Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN KASUS

LOW BACK PAIN

Disusun oleh:

Zulfi Ashari C111 13 066


Amy Tryabto AM C111 13 083
Nurul Arifah Hasman C111 12 104
Dewi Kurnia C111 11 274

Supervisor

dr. Imran Safei, Sp. KFR

KEPANITERAAN KLINIK
DEPARTEMEN KEDOKTERAN FISIK & REHABILITASI MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017

DAFTAR ISI
Halaman

SAMPUL ……………………………………………………………...... 1

DAFTAR ISI ………………………………………………………......... 2

DAFTAR GAMBAR………………………………………………......... 4

HALAMAN PENGESAHAN …...……………………..………….......... 5

LAPORAN KASUS POSTURAL LOW BACK PAIN

I. Identitas Pasien …………………….……………………………... 6

II. Anamnesis ……………………………………………………….... 6

III. Pemeriksaan Fisik………………………….……………………… 7

IV. Radiologi ……………………………….…………………….. 11

V. Diagnosis………….………………………………………………. 11

VI. Diagnosis Fungsional .………..………………………..…………. 12

VII. Daftar Masalah …..………………..…………………………….... 12

VIII. Perencanaan Rehabilitasi Medik …..…………………………….... 12

VIII. Resume Klinis…………………………………………………….. 12

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi .........................................……………...…………………. 14

2.2 Epidemiologi ……………...……………………………………… 15

2.3 Etiologi ……………...……………………………………………. 15

2.4 Anatomi dan fisiologi vertebra..……………..…………………… 16

2.5 Patofisiologis…………...…………………………………….... 22

2.6 Diagnosis ……………...…………………………………………… 23

2
2.7 Tatalaksana …...……………………………………………………. 27

2.8 Komplikasi …...……………………………………………………. 33

2.9 Prognosis …...……………………………………………………. 33

2.10 Pencegahan…...……………………………………………………. 33

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................35

DAFTAR GAMBAR

3
Halaman

Gambar 2.1 Regio Truncus ………………………………………… 10


Gambar 2.1 Anatomi vertebra………………………………………… 17
Gambar 2.2 Discus intervertebralis ………………………………….. 17
Gambar 2.3 Ligamen vertebra ……………………………………….. 19
Gambar 2.4 foramen intervertebralis ………………………………….. 20
Gambar 2.5 facet join……………. ………………………………….. 20
Gambar 2.6 inervasi vertebra………………………………………… 21
Gambar 2.7 Otot superfisial punggung …………………………….. 22
Gambar 2.8 Level Lokalisasi Neurologik …………………………….. 26
Gambar 2.9 Latihan A, memperbaiki postur yang salah…………….. 28
Gambar 2.10 Latihan B, penguatan otot-otot abdomen ……………... 29
Gambar 2.11 Latihan C, peregangan regio lumbal ………………….. 30
Gambar 2.12 Latihan B, Latihan D, penguatan otot punggung ……… 29
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa:

Nama/NIM :

1. Zulfi Ashari C111 13 066


2. Amy Tryabto AM C111 13 083
3. Nurul Arifah Hasman C111 12 104
4. Dewi Kurnia C111 11 274
Judul Laporan Kasus : LOW BACK PAIN

Telah menyelesaikan tugas tersebut dalam rangka kepaniteraan klinik pada


bagian Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin, Makassar.

Makassar, Februari 2017

Supervisor,

dr. Imran Safei, Sp. KFR


BAB I
LAPORAN KASUS

I. Data Identitas Pasien

Nama : Ny. SK
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 65 tahun
Alamat : Makassar
Pekerjaan : Pedagang
Agama : Katolik
Tgl Pengobatan : 8 Februari 2017
Rumah Sakit : RS Universitas Hasanuddin

II. Anamnesis

Keluhan Utama : Nyeri punggung bawah

Riwayat Penyakit :

Nyeri pada punggung bawah dirasakan sejak 1 bulan yang lalu, hilang timbul,
tidak menyebar. Nyeri dipengaruhi oleh perubahan posisi atau aktivitas. Nyeri
biasanya timbul tidak menentu namun lebih sering timbul bila pasien duduk
lama dan beraktivitas, Kaki terasa mudah capek pada saat berdiri dan kadang terasa
tebal.
Riwayat berobat ke bagian saraf dan di diagnosis low back pain ec HNP dan
mendapatkan terapi obat-obatan dan fisioterapi.Pasien mempunyai riwayat hipertensi.
Riwayat diabetes mellitus tidak ada, Riwayat penyakit jantung tidak ada.
Riwayat dengan keluhan yang sama sebelumnya dirasakan sejak 2 tahun yang
lalu di beri terapi Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS), Short Wave
Diathermy (SWD), dan Strengthening exercise for muscles,
Riwayat keluhan yang sama dalam keluarga tidak ada.
III. Pemeriksaan Fisis

1. Status Umum

 Keadaan Umum :
Kompos mentis / Ambulasi mandiri / Gaya berjalan antalgic gait / Postur tegap
/pengguna tangan kanan

 Tanda Vital :
Tekanan Darah : 140/90 mmHg
Nadi : 78x/menit
Pernapasan : 19x/menit
Suhu : 36,5 oC
 Kepala & leher : Dalam batas normal
 Thorax : Cor : Dalam batas normal
Pulmo : Dalam batas normal
 Abdomen : Liver/Spleen : Dalam batas normal, tidak teraba pembesaran
 Extremitas : Extremitas Atas : Dalam batas normal
Extremitas Bawah : Dalam batas normal

