Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH

MANAJEMEN FISIOTERAPI PADA GANGGUAN


FUNGSIONAL ELBOW JOINT AKIBAT GOLFERS ELBOW
DEXTRA

OLEH :

AMALIA.S,St,FT
NIP.19641018 1989 03 2003

1
BAB I

PENDAHULUAN

Golfer’s elbow syndrome adalah suatu keadaan nyeri pada siku bagian dalam, tepatnya pada

tendon otot flexor carpi radialis dan otot pronator teres, yang disebabkan karena gerakan flexi

pergelangan tangan dan pronasi siku hentak dan berulang kali. Keadaan ini semakin nyeri bila

dipakai beraktifitas flexi pergelangan tangan disertai pronasi, seperti pada gerakan

menggenggam atau memegang atau saat posisi tendon tersebut terulur.

Nyeri pada sendi siku bagian dalan ini cukup mengganggu, karena gerakan sendi ini komplek

dan didukung oleh beberapa sendi,

Penyebab cidera tendon otot ini karena adanya trauma hentak maupun berulang sehingga

terjadi tendonitis yaitu peradangan atau iritasi pada tendon, dimana terjadi jaringan fibrous antara

otot dan tulang. Tendon adalah jaringan penyambung kuat yang merupakan ujung otot dan

menempel pada tulang. Tendon dibentuk oleh serabut-serabut reticular dari substansia intrasel

yang terdiri dari serbut kolagen yang mengandung fibril yang menjadi satu ikatan oleh substansia

semen yang amorf.

Tendonitis merupakan akumulasi kerobekan-kerobekan kecil tendon, dimana gejala dan

keluhan yang sedikit-dikit tapi pasti, dan semakin hari semakin buruk, sehingga terjadi gangguan

gerak dan fungsi otot.Ciri khas tendonitis yang muncul antara lain :

Bengkak local pada sendi,Ada tanda-tanda peradangan pada permukaan kulit baik lihat maupun

disentuh, Nyeri muncul bila tendon mendapat tekanan (kontraksi maupun terulur),

Keluhan pada sendi siku bagian dalam, bukan hanya pada golfer’s elbow syndrome saja, tapi ada

keluhan lain yang letaknya sama namun beda gejala dan penangganannya. Kondisi lain yang

letaknya sama dengan golfer’s elbow syndrome, yaitu :

2
· Sprain pada ligament kolateral ulna (= Ulnar Collateral Ligament)

· Saraf ulna yang terjepit (=Ulnar Nerve Entrapment)

Peradangan terjadi kerena ada kerobekan dan/atau adanya cidera pada jaringan, sehingga

terjadi respon fisiologis berupa :

Gangguan sistim sirkulasi, dimana terjadi fase vasokontriksi pada menit ke 5-10 pada daerah

cidera, fase vasodilatasi pada cidera karena adanya kerobekan membrane sel maupun pembuluh

darah, sehingga terjadi peningkatan suplai darah sebagai reaksi dalam transportasi untuk

pembentukan fibrinogen dan transportasi sel darah putih sebagai reaksi antibodi tubuh,

Terjadi reaksi kimia atau disebut juga chemotaxis, dimana akibat cidera maka permeabilitas

membrane pembuluh darah terbuka/melebar sehingga bradykinin dan histamine ada pada daerah

interstitial menimbulkan impuls nyeri, sebagai alarm tubuh karena ada ketidak-beresan pada

jaringan, ditambah lagi adanya produksi sel darah putih yang melakukan fagositas dan regenerasi

sel, (Protaglandin, leukotrienes dan thromboxanes),

Masa dimana sel yang mengalami gangguan sistim, secara fisiologis berusaha untuk melakukan

regenerasi.

Penyebab golfer’s elbow syndrome disebabkan oleh beberapa aktifitas dan factor lain, di

antaranya adalah :

Mikro trauma berulang akibat gerak flexi pergelangan tangan dan/atau pronasi siku, sehingga

mengakibatkan kerobekan (rupture) tendon otot flexor carpi radialis dan/atau pronator teres,

Strain otot flexor carpi radialis dan pronator teres, Trauma langsung pada sendi siku bagian

dalam, Degenerasi jaringan tendon karena trauma kecil yang berulang

Inflamasi kronis pada tendon otot carpi radialis dan pronator teres.

Mekanisme penurunan nyeri pada golfer’s elbow syndrome dengan menggunakan modalitas

3
ultrasound bertujuan untuk memutus proses inflamasi pada tendon otot, sebab adanya inflamasi

terjadi nyeri stress dan produksi zat-zat iritan.

Arus yang dipilih adalah arus pulsa dengan tujuan untuk mengutamakan efek non thermal

ultrasound untuk memutus siklus inflamasi dengan mengharapkan efek perpaduan antara cavitasi

dan acoustic streaming (=radiasi) agar dapat diperoleh penarikan keluar sel mast dari

macrophage dan calsium sehingga terjadi hiperemia kapiler dan meningkatkan aliran limfe

sehingga terjadi penurunan ambang nyeri. Dan adanya efek microstreaming yang meng-iritasi

serabut saraf ber-myelin, sehingga terjadi post excitatory depression pada saraf ortosimpatis agar

terjadi relaksasi otot dan vasodilatasi pembuluh darah.

Karena tujuan utama untuk menurunkan nyeri, tapi tak terelakkan pula untuk tujuan regenerasi

jaringan/ tendon yang cidera, maka efek refleksi gelombang yaitu kompresi dan rarefraksi

jaringan yang menimbulkan micromassage, tetap terjadi agar dapat diperoleh proses pemulihan

kembali.

