Disusun oleh:
Supervisor
KEPANITERAAN KLINIK
DEPARTEMEN KEDOKTERAN FISIK & REHABILITASI MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL ……………………………………………………………...... 1
DAFTAR GAMBAR………………………………………………......... 4
V. Diagnosis………….………………………………………………. 11
TINJAUAN PUSTAKA
2.5 Patofisiologis…………...…………………………………….... 22
2
2.7 Tatalaksana …...……………………………………………………. 27
2.10 Pencegahan…...……………………………………………………. 33
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................35
DAFTAR GAMBAR
3
Halaman
Nama/NIM :
Supervisor,
Nama : Ny. SK
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 65 tahun
Alamat : Makassar
Pekerjaan : Pedagang
Agama : Katolik
Tgl Pengobatan : 8 Februari 2017
Rumah Sakit : RS Universitas Hasanuddin
II. Anamnesis
Riwayat Penyakit :
Nyeri pada punggung bawah dirasakan sejak 1 bulan yang lalu, hilang timbul,
tidak menyebar. Nyeri dipengaruhi oleh perubahan posisi atau aktivitas. Nyeri
biasanya timbul tidak menentu namun lebih sering timbul bila pasien duduk
lama dan beraktivitas, Kaki terasa mudah capek pada saat berdiri dan kadang terasa
tebal.
Riwayat berobat ke bagian saraf dan di diagnosis low back pain ec HNP dan
mendapatkan terapi obat-obatan dan fisioterapi.Pasien mempunyai riwayat hipertensi.
Riwayat diabetes mellitus tidak ada, Riwayat penyakit jantung tidak ada.
Riwayat dengan keluhan yang sama sebelumnya dirasakan sejak 2 tahun yang
lalu di beri terapi Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS), Short Wave
Diathermy (SWD), dan Strengthening exercise for muscles,
Riwayat keluhan yang sama dalam keluarga tidak ada.
III. Pemeriksaan Fisis
1. Status Umum
Keadaan Umum :
Kompos mentis / Ambulasi mandiri / Gaya berjalan antalgic gait / Postur tegap
/pengguna tangan kanan
Tanda Vital :
Tekanan Darah : 140/90 mmHg
Nadi : 78x/menit
Pernapasan : 19x/menit
Suhu : 36,5 oC
Kepala & leher : Dalam batas normal
Thorax : Cor : Dalam batas normal
Pulmo : Dalam batas normal
Abdomen : Liver/Spleen : Dalam batas normal, tidak teraba pembesaran
Extremitas : Extremitas Atas : Dalam batas normal
Extremitas Bawah : Dalam batas normal
2. Pemeriksaan Muskuloskeletal
ROM MMT
Cervical
Flexion Full (0-450) 5
Extension Full 0-450) 5
Lateral Flexion Full/Full (0-450) 5/5
Rotation Full/Full (0-600) 5/5
Trunk
Flexion Full (0-800) 5
Extension Full (0-300) 5
Lateral Flexion Full/Full (0-350) 5/5
Rotation Full/Full (0-450) 5/5
Shoulder
Flexion Full/Full (0-1800) 5/5
Extension Full/Full (0-600) 5/5
Abduction Full/Full (0-1800) 5/5
Adduction Full/Full (0-450) 5/5
Ext. Rotation Full/Full (0-700) 5/5
Int. Rotation Full/Full (0-900) 5/5
Elbow
Flexion Full/Full (0-1350) 5/5
Extention Full/Full (135-00) 5/5
Forearm Supination Full/Full (0-900) 5/5
Forearm Pronation Full/Full (0-900) 5/5
Wrist
Flexion Full/Full (0-800) 5/5
Extension Full/Full (0-700) 5/5
Radial Deviation Full/Full (0-200) 5/5
Ulnar Deviation Full/Full (0-350) 5/5
Fingers
Flexion
MCP Full/Full (0-900) 5/5
