Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN KASUS

LOW BACK PAIN

Disusun oleh :
Fitri Purwaningsih 15710186
Farisa Indah P 15710164
Marrienda Dewi M 15710239
Janatun Firdaus 15710240

Pembimbing :
dr. Mei Ria Rahayu, Sp.KFR

INSTALASI KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI


RSUD Dr. R. SOSODORO DJATIKOESOEMO BOJONEGORO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkah, rahmat,
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan dan menyusun laporan kasus mengenai
“Low Back pain et causa spondilosis”.
Dalam laporan kasus ini dipaparkan mengenai kejadian spondilosis yang dialami oleh
pasien yang telah dilakukan pemeriksaan dari awal dan penatalaksanaannya serta berisikan
beberapa tinjauan pustaka mengenai spondilosis Laporan kasus ini berhasil penulis selesaikan
karena dukungan dari berbagai pihak serta bimbingan dari dokter pembimbing Kedokteran Fisik
dan Rehabilitasi RSUD Dr. R Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro. Oleh sebab itu pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada dr. Mei Ria Rahayu, Sp.KFR
selaku dokter pembimbing Kepaniteraan Klinik Bagian Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi RSUD
Dr. R Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro dan semua pihak yang tidak mungkin disebutkan
satu per satu yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis mengharapkan segala masukan demi sempurnanya tulisan ini.
Akhirnya penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait.

Bojonegoro, Juni 2016

Penulis

2
Halaman

Halaman Judul .................................................................................................. . 1


Kata Pengantar ................................................................................................. . 2
Daftar Isi ............................................................................................................ . 3
Daftar Gambar .................................................................................................. . 4

BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang .............................................................................. . 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Anatomi Fisiologi………………………………………..... ... . 6


2.2.Definisi ………………………………………………… ....... . 9
2.3.Epidemiologi ………………………………………... ........... . 10
2.4.Etiologi dan Faktor Resiko ..................................................... . 11
2.5 Patogenesis .............................................................................. . 14
2.6.Gejala Klinis ............................................................................ . 16
2.7.Diagnosis…………………………………………………...... . 16
2.7.1.Anamnesis………………………………………… ..... . 16
2.7.2.Pemeriksaan Fisik…………………………………… .. . 17
2.7.3.Pemeriksaan Radiologi .................................................. . 20
2.8. Penatalaksanaan ...................................................................... . 21

BAB III LAPORAN KASUS REHABILITASI MEDIK


A. Identitas Pasien ....................................................................... . 24
B. Autoanamnesis ........................................................................ . 24
C. Status Interna Singkat ............................................................. . 25
D. Status Neurologi ..................................................................... . 26
E. Pemeriksaan Penunjang .......................................................... . 28
F. Diagnosis ……………………………………………… ......... . 30
G. Penatalaksanaan ………………………………………… ...... . 30
H. Edukasi ………………………………………………… ........ . 33
I Prognosa………………………………………………………. 35

BAB IV PEMBAHASAN
Pembahasan .................................................................................. . 36

BAB V DAFTAR PUSTAKA ………………………………………….. 37

3
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.Gambar 1. Anatomi Vertebra …………………………………..……………… . 08

Gambar 2Efek dari empat posisi tubuh terhadap tekanan diskus intervertebralis ……….. 15.
Gambar 3.foto rontgen vertebrae lumbal Lateral……………………………………………28
Gambar 4Gambar 4 foto rontgen vertebrae lumbal AP…. ,………………………………... 29

Gambar 5. Posisi tidur dan cara bangun tidur ……………………………………………… 34


Gambar 6. Posisi duduk dan cara mengambil barang …………………………………… 35
Gambar 7 . Posisi memakai kaos kaki dan menggosok gigi …………………………………. 35

4
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Nyeri punggung bawah adalah gejala yang paling sering timbul di masyarakat kita.
Hampir setiap orang pernah mengalami episode nyeri punggung bawah disepanjang hidupnya.
Nyeri dapat bervariasi dari berat dan berlangsung lama sampai sedang dan sebentar. Ini akan
membaik dalam beberapa minggu bagi kebanyakan orang.

Anamnesa dan pemeriksaan fisik memegang peranan penting untuk bisa mengetahui
penyebab dari terjadinya nyeri punggung bawah ini seperti, riwayat trauma, demam, riwayat
kanker, penggunaan steroid yang lama, dan lain-lain. Di Amerika Serikat diperkirakan lebih 15%
orang dewasa mengeluh nyeri punggung bawah atau nyeri yang bertahan hampir dua minggu,
Nyeri punggung bawah adalah suatu sindroma nyeri yang terjadi pada regio punggung bagian
bawah dan merupakan work related musculoskeletal disorders. Nyeri punggung bawah telah
teridentifikasi oleh Pan American Health Organization antara tiga masalah kesehatan pekerjaan
yang dikenal pasti oleh WHO (Choi dkk, 2001). Menurut Punnett L dkk, prevalensi 37%
daripada nyeri punggung bawah disebabkan oleh pekerjaan individu-individu tersebut, dengan
pembahagian lebih banyak pada laki-laki berbanding wanita. Sedangkan penelitian Community
Oriented Program for Controle of Rheumatic Disease (COPORD ) Indonesia menunjukan
prevalensi nyeri punggung 18,2 % pada laki-laki dan 13,6 % pada wanita. National Safety
Council pula melaporkan bahwa sakit akibat kerja yang frekuensi kejadiannya paling tinggi
adalah sakit/nyeri pada punggung, yaitu 22% dari 1.700.000 kasus.(1)

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Fisiologi

Garis besar struktur punggung bawah adalah sebagai berikut:

a. Kolumna vertebralis dengan jaringan ikatnya termasuk, diskus intervertebralis


dan nukleus pulposus.
b. Jaringan saraf yang meiputi konus medularis, filum terminalis, duramater,dan
araknoid, radiks dengan saraf spinalnya.
c. Pembuluh darah dan muskulus atau otot skelet. Organ lain di luar struktur
punggung bawah adalah traktus digestivus, traktus urinarius, traktus genitalis.(2)
d. Kolumna vertebralis
Kolumna vertebralis ini terbentuk oleh unit – unit fungsional yang terdiri dari
segmen anterior dan segmen posterior.

1. Segmen anterior
Sebagian besar fungsi segmen ini adalah sebagai penyangga badan. Segmen ini
meliputi korpus vertebra dan diskus intervertebralis yang diperkuat oleh
ligamentum longitudinale anterior dan ligamentum longitudinale posterior.
Ligamentum longitudinale posterior membentang dari oksiput sampai sakrum;
didaerah setinggi vertebra lumbal ke satu menyempit sehingga di bagian
akhir tinggal separuh di bagian atas. Hal ini mungkin untuk mempermudah
gerakan vertebra di daerah lumbal, namun hal ini juga menyebabkan tidak
terlindunginya daerah posterolateral diskus intervertebralis sehingga diskus ini
lebih mudah mendesak ke dalam kanalis spinalis, yang dalam kenyataannya
banyak dijumpai.
2. Segmen posterior
Segmen ini dibentuk oleh arkus, prosesus transversus dan prosesus spinosus.
Satu sama lain dihubungkan dengan sepasang artikulasi dan beberapa ligamentum
serta otot. Gerakan tubuh yang terbanyak ialah gerakan fleksi dan ekstensi, dan
gerakan ini paling banyak dilakukan oleh sendi L5 – S1, yang dimungkinkan oleh