Demikian juga adanya ossilasi partikel pada tranduser yang dikenakan pada kulit/jaringan,

maka sel-sel juga mengalami gerak ossilasi sehingga terjadi efek panas yang dapat meningkatkan

vasodilatasi. Diharapkan adanya peningkatan suplai makanan, O2 dan percepatan sekresi zat

iritan, akan mempercepat proses perbaikan fibrilasi jaringan, pembuluh darah dan perbaikan sel

penyangga jaringan.

Mekanisme pengurangan nyeri golfer’s elbow syndrome dengan menggunakan coupling

aquasono gel, murni mengandalkan efek-efek yang dihasilkan ultrasound therapy. Sedangkan

dengan coupling diclofenac, mengharapkan perpaduan diclofenac yang mengandung analgesic,

anti inflamasi dan anti pyritik mampu dihantarkan dan berkolaborasi dengan efek-efek

4
ultrasound, dalam mempercepat penurunan nyeri dan tercapai pula pemulihan jaringan yang

cidera

Men sana in corpore sano, dalam tubuh yang kuat terdapat jiwa yang sehat. Mengandung

arti bahwa untuk membentuk mental yang sehat dibutuhkan kondisi fisik atau raga yang kuat.

Untuk mewujudkan kondisi tersebut tidaklah mudah, seseorang haruslah melakukan pola hidup

sehat, salah satunya dengan cara berolahraga.

“Olahraga adalah aktifitas fisik yang memiliki tujuan tertentu dan dilakukan dengan

aturan-aturan tertentu secara sistimatis seperti adanya aturan waktu, target denyut nadi, jumlah

pengulangan gerakan dan lain-lain dilakukan dengan mengandung unsur rekreasi serta memiliki

tujuan khusus tertentu (Fisioterapi Olahraga, 2012).`

Memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat adalah slogan pemerintah

yang dicanangkan dalam usahanya untuk menyehatkan sekaligus memicu dan meningkatkan

prestasi olahraga di Indonesia. Daya pikir, kreativitas, dan inovasi bangsa akan terpacu bilamana

prestasi olahraga kita juga tinggi. Prestasi olahraga kita diajang persaingan antar bangsa saat ini

memang tidak terlalu menggembirakan. Hal ini disebabkan banyak faktor diantaranya kurang

tersedianya sarana dan prasarana olahraga dan kesehatan yang memadai bagi atlit. Selain itu

beberapa faktor penentu pencapaian physical performance dalam olahraga pun harus memadai

dan seimbang dimiliki oleh atlit demi tercapainya peningkatan prestasi, faktor-faktor tersebut

diantaranya adalah kekuatan otot, power, daya tahan, kelenturan, kelincahan, dan keseimbangan.

Namun di Indonesia faktor-faktor tersebut masih kurang dimiliki bagi sebagian atlit. “Kekuatan

otot merupakan salah satu faktor selain power dan daya koordinasi yang mempengaruhi

kecepatan bergerak atlit sehingga akurasi dapat tercapai, karena semakin tinggi kekuatan otot

dan power, kecepatan bergerak dan akurasi semakin meningkat (David, 1992)

5
Cedera olahraga merupakan faktor utama yang mempengaruhi penurunan prestasi para

atlit Indonesia pada saat melakukan aktifitas olahraga. Tidak ada yang paling ditakuti oleh para

atlit kecuali cedera, persiapan berbulan-bulan menjadi sia-sia jika cedera muncul menjelang dan

disaat pertandingan. Cedera juga bisa membunuh karir seorang atlit dimana banyak atlit yang

akhirnya mundur akibat cedera. Aktivitas atlit dalam berolahraga merupakan aktivitas yang

berkaitan dengan beban lebih atau overload. Besarnya beban yang terjadi saat olahraga tersebut

dapat memperbesar resiko cedera olahraga (Martin, 1990).

Dengan demikian Golfres elbow merupakan suatu kondisi yang sangat kompleks

sehingga dapat menghambat seseorang dalam melakukan aktivitasnya dan perlu dilakukan

penanganan secara tepat, efektif dan efisien agar dapat mengembalikan kemampuan gerak

fungsional. Oleh karena itu, fisioterapi sebagai tenaga kesehatan yang berkompeten dan

profesional dalam memaksimalkan potensi gerak dan fungsi seseorang yang berhubungan

dengan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, harus mampu memilih dan mengidentifikasi

patologi yang terjadi, sesuai dengan gangguan gerak neuromusculo- sceletal-vegetative-

mechanism (NMSVM) dan target jaringan spesifik, dengan melakukan pemeriksaan spesifik yang

tepat dan menerapkan jenis treatmen sesuai dengan patologi yang terjadi. Sehingga peran

fisioterapi yang bermanfaat untuk memulihkan, memelihara, dan meningkatkan kemampuan

gerak fungsional individu pun dapat terwujud.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI ELBOW

Daerah siku tediri dari tiga persendian utama yaitu humero ulnar joint, humero radial

joint, dan proximal radio ulnar joint yang di inervasi oleh nerve radialis yang berada disisi

lateral, nerve ulnaris disisi medial dan nerve medianus disisi tengah siku. Selain itu pada siku

juga terdapat ligamen yang berfungsi sebagai stabilisasi pasif yaitu ligamen collateral lateral,

ligament collateral medial, ligamen anulare dan otot yang berfungsi sebagai stabilisai aktif yaitu

m. biceps brachii, m. brachialis, m. brachioradialis, m. triceps brachii, m. pronator teres, m.

ekstensor carpi radialis longus, m. ekstensor carpi radialis brevis, m. ekstensor carpi ulnaris, m.

ekstensor digitorum komunis, m. fleksor carpi radialis. Karena penggunaannya yang terlalu

berlebihan dan berulang-ulang terkadang penggunaan siku tidak terkontrol dan tidak menutup

kemungkinan akan timbul cedera. Cedera dapat terjadi karena fungsi sendi siku sebagai

penggerak dan stabilisasi (Jowir, 2012).

