguanmiksi, defekasidanfungsiseksual.
Sindrom kauda equina dimana terjadi saddle anasthesia sehingga
menyebabkan nyeri kaki bilateral, hilangnya sensasi perianal (anus),
paralisis kandung kemih, dan kelemahan sfingter ani. Sakit pinggang yang
diderita pun akan semakin parah jika duduk, membungkuk, mengangkat
beban, batuk, meregangkan badan, dan bergerak. Istirahat
danpenggunaananalgetikakanmenghilangkansakit yang diderita.1
18
Rasa nyeri sering ditimbulkan setelah melakukan aktifitas yang
berlebihan, terutama banyak membungkukkan badan atau banyak
berdiri dan berjalan.
Rasa nyeri juga sering diprovokasi karena mengangkat barang yang
berat, batuk, bersin akibat bertambahnya tekanan intratekal.
Jika dibiarkan maka lama kelamaan akan mengakibatkan kelemahan
anggota badan bawah/ tungkai bawah yang disertai dengan
mengecilnya otot-otot tungkai bawah dan hilangnya refleks tendon
patella (KPR) dan achilles (APR).
Bila mengenai konus atau kauda ekuina dapat terjadi gangguan
defekasi, miksi dan fungsi seksual. Keadaan ini merupakan kegawatan
neurologis yang memerlukan tindakan pembedahan untuk mencegah
kerusakan fungsi permanen.
Kebiasaan penderita perlu diamati, bila duduk maka lebih nyaman
duduk pada sisi yang sehat.2,3,4,5
E. Diagnosis
19
keluarga penderita penyakit yang sama. Perlujuga ditanyakan keluhan
yang mengarah pada lesi saraf seperti adanya nyeri radikuler, riwayat
gangguan miksi, lemah tungkai dan adanya saddle anestesi.1
Nyeri mulai dari pantat, menjalar ke bagian belakang lutut, kemudian
ketungkai bawah (sifat nyeri radikuler). Nyeri semakin hebat bila
penderita mengejan, batuk, mengangkat barang berat. Sifat nyeri
adalah khas, yaitu dari posisi berbaring ke duduk nyeri bertambah
hebat, sedangkan bila berbaring nyeri berkurang atau hilang.2,3,4,5
2. Pemeriksaan klinik umum
a. Inspeksi dapat di mulai saat penderita jalan masuk ke ruang
pemeriksaan.
Caraberjalan (tungkai sedikit di fleksikan dan kaki pada sisi sakit di
jinjit), duduk(pada sisi yang sehat).
b. Palpasi, untuk mencari spasme otot, nyeri tekan, adanya skoliosis,
gibus dandeformitas yang lain.1
3. Pemeriksaan neurologik,
a. Pemeriksaan sensorik
b. Pemeriksaan motorik dicari apakah ada kelemahan, atrofi atau
fasikulasi otot.
c. Pemeriksaan tendon
d. Pemeriksaan yang sering dilakukan
i. Tes untuk meregangkan saraf ischiadikus (tes laseque, tesbragard,
tesSicard).
ii. Tes untuk menaikkan tekanan intratekal (tes Nafzigger, tes Valsava)
4. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan neurofisiologi. Terdiri dari:
i. Elektromiografi (EMG) bisa mengetahui akar saraf mana yang terkena
dansejauh mana gangguannya, masih dalam tahap iritasi atau tahap
kompresi.
ii. Somato Sensoric Evoked Potential (SSEP) Berguna untuk menilai
pasien spinalstenosis atau mielopati
b. Pemeriksaan Radiologi
20
i. Foto polos untuk menemukan berkurangnya tinggi diskus
intervetebralis sehingga ruang antar vertebralis tampak menyempit.
ii. Kaudografi, mielografi, CT Mielo dan MRI Untuk membuktikan HNP
danmenentukan lokasinya. MRI merupakan standar baku emas untuk
HNP.
iii. Diskografi. 1
F. Tatalaksana
TerapiKonservatif
Tujuan terapi konservatif adalah mengurangi iritasi saraf,
memperbaiki kondisi fisik pasien dan melindungi dan meningkatkan
fungsi tulang punggung secara keseluruhan. Perawatan utama untuk diskus
hernia adalah diawali dengan istirahat dengan obat-obatan untuk nyeri dan
anti inflamasi, diikuti dengan terapi fisik. Dengan cara ini, lebihdari 95 %
penderita akan sembuh dan kembali pada aktivitas normalnya. Beberapa
persen dari penderita butuh untuk terus mendapat perawatan lebih lanjut
yang meliputi injeksi steroid atau pembedahan.
