Anda di halaman 1dari 25

PRESENTASI KASUS

HERNIA NUKLEUS PULPOSUS

Disusun Oleh :
Ranny Ayu Farisah
1102014221

Pembimbing :
dr. M. Tri wahyu pamungkas, Sp.S., M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK ILMU NEUROLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
RSUD ARJAWINANGUN
Oktober 2018
BAB I
PRESENTASI KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 48 tahun
Alamat : Desa Bangodua
Pekerjaan : Pedagang
Agama : Islam
Status perkawinan : Sudah menikah
Tanggal masuk : 08 Oktober 2018
Tanggal pemeriksaan : 15 Oktober 2018

II. ANAMNESIS
Keluhan utama : Nyeri pinggang sampai ke kaki sejak 1 bulan yang lalu
Keluhan tambahan : Tidak bisa berjalan, kesemutan di kaki

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien dibawa ke IGD RSUD Arjawinangun oleh keluarganya pada
tanggal 8 Oktober 2018. Pasien datang dengan keluhan nyeri di bagian
pinggang sampai ke kaki sejak 2 minggu yang lalu. Nyeri dirasakan sepanjang
hari. Pasien mengeluhkan nyeri di seluruh pinggang seperti tertekan. Nyeri
menjalar sampai ke kaki sampai pasien tidak bisa berjalan. Selain itu pasien
juga mengeluhkan sering merasa kesemutan pada kedua tungkainya.

Sebelumnya, terdapat riwayat trauma yaitu jatuh dengan posisi


terduduk di kamar mandi 2 bulan yang lalu. Pada saat jatuh, pasien hanya
merasa lemas dan sulit berjalan. Setelah jatuh, pasien tidak berobat ke dokter,
namun hanya diurut oleh mantra. Pasien merasa lebih baik setelah diurut. Pada
2 minggu yang lalu, pasien mulai mengeluhkan sakit pinggang. Sakit pinggang
tersebut awalnya tidak terasa setiap saat, namun kemudian memberat dan kini
dirasakan hampir setiap waktu. Keluhan sakit pinggang tersebut disertai
dengan keluhan mulai tidak bisa berjalan jauh. Tidak terdapat gangguan buang

2
air besar dan buang air kecil.

Sebelumnya pasien tengah menjalani pengobatan rutin tuberkulosis


paru di RS Mitra Plumbon. Pengobatan paru sudah dijalani sejak 4 bulan yang
lalu. Pasien bekerja sebagai pedagang. Pasien mengatakan sering bekerja
dengan beban berat mendorong dan mengangkat barang dagangan.

Riwayat Penyakit Dahulu :


Riwayat trauma jatuh dengan posisi duduk 2 bulan yang lalu. Riwayat
hipertensi (+), diabetes tipe I dan II (-), kolesterol (-), dan asam urat (-). Pasien
sedang menjalani pengobatan tuberkulosis paru bulan keempat. Sebelumnya
pasien pernah menjalani pemeriksaan MRI di RS Permata dan didiagnosis
dengan spondiloartrosis.

Riwayat Panyakit Keluarga :


Tidak didapatkan keluhan yang sama pada keluarga pasien.

Riwayat Sosial Ekonomi dan Pribadi :


Pasien bekerja sebagai pedagang. Pasien mengatakan sehari-hari bekerja
dengan beban cukup berat karena harus mendorong gerobak dagangan dan
mengangkat dagangannya.

III. PEMERIKSAAN FISIK


(Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 15 Oktober 2018)
Status Pasien
- Keadaan umum : Tampak sakit sedang
- Kesadaran (GCS) : Kompos mentis (E4M6V5)
- Tanda vital :Tekanan darah : 150/90 mmHg
Nadi : 90 x/menit
Pernafasan : 24 x/menit
Suhu : 36.4 0C
SpO2 : 97 %
- Berat badan : 74 kg
- Tinggi badan : 160 cm