Gambar 1.

Tulang Elbow

7
B. CEDERA OLARAGA

Cedera olahraga yang dimaksud ialah segala macam cedera yang timbul, baik pada

waktu berlatih, saat pertandingan maupun sesudah pertandingan. Berdasarkan mekanisme

kejadiannya cedera olahraga secara umum dapat diklasifikasikan kedalam dua kelompok yaitu

traumatic injury dan repetitive injury. Traumatic injury merupakan cedera yang diketahui

bagaimana mekanisme kejadiannya dimana terkait dengan trauma langsung misalnya

benturan (contusion), patah (fracture), sprain dan lain-lain. Sedangkan repetitive injury

adalah cedera tidak langsung dan berulang yang tidak diketahui bagaimana kejadiannya

dimana identik dengan penggunaan yang berlebihan (overuse) (Gardener, 2000).

Terjadinya cedera olahraga dapat disebabkan karena metode latihan yang salah,

kelainan struktural yang menekan bagian tubuh tertentu lebih banyak dari pada bagian tubuh

lainnya dan adanya kelemahan pada otot, tendon dan ligamen. Umumnya cedera yang tejadi

disebabkan oleh penggunaan jangka panjang, dimana terjadi pergerakan berulang sehingga

menekan jaringan yang peka. Saat aktivitas tersebut, resiko cedera bisa terjadi pada semua

jenis olahraga, tidak terkecuali pada olahraga tenis yang umumnya terjadi pada daerah siku

(Gardener, 2000).

C. PATOFISIOLOGI DAN CEDERA OLARAGA

Cedera olahraga adalah cedera pada sistem integumen, otot dan rangka tubuh yang

disebabkan oleh kegiatan olah raga. Seorang pelatih dan atlet perlu memiliki pengetahuan

tentang jenis cedera, penyebab cedera, pencegahan cedera dan prinsip penanganan cedera agar

dapat melakukan penanganan awal dan proses pengawasan cedera olahraga (Milan, 1994).

Secara umum patofisiologi terjadinya cedera berawal dari ketika sel mengalami

kerusakan, sel akan mengeluarkan mediator kimia yang merangsang terjadinya peradangan.

8
Mediator tadi antara lain berupa histamin, bradikinin, prostaglandin dan leukotrien. Mediator

kimiawi tersebut dapat menimbulkan vasodilatasi pembuluh darah serta penarikan populasi

sel sel kekebalan pada lokasi cedera. Secara fisiologis respon tubuh tersebut dikenal sebagai

proses peradangan. Proses peradangan ini kemudian berangsur-angsur akan menurun sejalan

dengan terjadinya regenerasi proses kerusakan sel atau jaringan tersebut (Milan, 1994)..

D. GEJALA CEDERA OLARAGA

Tanda akut cedera olahraga yang umumnya terjadi adalah tanda respon peradangan

tubuh berupa tumor (pembengkakaan), kalor (peningkatan suhu), rubor (warna merah), dolor

(nyeri) dan functio leissa (penurunan fungsi). Nyeri pertama kali muncul sesaat ketika serat-

serat otot atau tendon mulai mengalami kerusakan yang kemudian terjadi iritasi syaraf.

Apabila tanda peradangan awal cukup hebat, biasanya rasa nyeri masih dirasakan sampai

beberapa hari setelah onset cedera. Kelemahan fungsi berupa penurunan kekuatan dan

keterbatasan jangkauan gerak juga sering dijumpai (Milan, 1994)..

E. DEFENISI GOLFRES ELBOW

1. Golfers Elbow

Golfer’s elbow syndrome adalah suatu keadaan nyeri pada siku bagian dalam,

tepatnya pada tendon otot flexor carpi radialis dan otot pronator teres, yang disebabkan

karena gerakan flexi pergelangan tangan dan pronasi siku hentak dan berulang kali.

Keadaan ini semakin nyeri bila dipakai beraktifitas flexi pergelangan tangan disertai

pronasi, seperti pada gerakan menggenggam atau memegang atau saat posisi tendon

tersebut terulur. Nyeri pada sendi siku bagian dalan ini cukup mengganggu, karena

gerakan sendi ini komplek dan didukung oleh beberapa sendi (Jowir, 2012)

9
Gambar 2. Golfres Elbow

2. Etiologi

Cidera tendon otot ini karena adanya trauma hentak maupun berulang sehingga terjadi

tendonitis yaitu peradangan atau iritasi pada tendon, dimana terjadi jaringan fibrous antara

otot dan tulang. Tendon adalah jaringan penyambung kuat yang merupakan ujung otot dan

menempel pada tulang. Tendon dibentuk oleh serabut-serabut reticular dari substansia

intrasel yang terdiri dari serbut kolagen yang mengandung fibril yang menjadi satu ikatan

oleh substansia (Febriani, 2013).

Tendonitis merupakan akumulasi kerobekan-kerobekan kecil tendon, dimana gejala

dan keluhan yang sedikit-dikit tapi pasti, dan semakin hari semakin buruk, sehingga terjadi

gangguan gerak dan fungsi otot (Febriani, 2013).

Penyebab lain (Febriani, 2013). :

a. Strain otot flexor carpi radialis dan pronator teres,

b. Trauma langsung pada sendi siku bagian dalam,

c. Degenerasi jaringan tendon karena trauma kecil yang berulang

10
d. Inflamasi kronis pada tendon otot carpi radialis dan pronator teres.