2. Pemeriksaan Muskuloskeletal

ROM MMT
Cervical
Flexion Full (0-450) 5
Extension Full 0-450) 5
Lateral Flexion Full/Full (0-450) 5/5
Rotation Full/Full (0-600) 5/5
Trunk
Flexion Full (0-800) 5
Extension Full (0-300) 5
Lateral Flexion Full/Full (0-350) 5/5
Rotation Full/Full (0-450) 5/5
Shoulder
Flexion Full/Full (0-1800) 5/5
Extension Full/Full (0-600) 5/5
Abduction Full/Full (0-1800) 5/5
Adduction Full/Full (0-450) 5/5
Ext. Rotation Full/Full (0-700) 5/5
Int. Rotation Full/Full (0-900) 5/5
Elbow
Flexion Full/Full (0-1350) 5/5
Extention Full/Full (135-00) 5/5
Forearm Supination Full/Full (0-900) 5/5
Forearm Pronation Full/Full (0-900) 5/5
Wrist
Flexion Full/Full (0-800) 5/5
Extension Full/Full (0-700) 5/5
Radial Deviation Full/Full (0-200) 5/5
Ulnar Deviation Full/Full (0-350) 5/5
Fingers
Flexion
MCP Full/Full (0-900) 5/5
PIP Full/Full (0-1000) 5/5
DIP Full/Full (0-900) 5/5
Extension Full/Full (0-300) 5/5
Abduction Full/Full (0-200) 5/5
Adduction Full/Full (200-00) 5/5
Thumbs
Flexion
MCP Full/Full (0-900) 5/5
IP Full/Full (0-800) 5/5
Extension Full/Full (0-300) 5/5
Abduction Full/Full (0-700) 5/5
Adduction Full/Full (50-00) 5/5
Opposition Full 5/5
Hip
Flexion Full/Full (0-1200) 4/4
Extension Full/Full (0-300) 4/4
Abduction Full/Full (0-450) 4/4
Adduction Full/Full (0-200) 4/4
Ext. Rotation Full/Full (0-450) 4/4
Int. Rotation Full/Full (0-450) 4/4
Knee
Flexion Full/Full (0-1350) 4/4
Extension Full/Full (135-00) 4/4
Ankle
Plantar Flexion Full/Full (0-200) 4/4
Dorsi Flexion Full/Full (0-500) 4/4
Inversion Full/Full (0-1500) 4/4
Eversion Full/Full (0-350) 4/4
Toes
Flexion
MTP Full/Full (0-300) 4/4
IP Full/Full (0-500) 4/4
Extension Full/Full (0-800) 4/4
Big Toe
Flexion
MTP Full/Full (0-250) 4/4
IP Full/Full (0-250) 4/4
Extension Full/Full (0-800) 4/4

3. Pemeriksaan Neurologis
 Refleks Fisiologis : BPR ++/++ KPR ++/++
TPR ++/++ APR ++/++
 Refleks Patologis : Babinski : (-)
Chaddock : (-)
Hoffman-Tromner : (-)
 Defisit sensoris : (+)
 Dermasomal : penurunan pada L4-S1
 Myelonal : dalam batas normal

4. Status Lokal Regio Trunkus


 Inspeksi : Edema (-), deformitas (-), lesi kulit (gatal) (+), Atrofi(-)
 Palpasi : Nyeri tekan (+)
Spasme otot (+) di M. Erector Spine (paralumbal)
Warm (-)
z

Gambar 1.1 Regio Trunkus

5. Pemeriksaan Khusus

 SLR (Straight Leg Raise) dan Crossed SLR test : (+)


 Patrick and Kontra Patrick test : (+)

IV. Pemeriksaan Radiologi

a. X-ray
Foto lumbosacral AP/Lateral
 Aligment lumbosacral berubah, tampak posterolisthesis CV L3
terhadap L4 dan CV L4 terhadap L5, kurvatura lordotik melurus
 Tidak tampak fraktur dan destruksi tulang
 Tampak osteofit pada aspek anterolateral CV L3-L5
 Mineralisasi tulang berkurang
 Discus dan foramen intervertebrae baik
 Jarinagn lunak paravertebra baik

b. MRI lumbosacral
 Aligment columna lumbosacral baik, tidak tampak listhesis
 Tampak destruksi end plate inferior CV L4-L5 dan end palte superior
CV L5 disertai penyempitan discus intervertebralis pada level tersebut
 Ektrusio disc ke posterior pada level CV L4-L5 yang menekan techal
sac dan nerve root kiri serta mengiritasi nerve foot kanan serta
menyebabkan
 Bulging disc ke posterior CV L1-L2 yang menekan thecal sac dan
nerve root kiri serta mengiritasi nerve root kanan
 Bulging disc ke posterior CV L2-L3 yang menekan thecal sac dan
mengiritasi kedua nerve root disertai facet joint edema bilateral
 Protusio disc ke posterior CV L3-L4 yang menekan thecal sac dan
mengiritasi kedua nerve root disertai facet joint edema bilateral
disertai stenosis parsialis canalis spinalis pada level tersebut
 Osteofit pada CV L1-L5
 Intensitas discus intervertebralis menurun hampir semua level CV
lumbalis
 Conus medullaris berakhir pada CV L1
 MR-Myelography : stenosis parsialis canalis spinalis pada CV L3-L4
dan stenosis totalis canalis spinalis CV L4-L5

V. Diagnosis
LBP et causa HNP grade III

VI. Diagnosis Fungsional :

• Impairment : nyeri pada regio vertebra setinggi lumbal 4, spasme otot


di paralumbal
• Disability : Gangguan ADL = nyeripunggung bawah jika duduk lama,
berdiri lama, dan beraktivitas berat
• Handicap : Tidak ada.

VII. Daftar Masalah


• Surgical : -
• Medical : Nyeri pada punggung bawah.
• Spasme otot paralumbal

VIII. Perencanaan Rehabilitasi Medik


 Perencanaan diagnostik : (-)
 Perencanaan terapi: TENS & SWD
 Latihan :
 Transcutaneous Electricity Nerve Stimulation
 Short Wave Diathermi
 Strengthen core muscle
 Edukasi pasien
 Orthosis rigid (korset)
 Anjuran Surgical
 Edukasi

IX. Resume Klinis


Pasien Perempuan umur 65 tahun dirujuk dari bagian saraf dengan Nyeri
pada punggung bawah dirasakan sejak 1 bulan yang lalu, hilang timbul, tidak
menyebar. Nyeri dipengaruhi oleh perubahan posisi atau aktivitas. Nyeri biasanya
timbul tidak menentu namun lebih sering timbul bila pasien duduk lama dan
beraktivitas, Kaki terasa mudah capek pada saat berdiri dan kadang terasa tebal.
Riwayat berobat ke bagian saraf dan di diagnosis low back pain ec HNP dan
mendapatkan terapi obat-obatan dan fisioterapi. Pasien mempunyai riwayat
hipertensi. Riwayat Diabetes Mellitus tidak ada, Riwayat penyakit jantung tidak ada.