3
- IMT : 74/(1,60)2 = 28,9 (berat badan berlebih)
- Kepala : Normocephal
- Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, ptosis -/-
Pupil bulat, Isokor, reflex cahaya langsung +/+, reflex cahaya tidak
langsung +/+
- Leher : Pembesaran KGB (-) , kaku kuduk (-)
- Thoraks : Pergerakan dinding dada simetris kiri dan kanan.
- Cor : BJ I-II regular, Gallop (-), Murmur (-)
- Pulmo : Rh (+/+), Wh (+/+)
- Abdomen : Datar, simetris, nyeri tekan - , bising usus -
- Ekstremitas : Akral hangat, edema (-), sianosis (-)

Status Neurologis

 Pupil
Kanan Kiri
Bentuk Bulat Bulat
Diameter 2 mm 2 mm
Refleks cahaya langsung + +
Refleks cahaya tak langsung + +

 Tanda Rangsang Meningeal


Kaku kuduk : (-)
Kernig sign : (-)
Lasegue sign : (+)
Brudzinski I : (-)
Brudzinski II : (-)

4
 Saraf Kranial

N I. Olfaktorius
Daya Penghidu : Tidak sapat dilakukan pemeriksaan
N II. Optikus
Ketajaman Penglihatan : Baik / Baik
Pengenalan Warna : Baik / Baik
Lapang Pandang : Baik / Baik, sama dengan
pemeriksa
Fundus : Tidak dilakukan
Pupil
Reflek cahaya langsung : (+) (+)
N III. Occulomotorius/ N IV. Trochlearis /N VI. Abduscen
Ptosis : (-) (-)
Strabismus : (-) (-)
Nistagmus : (-) (-)
Exopthalmus : (-) (-)
Enopthalmus : (-) (-)
Gerakan Bola Mata
Medial : Normal Normal
Atas Medial : Normal Normal
Bawah Medial : Normal Normal
Atas : Normal Normal
Bawah : Normal Normal
Pupil
Ukuran : 3 mm 3 mm
Bentuk : Bulat
Iso/anisokor : Isokor
Posisi : Sentral Sentral
Reflek Cahaya Tidak Langsung : (+) (+)

5
N IV. Troklearis
Gerakan Bola Mata
Bawah Medial : Normal Normal
N V. Trigeminus
Menggigit : (+)
Membuka Mulut : Simetris
Sensibilitas
N. Ophtalmicus : (+) (+)
N. Maxillaris : (+) (+)
N. Mandibular : (+) (+)
Reflek Masseter : Tidak dilakukan
Reflek Kornea : Tidak dilakukan
Reflek Bersin : Tidak dilakukan
N VI. Abdusens
Gerakan Bola Mata
Lateral : Normal Normal
N VII. Fasialis
 Kerutan kulit dahi : Simetris kanan kiri
 Kedipan mata : Simetris kanan kiri
 Lipatan nasolabial : Simetris kanan kiri
 Sudut mulut : Simetris kanan kiri
 Mengerutkan dahi : Simetris kanan kiri
 Mengerutkan alis : Simetris kanan kiri
 Menutup mata : Simetris kanan kiri
 Meringis : Simetris kanan kiri
 Menggembungkan pipi : Simetris kanan kiri
 Gerakan bersiul : Simetris kanan kiri
 Daya pengecapan lidah 2/3 depan : Tidak dilakukan
 Hiperlakrimasi : (-)
 Lidah kering : (-)

6
N VIII. Vestibulocochlearis
Tes swabach : Tidak dilakukan
Tes rinne : Tidak dilakukan
Tes webber : Tidak dilakukan
N IX. Glosopharingeus
Arcus pharynx : Simetris
Posisi uvula : Ditengah
Daya pengecapan lidah 1/3 belakang : Tidak dilakukan
Reflek muntah : Tidak dilakukan
N X. Vagus
Denyut nadi : Teraba, reguler
Arcus pharynx : Simetris
Bersuara : Serak
Menelan : Baik
N XI. Accesorius
Memalingkan kepala : Bebas
Sikap bahu : Simetris kanan kiri
Mengangkat bahu : Bebas
N XII. Hipoglosus
Menjulurkan lidah : Tidak ada deviasi
Kekuatan lidah : Cukup
Atrofi lidah : Tidak ada
Artikulasi : Tidak jelas
Tremor lidah : Tidak ada
 Sistem Motorik