3. Tanda dan Gejala (Febriani, 2013)

a. Nyeri pada tulang yang letaknya agak didalam pada sendi siku.

b. Kelemahan pada otot-otot pergelangan tangan.

c. Nyeri pada siku bagian dalam ketika menggenggam sesuatu yang keras

d. Nyeri pada saat. dilakukan fleksi dengan diberikan tahanan

e. Nyeri saat pronasi denga

Peradangan terjadi kerena ada kerobekan dan/atau adanya cidera pada jaringan,

sehingga terjadi respon fisiologis berupa (Febriani, 2013):

a. Gangguan sistem sirkulasi

b. Fase vasokontriksi pada menit ke 5-10 pada daerah cidera

c. Fase vasodilatasi pada cidera karena adanya kerobekan membrane sel maupun

pembuluh darah, sehingga terjadi peningkatan suplai darah sebagai reaksi dalam

transportasi untuk pembentukan fibrinogen dan transportasi sel darah putih sebagai

reaksi antibodi tubuh,

d. Terjadi reaksi kimia atau disebut juga chemotaxis, dimana akibat cidera maka

permeabilitas membrane pembuluh darah terbuka/melebar sehingga bradykinin dan

histamine ada pada daerah interstitial menimbulkan impuls nyeri, sebagai alarm tubuh

karena ada ketidak-beresan pada jaringan, ditambah lagi adanya produksi sel darah

putih yang melakukan fagositas dan regenerasi sel, (Protaglandin, leukotrienes dan

thromboxanes),

e. Masa dimana sel yang mengalami gangguan sistim, secara fisiologis berusaha untuk

melakukan regenerasi.

11
4. Penyebab

Penyebab golfer’s elbow syndrome disebabkan oleh beberapa aktifitas dan factor lain,

di antaranya adalah (Jowir, 2012) :

a. Mikro trauma berulang akibat gerak flexi pergelangan tangan dan/atau pronasi siku,

sehingga mengakibatkan kerobekan (rupture) tendon otot flexor carpi radialis dan/atau

pronator teres,

b. Strain otot flexor carpi radialis dan pronator teres,

c. Trauma langsung pada sendi siku bagian dalam,

d. Degenerasi jaringan tendon karena trauma kecil yang berulang

e. Inflamasi kronis pada tendon otot carpi radialis dan pronator teres.

Penyebab cidera tendon otot ini karena adanya trauma hentak maupun berulang

sehingga terjadi tendonitis yaitu peradangan atau iritasi pada tendon, dimana terjadi

jaringan fibrous antara otot dan tulang. Tendon adalah jaringan penyambung kuat yang

merupakan ujung otot dan menempel pada tulang. Tendon dibentuk oleh serabut-serabut

reticular dari substansia intrasel yang terdiri dari serbut kolagen yang mengandung fibril

yang menjadi satu ikatan oleh substansia semen yang amorf.Tendonitis merupakan

akumulasi kerobekan-kerobekan kecil tendon, dimana gejala dan keluhan yang sedikit-

dikit tapi pasti, dan semakin hari semakin buruk, sehingga terjadi gangguan gerak dan

fungsi otot (Febriani, 2012).

Mekanisme penurunan nyeri pada golfer’s elbow syndrome dengan menggunakan

modalitas ultrasound bertujuan untuk memutus proses inflamasi pada tendon otot, sebab

adanya inflamasi terjadi nyeri stress dan produksi zat-zat iritan (Febriani, 2012).

12
Arus yang dipilih adalah arus pulsa dengan tujuan untuk mengutamakan efek non

thermal ultrasound untuk memutus siklus inflamasi dengan mengharapkan efek

perpaduan antara cavitasi dan acoustic streaming (=radiasi) agar dapat diperoleh

penarikan keluar sel mast dari macrophage dan calsium sehingga terjadi hiperemia

kapiler dan meningkatkan aliran limfe sehingga terjadi penurunan ambang nyeri. Dan

adanya efek microstreaming yang meng-iritasi serabut saraf ber-myelin, sehingga terjadi

post excitatory depression pada saraf ortosimpatis agar terjadi relaksasi otot dan

vasodilatasi pembuluh darah (Febriani, 2012).

Karena tujuan utama untuk menurunkan nyeri, tapi tak terelakkan pula untuk tujuan

regenerasi jaringan/ tendon yang cidera, maka efek refleksi gelombang yaitu kompresi

dan rarefraksi jaringan yang menimbulkan micromassage, tetap terjadi agar dapat

diperoleh proses pemulihan kembali (Febriani, 2012).

5. Mekanisme penurunan nyeri pada golfer’s elbow syndrome.

Golfer’s elbow syndrome dengan menggunakan modalitas ultrasound bertujuan

untuk memutus proses inflamasi pada tendon otot, sebab adanya inflamasi terjadi nyeri

stress dan produksi zat-zat iritan. Arus yang dipilih adalah arus pulsa dengan tujuan untuk

mengutamakan efek non thermal ultrasound untuk memutus siklus inflamasi dengan

mengharapkan efek perpaduan antara cavitasi dan acoustic streaming (=radiasi) agar

dapat diperoleh penarikan keluar sel mast dari macrophage dan calsium sehingga terjadi

hiperemia kapiler dan meningkatkan aliran limfe sehingga terjadi penurunan ambang

nyeri. Dan adanya efek microstreaming yang meng-iritasi serabut saraf ber-myelin,

sehingga terjadi post excitatory depression pada saraf ortosimpatis agar terjadi relaksasi

otot dan vasodilatasi pembuluh darah. Karena tujuan utama untuk menurunkan nyeri, tapi

13
tak terelakkan pula untuk tujuan regenerasi jaringan/ tendon yang cidera, maka efek

refleksi gelombang yaitu kompresi dan rarefraksi jaringan yang menimbulkan

micromassage, tetap terjadi agar dapat diperoleh proses pemulihan kembali (Febriani,

2012).