PIP Full/Full (0-1000) 5/5
DIP Full/Full (0-900) 5/5
Extension Full/Full (0-300) 5/5
Abduction Full/Full (0-200) 5/5
Adduction Full/Full (200-00) 5/5
Thumbs
Flexion
MCP Full/Full (0-900) 5/5
IP Full/Full (0-800) 5/5
Extension Full/Full (0-300) 5/5
Abduction Full/Full (0-700) 5/5
Adduction Full/Full (50-00) 5/5
Opposition Full 5/5
Hip
Flexion Full/Full (0-1200) 4/4
Extension Full/Full (0-300) 4/4
Abduction Full/Full (0-450) 4/4
Adduction Full/Full (0-200) 4/4
Ext. Rotation Full/Full (0-450) 4/4
Int. Rotation Full/Full (0-450) 4/4
Knee
Flexion Full/Full (0-1350) 4/4
Extension Full/Full (135-00) 4/4
Ankle
Plantar Flexion Full/Full (0-200) 4/4
Dorsi Flexion Full/Full (0-500) 4/4
Inversion Full/Full (0-1500) 4/4
Eversion Full/Full (0-350) 4/4
Toes
Flexion
MTP Full/Full (0-300) 4/4
IP Full/Full (0-500) 4/4
Extension Full/Full (0-800) 4/4
Big Toe
Flexion
MTP Full/Full (0-250) 4/4
IP Full/Full (0-250) 4/4
Extension Full/Full (0-800) 4/4
3. Pemeriksaan Neurologis
Refleks Fisiologis : BPR ++/++ KPR ++/++
TPR ++/++ APR ++/++
Refleks Patologis : Babinski : (-)
Chaddock : (-)
Hoffman-Tromner : (-)
Defisit sensoris : (+)
Dermasomal : penurunan pada L4-S1
Myelonal : dalam batas normal
5. Pemeriksaan Khusus
a. X-ray
Foto lumbosacral AP/Lateral
Aligment lumbosacral berubah, tampak posterolisthesis CV L3
terhadap L4 dan CV L4 terhadap L5, kurvatura lordotik melurus
Tidak tampak fraktur dan destruksi tulang
Tampak osteofit pada aspek anterolateral CV L3-L5
Mineralisasi tulang berkurang
Discus dan foramen intervertebrae baik
Jarinagn lunak paravertebra baik
b. MRI lumbosacral
Aligment columna lumbosacral baik, tidak tampak listhesis
Tampak destruksi end plate inferior CV L4-L5 dan end palte superior
CV L5 disertai penyempitan discus intervertebralis pada level tersebut
Ektrusio disc ke posterior pada level CV L4-L5 yang menekan techal
sac dan nerve root kiri serta mengiritasi nerve foot kanan serta
menyebabkan
Bulging disc ke posterior CV L1-L2 yang menekan thecal sac dan
nerve root kiri serta mengiritasi nerve root kanan
Bulging disc ke posterior CV L2-L3 yang menekan thecal sac dan
mengiritasi kedua nerve root disertai facet joint edema bilateral
Protusio disc ke posterior CV L3-L4 yang menekan thecal sac dan
mengiritasi kedua nerve root disertai facet joint edema bilateral
disertai stenosis parsialis canalis spinalis pada level tersebut
Osteofit pada CV L1-L5
Intensitas discus intervertebralis menurun hampir semua level CV
lumbalis
Conus medullaris berakhir pada CV L1
MR-Myelography : stenosis parsialis canalis spinalis pada CV L3-L4
dan stenosis totalis canalis spinalis CV L4-L5
V. Diagnosis
LBP et causa HNP grade III
Riwayat dengan keluhan yang sama sebelumnya dirasakan sejak 2 tahun yang
lalu di beri terapi Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS), Short Wave
Diathermy (SWD), dan Strengthening exercise for muscles,
Riwayat keluhan yang sama dalam keluarga tidak ada.