Riwayat dengan keluhan yang sama sebelumnya dirasakan sejak 2 tahun yang
lalu di beri terapi Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS), Short Wave
Diathermy (SWD), dan Strengthening exercise for muscles,
Riwayat keluhan yang sama dalam keluarga tidak ada.
Pemeriksaan fisis ditemukan pasien dalam keadaan Compos mentis, ambulasi
mandiri, gaya berjalan analgetic gait, postur tegap, pengguna tangan kanan. Tanda
Vital didapatkan tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 78 x/menit, pernapasan 19
x/menit, suhu 36,5oC. Pada inspeksi regio truncus tidak didapatkan edema,
deformitas, dan atrofi, tetapi didapatkan lesi pada kulit dan gatal. Pada palpasi,
ditemukan nyeri tekan, spasme otot di M. Erector Spina (paralumbal), warm tidak
ada. Ditemukan defisit sensoris pada level L4-S1, Pemeriksaan SLR (Straight Leg
Raise) dan Crossed SLR test positive. Patrick and Kontra Patrick test positive.
Pemeriksaan MRI, tampak destruksi end plate inferior CV L4-L5 dan end palte
superior CV L5 disertai penyempitan discus intervertebralis pada level tersebut
Ektrusio disc ke posterior pada level CV L4-L5 yang menekan techal sac dan nerve
root kiri serta mengiritasi nerve foot kanan serta menyebabkan Bulging disc ke
posterior CV L1-L2 yang menekan thecal sac dan nerve root kiri serta mengiritasi
nerve root kanan Bulging disc ke posterior CV L2-L3 yang menekan thecal sac dan
mengiritasi kedua nerve root disertai facet joint edema bilateral Protusio disc ke
posterior CV L3-L4 yang menekan thecal sac dan mengiritasi kedua nerve root
disertai facet joint edema bilateral disertai stenosis parsialis canalis spinalis pada
level tersebut.
Didiagnosa sebagai low back pain et causa HNP grade III. Perencanaan terapi
yang diberikan adalah transcutaneous Electricity Nerve Stimulation, short Wave
Diathermi, strengthen core muscle, edukasi pasien, orthosis rigid (korset), anjuran
Surgical dan edukasi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Low back pain (LBP) merupakan rasa nyeri yang dirasakan pada punggung
bawah yang sumbernya adalah tulang belakang daerah spinal (punggung bawah)
yaitu daerah di bawah costa terakhir dan di atas garis inferior gluteal. Selain itu dapat
juga bersumber dari otot, saraf, atau struktur lain di sekitar daerah tersebut. Nyeri
yang dirasakan dapat menyebar sampai ke ekstremitas inferior. Low back pain (LBP)
dapat disebabkan oleh penyakit atau kelainan yang berasal dari luar punggung bawah
misalnya penyakit atau kelainan pada testis atau ovarium. Low back pain (LBP)
adalah gangguan muskuloskeletal yang terjadi padadaerah punggung bawah yang
disebabkan oleh berbagai penyakit dan aktivitas tubuh yang kurang baik.1

Low back pain (LBP) diklasifikasikan berdasar mekanik, non-mekanik, dan


psikogenik. LBP mekanik dibagi menjadi LBP spesifik dan non-spesifik.
Berdasarkan durasinya dibagi menjadi akut (onset tiba-tiba, dan bertahan sampai
kurang dari 6 minggu), subakut (6-12 minggu), dan kronik (lebih dari 12 minggu).
LBP non-
spesifik merupakan jenis LBP terbanyak pada populasi. Pada tipe ini,
ketidakseimbangan terjadi antara functional load (usaha yang dibutuhkan untuk
bekerja dan melakukan aktivitas sehari-hari) dengan kemampuan untuk melakukan
aktivitas tersebut. LBP non-spesifik ditandai dengan tidak adanya perubahan struktur
yang abnormal, tidak ada pengurangan discus intervertebralis, kompresi saraf, trauma
tulang dan sendi, skoliosis atau lordosis yang dapat menyebabkan nyeri punggung.1

Hernia nukleus pulposus adalah keadaan dimana terjadi penonjolan sebagian


atau seluruh bagian dari nukleus pulposus atau anulus fibrosus diskus intervertebralis,
yang kemudian dapat menekan ke arah kanalis spinalis atau radiks saraf melalui
anulus fibrosus yang robek.3

2.2 Epidemiologi

Low Back Pain merupakan suatu sindrom yang mempunyai dampak sangat luas
tidak hanya bagi penderita itu sendiri, tetapi juga bagi lingkungan kerja dan
lingkungan sosialnya. Bagi penderita selain rasa nyeri dan kecacatan yang mungkin
timbul, juga dapat mengakibatkan terganggunya karier kerja, bahkan kehilangan
pekerjaan. Bagi lingkungan kerja, dapat mengakibatkan penurunan produktifitas
kerja.2

Prevalensi hernia nukleus pulposus berkisar antara 1-2% dari populasi.


Kejadian hernia nukleus pulposus paling sering (90%) mengenai diskus
intervertebralis L5-S1 dan L4-L5, kemudian daerah servikalis (C6-C7 dan C5-C6)
dan paling jarang terkena di daerah torakalis. Prevalensi tertinggi terjadi antara umur
30-50 tahun, dengan rasio pria dua kali lebih besar daripada wanita. Pada usia 25-55
tahun, sekitar 95% kejadian HNP terjadi di daerah lumbal. HNP di atas daerah
tersebut lebih sering terjadi pada usia di atas 55 tahun. 4
Penelitian epidemiologi yang dilakukan Mario (2005), menunjukkan bahwa
tingkat kejadian nyeri punggung bawah dapat mencapai 80-90%, yang berarti sampai
90% populasi diantara umur 18 tahun dan 65 tahun akan mengalami nyeri punggung
bawah pada suatu ketika dalam kehidupannya. Tidak ada perbedaan yang jelas antara
wanita dan pria dalam insidensi. Persentase tersebut di atas dapat bervariasi menurut
negara dan populasi, struktur, sosial-ekonomi. LBP merupakan penyebab utama dari
suatu ketidakmampuan (disability) pada orang berumur dibawah 40 tahun.2

2.3 Etiologi
Penyebab LBP dapat dibagi menjadi:

1. Vascular

Aneurisma aorta abdominal dan penyakit pembuluh darah perifer dapat muncul
sebagai nyeri punggung atau dengan gejala menyerupai sciatica.6

2. Neurogenic

Regangan, iritasi, dan kompresi nervus dan ganglion lumbaris dapat


menyebabkan nyeri yang menjalar ke salah satu atau kedua kaki. Lesi disepanjang
system saraf pusat terutama pada medulla spinalis, dapat muncul sebagai nyeri
punggung dan nyeri tungkai.6

3. Viserogenik

Nyeri punggung bawah dapat diperoleh dari gangguan pada organ yang berada di
rongga abdomen bagian bawah, pelvis, dan struktur retroperitoneal seperti pancreas
dan ginjal. Batu ginjal dapat bergejala seperti nyeri punggung berat. 6

4. Psikogenik

Faktor psikogenik seperti lonjakan emosi dapat mengaburkan manifestasi klinis


nyeri punggung. Faktor tunggal psikogenik jarang menyebabkan nyeri punggung
bawah.6

5. Spondilogenik

Beberapa kondisi yang menyebabkan spondylogenic back pain antara lain :

a. Degenerasi diskus

b. Spondilolistesis

c. Trauma, myofascial sprain/strain, fraktur

d. Infeksi (bacterial tuberculosis)


e. Tumor (benign, malignant, metastatic)

f. Reumatologi, ankylosing, spondylitis/ spondyloarthropathy, fibrositis/


fibromyalgia

g. Metabolic, osteoporosis, osteomalasia, paget disease.6

2.4 Anatomi dan Fisiologi Vertebra


2.4.1 Anatomi Vertebra

Vertebra terdiri dari 7 cervical, 12 thorakal, 5 lumbal, dan tulang yang


menyatu dengan vertebra sacral, bersama dengan 5 tulang coccygeal. Dalam
struktur cervical, thorakal, dan lumbal sama, kecuali untuk atlas dan axis vertebra
cervical. Standar masing-masing vertebra terdiri dari dua pedicles, dua lamina,
empat facet articular, dan proccesus spinosus. Setiap foramen berbatasan dengan
superior dan inferior dari pedicles, intervertebral discus anterior dan berdekatan
permukaan vertebra, dan facet joint posterior.5