14
F. PEMERIKSAAN SPESIFIK REGIO ELBOW (Aras, 2013)

1. Palpasi

a. Bonny palpation

Titik referensi epycondylus lateralis-medialis, olecranon, capitulum radii.

b. Joint palpation

Humeroulnar; humeroradial dan radioulnar joint

c. Muscle palpation

M. Extensor carpiradialis longus, M. Extensor carpiradialis brevis tendoperiosteal, M.

Extensor carpiradialis brevis tendomuscular, M. Extensor carpiradialis brevis muscle

belly, Common wrist flexor ms.

2. Tes Instabilitas Ligament

Stabilisasi lengan pasien didaerah elbow oleh tangan pemeriksa, sedang tangan

lainnya diletakkan diatas wrist pasien, selanjutnya pasien memfleksikan elbownya

sekitar 200-300 untuk memeriksa ligament collateral lateral berikan penekanan

kearah adduksi /varus dan penekanan kearah abduksi/valgus untuk memeriksa ligament

collateral medial, penekanan ditingkatkan dan perhatikan ada tidak perubahan nyeri atau

ROM.

3. Test Tinel (Tanda Tinel pada Elbow)

Tempat dari nervus ulnaris didalam celah antara processusu olecranon dan

epicondylus medial. Apabila terdapat neuroma atau entrapment neuritis di sulkus

n.ulnaris maka penekanan pada n. ulnaris ditemapat tersebut (sulkus n. ulnaris) akan

menimbulkan nyeri yang dirasakan berpangkal pada tempat penekanqn dan menjalar

sepanjang perjalanan n. ulnaris.

15
4. Tennis Elbow Test (Metode I)

Stabilisasi dengan ibu jari pemeriksa, selanjutnya pasien diminta

untuk melakukan gerakan pronasi lengan bawah, radial deviasi dan ekstensi

Wrist sementara itu pemeriksa memberikan resisiten terhadap gerakan tersebut,

tanda positif indikasi tiba-tiba timbul nyeri yang hebat di area epicondondylus

leteral humeri. Epicondilus dapat juga dapat dipalpasi untuk menentukan tempat nyeri.

Test ini dikenal dengan nama Cozen’s test.

5. Tennis Elbow Test (Metode II)

Sambil mempalpasi epicondilus lateral pemeriksa mempronasikan lengan

bawah pasien disertai fleksi Wrist dan ekstensi elbow. Jika tes ini positif indikasi

timbul nyeri diatas epicondylus medial humeri.

6. Medial Epicondylistis Test (Golfer’s Elbow)

Pemeriksa mempapasi epicondylus medial pasien selanjutnya pemeriksa

menggerakan lengan poasien kearah supinasi lengan bawah disertai ekstensi elbow dan

wrist joint, tanda positif indikasi timbul nyeri diatas epicondylus medial humeri.

7. Fleksi Elbow Test

Minta pasien untuk fleksi Elbow maksimal dan pertahankan posisi tersebut sampai 5

menit, tanda pisitif indikasi adanya rasa krtam atau paresthesia sepanjang distribusi

syaraf ulnar dilengan bawah dan tangan. Tes ini membantu untuk mengetahui adanya

cubital tunnel syndrom

8. Joint Play Movement

a. Humerol Ulnar Joint

Traction: ulnae 450 dorsodistal

16
Translation: ulnae 450 ventroproximal

b. Humero Radial Joint

Traction: Radius kedistal

Translation: Flexi radius ke ventral; Extensi radius kedorsal

c. Proximal Radio Ulnar Joint

Translation: Pron caput radii kedorsal; Supin keventral

G. DIAGNOSTIK

Pemeriksaan diagnostik dilakukan untuk melengkapi informasi yang diperoleh dari

anamnesis (wawancara dengan penderita) serta pemeriksaan fisik. Pemeriksaan diagnostik

yang dilakukan dapat berupa CT scan MRI, artroskopi, elektromyografi dan foto rontgen

(Milan, 1994).

Penanganan cedera tergantung pada jenis cedera dan tahap peradangan yang terjadi.

Ketepatan diagnosis jenis cedera beserta tahap proses peradangan yang terjadi (akut, sub akut

maupun kronis) merupakan hal yang sangat berpengaruh pada keberhasilan terapi (Febriani,

2013).

H. PERAN DOKTER DAN FISIOTERAPI (Milan, 1994)

1. Mengaplikasikan ultrasound

2. Memberikan obat anti peradangan

3. Penggunaan manual terapi dengan massage

4. Istirahat adah komponen terpenting untuk recovery pada cidera ini. Proses recovery yang

cepat bisa berlangsung selama 2 minggu tapi anda akan merasakan dampak nyeri tersebut

yang agak relatif lama. Jika nyeri yang timbul intensitasnya rendah atau berkurang anda

17
bisa melakukan program rehabilitasi dan penguatan otot-otot sendi siku dan mengikuti

aturan main yang benar untuk menghindari cedera untuk yang kedua kalinya.

5. Ketika bermain pergunakan teknik yang benar

6. Anjuran untuk memakaian brace jika otot lemah dan nyeri.

18
BAB III

LAPORAN KASUS

A. PENGUMPULAN DATA IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. AR

Umur : 28 tahun

Jenis Kelamin : Laki - Laki

Alamat : Makassar

Pekerjaan : Atlit Anggar

Diagnosa : Golfers elbow

B. PHYSIOTHERAPY ASSESSMENT (CHARTS)

1. Chief of Complain

Nyeri dan oedem pada siku kanan.