Pemeriksaan fisis ditemukan pasien dalam keadaan Compos mentis, ambulasi
mandiri, gaya berjalan analgetic gait, postur tegap, pengguna tangan kanan. Tanda
Vital didapatkan tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 78 x/menit, pernapasan 19
x/menit, suhu 36,5oC. Pada inspeksi regio truncus tidak didapatkan edema,
deformitas, dan atrofi, tetapi didapatkan lesi pada kulit dan gatal. Pada palpasi,
ditemukan nyeri tekan, spasme otot di M. Erector Spina (paralumbal), warm tidak
ada. Ditemukan defisit sensoris pada level L4-S1, Pemeriksaan SLR (Straight Leg
Raise) dan Crossed SLR test positive. Patrick and Kontra Patrick test positive.
Pemeriksaan MRI, tampak destruksi end plate inferior CV L4-L5 dan end palte
superior CV L5 disertai penyempitan discus intervertebralis pada level tersebut
Ektrusio disc ke posterior pada level CV L4-L5 yang menekan techal sac dan nerve
root kiri serta mengiritasi nerve foot kanan serta menyebabkan Bulging disc ke
posterior CV L1-L2 yang menekan thecal sac dan nerve root kiri serta mengiritasi
nerve root kanan Bulging disc ke posterior CV L2-L3 yang menekan thecal sac dan
mengiritasi kedua nerve root disertai facet joint edema bilateral Protusio disc ke
posterior CV L3-L4 yang menekan thecal sac dan mengiritasi kedua nerve root
disertai facet joint edema bilateral disertai stenosis parsialis canalis spinalis pada
level tersebut.
Didiagnosa sebagai low back pain et causa HNP grade III. Perencanaan terapi
yang diberikan adalah transcutaneous Electricity Nerve Stimulation, short Wave
Diathermi, strengthen core muscle, edukasi pasien, orthosis rigid (korset), anjuran
Surgical dan edukasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Low back pain (LBP) merupakan rasa nyeri yang dirasakan pada punggung
bawah yang sumbernya adalah tulang belakang daerah spinal (punggung bawah)
yaitu daerah di bawah costa terakhir dan di atas garis inferior gluteal. Selain itu dapat
juga bersumber dari otot, saraf, atau struktur lain di sekitar daerah tersebut. Nyeri
yang dirasakan dapat menyebar sampai ke ekstremitas inferior. Low back pain (LBP)
dapat disebabkan oleh penyakit atau kelainan yang berasal dari luar punggung bawah
misalnya penyakit atau kelainan pada testis atau ovarium. Low back pain (LBP)
adalah gangguan muskuloskeletal yang terjadi padadaerah punggung bawah yang
disebabkan oleh berbagai penyakit dan aktivitas tubuh yang kurang baik.1
2.2 Epidemiologi
Low Back Pain merupakan suatu sindrom yang mempunyai dampak sangat luas
tidak hanya bagi penderita itu sendiri, tetapi juga bagi lingkungan kerja dan
lingkungan sosialnya. Bagi penderita selain rasa nyeri dan kecacatan yang mungkin
timbul, juga dapat mengakibatkan terganggunya karier kerja, bahkan kehilangan
pekerjaan. Bagi lingkungan kerja, dapat mengakibatkan penurunan produktifitas
kerja.2
2.3 Etiologi
Penyebab LBP dapat dibagi menjadi:
1. Vascular
Aneurisma aorta abdominal dan penyakit pembuluh darah perifer dapat muncul
sebagai nyeri punggung atau dengan gejala menyerupai sciatica.6
2. Neurogenic
3. Viserogenik
Nyeri punggung bawah dapat diperoleh dari gangguan pada organ yang berada di
rongga abdomen bagian bawah, pelvis, dan struktur retroperitoneal seperti pancreas
dan ginjal. Batu ginjal dapat bergejala seperti nyeri punggung berat. 6
4. Psikogenik
5. Spondilogenik
a. Degenerasi diskus
b. Spondilolistesis
2.4.3 Ligamen
Ligamen ini dibagi atas lapisan luar dan dalam, terletak sepanjang
permukaan posterior korpus intervertebralis. Lapisan dalam ligamentum ini
melebar seperti jajaran genjang dan melekat erat setinggi discus intervertebralis
dan bagian atas korpus vertebra, sehingga pada daerah ini terjadi perlekatan yang
memperkuat discus intervertebralis, menjadikannya mampu membatasi gerakan
fleksi-ekstensi dan ligamentum ini sangat peka terhadap nyeri karena banyak
mengandung saraf afferent tipe IV.