Gambar 2.1 Anatomi vertebra


2.4.2 Diskus intervertebra

Diskus intervertebral adalah cartilago dan struktur articulating antara tubuh


vertebra. Diskus intervertebra memiliki peran ganda, yaitu support primer dari
colum tulang vertebra sementara cukup elastik untuk gerakan spine (fleksi,
ekstensi dan rotasi). Setiap diskus terdiri dari cincin kolagen elastic, annulus
fibrosus, yang mengelilingi gelatinous nucleus pulposus. Serat collagen dari
annulus yang diatur oblique untuk arah alternative di lapisan (lamellae), yang
memungkinkan untuk flexibility sambil mempertahankan strengthening. Lima
belas sampai dua puluh lima lamella dan annulus. Serat kolagen dari annulus dan
jaringan disekitarnya, yang mengikat struktur setiap tepi vertebra, untuk ligament
longitudinal posterior dan anterior. Nukleus pulposus berdiri sendiri, struktur
gelatinous terdiri dari 88 % air pada diskus muda yang sehat. Hal ini pada
dasarnya memberikan support dan separates vertebrae, peredam shock,
memungkinkan transit kompresi, dan melakukan gerakan.5

Gambar 2.2 Discus intervertebralis

2.4.3 Ligamen

Ada beberap a ligamentum yang memperkuat collumn a vertebralis sehingga


membentuk postu r tubuh seseorang, ligamentum-ligamentum itu antara lain:

1) Ligamentum Longitudinal Anterior

Ligamentum ini melekat pada tiap-tiap korpus disebelah ventral mulai


dari tulang occipital turun ke sacrum. Ligamentum ini semakin melebar ke
kaudal dan selalu terikat erat dengan korpus vertebralis, tetapi tidak pada diskus
intervertebralis. Ligamentum ini berfungsi untuk mengontrol gerakan ekstensi
tulang belakang.

2) Ligamentum Longitudinal Posterior

Ligamen ini dibagi atas lapisan luar dan dalam, terletak sepanjang
permukaan posterior korpus intervertebralis. Lapisan dalam ligamentum ini
melebar seperti jajaran genjang dan melekat erat setinggi discus intervertebralis
dan bagian atas korpus vertebra, sehingga pada daerah ini terjadi perlekatan yang
memperkuat discus intervertebralis, menjadikannya mampu membatasi gerakan
fleksi-ekstensi dan ligamentum ini sangat peka terhadap nyeri karena banyak
mengandung saraf afferent tipe IV.

3) Ligamentum flavum

Ligamentum ini terletak diantara arkus-arkus vertebra pada dorsal


columna vertebralis. Ligamentum ini berwarna kuning, disebabkan oleh deretan
serabut-serabut elastin yang terputus-putus hingga membentuk pita, walaupun
dalam keadaan istirahat ligamentum ini tetap teregang. Sewaktu fleksi columna
vertebralis kembali pada sikap tegak. Ligamen ini lebih lentur dibandingkan
dengan ligamentum lain. Ligamen ini juga berfungsi melindungi medulla
spinalis.

4) Ligamentum Intertransversarium

Ligamentum merupakan ikatan pendek, melekat langsung pada tepi


luar permukaan sendi pada processus tranversus.

5) Ligamentum Interspinosum

Ligamentum ini merupakan ikatan pendek yang melekat diantara


processus spinosus yang satu dengan yang lain.

6) Ligamentum Supraspinale

Ligamentum ini melekat mengelilingi processus spinolus dimana


mulai dari processus spinolus vertebra cervical ke-7 dan terbentang sejauh
sacrum serta menghubungkan vertebra dan sacrum.

18
Gambar 2.3 Ligamen vertebra

2.4.4 Foramen Intervertebralis


Foramen intervertebralis terletak disebelah dorsal collumna vertebralis antara
tulang belakang atas dan bawahnya. Pada bagian superior dibatasi oleh
pendikulus vertebrae bawahnya dan pada bagian anterior oleh sisi dorso lateral
discus serta sebagian korpus dan pada bagian dorsal oleh processus articularis
facetnya dan tepi lateral ligament flavum. Pada foramen intervertebralis terdapat
jaringan yang penting meliputi radiks, saraf sinuvertebra, pembuluh darah,
jaringan penyanggah

Gambar 2.4 Foramen intervertebralis


2.4.5 Facet
Sendi facet dibentuk oleh articularis inferior pada bagian atas dan facies
superior (dari vertebra bawahnya) pada facies inferior. Sendi facet merupakan
sendi datar dengan gerak utama adalah gerak geser (glide) menekuk (tilt) dan
rotasi. Sendi facet dibentuk dari sendi synovial dimana permukaan sendi dilapisi
kartilago, hialin, dan sinovialis yang memproduksi cairan sinovium yang
berfungsi sebagai pelican dan member zat gizi.

Selain itu karena bentuk sendi yang datar ini memungkinkan gerakan pada
tiap segmen yang dominan, yaitu: thoraco lumbal yang merupakan perbatasan
antara T12-S1 dengan memiliki arah gerakan fleksi-ekstensi dan ada gerakan

19
rotasi sedikit pada kedua sisi. Sehingga karena struktur sendi ini memungkinkan
sering terjadi cidera pada daerah tersebut terutama segmen L5-S1. Selain itu ,
daerah ini sering terjadi penyimpangan bentuk L5-S1 atau dikenal sacralisasi
yaitu penyambungan tulang sacrum dengan lumbal ke-5. Pengaruh lain juga
karena perubahan posisi, seperti lordosis dan posisi flat dari lumbal. 5

Gambar 2.5 Facet joint

2.4.6 Innervasi
Persarafan mengikuti saraf segmental dimana disarafi oleh sinuvertebral nerve
segmen yang bersangkutan dan satu segmen atas, serta satu segmen bawahnya.
Saraf persegmen yang terdapat pada columna vertebralis terdiri dari saraf
sensorik, motorik, dan vegetative. Untuk semua sumber nyeri berhubungan
dengan system saraf. Pada lumbal bagian posterior terdapat foramen
intervertebral dan semua persarafan yang percabangannya terletak disana. Setiap
dorsal ramus berjalan menyilang dan dapat bercabang dua hingga tiga
percabangan. Sisi lateral percabangan berjalan hingga ke lateral lumbal dan
mensarafi otot erector spine hingga iliocostalis. Percabangan medial mensarafi
otot multifidus dan interspinosus ligament dan facet joint.