Trofi : Normotrofi Normotrofi


Normotrofi Normotrofi
Gerakan : Bebas Bebas
Terbatas Terbatas
Kekuatan : 5555 5555
3333 3333

7
Tonus : Normotonus Normotonus
Normotonus Normotonus
 Sistem Refleks

REFLEKS FISIOLOGIS
Refleks Tendon : Kanan Kiri
 Refleks Biseps : (+2) (+2)
 Refleks Triseps : (+2) (+2)
 Refleks Patella : (+1) (+1)
 Refleks Achilles : (+1) (+1)
Refleks Periosteum : Tidak dilakukan
Refleks Permukaan :
 Dinding perut : Tidak dilakukan pemeriksaan
 Cremaster : Tidak dilakukan pemeriksaan
 Spinchter Anii : Tidak dilakukan pemeriksaan
Refleks Patologis : kanan kiri
 Hoffman Trommer : (-) (-)
 Babinski : (-) (-)
 Chaddock : (-) (-)
 Openheim : (-) (-)
 Gordon : (-) (-)
 Schaefer : (-) (-)
 Klonus kaki : (-) (-)

 Sistem Koordinasi dan Keseimbangan


Tes Romberg : Tidak dilakukan pemeriksaan
Disdiadokinesis : Tidak dilakukan pemeriksaan
Rebound phenomenon : Tidak dilakukan pemeriksaan
Tes telunjuk hidung : Dilakukan dengan baik
Tes telunjuk telunjuk : Dilakukan dengan baik
Tes tumit lutut : Tidak dapat dilakukan karena kaki pasien
lemas

8
 Fungsi Otonom
Miksi
Inkontinensia : (-)
Retensi : (-)

Defekasi
Inkontinensia : (-)
Retensi : (-)

SISTEM SENSIBILITAS
Eksteroseptif
Nyeri : Berkurang pada dermatom L3-L4
Tajam/Tumpul : Berkurang pada dermatom L3-L4
Suhu : Tidak dilakukan
Proprioseptif
Vibrasi : Tidak dilakukan
Posisi : Tidak ditemukan kelainan

9
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium, tanggal 08 Oktober 2018 pukul 16.16
LAB RESULT UNIT NORMAL

DARAH LENGKAP

Hb 14,4 g/dl 11.5-16.5

Ht 42,7 % 35.0-49.0

Leukosit 15,9 (H) 10^3/uL 4000-11000

Eritrosit 5,44 mm3 3,8-5,2

INDEKS ERITROSIT

MCV 78,5 (L) Fl 79-99

MCH 26,5 Pg 26-34

MCHC 33,7 g/dl 33-37

RDW 15,7 % 11.5-14.5

MPV 8,3 fL 6.7-9.6

HITUNG JENIS

Eosinofil 0,4 % 0-3

Basofil 0,4 % 0-1

Limfosit 6,0 (L) % 25-40

Monosit 5,0 % 2.0-8.0

Neutrofil 88,2 (H) % 28-78


segmen
KIMIA KLINIK

Glukosa 117 mg/dL 75-140


sewaktu

10
V. RESUME
Subyektif
- Pasien datang dengan keluhan nyeri di bagian pinggang sampai ke kaki
sejak 2 minggu yang lalu.
- Nyeri menjalar sampai ke kaki sampai pasien tidak bisa berjalan.
- terdapat riwayat trauma yaitu jatuh dengan posisi terduduk di kamar mandi
2 bulan yang lalu.
- Pasien memiliki riwayat bekerja dengan beban cukup berat yaitu sebagai
pedagang yang mendorong dan mengangkat barang dagangannya.
Obyektif
Pemeriksaan Fisik :
- Keadaan umum : Tampak sakit sedang
- Kesadaran (GCS) : Kompos mentis (E4M6V5)
- Tanda vital :Tekanan darah : 150/90 mmHg
Nadi : 90 x/menit
Pernafasan : 24 x/menit
Suhu : 36.4 0C
SpO2 : 97 %
Status Neurologis
Lasegue sign: (+)