3) Ligamentum flavum
4) Ligamentum Intertransversarium
5) Ligamentum Interspinosum
6) Ligamentum Supraspinale
18
Gambar 2.3 Ligamen vertebra
Selain itu karena bentuk sendi yang datar ini memungkinkan gerakan pada
tiap segmen yang dominan, yaitu: thoraco lumbal yang merupakan perbatasan
antara T12-S1 dengan memiliki arah gerakan fleksi-ekstensi dan ada gerakan
19
rotasi sedikit pada kedua sisi. Sehingga karena struktur sendi ini memungkinkan
sering terjadi cidera pada daerah tersebut terutama segmen L5-S1. Selain itu ,
daerah ini sering terjadi penyimpangan bentuk L5-S1 atau dikenal sacralisasi
yaitu penyambungan tulang sacrum dengan lumbal ke-5. Pengaruh lain juga
karena perubahan posisi, seperti lordosis dan posisi flat dari lumbal. 5
2.4.6 Innervasi
Persarafan mengikuti saraf segmental dimana disarafi oleh sinuvertebral nerve
segmen yang bersangkutan dan satu segmen atas, serta satu segmen bawahnya.
Saraf persegmen yang terdapat pada columna vertebralis terdiri dari saraf
sensorik, motorik, dan vegetative. Untuk semua sumber nyeri berhubungan
dengan system saraf. Pada lumbal bagian posterior terdapat foramen
intervertebral dan semua persarafan yang percabangannya terletak disana. Setiap
dorsal ramus berjalan menyilang dan dapat bercabang dua hingga tiga
percabangan. Sisi lateral percabangan berjalan hingga ke lateral lumbal dan
mensarafi otot erector spine hingga iliocostalis. Percabangan medial mensarafi
otot multifidus dan interspinosus ligament dan facet joint.
2.4.7 Otot
Spasme otot seringkali juga menyebabkan rasa nyeri akibat iskemia oleh
karena otot yang berkontraksi secara berkepanjangan yang dapat mengakibatkan
timbulnya sampah metabolik didalam otot, sedangkan pada saat itu juga dapat
terjadi vasokonstriksi, penimbunan sampah metabolik itu bertindak sebagai iritasi
yang mengakibatkan perasaan sakit yang umumnya dijumpai pada otot tegang
sehingga toleransi jaringan terhadap suatu regangan yang diterima menurun dan
lingkup gerak sendipun menurun. Otot-otot yang terkena pada spondyloarthrosis
lumbal seperti M. Obliquus externus abdominis, M. Obliquus internus, M.
Semispinalis, M.Quadratus lumborum, M. Multifidus, M. Erector spine, M.
Psoas Mayor 5
21
Gambar 2.7 Otot superfisial punggung
2.5 Patofisiologi
Nukleus pulposus yang mengalami herniasi ini dapat menekan nervus di dalam
medulla spinalis jika menembus dinding diskus (annulus fibrosus); hal ini dapat
menyebabkan nyeri, rasa tebal, rasa keram, atau kelemahan. Rasa nyeri dari herniasi
ini dapat berupa nyeri mekanik, yang berasal dari diskus dan ligamen; inflamasi,
nyeri yang berasal dari nucleus pulposus yang ekstrusi menembus annulus dan kontak
dengan suplai darah; dan nyeri neurogenik, yang berasal dari penekanan pada
nervus.3
2.6 Diagnosis
22
2.6.1 Anamnesis
a. Mula timbul nyeri: apakah didahului trauma atau aktivitas fisik, ataukah spontan.