Bagian anterior terdapat korpus vertebra dan diskus intervertebralis juga


ligament. Persarafan bagian anterior mensarafi ligament longitudinal anterior,
sedangkan bagian posterior mensarafi ligament longitudinal posterior. Dari kedua
bagian itu anterior dan posterior pleksus banyak terdapat percabangan yang
masuk pada korpus dan diskus intervertebralis. Percabangan yang di diskus
hanya mensarafi bagian luar yaitu pada bagian annulus fibrosus dan tidak sampai
ke dalam. Untuk persarafan pada korpus tidak terlalu dalam hanya sampai pada
spongiosa. 5

Gambar 2.6 Inervasi vertebra

2.4.7 Otot
Spasme otot seringkali juga menyebabkan rasa nyeri akibat iskemia oleh
karena otot yang berkontraksi secara berkepanjangan yang dapat mengakibatkan
timbulnya sampah metabolik didalam otot, sedangkan pada saat itu juga dapat
terjadi vasokonstriksi, penimbunan sampah metabolik itu bertindak sebagai iritasi
yang mengakibatkan perasaan sakit yang umumnya dijumpai pada otot tegang
sehingga toleransi jaringan terhadap suatu regangan yang diterima menurun dan
lingkup gerak sendipun menurun. Otot-otot yang terkena pada spondyloarthrosis
lumbal seperti M. Obliquus externus abdominis, M. Obliquus internus, M.
Semispinalis, M.Quadratus lumborum, M. Multifidus, M. Erector spine, M.
Psoas Mayor 5

21
Gambar 2.7 Otot superfisial punggung
2.5 Patofisiologi

Diskus intervertebralis tersusun atas jaringan fibrokartilago yang berfungsi


sebagai shock absorber, menyebarkan gaya pada kolumna vertebralis dan juga
memungkinkan gerakan antar vertebra. Kandungan air diskus berkurang dengan
bertambahnya usia (dari 90% pada bayi sampai menjadi 70% pada orang usia lanjut).
Selain itu serabut-serabut menjadi kasar dan mengalami hialinisasi yang ikut
membantu terjadinya perubahan ke arah herniasi nukleus pulposus melalui anulus
dan menekan radiks saraf spinal. Pada umumnya hernia paling mungkin terjadi pada
bagian kolumna vertebralis dimana terjadi peralihan dari segmen yang lebih mobil ke
yang kurang mobil (perbatasan lumbosakral dan servikotolarak). 7,8
Dimulainya degenerasi diskus mempengaruhi mekanika sendi intervertebral, yang
dapat menyebabkan degenerasi lebih jauh. Selain degenerasi, gerakan repetitive, seperti
fleksi, ekstensi, lateral fleksi, rotasi, dan mengangkat beban dapat memberi tekanan abnormal
pada nukleus. Jika tekanan ini cukup besar sampai bisa melukai annulus, nucleus pulposus ini
berujung pada herniasi. Trauma akut dapat pula menyebabkan herniasi, seperti mengangkat
benda dengan cara yang salah dan jatuh. 7,8

Nukleus pulposus yang mengalami herniasi ini dapat menekan nervus di dalam
medulla spinalis jika menembus dinding diskus (annulus fibrosus); hal ini dapat
menyebabkan nyeri, rasa tebal, rasa keram, atau kelemahan. Rasa nyeri dari herniasi
ini dapat berupa nyeri mekanik, yang berasal dari diskus dan ligamen; inflamasi,
nyeri yang berasal dari nucleus pulposus yang ekstrusi menembus annulus dan kontak
dengan suplai darah; dan nyeri neurogenik, yang berasal dari penekanan pada
nervus.3
2.6 Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan klinis umum,


pemeriksaan neurologik dan pemeriksaan penunjang.5

22
2.6.1 Anamnesis

Dari anamnesis dapat ditanyakan hal yang berhubungan dengan nyerinya.


Pertanyaan itu berupa :5

a. Mula timbul nyeri: apakah didahului trauma atau aktivitas fisik, ataukah spontan.
b. Sifat nyeri: nyeri tajam, menusuk dan berdenyut sering bersumber dari sendi,
tulang dan ligamen; sedangkan pegal, biasanya berasal dari otot.
c. Lokasi nyeri: nyeri yang disertai penjalaran ke arah tungkai menunjukkan
keterlibatan radiks saraf.
d. Hal-hal yang meringankan atau memprovokasi nyeri: bila berkurang setelah
melakukan tirah baring mungkin HNP tetapi bila bertambah, mungkin disebabkan
tumor; bila berkurang setelah berjalan jalan mungkin tumor dalam kanalis
vertebralis; nyeri dan kaku waktu bangun pagi dan berkurang setelah melakukan
gerakan tubuh mungkin disebabkan spondilitis ankilopoetika; batuk, bersin dan
mengejan akan memprovokasi nyeri pada HNP.
e. Klaudikasio intermitens dibedakan atas jenis vaskuler dan neurogenik, jenis
neurogenik memperlihatkan pulsasi pembuluh darah perifer yang normal dan nyeri
berkembang menjadi parestesia dan kelumpuhan.
f. Adanya demam selama beberapa waktu terakhir menyokong adanya infeksi,
misalnya spondilitis.
g. Nyeri bersifat stasioner mungkin karena gangguan mekanik kronik; bila progresif
mungkin tumor.
h. Adakah gangguan fungsi miksi dan defekasi, fungsi genitalia, siklus haid,
penggunaan AKDR (IUD), fluor albus, atau jumlah anak.
i. Nyeri berpindah-pindah dan tidak wajar mungkin nyeri psikogenik.

2.6.2 Pemeriksaan Fisis

a. Posisi berdiri :5

 Perhatikan cara penderita berdiri dan sikap berdirinya.

 Perhatikan bagian belakang tubuh: adakah deformitas, gibus, skoliosis, lordosis


lumbal (normal, mendatar, atau hiperlordosis), pelvis yang miring tulang
panggul kanan dan kiri tidak sama tinggi, atrofi otot.

 Derajat gerakan (range of motion) dan spasme otot.


 Hipersensitif denervasi (piloereksi terhadap hawa dingin).

 Palpasi untuk mencari trigger zone, nodus miofasial, nyeri pada sendi
sakroiliaka, dan lain-lain.

 Perhatikan cara penderita berjalan/gaya jalannya.

b. Posisi duduk :5

 Perhatikan cara penderita duduk dan sikap duduknya.

 Perhatikan bagian belakang tubuhnya.

c. Posisi berbaring : 5

 Perhatikan cara penderita berbaring dan sikap berbaringnya.

 Pengukuran panjang ekstremitas inferior.

 Pemeriksaan abdomen, rektal, atau urogenital.