6
bentuk artikulasinya tidak datar tetapi membentuk sudut 30 derajat dengan garis
datar. Titik tumpu berat badan terletak kira-kira 2,5cm didepan S2. Titik ini
penting karena setiap pemindahan titik tersebut akan memaksa tubuh untuk
mengadakan kompensasi dengan jalan mengubah sikap.
3. Diskus intervertebralis
Diskus ini terdiri dari anulus fibrosus dan nukleus pulposus. Anulus vibrasus
terdiri dari beberapa anyaman serabut fibro elastik yag tersusun sedemikian rupa
sehingga tahan untuk mengikuti gerakan vertebra atau tubuh. Tepi atas dan tepi
bawahnya melekat pada korpus vertebra. Di tengah-tengah anulus tadi terdapat
suatu bahan kental dari mukopolisakarida yag banyak mengandung air. Mulai usia
dekade kedua, anulus dan nukleus tadi mengalami perubahan. Serabut fibroelastik
mulai putus yang sebagian diganti jaringan dan sebagian lagi rusak; hal ini
berlangsung terus menerus sehingga terbentuk rongga – rongga dalam anulus
yang kemudian di isi bahan dari nukleus pulposus. Nukleus pulposus juga
mengalami perubahan yaitu kadar air berkurang. Dengan demikian terjadi
penyusutan nukleus dan bertambahnya ruangan dalam anulus sehingga terjadi
penurunan tekanan intradiskus. Hal ini menyebabkan:
a. Jarak antar vertebra akan mengecil atau memendek, dengan akibat
terlepasnya ligamentum longitudinale posterior dan anterior, sehingga
terbentuk rongga antara vertebra dengan ligamentum yang kemudian di isi
jaringan fibrosis dan mengalami pengapuran. Hal terakhir ini dikenal
sebagai osteofit, yang apabila terlalu besar atau menonjol dapat menekan
medula spinalis atau mempersempit kanalis spinalis.
b. Mendekatnya kapsul sendi posterior sehingga timbul rangsangan sinovial.
c. Materi nukleus pulsposus yang masuk ke dalam rongga – rongga di anulus
makin banyak dan makin mendekati lapisan terluar sehingga bila secara
mendadak tekanan intradiskus naik maka isi nukleus akan menonjol
keluar dan terjadilah hernia nukleus pulposus.(2)

Sekalipun, maka kontraksi volunter dan reflektoris otot sakrospinal,


abdominal, gluteal, psoas serta hamstring mampu mempertahankan sebagian

7
besar stabilitas tulang belakang. Struktur vertebra dan paravertebra diinervasi oleh
cabang – cabang dari saraf spinalis segmental yang keluar dari foramen neuralis
pada tiap batas tulang belakang. Saraf sinovertebralis, yang dianggap saraf
sensoris utama yang mensuplai struktur tulang belakang lumbal, muncul dari saraf
spinalis sebeleum percabangannya menjadi suatu ramus anterior dan posterior.
Saraf sinovertebralis untuk memberi persarafan sensoris kepada ligamentum
longitudinal posterior, bagian luar anulus fibrosus posterior, dura anterior, dura
selubung akar saraf dan vena – vena epidural, semua di dalam canalis spinalis.

Saraf utama lain yang mensuplai struktur spinalis dan paraspinalis muncul
dari ramus primer posterior. Ramus primer posterior saraf spinalis lebih jauh
terbagi menjadi cabang medial dan lateral. Bersama saraf ini mensuplai bagian
posterior tulang belakang, termasuk sendi faset, seperti juga otot dan fasia
paraspinalis. Sebagai tambahan, tiga saraf spinalis lumbal memberi sensasi
kutaneus kepada kulit dari pinggang.

Bagian belakang tubuh yang memiliki kebebasan bergerak terbesar dan


dengan demikian yang paling sering terkena cedera, adalah daerah servikal dan
lumbal. Selain pergerakan sadar yang diperlukan untuk membungkuk, berputar
dan pergerakan lainnya, banyak aksi tulang belakang yang bersifat refleks dan
merupakan dasar postur.(2)

Gambar 1. Anatomi Vertebra

8
Fisiologi Nyeri

Fisiologi nyeri terdiri atas 3 fase, yaitu resepsi, persepsi dan reaksi. Stimulus
penghasil nyeri mengirimkan impuls melalui serabut saraf perifer. Serabut nyeri
memasuki medula spinalis dan menjalani salah satu dari beberapa rute saraf dan akhirnya
sampai di dalam masa berwarna abu-abu di medula spinalis. Pesan nyeri dapat
berinteraksi dengan sel-sel inhibitor, mencegah stimulus nyeri sehingga tidak mencapai
otak atau ditransmisi tanpa hambatan ke korteks serebral, maka otak menginterpretasi
kualitas nyeri dan memproses informasi tentang pengalaman dan pengetahuan yang lalu
serta asosiasi kebudayaan dalam upaya mempersepsikan nyeri.(3)

Rangsangan nyeri yang dapat berupa rangsangan mekanik, termik atau suhu,
kimiawi dan campuran, diterima oleh reseptor yang terdiri dari akhiran saraf bebas yang
mempunyai spesifikasi. Di sini ada dua kelompok yaitu :

 Yang berganti neuron dilamina I yang kemudian menyilang linea mediana


membentuk jaras anterolateral yang langsung ke talamus, sistem ini disebut
sistem neospinotalamik yang menganyarkan rangsangan secara cepat
 Bersinaf dilamina V kemudian menyilang linea mediana membentuk jaras
anterolateral dan bersinapsis disubstansia retikularis batang otak dan di talamus.
Sistem ini disebut sistem paleospinotalamik yang menghantarkan perasaan nyeri
yang kronik dan kurang terlokalisasi.(4)

2.2 DEFINISI
 Menurut Rakel, Low back pain (LBP) adalah nyeri di daerah punggung antara
sudut bawah kosta (tulang rusuk) sampai lumbosakral (sekitar tulang ekor). Nyeri
juga bisa menjalar ke daerah lain seperti punggung bagian atas dan pangkal paha.
 LBP atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal
yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik.(5)
 Low back pain (LBP) atau nyeri punggung bawah termasuk salah satu dari
gangguan muskuloskeletal, gangguan psikologis dan akibat dari mobilisasi yang
salah. LBP menyebabkan timbulnya rasa pegal, linu, ngilu, atau tidak enak pada

9
daerah lumbal berikut sakrum. LBP diklasifikasikan kedalam 2 kelompok, yaitu
kronik dan akut. LBP akut akan terjadi dalam waktu kurang dari 12 minggu.
Sedangkan LBP kronik terjadi dalam waktu 3 bulan. Yang termasuk dalam faktor
resiko LBP adalah umur, jenis kelamin, faktor indeks massa tubuh yang meliputi
berat badan, tinggi badan, pekerjaan, dan aktivitas/olahraga Nyeri
Punggung Bawah (NPB) adalah nyeri yang dirasakan di daerah punggung bawah,
yang dapat merupakan nyeri lokal, maupun nyeri radikuler atau keduanya, atau
nyeri yang berasal dari punggung bawah yang dapat menjalar kedaerah lain atau
sebaliknya (referred pain). NPB merupakan perasaan nyeri di
daerah lumbosakral dan sakroiliaka yang disertai penjalaran ke tungkai dan kaki.
Mobilitas punggung bawah sangat tinggi, disamping itu juga menyangga beban
tubuh, dan sekaligus sangat berdekatan dengan jaringan lain yaitu traktus
digestivus dan traktus uranius. Kedua jaringan atau organ ini apabila mengalami
perubahan patologik tertentu dapat menimbulkan nyeri yang dirasakan di daerah
punggung bawah.(6)