b. Sifat nyeri: nyeri tajam, menusuk dan berdenyut sering bersumber dari sendi,
tulang dan ligamen; sedangkan pegal, biasanya berasal dari otot.
c. Lokasi nyeri: nyeri yang disertai penjalaran ke arah tungkai menunjukkan
keterlibatan radiks saraf.
d. Hal-hal yang meringankan atau memprovokasi nyeri: bila berkurang setelah
melakukan tirah baring mungkin HNP tetapi bila bertambah, mungkin disebabkan
tumor; bila berkurang setelah berjalan jalan mungkin tumor dalam kanalis
vertebralis; nyeri dan kaku waktu bangun pagi dan berkurang setelah melakukan
gerakan tubuh mungkin disebabkan spondilitis ankilopoetika; batuk, bersin dan
mengejan akan memprovokasi nyeri pada HNP.
e. Klaudikasio intermitens dibedakan atas jenis vaskuler dan neurogenik, jenis
neurogenik memperlihatkan pulsasi pembuluh darah perifer yang normal dan nyeri
berkembang menjadi parestesia dan kelumpuhan.
f. Adanya demam selama beberapa waktu terakhir menyokong adanya infeksi,
misalnya spondilitis.
g. Nyeri bersifat stasioner mungkin karena gangguan mekanik kronik; bila progresif
mungkin tumor.
h. Adakah gangguan fungsi miksi dan defekasi, fungsi genitalia, siklus haid,
penggunaan AKDR (IUD), fluor albus, atau jumlah anak.
i. Nyeri berpindah-pindah dan tidak wajar mungkin nyeri psikogenik.
a. Posisi berdiri :5
Palpasi untuk mencari trigger zone, nodus miofasial, nyeri pada sendi
sakroiliaka, dan lain-lain.
b. Posisi duduk :5
c. Posisi berbaring : 5
Untuk memastikan bahwa nyeri yang timbul termasuk dalam gangguan saraf.
Meliputi pemeriksaan sensoris, motorik dan refleks.5
a.
Pemeriksaan ROM (Range of Movements)
Pemeriksaan ini dapat dilakukan secara aktif oleh penderita sendiri maupun secara
pasif oleh pemeriksa. Pemeriksaan ROM ini memperkirakan derajat nyeri, fungsi
laesa atau untuk memeriksa ada/tidaknya penyebaran rasa nyeri.
b. Straight Leg Raise (Laseque) Test
Tes untuk mengetahui adanya nyeri pada nervus ischiadicus. Pasien tidur dalam
posisi supinasi dan pemeriksa memfleksikan panggul secara pasif, dengan lutut
dari tungkai terekstensi maksimal.Tes ini positif bila timbul rasa nyeri pada saat
mengangkat kaki dengan lurus, menandakan ada kompresi dari akar saraf lumbal.
c. Laseque Menyilang
Caranya sama dengan percobaan Laseque Test, tetapi disini secara otomatis timbul
pula rasa nyeri di tungkai yang tidak diangkat. Hal ini menunjukkan bahwa radiks
yang kontralateral juga turut tersangkut.
d. Tes Patrick dan Kontrapatrick
Tes Patrick, Tindakan pemeriksaan ini dilakukan untuk
membangkitkan nyeri di sendi panggul yang mengalami
gangguan. Pada iskialgia diskogenik test ini adalah negatif. Tes
Kontrapatrick Tindakan pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan
lokasi patologik di sendi sakroiliaka jika terasa nyeri di daerah bokong,
baik yang menjalar sepanjang tungkai maupun yang terbatas pada
daerah gluteal dan sakral saja.
e. Ankle Jerk Reflex
Dilakukan pengetukan pada Tendon Achilles. Jika tidak terjadi dorsofleksi pada
kaki, hal ini mengindikasikan adanya jebakan nervus di tingkat kolumna vertebra
L5-S1.
f. Knee Jerk Reflex
Dilakukan pengetukan pada tendon lutut. Jika tidak terjadi ekstensi pada lutut, hal
ini mengindikasikan adanya jebakan nervus di tingkat kolumna vertebra L2-L3-
L4.