 Adanya nyeri (tenderness) pada kulit bisa menunjukkan adanya kemungkinan


suatu keadaan psikologis di bawahnya (psychological overlay).
 Kadang-kadang bisa ditentukan letak segmen yang menyebabkan nyeri dengan
menekan pada ruangan intervertebralis atau dengan jalan menggerakkan ke
kanan ke kiri prosesus spinosus sambil melihat respons pasien.
 Pada spondilolistesis yang berat dapat diraba adanya ketidak-rataan (step-off)
pada palpasi di tempat/level yang terkena.
 Penekanan dengan jari jempol pada prosesus spinalis dilakukan untuk mencari
adanya fraktur pada vertebra.
 Pemeriksaan fisik yang lain memfokuskan pada kelainan neurologis.
 Refleks yang menurun atau menghilang secara simetris tidak begitu berguna
pada diagnosis LBP dan juga tidak dapat dipakai untuk melokalisasi level
kelainan, kecuali pada sindroma kauda ekuina atau adanya neuropati yang
bersamaan.
 Refleks patella terutama menunjukkan adanya gangguan dari radiks L4 dan
kurang dari L2 dan L3. Refleks tumit predominan dari S1.
 Harus dicari pula refleks patologis seperti babinski, terutama bila ada
hiperefleksia yang menunjukkan adanya suatu gangguan upper motor neuron
(UMN).
 Dari pemeriksaan refleks ini dapat membedakan akan kelainan yang berupa
UMN atau LMN.

2.6.3 Pemeriksaan Neurologis

Untuk memastikan bahwa nyeri yang timbul termasuk dalam gangguan saraf.
Meliputi pemeriksaan sensoris, motorik dan refleks.5

a. Pemeriksaan sensoris; pada pemeriksaan sensoris ini apakah ada gangguan


sensoris, dengan mengetahui dermatom mana yang terkena akan dapat diketahui
radiks mana yang terganggu.
b. Pemeriksaan motorik; apakah ada tanda paresis, atropi otot.
c. Pemeriksaan refleks. Bila ada penurunan atau refleks tendon menghilang, misal
APR (Achilles Pess Reflex) menurun atau menghilang berarti menunjukkan
segmen S1 terganggu.

Gambar 2.8 Level Lokalisasi Neurologik

2.6.4 Pemeriksaan Khusus


Adapun tes yang dilakukan untuk menyingkirkan diagnosis HNP, yaitu : 9,10,11,12

a.
Pemeriksaan ROM (Range of Movements)
Pemeriksaan ini dapat dilakukan secara aktif oleh penderita sendiri maupun secara
pasif oleh pemeriksa. Pemeriksaan ROM ini memperkirakan derajat nyeri, fungsi
laesa atau untuk memeriksa ada/tidaknya penyebaran rasa nyeri.
b. Straight Leg Raise (Laseque) Test
Tes untuk mengetahui adanya nyeri pada nervus ischiadicus. Pasien tidur dalam
posisi supinasi dan pemeriksa memfleksikan panggul secara pasif, dengan lutut
dari tungkai terekstensi maksimal.Tes ini positif bila timbul rasa nyeri pada saat
mengangkat kaki dengan lurus, menandakan ada kompresi dari akar saraf lumbal.
c. Laseque Menyilang
Caranya sama dengan percobaan Laseque Test, tetapi disini secara otomatis timbul
pula rasa nyeri di tungkai yang tidak diangkat. Hal ini menunjukkan bahwa radiks
yang kontralateral juga turut tersangkut.
d. Tes Patrick dan Kontrapatrick
Tes Patrick, Tindakan pemeriksaan ini dilakukan untuk
membangkitkan nyeri di sendi panggul yang mengalami
gangguan. Pada iskialgia diskogenik test ini adalah negatif. Tes
Kontrapatrick Tindakan pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan
lokasi patologik di sendi sakroiliaka jika terasa nyeri di daerah bokong,
baik yang menjalar sepanjang tungkai maupun yang terbatas pada
daerah gluteal dan sakral saja.
e. Ankle Jerk Reflex
Dilakukan pengetukan pada Tendon Achilles. Jika tidak terjadi dorsofleksi pada
kaki, hal ini mengindikasikan adanya jebakan nervus di tingkat kolumna vertebra
L5-S1.
f. Knee Jerk Reflex
Dilakukan pengetukan pada tendon lutut. Jika tidak terjadi ekstensi pada lutut, hal
ini mengindikasikan adanya jebakan nervus di tingkat kolumna vertebra L2-L3-
L4.

2.7 Penatalaksanaan
2.7.1 Terapi Konservatif 13
a. Terapi Non Farmakologis
 Terapi Fisik Pasif
Terapi fisik pasif biasanya digunakan untuk mengurangi nyeri
punggung bawah akut, misalnya:
a. Kompres hangat/dingin
Kompres hangat/dingin ini merupakan modalitas yang mudah
dilakukan.Untuk mengurangi spasme otot dan inflamasi.Beberapa pasien
merasakan nyeri hilang pada pengkompresan hangat, sedangkan yang lain
pada pengkompresan dingin.
b. Unit TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulator)
Sebuah unit transcutaneous electrical nerve stimulator (TENS)
menggunakan stimulasi listrik untuk mengurangi sensasi nyeri punggung
bawah dengan mengganggu impuls nyeri yang dikirimkan ke otak
c. Ultrasound
Ultrasound merupakan suatu bentuk penghangatan di lapisan dalam
dengan menggunakan gelombang suara pada kulit yang menembus
sampai jaringan lunak dibawahnya.Ultrasound terutama berguna dalam
menghilangkan serangan nyeri akut dan dapat mendorong terjadinya
penyembuhan jaringan.

d. High frequency current( HFC CFM)

Arus kontinu elektromagnetik (CEM) berfrekuensi 27MHz dan panjang


gelombang 11,06 m, dapat memberikan efek lokal antara lain :

- Mempercepat resolusi inflamasi kronik


- Mengurangi nyeri
- Mengurangi spasme
- Meningkatkan ekstensibilitas jaringan fibrous
e. Bugnet Exercises

Bugnet exercises (terapi tahanan sikap) adalah metode pengobatan


berdasarkan kesanggupan dan kecenderungan manusia untuk
mempertahankan sikap badan melawan kekuatan dari luar. Kemampuan
mempertahankan sikap tubuh melibatkan aktivitas sensomotorik dan
mekanisme refleks sikap.Aktivitas motorik terapi ini bersifat umum yang
diikuti oleh fungsi sensorik untuk bereaksi mempertahankan sikap tubuh.
Tujuan terapi ini:
- Memelihara dan meningkatkan kualitas postur tubuh dan gerakan tubuh
- Mengoreksi sikap tubuh yang mengalami kelainan
- Memelihara dan meningkatkan kekuatan dan kemampuan fisik dan
psikis sehingga tidak mudah lelah melalui perbaikan sirkulasi darah dan
pernafasan.
- Mengurangi nyeri
Ada empat jenis latihan, seperti yang ditunjukkan gambar dibawah ini.