2. History

RPS : Nyeri dirasakan beberapa hari yang lalu saat mengangkat benda yang berat

dalam posisi memikul.awalnya pasien merasa nyerinya tidak terlalu.namun

beberapa hari kemudian setelah berlatih anggar, nyerinya semakin meningkat

terutama dalam keadaan mengangkat anggarnya.Pasien mengatakan nyeri

meningkat ketika digerakkan dan nyeri berkurang ketika istirahat.

Sebelumnya pasien belum pernah menjalani pengobatan dan ini kali

pertamanya pasien berobat ke fisioterapi

P. radiologi : tidak ada

P. Laboratorium:tidak ada

19
RPD : HT (-), DM (-), Kolesterol (-), Peny. Jantung (-)

3. Asimetris

a. Pemeriksaan Umum

Kesadaran : Normal dan kooperatif

Tekanan Darah : 110/80 mmHg

Nadi : 78 x/ menit

Pernapasan : 18 x/menit

Temperatur : 36,60C

b. Observasi

1) Statis

a) Deformitas (-)

b) Pasien terlihat cemas dan meringis kesakitan

2) Dinamis

a) Tampak penderita tidak mampu menggerakkan sikunya.

b) Pola napas : normal

3) Tes Orientasi

a) Pasien diminta mengambil benda dengan tangan kanan.

Hasil : Pasien mengeluh nyeri

IP : ada nyeri gerak

4) Palpasi

a) Odem :(-)

b) Suhu : Suhu normal pada elbow dextra.

c) Nyeri tekan : terdapat nyeri tekan pada daerah elbow dextra bagian medial

20
c. PFD (Butterworth, 2003) (Kisner, 1996)

Aktif Pasif TIMT


Sendi Move
Dx Sin Dx Sin Dx Sin

DBN,
Mampu
nyeri & DB Normal
Fleksi disertai Mampu Normal
soft N & Nyeri
Nyeri
endfeel

DBN &
DB
Ekstensi Mampu Mampu Hardendfe Normal Normal
N
el

DBN,
Mampu
nyeri & DB Normal
Elbow pronasi disertai Mampu Normal
soft N & nyeri
Nyeri
endfeel

DBN &

softendfee DB
supinasi Mampu Mampu Normal Normal
l N

DBN,
Mampu
nyeri & DB Normal
Wrist Flexi disertai Mampu Normal
soft N & Nyeri
Nyeri
endfeel

21
DBN &
DB
Extensi Mampu Mampu Hardendfe Normal Normal
N
el

DBN,
Mampu
Ulnar nyeri & DB Normal
disertai Mampu Normal
Deviasi hardendfe N & Nyeri
Nyeri
el

DBN &
Radial DB
Mampu Mampu Hardendfe Normal Normal
Deviasi N
el

4. Restrictive (Keterbatasan)

a) ROM : Dalam Batas Normal

b) ADL : Pasien mengalami gangguan ADL dressing, eating

c) Pekerjaan dan rekreasi : Semenjak sakit pasien merasa terganggu terutama untuk

latihan .

5. Tissue Impairment and phyycogen predictive

a) Myotendinogen : tendinitis fleksor carpi radialis dan pronator teres

b) Psikogen : rasa cemas

6. Spesifik Test

a. VAS:

0 10

22
Kriteria penilaian (Rumus Bourjone):

1 : tidak nyeri

2-3 : nyeri ringan

4-6 : nyeri sedang

7-9 : nyeri berat

10 : nyeri sangat berat

Hasil :

1) Tekan :7 (IP:nyeri berat)

2) Statis : 4 (IP:nyeri sedang)

3) Dinamis :8,5 (IP:nyeri kuat)

b. Test pitting Oedem (Fenderson, 2001)

Skor Kriteria Penilaian

Pitting ringan, indentasi sedikit, pemeriksaan hanya


1+
sedikit yang dirasakan

Pitting sedang, indentasi kurang dari 5 mm yang


2+
menghilang dengan cepat

Pitting dalam, indentasi 5-10 mm yang menetap


3+
sejenak, ekstremitas jelas terlihat membengkak

Pitting sangat dalam, indentasi lebih dari 10 mm

4+ yang berlangsung lama, ekstremitas tampak sangat

membengkak

Hasil : 2+

23
IP : Pitting sedang, indentasi kurang dari 5mm yang menghilang dengan cepat.

c. Hamilton Test

NO KRITERIA TINGKATAN SKOR

1 Keadaan perasaan sedih 0 = tidak ada

(sedih,putus asa,tak 1 = Perasaan ini ada hanya bila

berdaya,tak berguna) ditanya; 1

2 = perasaan ini dinyatakan secara

verbal spontan;

3 = perasaan yang nyata tanpa

komunikasi verbal, misalnya

ekspresi muka, bentuk, suara, dan

kecenderungan menangis;

4 = pasien menyatakan perasaan

yang sesungguhnya ini dalam

komunikasi baik verbal maupun

nonverbal secara spontan.

2 Perasaan bersalah 0 = tidak ada

1 = Menyalahkan diri sendiri dan

merasa sebagai penyebab

penderitaan orang lain; 0

2 = ada ide-ide bersalah atau

renungan tentang kesalahan-

kesalahan masa lalu;

24
3 = sakit ini sebagai hukuman,

waham bersalah dan berdosa;

4 = ada suara-suara kejaran atau

tuduhan dan halusinasi penglihatan

tentang hal-hal yang mengancamnya

3 Bunuh diri 0 = tidak ada

1 = merasa hidup tak ada gunanya, 0

2 = mengharapkan kematian atau

pikiran-pikiran lain kearah itu,

3 = ada ide-ide bunuh diri atau

langkah-langkah ke arah itu.