2.3 EPIDEMIOLOGI

Low back painatau nyeri punggung bagian bawah di Indonesia merupakan masalah
kesehatan yang nyata.Kira-kira 80% penduduk seumur hidupnya pernah sekali merasakan nyeri
punggung bagian bawah. Pada setiap saat lebih dari l0% penduduk menderita nyeri punggung
bagian bawah. Insidensi nyeri punggung bagian bawah di beberapa negara berkembang lebih
kurang l5-20% dari total populasi, yang sebagian besar merupakan nyeri punggung bagian
bawah akut maupun kronik termasuk tipe benigna. Penelitian kelompok studi nyeri Perhimpunan
Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) pada bulan Mei 2002 menunjukkan jumlah pasien
nyeri punggung bagian bawah sebesar 18,37% dari seluruh pasien nyeri. Studi populasi di
daerah pantai utara Jawa Indonesia ditemukan insidensi 8,2% pada pria dan l3,6% pada wanita.
Rumah sakit di Jakarta, Yogyakarta dan Semarang insidensinya sekitar 5,4-5,8%. Frekuensi
terbanyak pada usia 45-65 tahun. Dalam penelitian multisenter di 14 rumah sakit pendidikan di
Indonesia yang dilakukan oleh kelompok studi nyeri PERDOSSI pada bulan Mei 2002
menunjukkan jumlah pasien nyeri sebanyak 4456 orang (25% dari total kunjungan), dimana

10
1598 orang (35,86%) merupakan pasien nyeri kepala dan 819 orang (18,37%) adalah pasien
nyeri punggung bawah. Keluhan low back pain ini ternyata menempati urutan kedua tersering
setelah nyeri kepala. Dari data mengenai pasien yang berobat ke poliklinik neurologi
menunjukkan bahwa jumlah pasien diatas usia 40 tahun yang datang dengan keluhan low back
pain ternyata jumlahnya cukup banyak.(7)

2.4 ETIOLOGI dan FAKTOR RESIKO

Dalam klinik, low back pain (LBP) dibagi menjadi 4 kelompok:.

1. LBP oleh faktor mekanik


a. LBP oleh mekanik akut Biasanya timbul bila tubuh melakukan gerakan secara
mendadak melampaui batas kemampuan sendi dan otot (range of motion atau
melakukan sesuatu untuk jangka waktu terlampau lama.1

b. LBP oleh mekanik kronik (menahun)


Paling sering disebabkan oleh sikap tubuh yang jelek yaitu sikap tubuh yang
membungkuk ke depan, kepala menunduk, perut membuncit dan dada kempes
mendatar. Sikap tubuh yang demikian tentunya akan mendorong titik berat badan
(TBB) tergeser ke arah depan sebagai kompensasi agar keseimbangan tubuh tetap
terjaga. Disamping akibat sikap tubuh yang jelek, pergeseran TBB ke arah depan
terlihat juga pada wanita-wanita yang gemar memakai sepatu dengan tumit tinggi.

2. LBP oleh faktor organik

a. LBP osteogenik
i Radang
iiTrauma
Trauma dan gangguan mekanis merupakan penyebab utama low back pain Pada
orang yang tidak biasa melakukan pekerjaan otot atau melakukan aktivitas dengan beban
yang berat, dapat menderita nyeri pungggung bagian bawah yang akut. Gerakan bagian

11
punggung yang kurang baik dapat menyebabkan kekakuan dan spasme yang tiba-tiba
pada otot punggung, mengakibatkan terjadinya trauma punggung sehingga menimbulkan
nyeri. Kekakuan otot cenderung dapat sembuh dengan sendirinya dalam jangka waktu
tertentu. Namun pada kasus-kasus yang berat memerlukan pertolongan medis agar tidak
mengakibatkan gangguan yang lebih lanjut.
iiiKeganasan
iv.Kongenital

b.LBP diskogenik
Dalam hal ini proses primer terletak pada diskus intervertebra. Bentuk yang sering
dijumpai ialah:
i.Spondilosis Adalah suatu proses degenerasi progresif diskus intervertebra.Keadaan\ ini
menimbulkan nyeri yang berasal dari dua macam sumber:
a) Osteoarthritis
b) Radikulitis jebakan, radiks terjebak dalam perjalanannya melewati foramen
intervertebra yang menyempit. Sebenarnya nyeri tidak bersumber pada
tekanan radiks secara langsung, melainkan dari tekanan sarung duramater
yang mengakibatkan iskemik dan inflamasi.(8)
ii. Hernia Nukleus Pulposus (HNP) Hernia nukleus pulposus (HNP) yaitu keluarnya
nukleus pulposus dari diskus intervertebra melalui robekan annulus fibrosus keluar
ke arah belakang dorsal menekan medulla spinalis atau mengarah ke dorsolateral
menekan saraf spinalis sehingga menimbulkan gangguan. Nukleus pulposus adalah
gel viskus yang terdiri dari proteoglikan yang mengandung kadar air yang tinggi.
Nukleus pulposus memiliki fungsi menahan beban sekaligus sebagai bantalan.
Dengan bertambahnya usia kemampuan nukleus pulposus menahan air sangat
berkurang sehingga diskus intervertebra mengerut, terjadi penurunan vaskularisasi
sehingga diskus intervertebra menjadi kurang elastis. Pada diskus intervertebra yang
sehat, nukleus pulposus akan mendistribusikan beban secara merata ke segala arah,
namun nukleus pulposus yang mengerut akan mendistribusikan beban secara
asimetris, akibatnya dapat terjadi cedera atau robekan pada anulus fibrosus.

12
Hernia nukleus pulposus (HNP) paling sering terjadi pada pria dewasa, dengan
insiden puncak pada dekade ke-4 dan ke-5. Kelainan ini lebih banyak terjadi pada
individu dengan pekerjaan, yang banyak membungkuk dan mengangkat( 9 )
.Manifestasi klinik HNP adalah sebagai berikut:
a. Ischialgia. Nyeri dirasakan mulai dari pinggang menjalar ke bokong, paha, belakang
tumit, dan telapak kaki. Nyeri bersifat tajam, seperti terbakar, dan berdenyut sampai
ke bawah lutut. lschialgia merupakan nyeri yang terasa sepanjang perjalanan nervus
ischiadicus sampai ke tungkai, pada tes provokasi percobaan laseque didapatkan
hasil positif
b. Dapat ditemukan defisit neurologi berupa hipestesia tumit dan lateral kaki. Refleks
tendon tumit merendah. Dapat timbul juga gejala kesemutan atau rasa baal.
c. Nyeri bertambah dengan batuk bersin mengangkat benda berat membungkuk akibat
bertambahnya tekanan intratekal, pada tes provokasi dengan cara percobaan valsava
ditemukan hasil yang positif.

iii.Spondilitis ankilosa
Biasanya dimulai dari sendi sakroiliaka, lalu menjalar ke atas daerah leher.Gejala
permulaan bersifat ringan, sering hanya berupa kaku.Keluhan terutama dirasakan pada waktu
pagi bangun tidur, membaik setelah melakukan pergerakan.Khas ditemukan gambaran ruas-ruas
bambu (bamboo spine) pada pemeriksaan radiologik.

c..LBP neurogenik.
i. Neoplasma
ii.Arakhnoiditis
iii.Stenosis kanal
3 Nyeri Rujukan
3. Nyeri Psikogenik( 8 )

FAKTOR RESIKO
Faktor risiko terjadinya low back pain adalah usia, kondisi kesehatan yang buruk,
masalahpsikologik dan psikososial, artritis degeneratif, merokok, skoliosis mayor, obesitas,

13
tinggibadan yang berlebihan, hal yang berhubungan pekerjaan seperti duduk dan mengemudi
dalam waktu lama duduk, atau berdiri berjam-jam (posisi tubuh kerja yang statik), mengangkat
danmembawa beban yang berat, menarik beban, membungkuk serta kehamilan

2.5 PATOFISIOLOGI
Nyeri pinggang bawah( NPB ) terjadi karena biomekanik vertebra lumbal akibat
perubahan titik berat badan dengan kompensasi perubahan posisi tubuh dan akan menimbulkan
(10).
nyeri Ketegangan ( strain ) otot dan keregangan (sprain ) ligamentum tulang belakang
merupakan salah satu penyebab utama NPB (11).
Bila seseorang duduk dengan tungkai atas berada pada posisi 900 , maka daerah lumbal
belakang akan menjadi mendatar keluar yang dapat menimbulkan keadaan kifosis. Keadaan ini
0
terjadi karena sendi panggul yang hanya berotasi sebesar 60 , mendesak pelvis untuk berotasi
ke belakang sebesar 30 0 untuk menyesuaikan tungkai atas yang berada pada posisi 90 0. Kifosis
lumbal ini selainmenyebabkan peregangan ligamentum longitudinalis posterior, juga
menyebabkan peningkatan tekanan pada diskus intervertebralis sehingga mengakibatkan
peningkatan tegangan pada bagian dari annulus posterior dan penekanan pada nukleus pulposus. (
12).