Terapi konservatif meliputi:
1. Tirah baring
Tujuan tirah baring untuk mengurangi nyeri mekanik dan tekanan
intradiskal, lama yang dianjurkan adalah 2-4 hari.Tirah baring terlalu
lama akan menyebabkan otot melemah. Pasien dilatih secara bertahap
untuk kembali ke aktivitas biasa.
Posisi tirah baring yang dianjurkan adalah dengan menyandarkan
punggung, lutut dan punggung bawah pada posisi sedikit fleksi. Fleksi
ringan dari vertebra lumbosacral akan memisahkan permukaan sendi
dan memisahkan aproksimasi jaringan yang meradang.
2. Medikamentosa
1. Analgetik dan NSAID
2. Pelemas otot: digunakan untuk mengatasi spasme otot
21
3. Kortikosteroid oral: pemakaian masih menjadi kontroversi namun
dapat dipertimbangkan pada kasus HNP berat untuk mengurangi
inflamasi.
4. Analgetik ajuvan: dipakai pada HNP kronis
3. Terapi fisik
Traksi pelvis
Menurut panel penelitian di Amerika dan Inggris traksi pelvis
tidak terbukti bermanfaat. Penelitian yang membandingkan
tirah baring, korset dan traksi dengan tirah baring dan korset
saja tidak menunjukkan perbedaan dalam kecepatan
penyembuhan.
Diatermi/komprespanas/dingin
Tujuannya adalah mengatasi nyeri dengan mengatasi inflamasi
dan spasme otot. Keadaan akut biasanya dapat digunakan
kompres dingin, termasuk bila terdapat edema. Untuk nyeri
kronik dapat digunakan kompres panas maupun dingin.
Korsetlumbal
Korset lumbal tidak bermanfaat pada HNP akut namun dapat
digunakan untuk mencegah timbulnya eksaserbasi aku tatau
nyeri HNP kronis. Sebagai penyangga korset dapat
mengurangi beban diskus serta dapat mengurangi spasme.
Latihan
Direkomendasikan melakukan latihan dengan stres
minimal punggung seperti jalan kaki, naik sepeda atau
berenang. Latihan lain berupa kelenturan dan penguatan.
Latihan bertujuan untuk memelihara fleksibilitas fisiologik,
kekuatan otot, mobilitas sendi dan jaringan lunak. Dengan
latihan dapat terjadi pemanjangan otot, ligament dan tendon
sehingga aliran darah semakin meningkat.
22
4. Terapi Operatif
Terapi bedah berguna untuk menghilangkan penekanan dan iritasi saraf
sehingga nyeri dan gangguan fungsi akan hilang. Tindakan operatif HNP harus
berdasarkan alasan yang kuat yaitu berupa:
1. Defisit neurologik memburuk.
2. Gangguan otonom (miksi, defekasi, seksual).
3. Paresis otot tungkai bawah.
1) Laminectomy
Laminectomy, yaitu tindakan operatif membuang lamina vertebralis, dapat
dilakukan sebagai dekompresi terhadap radix spinalis yang tertekan atau terjepit
oleh protrusi nukleus pulposus.
2) Discectomy
Pada discectomy, sebagian dari discus intervertebralis diangkat untuk
mengurangi tekanan terhadap nervus. Discectomy dilakukan untuk memindahkan
bagian yang menonjol dengan general anesthesia. Hanya sekitar 2 – 3 hari tinggal
di rumah sakit. Akan diajurkan untuk berjalan pada hari pertama setelah operasi
untuk mengurangi resiko pengumpulan darah. Untuk sembuh total memakan
waktu beberapa minggu. Jika lebih dari satu diskus yang harus ditangani jika ada
masalah lain selain herniasi diskus. Operasi yang lebih ekstensif mungkin
diperlukan dan mungkin memerlukan waktu yang lebih lama untuk sembuh
(recovery). 9,10
3) Mikrodiskectomy
23
Pilihan operasi lainnya meliputi mikrodiskectomy, prosedur memindahkan
fragmen of nucleated disk melalui irisan yang sangat kecil dengan menggunakan
– ray dan chemonucleosis. Chemonucleosis meliputi injeksi enzim (yang disebut
chymopapain) ke dalam herniasi diskus untuk melarutkan substansi gelatin yang
menonjol. Prosedur ini merupakan salah satu alternatif disectomy pada kasus-
kasus tertentu.
G. Prognosis
24
DAFTAR PUSTAKA
25