Kekuatan : 5555 5555


3333 3333
Eksteroseptif
Nyeri : Berkurang pada dermatom L3-L4
Tajam/Tumpul : Berkurang pada dermatom L3-L4

VI. DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis : hipestesi setinggi L3-L4, low back pain
Diagnosis Topis : Vertebra L4-S1
Diagnosis Etiologis : low back pain e.c Hernia Nukleus Pulposus

11
VII. DIAGNOSA BANDING
Ischialgia

VIII. PENATALAKSANAAN
IUFD RL 20 tpm
Ranitidine 2x1 amp
Ceftriakson 2x2 g
Ketorolac 3x1 g
Methylprednisolone 2x1mg
Paracetamol

IX. PROGNOSIS
Quo ad Vitam : ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam

12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
HNP (Hernia Nukleus Pulposus) yaitu keluarnya nukleus pulposus
dari discus melalui robekan annulus fibrosus hingga keluar ke
belakang/dorsal menekan medulla spinalis atau mengarah ke dorsolateral
menekan radix spinalis sehingga menimbulkan gangguan.2,4Hernia
Nukleus Pulposus (HNP) merupakan salah satu penyebab dari nyeri
punggung (NPB) yang penting. Prevalensinya berkisar antara 1-2% dari
populasi. HNP lumbalis paling sering (90%) mengenai diskus
intervertebralis L5-S1 dan L4-L5. Biasanya NBP oleh karena HNP
lumbalis akan membaik dalam waktu kira-kira 6 minggu. Tindakan
pembedahan jarang diperlukan kecuali pada keadaan tertentu.1

B. Anatomi & Patofisiologi


Tulang punggung atau vertebra adalah tulang tak beraturan yang
membentuk punggung yang mudah digerakkan. terdapat 33 tulang
punggung pada manusiayang dibagi menjadi 7 tulang cervical (leher), 12
tulang thorax (thoraks atau dada), 5 tulang lumbal, 5 tulang bergabung
membentuk bagian sacral, dan 4 tulang membentuk tulang ekor (coccyx).2

Gbr Anatomi tulang vertebre anterior, posterior, dan lateral.

13
Diskus intervertebralis menghubungkan korpus vertebra satu sama
lain dari servikal sampai lumbal/sacral. Diskus ini berfungsi sebagai
penyangga beban dan peredam kejut (shock absorber). Diskus
intervertebralis terdiri dari dua bagian utama yaitu :
1. Anulus fibrosus, terbagi menjadi 3 lapis :
 Lapisan terluar terdiri dari lamella fibro kolagen yang berjalan
menyilang konsentris mengelilingi nucleus pulposus sehingga
bentuknya seakan-akan menyerupai gulungan per (coiled spring).
 Lapisan dalam terdiri dari jaringan fibro kartilagenus
 Daerah transisi.
Mulai daerah lumbal 1 ligamentum longitudinal posterior makin
mengecilsehingga pada ruang intervertebre L5-S1 tinggal separuh
dari lebar semulasehingga mengakibatkan mudah terjadinya
kelainan didaerah ini.1
2. Nukleus Pulposus adalah suatu gel yang viskus terdiri dari
proteoglycan (hyaluroniclong chain) mengandung kadar air yang
tinggi (80%) dan mempunyai sifat sangathigroskopis. Nucleus
pulposus berfungsi sebagai bantalan dan berperan
menahantekanan/beban. Kemampuan menahan air dari nucleus
pulposus berkurang secaraprogresif dengan bertambahnya usia.
Mulai usia 20 tahun terjadi perubahandegenerasi yang ditandai
dengan penurunan vaskularisasi kedalam diskus
disertaiberkurangnya kadar air dalam nucleus sehingga diskus
mengkerut dan menjadikurang elastic.1