Gambar 2.9
Latihan A,
memperbaiki
postur yang salah
Pada latihan A, sejajarkan lutut dalam posisi terlentang, dan dalam posisi ini,
kencangkan otot abdomen, otot gluteus, dan hamstring (otot bisep femoris,
otot semitendinous, dan otot semimembraneous). Setelah mengencangkan
otot-otot dengan maksimal, relaksasi dan perhatikan untuk tidak mengangkat
punggung bawah. Latihan ini bertujuan untuk memperbaiki postur tubuh yang
tidak benar dengan mengurangi lordosis lumbar spinalis. Dengan kata lain,
ketika lordosis lumbal spinalis berlebihan, gayageser pada lumbar spinalis
meningkat, mengakibatkan stres yang lebih besar (beban) pada jaringan
posterior lumbal spinalis, yang akan menyebabkan low back pain. Selain itu,
jika otot-otot abdomen lemah atau ada faktor risiko obesitas, kelemahan
pelvis meningkat, sehingga lordosis berlebihan dari lumbal spinalis. Oleh
karena itu, penguatan otot-otot perut dapat mencegah peningkatan kelemahan
pelvis. 14
-
Gambar 2.10 Latihan B, penguatan otot-otot abdomen
Latihan B bertujuan untuk memperkuat otot-otot abdomen. Penguatan otot-
otot perut mengurangi lordosis lumbal spinalis, seperti yang disebutkan
sebelumnya, dan juga dapat meningkatkan tekanan abdominal, memberikan
stabilitas spinal dengan memberikan efek seperti menggunakan korset. Dalam
latihan ini, sendi lutut dan sendi pinggul harus membungkuk. Penguatan otot
abdomen tidak harus dengan mengangkat bagian atas tubuh ke posisi vertikal,
tetapi dapat hanya dengan mempertahankan bahu yang sedikit terangkat dari
tanah selama sekitar lima detik. 14

Gambar 2.11 Latihan C, peregangan regio lumbal


Latihan C, bertujuan untuk mencapai fleksibilitas jaringan lunak sekitar
lumbal spinalis dengan meregangkan bagian lumbar. Lordosis yang
berlebihan dari lumbal spinalis sering menyebabkan kontraktur otot
paravertebral serta menginduksi low back pain disebabkan oleh antefleksi
yang tiba-tiba dari tubuh. Peregangan ini penting untuk menghindari hal
tersebut. 14
Gambar 2.12 Latihan D, penguatan otot punggung
Latihan D, bertujuan untuk memperkuat otot punggung. Tempatkan bantal di
bawah daerah abdomen bawah untuk mengurangi lengkungan dari lumbal
spinalis. Dengan menggunakan bantal sebagai dasar pendukung, angkat
punggung ke atas. Tidak perlu ikut menggerakkan kepala dengan kuat, dan
jika bantal terlalu besar, lengkungan yang berlebihan dari lumbal spinalis
dapat terjadi. Rasa nyeri dari sendi facet dan jaringan posterior lumbal
spinalis juga dapat diinduksi. Jadi diperlukan kehati-hatian dalam melakukan
latihan ini. 14
Pilih dua atau tiga jenis latihan A hingga D, dan mulai dengan lima sampai
sepuluh kali pengulangan setiap latihan dengan frekuensi dua kali sehari (pagi
dan sore). Penting untuk meningkatkan secara bertahap jenis latihan dan
frekuensi sesuai kondisi pasien. Pada dasarnya, jika low back pain berat,
latihan di atas tidak harus dilakukan. 14

 Latihan Dan Modifikasi Gaya Hidup


Berat badan yang berlebihan harus diturunkan karena akan
memperberat tekanan ke punggung bawah. Program diet dan latihan penting
untuk mengurangi NPB pada pasein yang mempunyai berat badan
berlebihan.Direkomendasikan untuk memulai latihan ringan tanpa stres
secepat mungkin.Endurance exercise latihan aerobit yang memberi stres
minimal pada punggung seperti jalan, naik sepeda atau berenang dimulai
pada minggu kedua setelah awaitan NPB. Conditional exercise yang
bertujuan memperkuat otot punggung dimulai sesudah dua minggu karena
bila dimulai pada awal mungkin akan memperberat keluhan pasien. Latihan
memperkuat otot punggung dengan memakai alat tidak terbukti lebih efektif
daripada latihan tanpa alat.
b. Terapi Farmakologis 15,16
1) Analgetik dan NSAID ( Non Steroid Anti Inflamation Drug)
Obat ini diberikan dengan tujuan untuk mengurangi nyeri dan inflamasi
sehingga mempercepat kesembuhan. Contoh analgetik : paracetamol,
Aspirin Tramadol. NSAID : Ibuprofen, Natrium diklofenak, Etodolak,
Selekoksib.
2) Obat pelemas otot (muscle relaxant)
Bermanfaat bila penyebab NPB adalah spasme otot.Efek terapinya tidak
sekuat NSAID, seringkali di kombinasi denganNSAID.Sekitar 30%
memberikan efek samping mengantuk. Contoh Tinazidin, Esperidone dan
Carisoprodol.
3) Opioid
Obat ini terbukti tidak lebih efektif daripada analgetik biasa yang jauh
lebih aman.Pemakaian jangka panjang bisa menimbulkan toleransi dan
ketergantungan obat.

4) Kortikosteroid Oral
Pemakaian kortikosteroid oral masih kontroversi.Dipakai pada kasus
HNP yang berat dan mengurangi inflamasi jaringan.
5) Anelgetik Adjuvan
Terutama dipakai pada HNP kronis karena ada anggapan mekanisme
nyeri pada HNP sesuai dengan neuropatik.Contohnya : amitriptilin,
Karbamasepin, Gabapentin.
6) Suntikan Pada Titik Picu
Cara pengobatan ini dengan memberikan suntikan campuran anastesi
lokal dan kortikosteroid ke dalam jaringan lunak/otot pada titik picu
disekitar tulang punggung.Cara ini masih kontroversi. Obat yang dipakai
antara lain lidokain, lignokain, deksametason, metilprednisolon dan
triamsinolon.
2.7.2 Terapi Operatif 15,16
Indikasi terapi operatif adalah :
- Pasien mengalami HNP grade 3 atau 4.
- Tidak ada perbaikan lebih baik, masih ada gejala nyeri yang tersisa, atau ada gangguan
fungsional setelah terapi konservatif diberikan selama 6 sampai 12 minggu.
- Terjadinya rekurensi yang sering dari gejala yang dialami pasien menyebabkan
keterbatasan fungsional kepada pasien, meskipun terapi konservatif yang diberikan
tiap terjadinya rekurensi dapat menurunkan gejala dan memperbaiki fungsi dari pasien.
- Terapi yang diberikan kurang terarah dan berjalan dalam waktu lama.
Pilihan terapi operatif yang dapat diberikan adalah:
a. Distectomy
Pengambilan sebagian diskus intervertabralis.
b. Percutaneous Distectomy
Pengambilan sebagian diskus intervertabralis dengan menggunakan jarum
secara aspirasi.
c. Laminotomy/Laminectomy/Foraminotomy/Facetectomy
Melakukan dekompresi neuronal dengan mengambil beberapa bagian dari
vertebra baik parsial maupun total.
d. Spinal Fusion Dan Sacroiliac Joint Fusion:
Penggunaan graft pada vertebra sehingga terbentuk koneksi yang rigid diantara
vertebra sehingga terjadi stabilitas.