2.7 Penatalaksanaan
2.7.1 Terapi Konservatif 13
a. Terapi Non Farmakologis
Terapi Fisik Pasif
Terapi fisik pasif biasanya digunakan untuk mengurangi nyeri
punggung bawah akut, misalnya:
a. Kompres hangat/dingin
Kompres hangat/dingin ini merupakan modalitas yang mudah
dilakukan.Untuk mengurangi spasme otot dan inflamasi.Beberapa pasien
merasakan nyeri hilang pada pengkompresan hangat, sedangkan yang lain
pada pengkompresan dingin.
b. Unit TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulator)
Sebuah unit transcutaneous electrical nerve stimulator (TENS)
menggunakan stimulasi listrik untuk mengurangi sensasi nyeri punggung
bawah dengan mengganggu impuls nyeri yang dikirimkan ke otak
c. Ultrasound
Ultrasound merupakan suatu bentuk penghangatan di lapisan dalam
dengan menggunakan gelombang suara pada kulit yang menembus
sampai jaringan lunak dibawahnya.Ultrasound terutama berguna dalam
menghilangkan serangan nyeri akut dan dapat mendorong terjadinya
penyembuhan jaringan.
Gambar 2.9
Latihan A,
memperbaiki
postur yang salah
Pada latihan A, sejajarkan lutut dalam posisi terlentang, dan dalam posisi ini,
kencangkan otot abdomen, otot gluteus, dan hamstring (otot bisep femoris,
otot semitendinous, dan otot semimembraneous). Setelah mengencangkan
otot-otot dengan maksimal, relaksasi dan perhatikan untuk tidak mengangkat
punggung bawah. Latihan ini bertujuan untuk memperbaiki postur tubuh yang
tidak benar dengan mengurangi lordosis lumbar spinalis. Dengan kata lain,
ketika lordosis lumbal spinalis berlebihan, gayageser pada lumbar spinalis
meningkat, mengakibatkan stres yang lebih besar (beban) pada jaringan
posterior lumbal spinalis, yang akan menyebabkan low back pain. Selain itu,
jika otot-otot abdomen lemah atau ada faktor risiko obesitas, kelemahan
pelvis meningkat, sehingga lordosis berlebihan dari lumbal spinalis. Oleh
karena itu, penguatan otot-otot perut dapat mencegah peningkatan kelemahan
pelvis. 14
-
Gambar 2.10 Latihan B, penguatan otot-otot abdomen
Latihan B bertujuan untuk memperkuat otot-otot abdomen. Penguatan otot-
otot perut mengurangi lordosis lumbal spinalis, seperti yang disebutkan
sebelumnya, dan juga dapat meningkatkan tekanan abdominal, memberikan
stabilitas spinal dengan memberikan efek seperti menggunakan korset. Dalam
latihan ini, sendi lutut dan sendi pinggul harus membungkuk. Penguatan otot
abdomen tidak harus dengan mengangkat bagian atas tubuh ke posisi vertikal,
tetapi dapat hanya dengan mempertahankan bahu yang sedikit terangkat dari
tanah selama sekitar lima detik. 14
4) Kortikosteroid Oral
Pemakaian kortikosteroid oral masih kontroversi.Dipakai pada kasus
HNP yang berat dan mengurangi inflamasi jaringan.
5) Anelgetik Adjuvan
Terutama dipakai pada HNP kronis karena ada anggapan mekanisme
nyeri pada HNP sesuai dengan neuropatik.Contohnya : amitriptilin,
Karbamasepin, Gabapentin.
6) Suntikan Pada Titik Picu
Cara pengobatan ini dengan memberikan suntikan campuran anastesi
lokal dan kortikosteroid ke dalam jaringan lunak/otot pada titik picu
disekitar tulang punggung.Cara ini masih kontroversi. Obat yang dipakai
antara lain lidokain, lignokain, deksametason, metilprednisolon dan
triamsinolon.