14
Gbr. Herniasi diskus

Sebagian besar HNP terjadi pada L4-L5 dan L5-S1 karena :


1. Daerah lumbal, khususnya daerah L5-S1 mempunyai tugas yang
berat, yaitumenyangga berat badan. Diperkirakan 75% berat badan
disangga oleh sendi L5-S1.
2. Mobilitas daerah lumabal terutama untuk gerak fleksi dan ekstensi
sangat tinggi.Diperkirakan hamper 57% aktivitas fleksi dan ekstensi
tubuh dilakukan pada sendiL5-S1.

15
3. Daerah lumbal terutama L5-S1 merupakan daerah rawan karena
ligamentumlongitudinal posterior hanya separuh menutupi
permukaan posterior diskus. Arahherniasi yang paling sering adalah
postero lateral.1
Bangunan peka nyeri mengandung reseptor nosiseptif (nyeri) yang
terangsang oleh berbagai stimulus lokal (mekanis, termal,
kimiawi).Stimulus ini akan direspon dengan pengeluaran berbagai
mediator inflamasi yang akan menimbulkan persepsi nyeri. Mekanisme
nyeri merupakan proteksi yang bertujuan untuk mencegah pergerakan
sehingga proses penyembuhan dimungkinkan. Salah satu bentuk proteksi
adalah spasmeo tot, yang selanjutnya dapat menimbulkan iskemia.
Nyeri yang timbul dapat berupa nyeri inflamasi pada jaringan
dengan terlibatnya berbagai mediator inflamasi; atau nyeri neuropatik yang
diakibatkan lesi primer pada system saraf.
Iritasi neuropatik pada serabut saraf dapat menyebabkan 2
kemungkinan. Pertama, penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus
saraf yang kaya nosiseptor dari nervinevorum yang menimbulkan nyeri
inflamasi.
Nyeri dirasakan sepanjang serabut saraf dan bertambah dengan
peregangan serabut saraf misalnya karena pergerakan. Kemungkinan
kedua, penekanan mengenai serabut saraf. Pada kondisi ini terjadi
perubahan biomolekuler di mana terjadi akumulasi saluran ion Na dan ion
lainnya. Penumpukan ini menyebabkan timbulnya mechano-hot spot yang
sangat peka terhadap rangsang mekanikal dan termal. Hal ini merupakan
dasar pemeriksaan Laseque. 2,3,4

C. Faktor resiko

Faktor risiko yang tidak dapat dirubah :


1. Umur : makin bertambah umur risiko makin tinggi.
2. Jenis kelamin : laki-laki lebih banyak dari wanita
3. Riwayat cedera punggung atau HNP sebelumnya

16
Faktor risiko yang dapat dirubah :
1. Pekerjaan dan aktivitas: duduk yang terlalu lama, mengangkat atau
menarik barang-barang berta, sering membungkuk atau gerakan
memutar pada punggung,latihan fisik yang berat, paparan pada
vibrasi yang konstan seperti supir.
2. Olahraga yang tidak teratur, mulai latihan setelah lama tidak
berlatih, latihan yangberat dalam jangka waktu yang lama.
3. Merokok. Nikotin dan racun-racun lain dapat mengganggu
kemampuan diskusuntuk menyerap nutrien yang diperlukan dari
dalam darah.
4. Berat badan berlebihan, terutama beban ekstra di daerah perut
dapatmenyebabkan strain pada punggung bawah.
5. Batuk lama dan berulang.1

D. Gejala klinis

Manifestasi klinis HNP tergantung dari radiks saraf yang


lesi.Gejala klinis yangpaling sering adalah iskhialgia (nyeri radikuler
sepanjang perjalanan nervus iskhiadikus).
Nyeri biasanya bersifat tajam seperti terbakar dan berdenyut
menjalar sampai di bawahlutut. Bila saraf sensorik terkena akan timbul
gejala kesemutan ataurasa tebal sesuai dengan dermatomnya.