Andersson dkk.(11)menemukan bahwa penggunaan penyangga lumbal setebal 4 cm akan


mempertahankan lordosis lumbal dengan sudut sandaran belakang kursi 90 0. Bila sudut sandaran
0
kursi diubah menjadi 110 (dengan tetap menggunakan penyangga lumbal), vertebra lumbal
akan membentuk lengkung seperti ketika berdiri. Yang menarik adalah lokasi yang tepat dari
penyangga lumbal tidak akan mempengaruhi kelengkungan di daerah lumbal. Jadi penyangga
lumbal tidak memperbesar lengkung lumbal ke arah dalam/tidak menambah lordosis.
Pemeriksaan EMG yang dilakukan oleh Andersson menunjukkan bahwa aktivitas otot menurun
ketika duduk dengan posisi merosot ke depan, meskipun pada posisi ini menyebabkan tekanan
maksimum pada diskus. Namun demikian bila sandaran belakang ditidurkan menjadi 110 0 ,
(11)
maka otot tetap rileks dan penekanan terhadap diskus diminimalkan. Apabila duduk tegak
lurus maka otot akan bekerja untuk mengatasi tegangan pada hamstring. Tulang pelvis berputar
ke depan pada tuberositas ischiadika dan lordosis diperbaiki. Keterlibatan otot utama pada
gerakan ini (fleksi panggul) adalah otot iliopsoas.Kerja otot dibutuhkan untuk menopang berat

14
batang tubuh, sehingga selanjutnya vertebra lumbal berada pada gerakan di garis tengah dan
ligamentum tidak lagi tegang.(13) Penelitian menunjukkan tekanan diskus lebih besar pada posisi
duduk tegak (140%) dibandingkan posisi berdiri (100%) dan menjadi lebih besar lagi pada posisi
duduk dengan badan membungkuk ke depan (190%). Keadaan ini terjadi akibat perubahan
mekanisme pelvis dan sakrum selama perpindahan dari berdiri ke duduk, yaitu: tepi atas pelvis
berotasi ke belakang, sakrum berputar menjadi tegak, kolumna vertebralis berubah dari lordosis
ke posisi lurus atau kofosis. Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan pada diskus.
(Gambar 1)

Gambar 2.Efek dari empat posisi tubuh terhadaptekanan diskus intervertebralis antara
lumbal ke3 dan 4.Tekanan diukur saat berdiri dianggapsebagai 100%.(13)

15
2.6. GEJALA KLINIS

Nyeri yang timbul pada pinggang bawah biasanya dirasakan seperti nyeri tajam atau
tumpul; menyebar atau terlokalisir. Dapat terbatas hanya digaris tengah, bisa menyebar ke
sekitarnya setinggimuskulus gluteus dan bila mengiritasi nervus ischiadikus maka akan timbul
nyeri radikular. Spasme otot belakang dan terbatasnya gerakan juga umum ditemukan.Trigger
point dapat diraba di daerah muskulus erektor spinalis atau yang lainnya (seperti quadratus
lumborum). Spasme muskulus psoas mayor dan hamstring jarang ditemukan.(13) Pada NPB akut,
penderita biasanya dapat pulih kembali dalam waktu 12 minggu. Nyeri pinggang bawah akut
biasanya disebabkan oleh faktor primer seperti lama duduk, namun penyebab yang spesifik
sering kali tidak dapat diidentifikasi.(14)Sedangkan NPB kronik biasanya berlangsung lebih dari
12 minggu dan sering kali berkaitan dengan trauma atau degenerasi vertebra. Nyeri pinggang
bawahkronik merupakan gangguan yang sering ditemukandi negara industri dan merupakan
penyebab utama ketidakmampuan pada pekerja berusia kurang dari 45 tahun. Bila nyeri
pinggang disertai iritasi/ kompresi pada radiks maka akan terjadi nyeri radikuler yang menjalar
ke tungkai sesuai dengan lokasinya. Keluhan ini dapat disertai kelemahan motorik, gangguan
sensorik dan menurunnya reflex fisiologis dengan gangguan segmental sensorik yang jelas.(15)

2.7. DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan radiologis.

2.7.1 Anamnesis
Dalam anamnesis perlu diketahui:
1. Awitan
Penyebab mekanis nyeri punggung menyebabkan nyeri mendadak yang timbul
setelah posisi mekanis yang merugikan.Mungkin terjadi robekan otot, peregangan fasia
atau iritasi permukaan sendi. Keluhan karena penyebab lain timbul bertahap (16 ).
2. Lama dan frekuensi serangan
Nyeri punggung akibat sebab mekanik berlangsung beberapa hari sampai
beberapa bulan.Herniasi diskus bisa membutuhkan waktu 8 hari sampai

16
resolusinya.Degenerasi diskus dapat menyebabkan rasa tidak nyaman kronik dengan
eksaserbasi selama 2-4 minggu (16).
3. Lokasi dan penyebaran
Kebanyakan nyeri punggung akibat gangguan mekanis atau medis terutama
terjadi di daerah lumbosakral.Nyeri yang menyebar ke tungkai bawah atau xx hanya di
tungkai bawah mengarah ke iritasi akar saraf.Nyeri yang menyebar ke tungkai juga dapat
disebabkan peradangan sendi sakroiliaka.Nyeri psikogenik tidak mempunya pola
penyebaran yang tetap (16).
4. Faktor yang memperberat/memperingan
Pada lesi mekanis keluhan berkurang saat istirahat dan bertambah saat
aktivitas.Pada penderita HNP duduk agak bungkuk memperberat nyeri. Batuk, bersin
atau manuver valsava akan memperberat nyeri. Pada penderita tumor, nyeri lebih berat
atau menetap jika berbaring (16).
5. Kualitas/intensitas
Penderita perlu menggambarkan intensitas nyeri serta dapat membandingkannya
dengan berjalannya waktu.Harus dibedakan antara nyeri punggung dengan nyeri tungkai,
mana yang lebih dominan dan intensitas dari masing-masing nyerinya, yang biasanya
merupakan nyeri radikuler.Nyeri pada tungkai yang lebih banyak dari pada nyeri
punggung dengan rasio 80-20% menunjukkan adanya radikulopati dan mungkin
memerlukan suatu tindakan operasi.Bila nyeri nyeri punggung lebih banyak darimpada
nyeri tungkai, biasanya tidak menunjukkan adanya suatu kompresi radiks dan juga
biasanya tidak memerlukan tindakan operatif.Gejala nyeri punggung yang sudah lama
dan intermiten, diselingi oleh periode tanpa gejala merupakan gejala khas dari suatu NPB
yang terjadinya secara mekanis (16).

2.7.2. Pemeriksaan Fisik


1. Inspeksi :
Gerakan aktif pasien harus dinilai, diperhatikan gerakan mana yang membuat
nyeri dan juga bentuk kolumna vertebralis, berkurangnya lordosis serta adanya
skoliosis. Berkurang sampai hilangnya lordosis lumbal dapat disebabkan oleh spasme
otot paravertebral .