2.7.2 Terapi Operatif 15,16
Indikasi terapi operatif adalah :
- Pasien mengalami HNP grade 3 atau 4.
- Tidak ada perbaikan lebih baik, masih ada gejala nyeri yang tersisa, atau ada gangguan
fungsional setelah terapi konservatif diberikan selama 6 sampai 12 minggu.
- Terjadinya rekurensi yang sering dari gejala yang dialami pasien menyebabkan
keterbatasan fungsional kepada pasien, meskipun terapi konservatif yang diberikan
tiap terjadinya rekurensi dapat menurunkan gejala dan memperbaiki fungsi dari pasien.
- Terapi yang diberikan kurang terarah dan berjalan dalam waktu lama.
Pilihan terapi operatif yang dapat diberikan adalah:
a. Distectomy
Pengambilan sebagian diskus intervertabralis.
b. Percutaneous Distectomy
Pengambilan sebagian diskus intervertabralis dengan menggunakan jarum
secara aspirasi.
c. Laminotomy/Laminectomy/Foraminotomy/Facetectomy
Melakukan dekompresi neuronal dengan mengambil beberapa bagian dari
vertebra baik parsial maupun total.
d. Spinal Fusion Dan Sacroiliac Joint Fusion:
Penggunaan graft pada vertebra sehingga terbentuk koneksi yang rigid diantara
vertebra sehingga terjadi stabilitas.
2.8 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi dari HNP adalah nyeri punggung untuk jangka
waktu yang lama, kehilangan sensasi di tungkai yang diikuti penurunan fungsi
kandung kemih dan usus.Selain itu, kerusakan permanen pada akar saraf dan medula
spinalis dapat terjadi bersamaan dengan hilangnya fungsi motorik dan sensorik. Hal
ini dapat terjadi pada servikal stenosis dan spondilosis yang menekan medulla
spinalis dan pembuluh darah, sehingga dapat menimbulkan mielopati dengan spastik
paraplegia atau kuadriplegia. 17
2.9 Prognosis
Pada HNP servikalis 75% pasien akan pulih dengan penanganan terapi medis
yang memadai (10-14 hari), walaupun pada beberapa kasus berlanjut dengan
ketidaknyamanan dan parestesis ringan. Pada beberapa pasien, gejala radikular atau
mielopati kambuh setelah kembali beraktivitas penuh.Untuk 25% pasien yang tidak
respon terhadap terapi konservatif, dibutuhkan operasi.Perbaikan tampak pada sekitar
80% pasien yang melakukan terapi operatif pada diskus servikalis. Pada hernia diskus
lumbalis sekitar 10-20% kasus membutuhkan penangan terapi bedah dan 85% pasien
akan pulih sepenuhnya setelah penanganan bedah. 16
2.10 Pencegahan 16
DAFTAR PUSTAKA
1. Lizier DT, Perez M, et. Al. 2012. Exercises for Treatment of Nonspecific Low
Back Pain. Revista Brasileira de Anestesiologia Vol. 62 No. 6 : Brazil.
2. Gutierrez, Mario. 2005. Understanding Low Back Pain: Breakthroughs and New
Advances in the Diagnosis and Treatment of Low Back Pain. iUniverse: New
England Journal of Medicine.
11. Meli Lucas,Suryami Antradi. Nyeri Punggung. Use Neurontin. 2003. Hal 133-
148
12. Rasad, Sjahriar. Radiologi Diagnostik. Jakarta. Balai Penerbit FK Universitas
Indonesia. Jakarta.2005. Hal 337
15. Archard G, Bull E. 2007. Simple Guide : Low Back Pain. Jakarta : Penerbit
Erlangga.
16. Samara,D. Lama Dan Sikap Duduk Sebagai Faktor Risiko Terjadinya Nyeri
Pinggang Bawah. Jurnal Kedokteran Trisakti 2004(23): 63-67.
17. Pinzon R.Profi l Klinis Pasien Nyeri Punggung Bawah Akibat Hernia
Nukleus Pulposus. 2012(39):749-751