17
Pada kasus berat dapat terjadi kelemahan ototdan hilangnya refleks
tendon patella (KPR) dan Achills (APR). Bila mengenai konus
ataukaudaekuinadapatterjadigangguanmiksi, defekasidanfungsiseksual.
Sindrom kauda equina dimana terjadi saddle anasthesia sehingga
menyebabkan nyeri kaki bilateral, hilangnya sensasi perianal (anus),
paralisis kandung kemih, dan kelemahan sfingter ani. Sakit pinggang yang
diderita pun akan semakin parah jika duduk, membungkuk, mengangkat
beban, batuk, meregangkan badan, dan bergerak. Istirahat
danpenggunaananalgetikakanmenghilangkansakit yang diderita.1

Gejala yang sering ditimbulkan akibat ischialgia adalah :


 Nyeri punggung bawah.
 Nyeri daerah bokong.
 Rasa kaku/ tertarik pada punggung bawah.
 Nyeri yang menjalar atau seperti rasa kesetrum dan dapat disertai baal,
yang dirasakan dari bokong menjalar ke daerah paha, betis bahkan
sampai kaki, tergantung bagian saraf mana yang terjepit.

18
 Rasa nyeri sering ditimbulkan setelah melakukan aktifitas yang
berlebihan, terutama banyak membungkukkan badan atau banyak
berdiri dan berjalan.
 Rasa nyeri juga sering diprovokasi karena mengangkat barang yang
berat, batuk, bersin akibat bertambahnya tekanan intratekal.
 Jika dibiarkan maka lama kelamaan akan mengakibatkan kelemahan
anggota badan bawah/ tungkai bawah yang disertai dengan
mengecilnya otot-otot tungkai bawah dan hilangnya refleks tendon
patella (KPR) dan achilles (APR).
 Bila mengenai konus atau kauda ekuina dapat terjadi gangguan
defekasi, miksi dan fungsi seksual. Keadaan ini merupakan kegawatan
neurologis yang memerlukan tindakan pembedahan untuk mencegah
kerusakan fungsi permanen.
 Kebiasaan penderita perlu diamati, bila duduk maka lebih nyaman
duduk pada sisi yang sehat.2,3,4,5

E. Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan amanesis, pemeriksaan klinis


umum, pemeriksaan neurologik dan pemeriksaan penunjang. Ada adanya
riwayat mengangkat beban yang berat dan berulang kali, timbulnya low
back pain. Gambaran klinisnya berdasarkan lokasi terjadinya herniasi.
Diagnosa pada hernia intervertebral , kebocoran lumbal dapat ditemukan
secepat mungkin.
Pada kasus yang lain, pasien menunjukkan perkembangan
cepatdengan penanganan konservatif dan ketika tanda-tanda menghilang,
tes nya tidak dibutuhkan lagi. Myelografi merupakan penilaian yang baik
dalam menentukan suatulokalisasi yang akurat yang akurat.
1. Anamnesis
Dalam anamnesis perlu ditanyakan kapan mulai timbulnya, bagaimana
mulai timbulnya, lokasi nyeri, sifat nyeri, kualitas nyeri, apakah nyeri
yang diderita diawali kegiatan fisik, faktor yang memperberat atau
memperingan, ada riwayat trauma sebelumnya dan apakah ada