17
Gerakan-gerakan yang perlu diperhatikan pada penderita:
Keterbatasan gerak pada salah satu sisi atau arah.
Ekstensi ke belakang (back extension) seringkali menyebabkan nyeri pada tungkai
bila ada stenosis foramen intervertebralis di lumbal dan artritis lumbal, karena
gerakan ini akan menyebabkan penyempitan foramen sehingga menyebabkan suatu
kompresi pada saraf spinal.
Fleksi ke depan (forward flexion) secara khas akan menyebabkan nyeri pada tungkai
bila ada HNP, karena adanya ketegangan pada saraf yang terinflamasi diatas suatu
diskus protusio sehingga meninggikan tekanan pada saraf spinal tersebut dengan
jalan meningkatkan tekanan pada fragmen yang tertekan di sebelahnya (jackhammer
effect).
Lokasi dari HNP biasanya dapat ditentukan bila pasien disuruh membungkuk ke
depan ke lateral kanan dan kiri. Fleksi ke depan, ke suatu sisi atau ke lateral yang
meyebabkan nyeri pada tungkai yang ipsilateral menandakan adanya HNP pada sisi
yang sama.
Nyeri pada ekstensi ke belakang pada seorang dewasa muda menunjukkan
kemungkinan adanya suatu spondilolisis atau spondilolistesis, namun ini tidak
patognomonik.

2. Palpasi
Adanya nyeri (tenderness) pada kulit bisa menunjukkan adanya kemungkinan
suatu keadaan psikologis di bawahnya (psychological overlay).kadang-kadang bisa
ditentukan letak segmen yang menyebabkan nyeri dengan menekan pada ruangan
intervertebralis atau dengan jalan menggerakkan ke kanan ke kiri prosesus spinosus
sambil melihat respons pasien. Pada spondilolistesis yang berat dapat diraba adanya
ketidak-rataan (step-off) pada palpasi di tempat/level yang terkena.Penekanan dengan
jari jempol pada prosesus spinalis dilakukan untuk mencari adanya fraktur pada
vertebra. Pemeriksaan fisik yang lain memfokuskan pada kelainan neurologis. Refleks
yang menurun atau menghilang secara simetris tidak begitu berguna pada diagnosis
NPB dan juga tidak dapat dipakai untuk melokalisasi level kelainan, kecuali pada
sindroma kauda ekuina atau adanya neuropati yang bersamaan.Refleks patella terutama

18
menunjukkan adanya gangguan dari radiks L4 dan kurang dari L2 dan L3.Refleks tumit
predominan dari S1.
Harus dicari pula refleks patologis seperti babinski, terutama bila ada
hiperefleksia yang menunjukkan adanya suatu gangguan upper motor neuron (UMN).
Dari pemeriksaan refleks ini dapat membedakan akan kelainan yang berupa UMN atau
LMN.

3. Pemeriksaan motoris : harus dilakukan dengan seksama dan harus dibandingkan kedua
sisi untuk menemukan abnormalitas motoris yang seringan mungkin dengan
memperhatikan miotom yang mempersarafinya.

4.Pemeriksaan sensorik : Pemeriksaan sensorik akan sangat subjektif karena membutuhkan


perhatian dari penderita dan tak jarang keliru, tapi tetap penting arti diagnostiknya dalam
membantu menentukan lokalisasi lesi HNP sesuai dermatom yang terkena. Gangguan
sensorik lebih bermakna dalam menunjukkan informasi lokalisasi dibanding motoris.

5. Tanda-tanda rangsangan meningeal :


Tanda Laseque
Menunjukkan adanya ketegangan pada saraf spinal khususnya L5 atau S1.
Secara klinis tanda Laseque dilakukan dengan fleksi pada lutut terlebih dahulu, lalu di
panggul sampai 900 lalu dengan perlahan-lahan dan graduil dilakukan ekstensi lutut
dan gerakan ini akan menghasilkan nyeri pada tungkai pasien terutama di betis (tes
yang positif) dan nyeri akan berkurang bila lutut dalam keadaan fleksi. Terdapat
modifikasi tes ini dengan mengangkat tungkai dengan lutut dalam keadaan ekstensi
(stright leg rising).
Modifikasi-modifikasi tanda laseque yang lain semua dianggap positif bila
menyebabkan suatu nyeri radikuler. Cara laseque yang menimbulkan nyeri pada
tungkai kontra lateral merupakan tanda kemungkinan herniasi diskus. Pada tanda
laseque, makin kecil sudut yang dibuat untuk menimbulkan nyeri makin besar
kemungkinan kompresi radiks sebagai penyebabnya.Demikian juga dengan tanda
laseque kontralateral. Tanda Laseque adalah tanda pre-operatif yang terbaik untuk

19
suatu HNP, yang terlihat pada 96,8% dari 2157 pasien yang secara operatif terbukti
menderita HNP dan pada hernia yang besar dan lengkap tanda ini malahan positif pada
96,8% pasien. Harus diketahui bahwa tanda Laseque berhubungan dengan usia dan
tidak begitu sering dijumpai pada penderita yang tua dibandingkan dengan yang muda
(<30 tahun).
Tanda Laseque kontralateral (contralateral Laseque sign)
Dilakukan dengan cara yang sama, namun bila tungkai yang tidak nyeri
diangkat akan menimbulkan suatu respons yang positif pada tungkai kontralateral
yang sakit dan menunjukkan adanya suatu HNP.
Tes Bragard
Modifikasi yang lebih sensitif dari tes laseque. Caranya sama seperti tes
laseque dengan ditambah dorsofleksi kaki.
Tes Sicard: Sama seperti tes laseque, namun ditambah dorsofleksi ibu jari kaki.
Tes valsava:Pasien diminta mengejan/batuk dan dikatakan tes positif bila timbul
nyeri.(16 )

2.7.3. Pemeriksaan Penunjang


1. Laboratorium:
Pada pemeriksaan laboratorium rutin penting untuk melihat; laju endap darah
(LED) dan morfologi darah tepi (penting untuk mengidentifikasi infeksi atau myeloma),
kalsium, fosfor, asam urat, alkali fosfatase, asam fosfatase, antigen spesifik prostat (jika
ada kecurigaan metastasis karsinoma prostat), elektroforesis protein serum (protein
myeloma), dalam kasus khusus, dapat diperisa tes tuberculin atau tes Brucella, tes
faktor rheumatoid, dan penggolongan HLA (jika curiga adanya ankylosing spondylitis).
2. Pemeriksaan Radiologis :

Foto rontgen (lebih bagus jika pasien dalam keadaan berdiri) pada posisi
anteroposterior, lateral, dan oblique sering dilakukan untuk pemeriksaan rutin nyeri
pinggang dan sciatica.Gambaran radiologis sering terlihat normal atau kadang-
kadang dijumpai penyempitan ruang diskus intervertebral, osteofit pada sendi facet
dan penumpukan kalsium pada vertebrae, pergeseran korpus vertebrae

20
(spondilolistesis), infiltasi tulang oleh tumor.Penyempitan ruangan intervertebral
kadang-kadang terlihat bersamaan dengan suatu posisi yang tegang dan melurus
dan suatu skoliosis akibat spasme otot paravertebral.
CT scan adalah sarana diagnostik yang efektif bila vertebra dan level neurologis
telah jelas dan kemungkinan karena kelainan tulang .
MRI (akurasi 73-80%) biasanya sangat sensitif pada HNP dan akan menunjukkan
berbagai prolaps. Namun para ahli bedah saraf dan ahli bedah ortopedi tetap
memerlukan suatu EMG untuk menentukan diskus mana yang paling terkena. MRI
sangat berguna bila: vertebra dan level neurologis belum jelas, kecurigaan kelainan
patologis pada medula spinal atau jaringan lunak, untuk menentukan kemungkinan
herniasi diskus post operasi, kecurigaan karena infeksi atau neoplasma.
Mielografi atau CT mielografi dan/atau MRI adalah alat diagnostik yang sangat
berharga pada diagnosis NPB dan diperlukan oleh ahli bedah saraf/ortopedi untuk
menentukan lokalisasi lesi pre-operatif dan menentukan adakah adanya sekwester
diskus yang lepas dan mengeksklusi adanya suatu tumor.