4 Gangguan pola tidur 0 = tidak ada

(initial insomnia) 1 = Ada keluhan kadang-kadang 1

sukar tidur misalnya, lebih dari

setengah jam baru

tidur;

2 = ada keluhan tiap malam sukar

tidur

5 Gangguan pola tidur 0 = tidak ada 1

(middle insomnia) 1 = pasien mengeluh gelisah dan

terganggu sepanjang malam,

2 = terjadi sepanjang malam (bangun

dari tempat tidur kecuali buang air

25
kecil)

6 Kerja dan kegiatan- 0 = tidak ada 1

kegiatannya 1=berpikir tidak mampu,

keletihan/kelemahan yang

berhubungan dengan kegiatan kerja

atau hobi;

2= hilangnya minat terhadap

pekerjaan/hobi

3 = berkurangnya waktu untuk

aktivitas sehari-hari atau

produktivitas menurun.

4 = tidak bekerja karena sakitnya

7 Kegelisahan 0= tidak ada 1

1 = kegelisahan ringan;

2 = memainkan tangan jari-jari,

rambut, dan lain-lain;

3 = bergerak terus tidak dapat duduk

dengan tenang;

4 = meremas-remas tangan,

menggigit-gigit kuku, menarik-narik

rambut, menggigit-gigit bibir

8 Kecemasan (ansietas sakit nyeri di otot-otot, kaku, dan 3

somatik) keduten otot; gigi gemerutuk; suara

26
tidak stabil; tinitus (telinga

berdenging); penglihatan kabur;

muka merah atau pucat, lemas;

perasaan ditusuk-tusuk.

0 = tidak ada

1 = ringan

2 = sedang

3 = berat

4 = ketidakmampuan

9 Kecemasan (ansietas 0 = tidak ada 2

psikis) 1 = ketegangan subyektif dan mudah

tersinggung;

2 = mengkhawatirkan hal-hal kecil;

3 = sikap kekhawatiaran yang

tercermin di wajah atau

pembicaraannya;

4 = ketakutan yang diutarakan tanpa

ditanya

10 Gejala somatik 0= tidak ada 1

(pencernaan) 1 = nafsu makan berkurang tetapi

dapat makan tanpa dorongan teman,

merasa perutnya penuh;

2 = sukar makan tanpa dorongan

27
teman, membutuhkan pencahar

untuk buang air besar atau obat-

obatan untuk saluran pencernaan

11 Gejala somatik (umum) 0 = tidak ada 2

1 = anggota gerak, punggung atau

kepala terasa berat;

2 = sakit punggung, kepala dan otot-

otot, hilangnya kekuatan dan

kemampuan

12 Insight (pemahaman 0 = mengetahui dirinya sakit dan 0

diri) cemas

1 = mengetahui sakit tetapi

berhubungan dengan penyebab-

penyebab iklim, makanan, kerja

berlebihan, virus, perlu istirahat, dan

lain-lain

2 = menyangkal bahwa ia sakit

13 Variasi harian adakah perubahan atau keadaan yang 0

memburuk pada waktu malam atau

pagi

0 = tidak ada

1 = buruk saat pagi

2 = buruk saat malam

28
14 Gejala-gejala obsesi 0 = tidak ada 0

dan kompulsi 1 = ringan

2 = berat

Total skor 13

HAM-D Scoring Instructions:

1) 0-7 = Normal

2) 8-13 = Mild Depression

3) 14-18 = Moderate Depression

4) 19-22 = Severe Depression (Pre)

5) ≥ 23 = Very Severe DepressioN

d. Circumferential

Dilakukan 7 cm di bawah olecranon

Hasil:

 Dextra : 37,5 cm

 Sinistra : 37 cm

IP: lingkar otot normal

e. Test Golfer’s (Aras, 2013)

Tujuan : untuk mengetahui adanya nyeri epicondilitis medial

Hasil :nyeri pada area epicondylus medial

IP :Epicondylitis medial

29
f. Tes stabilitasi elbow varus dan elbow vagul (Aras, 2013)

Tujuan :untuk menilai integritas Ulnar collateral ligament dan

radial collateral ligament

Hasil: -

IP: tidak ada kelainan

g. Tes tinel’s (Aras, 2013)

Tujuan : untuk mengidentifikasi kompressi neuropati nervus ulnaris di elbow

Hasil :-

IP : tidak ada kelainan

h. Indeks ketz

Ketergantungan

Sebagian/pada
Dapat Sebagian
ADL bagian
mengerjakan besar/seluruhnya
tertentu
sendiri dibantu
dibantu

Mandi √

Dressing √

Ke Toilet √

Transfer √

30
Bladder and

Bowel

Makan √

Klasifikasi & interpretasi hasil pemeriksaan :

A : Mandiri, utk 6 fungsi

B : Mandiri, utk 5 fungsi

C : Mandiri, kecuali untuk mandi & 1 fungsi lain

D : Mandiri, kecuali untuk mandi, berpakaian & 1 fungsi lain

E : Mandiri, kecuali Mandi, berpakaian, ke toilet & 1 fungsi lain

F : Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, transfer, & 1 fungsi lain.

Hasil : C

Interpretasi : Mandiri kecuali untuk mandi & 1 fungsi lain

7. Diagnosa Fisioterapi

Gangguan fungsi gerak Elbow sinsitra karena Golfer’s elbow akibat tendinitis 2 hari yang

lalu.