19
keluarga penderita penyakit yang sama. Perlujuga ditanyakan keluhan
yang mengarah pada lesi saraf seperti adanya nyeri radikuler, riwayat
gangguan miksi, lemah tungkai dan adanya saddle anestesi.1
Nyeri mulai dari pantat, menjalar ke bagian belakang lutut, kemudian
ketungkai bawah (sifat nyeri radikuler). Nyeri semakin hebat bila
penderita mengejan, batuk, mengangkat barang berat. Sifat nyeri
adalah khas, yaitu dari posisi berbaring ke duduk nyeri bertambah
hebat, sedangkan bila berbaring nyeri berkurang atau hilang.2,3,4,5
2. Pemeriksaan klinik umum
a. Inspeksi dapat di mulai saat penderita jalan masuk ke ruang
pemeriksaan.
Caraberjalan (tungkai sedikit di fleksikan dan kaki pada sisi sakit di
jinjit), duduk(pada sisi yang sehat).
b. Palpasi, untuk mencari spasme otot, nyeri tekan, adanya skoliosis,
gibus dandeformitas yang lain.1
3. Pemeriksaan neurologik,
a. Pemeriksaan sensorik
b. Pemeriksaan motorik dicari apakah ada kelemahan, atrofi atau
fasikulasi otot.
c. Pemeriksaan tendon
d. Pemeriksaan yang sering dilakukan
i. Tes untuk meregangkan saraf ischiadikus (tes laseque, tesbragard,
tesSicard).
ii. Tes untuk menaikkan tekanan intratekal (tes Nafzigger, tes Valsava)
4. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan neurofisiologi. Terdiri dari:
i. Elektromiografi (EMG) bisa mengetahui akar saraf mana yang terkena
dansejauh mana gangguannya, masih dalam tahap iritasi atau tahap
kompresi.
ii. Somato Sensoric Evoked Potential (SSEP) Berguna untuk menilai
pasien spinalstenosis atau mielopati
b. Pemeriksaan Radiologi

20
i. Foto polos untuk menemukan berkurangnya tinggi diskus
intervetebralis sehingga ruang antar vertebralis tampak menyempit.
ii. Kaudografi, mielografi, CT Mielo dan MRI Untuk membuktikan HNP
danmenentukan lokasinya. MRI merupakan standar baku emas untuk
HNP.
iii. Diskografi. 1
F. Tatalaksana

TerapiKonservatif
Tujuan terapi konservatif adalah mengurangi iritasi saraf,
memperbaiki kondisi fisik pasien dan melindungi dan meningkatkan
fungsi tulang punggung secara keseluruhan. Perawatan utama untuk diskus
hernia adalah diawali dengan istirahat dengan obat-obatan untuk nyeri dan
anti inflamasi, diikuti dengan terapi fisik. Dengan cara ini, lebihdari 95 %
penderita akan sembuh dan kembali pada aktivitas normalnya. Beberapa
persen dari penderita butuh untuk terus mendapat perawatan lebih lanjut
yang meliputi injeksi steroid atau pembedahan.
Terapi konservatif meliputi:
1. Tirah baring
Tujuan tirah baring untuk mengurangi nyeri mekanik dan tekanan
intradiskal, lama yang dianjurkan adalah 2-4 hari.Tirah baring terlalu
lama akan menyebabkan otot melemah. Pasien dilatih secara bertahap
untuk kembali ke aktivitas biasa.
Posisi tirah baring yang dianjurkan adalah dengan menyandarkan
punggung, lutut dan punggung bawah pada posisi sedikit fleksi. Fleksi
ringan dari vertebra lumbosacral akan memisahkan permukaan sendi
dan memisahkan aproksimasi jaringan yang meradang.
2. Medikamentosa
1. Analgetik dan NSAID
2. Pelemas otot: digunakan untuk mengatasi spasme otot

21
3. Kortikosteroid oral: pemakaian masih menjadi kontroversi namun
dapat dipertimbangkan pada kasus HNP berat untuk mengurangi
inflamasi.
4. Analgetik ajuvan: dipakai pada HNP kronis