2.8 PENATALAKSANAAN

1. a. Non-invasive interventions
Medications
1. Acetaminophen ( Parasetamol ) 4000mg/hari
2. Non-selective non-steroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs) 1200mg/hari ES
perdarahan GIT oleh karena NSAID bekerja ssebagi COX-1 inhibitor yang mana COX -1
berfungsi sebagai pelindung dari asam lambung
3. Cyclo-oxygenase-2 selective NSAIDs contohnya Celecoxib
4. Aspirin Seperti NSAID non-aspirin, aspirin (acetylsalAsam icylic) sebagai antiinflamasi
dan analgesik. Perbedaan penting antara aspirin dan non-aspirin NSAID adalah bahwa
aspirin jugamenginduksi cacat fungsional secara ireversibel pada trombosit. Aspirin juga
digunakan untuk pencegahan primer dansekunder peristiwa trombotik, meskipun
biasanya dalam dosis rendah daripada dianggap palingefektif untuk menghilangkan rasa
sakit. Dosis 50 -1500 mg / hari

21
5. Skeletal muscle relaxants contoh benzodiazepine adalah kelas obat yang bekerja pada
reseptor asam gaba-aminobutyric (GABA) dan memiliki efek sebagi obat penenang,
anxiolytic, dan anti epileptik. Mereka umumnya digunakan sebagai relaksan otot.
6. Antidepressants contoh Amitriptilin
7. Opioid analgesics

b. Other non-invasive interventions


1..Latihan
2. Hydrotherapy
3. Spa therapy
4. Acupuncture
5. Acupressure
6. Neuroreflexotherapy
7. Spinal manipulation
8. Massage
9 Shortwave diathermy
10. Interferential therapy
11 Ultrasound
12. Psychological therapies
13. Interdisciplinary (multidisciplinary) rehabilitation Functional restoration/physical
conditioning programs/work hardening
14. Traction
15. Low-level laser therapy
16. Self-care interventions (including advice for bed rest or on remaining active and self-
care books)
17 Modified work

2. Invasive, non-surgical interventions

1. Epidural steroid injection


2. Intradiscal steroid injection
3. Chemonucleolysis

22
4. Local anesthetic injections (including tender or trigger point injections)
5. Facet (zygapophysial) joint injection
6. Therapeutic medial branch block
7. Prolotherapy (sclerosant injection)
8 Botulinum toxin
9 Adhesiolysis and forceful epidural injection
10 Radiofrequency denervation
11 Intradiscal electrothermal therapy (IDET)
12 Percutaneous intradiscal radiofrequency thermocoagulation
13 Intrathecal therapy
14 Spinal cord stimulation (Percutaneous discectomy and related procedures were
considered surgical interventions)

3. Surgical Interventions

1. Fusion and vertebral disc replacement for non-specific low back pain and degenerative
disc disease
2. spondylolisthesis yang penyebabnya adalah degenerativ
3. Surgery for spinal stenosis and lumbar isthmic spondylolisthesis
4. Discectomy for lumbar disc prolapse (including open discectomy, microdiscectomy,
laser- or endoscopic-assisted discectomy, percutaneous automated discectomy with
nucleotome, Coblation® nucleoplasty, and disc Dekompressor™) ( 17 )

Umumnya kasus nyeri pinggang terutama karena gangguan muskuloskletal dapat sembuh
sendiri (lebih dari 90%). Sisanya 10% dapat menjadi berat, dan bahkan kadang-kadang tidak
mampu lagi bekerja.(15) Bila terjadi nyeri karena tegangan otot-ligamentum, maka penderita
harus istirahat selama 2-3 hari. Setelah 3 hari, bagian yang sakit dikompres air hangat. Dapat
diberikan obatobat antiinflamasi seperti aspirin, non-steroid antiinflamatorydrugs (NSAID) dan
pelemas otot seperti golongan piroksikam. Sebaiknya perlu disertai dengan latihan keregangan
dengan gerakan – gerakan tertentu.(13 )

23
BAB III

LAPORAN KASUS REHABILITASI MEDIK

DOKUMEN MEDIK

A. Identitas Pasien
Nama : Ny. Sarni
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 50 Tahun
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
Alamat: Ds.Karangdinoyo RT 005 RW 002, Kec.
Sumberejo, Kab. Bojonegoro
Tanggal Pemeriksaan : 13 Juni 2016
B. Autoanamnesis
1. Keluhan Utama
Nyeri Pinggang
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Nyeri pinggang dirasakan sejak bulan 10 bulan yang lalu, nyeri dirasakan pada satu
lokasi tidak dirasakan menjalar ketempat lain, nyeri mulai muncul setelah sering
dibuat mengangkat barang-barang berat, nyeri dirasakan terus menerus.Nyeri seperti
di kruek-kruek. Nyeri bertambah jika dibuat aktifitas seperti mengangkat barang
berat dan perubahan posisi dari duduk jongkok ke posisi berdiri, nyeri berkurang jika
dibuat istirahat. Tidak ada keluhan kesemutan maupun perasaan tebal.
Buang air kecil dan buang air besar seperti biasa, tidak ada keluhan.

3. Riwayat Penyakit Dahulu


Tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya. Tidak pernah MRS sebelumnya. Riwayat
diabetes mellitus (+). Riwayat hipertensi disangkal.

24
4. Riwayat Keluarga
Tidak ada yang memiliki keluhan seperti ini. Riwayat diabetes mellitus disangkal.
Riwayat hipertensi disangkal.
5. Riwayat obat
Minum obat diabetes mellitus rutin tapi tidak tahu nama obatnya.
Alergi obat disangkal.
6. Riwayat sosial
Pekerjaan sebagai petani, kebiasaan mengangkat barang- barang berat.
Perokok disangkal.

C. Status Interna Singkat


1. Keadaan Umum
a. Kesadaran : Compos mentis
b. GCS : E4 V5 M6
c. Tekanan Darah : 160/60 mmHg
d. Nadi : 75 x/menit
e. Suhu : 36,7o C
f. Respiratory Rate : 20 x/menit
2. Kepala dan Leher
a. Bentuk : simetris, benjolan (-)
b. Mata : anemis -/- , Ikterus -/-
c. Hidung : pernafasan cuping hidung (-), dyspneau (-)
d. Mulut : sianosis (-)
e. Kelenjar Getah Bening : dalam batas normal, tidak ada pembesaran
f. JVP : dalam batas normal, tidak ada peningkatan
3. Thoraks
a. Jantung
Inspeksi : dalam batas normal, tidak ada jejas
Palpasi : thrill (-)
Perkusi : apeks di ICS V mid clavicular line sinistra
Auskultasi:S1 S2 tunggal reguler, murmur(-), gallop(-)

25
b. Paru-paru
Inspeksi : dalam batas normal, tidak ada jejas
Palpasi : pergerakan dada simetris
Perkusi : sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi : vesikuler +/+, Ronchi-/-, wheezing -/-
4. Abdomen
a. Auskultasi : bising usus (+) dalam batas normal
b. Inspeksi : bentuk dalam batas normal, jejas/luka (-)
c. Palpasi : hepar/lien tidak teraba, nyeri tekan (-)
5. Ekstremitas
a. Superior : akral hangat, kering, merah +/+, edema -/-,
CRT < 2detik
b. Inferior : akral hangat, kering, merah +/+, edema -/-,
CRT < 2detik

D. Status Neurologik
1. Keadaan Umum
Kualitatif : Compos Mentis
Kuantitatif : GCS = E4 V5 M6
2. Pemeriksaan Khusus Neurologi
a. Rangsang meningeal
- Kaku kuduk : negative
- Brudzinski I : -/-
- Brudzinski II : -/-
- Brudzinski III : -/-
- Kernign : -/-
- Lasseque : +/-
b. Saraf Cranialis (N. I – XII) : dalam batas normal
c. Tes nyeri
Patrick : -/-
Contra patrick : -/-