8. Problem Fisioterapi :

a. Primer : Nyeri

b. Sekunder : cemas (penurunan percaya diri) dan oedem

c. Kompleks : Gangguan ADL mandi, dressing dan penurunan prestasi

31
BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan dari assessment yang telah dilakukan, tujuan dari rencana tindakan

fisioterapi yaitu sebagai berikut:

A. TUJUAN PENANGAN FISIOTERAPI

1. Tujuan Jangka Panjang

Mempersiapkan pasien untuk berkompetensi

2. Tujuan Jangka Pendek

a. Meningkatkan rasa percaya diri

b. Mempertahankan lingkup gerak sendi

c. Mencegah komplikasi yang akan timbul

d. Menurunkan nyeri

e. Menurunkan oedem

f. Meningkatkan ADL

B. INTERVENSI FISIOTERAPI

Adapun modalitas dan dosis yang digunakan, diuraikan dalam tabel di bawah :

Problem Modalitas Dosis

Hari I

Rasa cemas Komunikasi terapeutik F : Setiap hari

I : pasien focus

T : komunikasi langsung

T : 1 menit

32
Nyeri Antianalgetik Pemberian chlor etil

Kinesiotape F : setiap hari

I : 20-30%

T: pada bagian medial

elbow

T : 1 hari

Oedem Rileksasi F : Setiap hari

I : Selama istirahat

T :Elevasi

T : 2 jam/aktifitas

33
Hari ke II

Rasa cemas Komunikasi terapeutik F : Setiap hari

I : Pasien focus

T : komunikasi langsung

T : 1 menit

Preeleminary IRR F : setiap hari

exercise I : Kontak Langsung

T : luminous

T : 10 menit

TENS F : setiap hari

Nyeri I : 10 Am

T : 2 pet

T : 10 menit

NMT F : setiap hari

I : 30 kali/1 repitisi

T : Transverse friction

T : 3 menit

Kinesiotape F: setiap hari

I : 20-30%

34
T: pada bagian medial

elbow

T : 1 hari

Oedem Releksasi F : Setiap hari

I : Selama istirahat

T :Elevasi

T : 2 jam/aktifitas

Gangguan ADL Exercise F : setiap hari

mencegah I : 6 x repetisi

komplikasi T : - PROMEX

AROMEX

Strengthening

T : 5 menit

C. Evaluasi

Evaluasi (reassessment) dapat dilakukan selama proses penanganan pasien, baik itu evaluasi

sesaat maupun evaluasi berkala. Hal ini penting untuk menilai perkembangan kondisi pasien

selama menjalani terapi.

35
Dokumentasi

Selama proses pemeriksaan dan penanganan fisioterapi, dilakukan dokumentasi

sebagai bahan evaluasi. Dokumentasi yang dilakukan adalah pencatatan hasil pemeriksaan

dan evaluasi.

D. Kemitraan

1. Dokter ortopedi

2. Apoteker

3. Pelatih

E. Modifikasi

Hal-hal yang dimodifikasi:

1. Modalitas

2. Metode/teknik

3. Dosis

4. Elastis bandiges

F. Home program :

1. Kompres air dingin jika masih ada bengkak

2. Melakukan exercise ringan aktif

36
DAFTAR PUSTAKA

Aras, Djohan. Aplikasi FITT Pedoman Dosis Fisioterapis, in house Training PT. Inco Soroako

2012.

Aras, Djohan dkk. 2013. Pemeriksaan Spesifik Pada Muskuloskeletal.

Aras, Djohan. 2010. Whiplash Injury, [dibawakan dalam Acara Seminar dan Workshop :

Bagaimana Berolah Raga dengan Sehat, Bugar dan Berprestasi, 20 – 21 Maret 2010].

Makassar.

Buranda Theopilus. 2008. Anatomi Umum. Bagian anatomi Fakultas Kedokteran Universitas

Hasanuddin. Makassar

Butterworth-Heinemann edited by Porter, Stuart B. 2003. Tidy's Physiotherapy, Thirteenth

Edition. Elsevier Science.

Ck.Glam.Kc, Teh The FITT Formula. Sport Medicine and Fitness a Guide For Every One.

Singapore Council 2004.

David, Reid. Sports injury assessment and rehabilitation. (USA : Churchill Livingstone Inc ,

1992), Hlm.1017. Diakses tanggal 11 november 2013

37
Fisioterapi olaraga. (2012).Jurnal Ikatan Fisioterapi Indonesia No. 02, Vol. 6/ Oktober / 2006,

hal. 117. Diakses tanggal 11 november 2013

Febriani. 2013. Golfer’s Elbow (http://ninadfebriani.blogspot.com/2013/10/golfers-elbow.html,

diakses 12 november 2013)

Fenderson, Claudia. 2001. Pemeriksaan Neuromuskular.

Gardner, M. M., M. C. Robertson, et al. (2000). "Exercise in preventing falls and fall related

injuries in older people: a review of randomised controlled trials." British journal of

sports medicine 34(1): 7. Diakses tanggal 11 november 2013.

Jowir .(2012) cedera pada pemain golf. Journal Physiotherapy Olahraga. Diakses tanggal 11

november 2013

Kisner, Carolyn dan Colby, Lynn Allen. 1996. Therapeutic Exercise Foundations and

Techniques, Third Edition. F.A. Philadelphia: Davis Company.

Lumbantobing, S.M. 2010. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Balai Penerbit

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta

Martin, Dunnitz. Sports Injuries ( Their prevention and treatment ), (London : CIBA -

GEIGY,1990). Diakses tanggal 11 november 2013

38
Milan, K. R. (1994). "Injury in ballet: a review of relevant topics for the physical therapist." The

Journal of orthopaedic and sports physical therapy 19(2): 121. Diakses tanggal 11

november 2013.

Neil, F.Garda. The Cooper Clinic And Research Institute Fittness Series. Dallas America. 1989

Raj, Glady Samuel. (2006). Physiotherapy in Neuro-conditions. New Delhi: Padmashree

Institute of Physiotherapy, Bangalore; Medical Publisher (P) LTD, Jaypee Brothers.

39

Anda mungkin juga menyukai