2.8 Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi dari HNP adalah nyeri punggung untuk jangka
waktu yang lama, kehilangan sensasi di tungkai yang diikuti penurunan fungsi
kandung kemih dan usus.Selain itu, kerusakan permanen pada akar saraf dan medula
spinalis dapat terjadi bersamaan dengan hilangnya fungsi motorik dan sensorik. Hal
ini dapat terjadi pada servikal stenosis dan spondilosis yang menekan medulla
spinalis dan pembuluh darah, sehingga dapat menimbulkan mielopati dengan spastik
paraplegia atau kuadriplegia. 17

2.9 Prognosis
Pada HNP servikalis 75% pasien akan pulih dengan penanganan terapi medis
yang memadai (10-14 hari), walaupun pada beberapa kasus berlanjut dengan
ketidaknyamanan dan parestesis ringan. Pada beberapa pasien, gejala radikular atau
mielopati kambuh setelah kembali beraktivitas penuh.Untuk 25% pasien yang tidak
respon terhadap terapi konservatif, dibutuhkan operasi.Perbaikan tampak pada sekitar
80% pasien yang melakukan terapi operatif pada diskus servikalis. Pada hernia diskus
lumbalis sekitar 10-20% kasus membutuhkan penangan terapi bedah dan 85% pasien
akan pulih sepenuhnya setelah penanganan bedah. 16

2.10 Pencegahan 16

1. Latihan Punggung Setiap Hari


 Berbaringlah terlentang pada lantai atau matras yang keras. Tekukan satu
lutut dan gerakkanlah menuju dada lalu tahan beberapa detik. Kemudian
lakukan lagi pada kaki yang lain. Lakukanlah beberapa kali.
 Berbaringlah terlentang dengan kedua kaki ditekuk lalu luruskanlah ke
lantai. Kencangkanlah perut dan bokong lalu tekanlah punggung ke lantai,
tahanlah beberapa detik kemudian relaks. Ulangi beberapa kali.
 Berbaring terlentang dengan kaki ditekuk dan telapak kaki berada flat di
lantai. Lakukan sit up parsial,dengan melipatkan tangan di tangan dan
mengangkat bahu setinggi 6 -12 inci dari lantai. Lakukan beberapa kali.

2. Berhati-Hatilah Saat Mengangkat


 Gerakanlah tubuh kepada barang yang akan diangkat sebelum
mengangkatnya.
 Tekukan lutut , bukan punggung, untuk mengangkat benda yang lebih
rendah
 Peganglah benda dekat perut dan dada
 Tekukan lagi kaki saat menurunkan benda
 Hindari memutarkan punggung saat mengangkat suatu benda
3. Lindungi Punggung Saat Duduk dan Berdiri
 Hindari duduk di kursi yang empuk dalam waktu lama
 Jika memerlukan waktu yang lama untuk duduk saat bekerja, pastikan
bahwa lutut sejajar dengan paha. Gunakan alat Bantu (seperti
ganjalan/bantalan kaki) jika memang diperlukan.
 Jika memang harus berdiri terlalu lama,letakkanlah salah satu kaki pada
bantalan kaki secara bergantian. Berjalanlah sejenak dan mengubah posisi
secara periodic.
 Tegakkanlah kursi mobil sehingga lutut daapt tertekuk dengan baik tidak
teregang.
 Gunakanlah bantal di punggung bila tidak cukup menyangga pada saat
duduk dikursi
4. Tetaplah Aktif dan Hidup Sehat
 Berjalanlah setiap hari dengan menggunakan pakaian yang nyaman dan
sepatu berhak rendah
 Makanlah makanan seimbang, diit rendah lemak dan banyak mengkonsumi
sayur dan buah untuk mencegah konstipasi.
 Tidurlah di kasur yang nyaman.
 Hubungilah petugas kesehatan bila nyeri memburuk atau terjadi trauma.

DAFTAR PUSTAKA

1. Lizier DT, Perez M, et. Al. 2012. Exercises for Treatment of Nonspecific Low
Back Pain. Revista Brasileira de Anestesiologia Vol. 62 No. 6 : Brazil.

2. Gutierrez, Mario. 2005. Understanding Low Back Pain: Breakthroughs and New
Advances in the Diagnosis and Treatment of Low Back Pain. iUniverse: New
England Journal of Medicine.

3. Foster, Mark R. 2014. Herniated Nucleus Pulposus. Medscape


4. Sudoyo, Aru et. al. 2006. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan UI.
5. Ganong, William F, Fisiologi Kedokteran , EGC.Edisi 22 Jakarta 2008
6. Swiontkowski, Marc F dan Steven D. Stovitz. 2012. Manual of Orthopaedics
Seventh Edition. Philadelphia: Wolters Kluwer
7. Wheeler, Anthony H. 2016. Low Back Pain and Sciatica. Medscape
8. Price, Sylvia A. Dan Lorraine M. Wilson. 2012. Patofisiologi: Konsep Klinis
Prose-Proses Penyakit Edisi 6. Jakarta : EGC
9. Saunder.B. W. Classification, diagnostic imaging, and imaging characterization
of a lumbar.Volume 38. 2000

10. Autio Reijo. MRI Of Herniated Nucleus Pulposus.Acta Universitatis Ouluensis


D Medica. 2006.

11. Meli Lucas,Suryami Antradi. Nyeri Punggung. Use Neurontin. 2003. Hal 133-
148
12. Rasad, Sjahriar. Radiologi Diagnostik. Jakarta. Balai Penerbit FK Universitas
Indonesia. Jakarta.2005. Hal 337

13. Dagenais S, Haldeman S.2012.Evidence-Based Management of Low Back Pain.


USA: Elsevier .
14. Taguchi, Toshihiko. Low Back Pain in Young and Middle-Aged People. JMAJ
46(10): 417–423, 2003

15. Archard G, Bull E. 2007. Simple Guide : Low Back Pain. Jakarta : Penerbit
Erlangga.
16. Samara,D. Lama Dan Sikap Duduk Sebagai Faktor Risiko Terjadinya Nyeri
Pinggang Bawah. Jurnal Kedokteran Trisakti 2004(23): 63-67.
17. Pinzon R.Profi l Klinis Pasien Nyeri Punggung Bawah Akibat Hernia
Nukleus Pulposus. 2012(39):749-751

Anda mungkin juga menyukai