26
3. Pemeriksaan Motorik
a. Kekuatan otot Kanan │ Kiri
Extremitas Superior 5 │ 5
Extremitas Inferior 5 │ 5
b. Tonus otot
Spastik : - │ -
Flaccid : - │ -
4. Reflek Fisiologis Kanan │ Kiri
a. BPR (Reflek Biceps) : + │ +
b. TPR (Reflek Triceps) : + │ +
c. KPR (Reflek Patella) : + │ +
d. APR (Reflek Achilles) : + │ +
5. Reflek Patologis Kanan │ Kiri
a. Hoffman Tromner : - │ -
b. Babinski : - │ -
c. Chaddock : - │ -
d. Oppenheim : - │ -
e. Gordon : - │ -
f. Gonda : - │ -
g. Stransky : - │ -
h. Schaffer : - │ -
i. Rossolimo : - │ -
j. Mendel-Bechtrew : - │ -
6. Pemeriksaan Sensorik
Defisit sensorik : -
7. Pemeriksaan Muskuloskeletal :
 Kepala/leher: batas gerak leher: fleksi : dbn
ekstensi : dbn
rotasi : dbn
membengkokkan kepala kearah lateral : dbn
 Pergelangan tangan dan tangan :

27
- Mengepalkan tangan : dbn
- Fleksi-ekstensi pergelangan tangan : dbn
- Membalikkan tangan ke arah lateral dan medial : dbn
 Siku : - fleksi dan ekstensi siku : dbn
-pronasi dan supinasi telapak tangan : dbn
 Bahu : - abduksi dan adduksi eksternal : dbn
-rotasi internal : dbn
 Pergelangan kaki dan tungkai :
- Dorsofleksi dan plantarfleksi terhadap pergelangan : dbn
- Fleksi jari-jari kaki terhadap sendi metatarsofalangeus : dbn
 Lutut dan pinggul :
- Fleksi pada pinggul dan lutut : dbn
- Rotasi pinggul internal dan eksternal : dbn
- Abduksi pinggul : dbn
8. Pemeriksaan khusus rehab medik :
Posisi terlentang
a. Tes SLR : -/-
b. Thomast test : -/-
c. Patrick test : -/-
d. Contra patrick : -/-
e. Gaenslen : -/-
f. Pelvic rocking : -/-

Posisi tengkurap
a. Cek kelurusan vertebrae : Nyeri dan tidak lurus
b. Tender point : +/+
c. Tenderness : +/+
d. Spasme paralumbal : +/+
E. Pemeriksaan Penunjang
Dari pemeriksaan penunjang didapatkan spondylosis pada vertebrae lumbal.

28
Gambar 3 foto rontgen vertebrae lumbal Lateral

Gambar 4 foto rontgen vertebrae lumbal AP

Hasil foto lumbo-sakral AP/Lateral :

29
- Tampak osteofit atau pengapuran di corpus VL 2 ke lateral terhadap VL 3

- Tampak lipping di VL 2-3

- Kurva tampak melurus

-Trabekulasi tulang normal

- Pedicle normal

- Subchondral bone layer normal

- Line of weight bearing jatuh di samping promotorium

- Discus ivertebralis tampak normal

Kesimpulan hasil foto :

- Spondylosis VL 2 ke lateral terhadap VL 3

- Unstable lumboskral joint

F. Diagnosis
Diagnosis Klinis : Low Back Pain
Diagnosis Topis : L2-L3
Dianosis Etiologi : Low Back Pain et causa Spondylosis

G. Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
a. Meloxicam 7,5 mg 2x1 tab
b. Eperison HCl 2x1 tab

2. Non-Medikamentosa/Fisioterapi
2.1. Infra Red ( IR )
a. Persiapan alat

30
Terapis mempersiapkan IR, pengecekan alat, Terapis mengecek
kabel tidak boleh bersilangan juga mengecek apakah alat dapat dipakai atau
tidakdengan menggunakan lampu detektor.(18)
b. Persiapan pasien
Sebelum dilakukan terapi dengan IR pasien diberi penjelasan tujuan
terapi dan kontraindikasinya. Dijelaskan juga bahwa panas yang dirasakan
walaupun hanya sedikit namun tetap menimbulkan reaksi didalam jaringan.
Lakukan tes panas-dingin pada daerah yang akan diterapi untuk memastikan
ada tidaknya gangguan sensibilitas.. Pakaian didaerah yang akan diterapi
(pinggang) harus dilepaskan. Posisi pasien tengkurap dengan kepala disupport
bantal juga dibawah kaki sehingga pasien merasa nyaman. (18)
c. Pelaksanaan terapi
Setelah persiapan alat dan pasien selesai, daerah yang akan diterapi
bebas dari kain dan lampu IR sejajar pada lumbal, alat di ON kan dengan
waktu 15 menit,jarak lampu dengan daerah yang diterapi 35cm,kemudian
dicek dengan menanyakan langsung kepada pasien apakah sudah mulai
hangat, kabel tidak boleh bersilangan dan bersentuhan dengan pasien. Selama
terapi harus dikontrol rasa panas dari pasien, apabila terlalu panas jaraknya
bisa ditambah,dan ditanyakan apakah rasa nyeri meningkat / bertambah.
Setelah selesai terapi matikan alat dan mengontrol keadaan pasien. (18)
d. Evaluasi sesaat
Setelah selesai terapi ditanyakan apakah nyeri menurun / berkurang
dibanding sebelum terapi, rasa mual, pusing, keringat dingin, juga mengamati
apakah ada tanda kemerahan karena terlalu panas. (18)

2.2. Terapi latihan dengan William Flexion Exercise


Latihan ini terdiri dari 6 bentuk gerakan .yang dirancang untuk
mengurangi nyeri punggung dengan memperkuat otot-otot yang memfleksikan
lumbosacral spine terutama otot abdominal dan otot gluteus maksimus dan
meregangkan kelompok otot ekstensor. (18 )
Bentuk-bentuk latihannya sebagai berikut :

31
1) William Flexion Exercise nomor 1

Posisi awal : terlentang, kedua lutut menekuk dan kedua kaki rata pada permukaan
matras.
Gerakan : pasian diminta meratakan pinggang dengan menekan pinggang ke bawah
melawan matras dengan mengkontraksikan otot perut dan otot pantat.
Setiap kontraksi ditahan 5 detik kemudian lemas, ulangi 10 kali.
Usahakan pada waktu lemas pinggang tetap rata. Tujuan : penguluran
otot-otot ekstensor trunk, mobilisasi sendi panggul, penguatan otot-otot
perut. (18)

2) William Flexion Exercise nomor 4

Posisi awal : sama dengan nomor 1


Gerakan : pasien diminta untuk melakukan latihan yang sama dengan nomor 3,
tetapi kedua lutut dalam posisi menekuk, dinaikkan ke atas dan ditarik
dengan kedua tangn kearah dada, naikkan kepala dan bahu dari matras,
ulangi 10 kali. Pada waktu menaikkan kedua tungkai ke atas sejauh
mungkin ia rapat, baru ditarik dengan kedua tangan mendekati dada.
Tujuan : merapatkan lengkungan pada lumbal, peunguluran otot-otot
ekstensor trunk, sendi panggul, sendi sakroiliaka, dan otot – otot
hamstring. (18 )