3. Terapi fisik
 Traksi pelvis
Menurut panel penelitian di Amerika dan Inggris traksi pelvis
tidak terbukti bermanfaat. Penelitian yang membandingkan
tirah baring, korset dan traksi dengan tirah baring dan korset
saja tidak menunjukkan perbedaan dalam kecepatan
penyembuhan.
 Diatermi/komprespanas/dingin
Tujuannya adalah mengatasi nyeri dengan mengatasi inflamasi
dan spasme otot. Keadaan akut biasanya dapat digunakan
kompres dingin, termasuk bila terdapat edema. Untuk nyeri
kronik dapat digunakan kompres panas maupun dingin.
 Korsetlumbal
Korset lumbal tidak bermanfaat pada HNP akut namun dapat
digunakan untuk mencegah timbulnya eksaserbasi aku tatau
nyeri HNP kronis. Sebagai penyangga korset dapat
mengurangi beban diskus serta dapat mengurangi spasme.
 Latihan
Direkomendasikan melakukan latihan dengan stres
minimal punggung seperti jalan kaki, naik sepeda atau
berenang. Latihan lain berupa kelenturan dan penguatan.
Latihan bertujuan untuk memelihara fleksibilitas fisiologik,
kekuatan otot, mobilitas sendi dan jaringan lunak. Dengan
latihan dapat terjadi pemanjangan otot, ligament dan tendon
sehingga aliran darah semakin meningkat.

22
4. Terapi Operatif
Terapi bedah berguna untuk menghilangkan penekanan dan iritasi saraf
sehingga nyeri dan gangguan fungsi akan hilang. Tindakan operatif HNP harus
berdasarkan alasan yang kuat yaitu berupa:
1. Defisit neurologik memburuk.
2. Gangguan otonom (miksi, defekasi, seksual).
3. Paresis otot tungkai bawah.

1) Laminectomy
Laminectomy, yaitu tindakan operatif membuang lamina vertebralis, dapat
dilakukan sebagai dekompresi terhadap radix spinalis yang tertekan atau terjepit
oleh protrusi nukleus pulposus.

2) Discectomy
Pada discectomy, sebagian dari discus intervertebralis diangkat untuk
mengurangi tekanan terhadap nervus. Discectomy dilakukan untuk memindahkan
bagian yang menonjol dengan general anesthesia. Hanya sekitar 2 – 3 hari tinggal
di rumah sakit. Akan diajurkan untuk berjalan pada hari pertama setelah operasi
untuk mengurangi resiko pengumpulan darah. Untuk sembuh total memakan
waktu beberapa minggu. Jika lebih dari satu diskus yang harus ditangani jika ada
masalah lain selain herniasi diskus. Operasi yang lebih ekstensif mungkin
diperlukan dan mungkin memerlukan waktu yang lebih lama untuk sembuh
(recovery). 9,10
3) Mikrodiskectomy

23
Pilihan operasi lainnya meliputi mikrodiskectomy, prosedur memindahkan
fragmen of nucleated disk melalui irisan yang sangat kecil dengan menggunakan
– ray dan chemonucleosis. Chemonucleosis meliputi injeksi enzim (yang disebut
chymopapain) ke dalam herniasi diskus untuk melarutkan substansi gelatin yang
menonjol. Prosedur ini merupakan salah satu alternatif disectomy pada kasus-
kasus tertentu.

G. Prognosis

 Sebagian besar pasien akan membaik dalam 6 minggu dengan terapi


konservatif.
 Sebagian kecil  berkembang menjadi kronik meskipun sudah
diterapi.
 Pada pasien yang dioperasi : 90%  membaik terutama nyeri tungkai,
kemungkinan terjadinya kekambuhan adalah 5%.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Hartwig MS, Wilson LM. Nyeri. In : Patofisiologi Konsep Klinis Proses –


Proses Penyakit. Price SA, Wilson LM, editors. 6th ed. Vol 2. EGC ; Jakarta ;
2011
2. Purwanto ET. Hernia Nukleus Pulposus. Jakarta: Perdossi
3. Nuarta, Bagus. Ilmu Penyakit Saraf. In: Kapita Selekta Kedokteran, edisi III,
jilid kedua, cetakan keenam. Jakarta : Media Aesculapius. 54-59. 2004
4. Sakit Pinggang. In: Neurologi Klinis Dalam Praktik Umum, edisi III, cetakan
kelima. Jakarta : PT Dian Rakyat. 203-205
5. Nuarta B., 2004. Ilmu Penyakit Saraf. In: Kapita Selekta Kedokteran, edisi III,
Jilid kedua, cetakan keenam. Jakarta : Media Aesculapius.

25

Anda mungkin juga menyukai