32
3) William Flexion Exercise nomor 5

Posisi awal : exaggregated starter’s position


Gerakan : Gerakan berupa latihan dimulai dengan posisi awal seperi seorang pelari
cepat pada titik startnya yaitu satu tungkai dalam fleksi maximal pada
seni lutut dan paha, sedang tungkai yang lain dalam keadaan lurus di
belakang. Kemudian pada posisi tersebut tekan badan ke depan dan ke
bawah, tahan 5 hitungan dan rileks. Frekuensi 10 kali / sesi. Tujuan :
mengulur / streching otot-otot fleksor hip dan fascia latae. (18 )

4). William Flexion Exercise nomor 6

Posisi awal : berdiri menempel dan membelakangi dinding dengan tumit 10-15
cm di depan dinding, lumbal rata dengan dinding.
Gerakan : satu tungkai melangkah ke depan tanpa merubah posisi lumbal pada
dinding, tahan 10 hitungan dan rileks. Frekuensi 10 kali / sesi. Bila
latihan terlalu berat, lamanya penahanan dapat dikurangi.
Tujuan : penguatan otot quadriceps, otot perut, ekstensor trunk.(18)

33
H. Edukasi
Sebagai rencana tindak lanjut,pasien diberikan beberapa edukasi untuk menunjang
keberhasilan terapi yaitu:
a. Dianjurkan melakukan latihan seperti yang telah dberikan dan diajarkan oleh terapis
(William Flexion Exercise), untuk dilakukan setiap hari.jangan hanya pada saat sakit
saja.
b. Melakukan kompres panas / hangat pada otot- otot punggung bawah dengan cara
merendam handuk pada air hangat, kemudian dibalutkan pada otot spasme,diganti
setiap 5 menit dengan waktu 20 – 30 menit.
c. Diajarkan dan dianjurkan untuk mengangkut beban secara benar ( lifting technic),
antara lain : (1) Beban harus sedekat mungkin dengan tubuh,
(2) Punggung dalam keadaan lurus,
(3) Hindari torsi / gerakan berputar pada vertebra,
(4) Percepatan mengangkat konstan.
d. Pemakaian korset untuk mengurangi mobilitas vertebra yang berlebihan.(18)
e. Waktu beraktivitas:

Dianjurkan pada saat beraktivitas penderita jangan dulu mengangkat barang terlalu berat.

f. Waktu berdiri:
Bila berdiri dalam waktu lama, selingilah dengan periode duduk sebentar.
Bila mengambil sesuatu di tanah, jangan membungkuk, tetapi jongkoklah pada lutut.
g.Waktu berjalan:
Berjalanlah dengan posisi tegak, rileks dan jangan tergesa-gesa.
h. Waktu duduk:
Kursi jangan terlalu tinggi sehingga bila duduk, lutut lebih rendah dari paha.Bila duduk seluruh
punggung sebanyak mungkin kontak dengan punggung kursi.
i.Waktu tidur:
Sebaiknya menggunakan alas yang padat. Saat akan bangun tidur, posisi tubuh menyamping
dan angkat tubuh anda dengan tangan, lutut ditekuk disamping tempat tidur sehingga kaki
menyentuh lantai, bangunlah dengan menggunakan kekuatan kaki

34
Gambar 5.Posisi tidur dan cara bangun tidur

Gambar 6. Posisi duduk dan cara mengambil barang( 17 )

Gambar7 . Posisi memakai kaos kaki dan menggosok gigi

PROGNOSIS

Quo ad vitam : dubia ad bonam


Quo ad sanationam : dubia ad bonam
35
Quo ad functionam: dubia ad bonam( 17 )

36
BAB IV
PEMBAHASAN

Bedasarkan anamnesa diketahu bahwa Ny. Sarni 70 tahun dating dengan keluhan nyeri
pinggang dirasakan sejak bulan 10 bulan yang lalu, nyeri dirasakan pada satu lokasi tidak
dirasakan menjalar ketempat lain, nyeri mulai muncul setelah sering dibuat mengangkat barang-
barang berat, nyeri dirasakan terus menerus. Nyeri seperti di kruek-kruek. Nyeri bertambah jika
dibuat aktifitas seperti mengangkat barang berat dan perubahan posisi dari duduk jongkok ke
posisi berdiri, nyeri berkurang jika dibuat istirahat. Tidak ada keluhan kesemutan maupun
perasaan tebal.Buang air kecil dan buang air besar seperti biasa, tidak ada keluhan
Riwayat Penyakit Dahulu tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya..pasien mempunyai
riwayat diabetes mellitus. dan pasien juga sering minum obat diabetes mellitus rutin tapi tidak
tahu nama obatnya.dan Pekerjaan sebagai petani, kebiasaan mengangkat barang- barang berat.
Perokok disangkal.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan hasil pada p[osisi tengkurap yaitu cek kelurusan
vertebrae adalah nyeri dan tidak lurus, terasa nyeri pada daerah L 2-3, pada pemeriksaan
tenderness ada spasme paralumbar . Tes SLR negative ,Thomast test negative , Petrick test
negative, Contra petrick negative , Ganslen negative, Pelvic rockig negative

Berdasarkan gejala klinis, hasil pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang yang
ada pada pasien ini menunjukkan bahwa pasien ini menderita low back pain et causa
spondylitis pada vertebrae lumbal setinggi L2-L3.

37
BAB V

DAFTAR PUSTAKA

1. Tarwaka, dkk. 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas.
Surakarta: UNIBA PRESS.
2. Harsono. 2005. Kapita Skeletal Neurologi. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press.
3. Potter Patricia A & Perry Anne G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta:
EGC.
4. Ganong W F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
5. Maher, Salmond & Pellino. 2002. Low Back Syndrome. Philadelpia: FA Davis Company.
6. C Alfred J. 2013. Low Back Pain. Merck Manual Home Health Handbook.
7. Yasin MM, Agung K, Sustini F, Andreani S, Rochman F.2006.Hubungan antara
karakteristik antropometrik kebiasaan, status psikososiati, dan gambaran radiografis
responden dengan kejadian spandilogenie low back pain. Diakses tanggal 14 juni 2016.
Diunduh dari: joumal.unair.ac.id
8. Sengkey L, Angliadi LS, Gessal J, Mogi TI. 2006. Diktat ilmu kedokteran fisik dan
rehabilitasi. Manado: FK UNSRAT; 2006. h.79-90
9. Negrini N, Zaina F, Somano H, Atanasio T, Trevisan C.2010.Rehabilitation of lumbar
spine disorder. Edisi ke-5. Lippincolt; 2010. p.186
10. Jannis J.1999. Pathophysiology event on low back pain. Jakarta: Bagian Neurologi
FKUI/RSUPN-CM; 2 Oktober 1999. Dalam pertemuan PERDOSSI JAYA.
11. Andersson GBJ. 2006. Musculoskletal disorders: low back pain. In: Levy BS, Wegman
DH, editors. Occupational health: recognizing & preventing work-related diseases. 3rd ed
12. Sanders MS, McCormick EJ. 1993 .Human factors in engineering and design. 7th ed.
New York: McGraw- Hill Inc; 1993
13. Diana Samar.2004. Lama Dan Sikap Duduk Sebagai Faktor Risiko Terjadinya Nyeri
Pinggang Bawah. J Kedokter Trisakti April-Juni 2004, Vol.23 No.2
14. Patel AT, Ogle AA. 2000. Diagnosis and management of acute low back pain. Am Fam
Physician 2000; 61:1779-90.

38
15. Wibowo BS, Tonam.2002. Evaluasi elektromiografik pada nyeri pinggang bawah.
Neurona 2002; 4: 11-7.
16. Huldani. 2012. Nyeri Punggung. Universitas Lambung Mangkurat. Fakultas Kedokteran
Banjarmasin
17. Roger Chou, MD andLaurie Hoyt Huffman, MS.2015. Guideline For The Evaluation
And Management Of Low Back Pain .American Pain Society, Publisher Glenview
18. Priyambodo,H. 2008. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi Low Back Pain
Miofenik di RSUD Boyolali. Program Studi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta.

39

Anda mungkin juga menyukai