LAPORAN KASUS
Mustika
C131 11 255
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG MASALAH
Menjadi tua adalah suatu proses natural dan kadang-kadang tidak tampak
mencolok. Penuaan akan terjadi pada semua sistem tubuh manusia dan tidak
semua sistem akan mengalami kemunduran pada waktu yang sama. Penuaan
diikuti dengan penurunan kemampuan berbagai organ, fungsi, dan sistem tubuh
yang sifatnya alamiah/fisiologis. Penurunan tersebut disebabkan berkurangnya
jumlah dan kemampuan sel tubuh. Pada umumnya tanda proses menua mulai
tampak sejak usia 45 tahun dan akan menimbulkan masalah pada usia sekitar 60
tahun.1
Peningkatan jumlah manula mempengaruhi aspek kehidupan mereka
seperti terjadinya perubahan fisik, biologis, psikologis, dan sosial sebagai akibat
proses penuaan atau munculnya penyakit degeneratif akibat proses penuaan
tersebut. Secara signifikan orang tua mengalami kasus mortalitas dan morbiditas
lebih besar daripada orang muda. Kerentanan orang tua terhadap penyakit
disebabkan oleh menurunnya fungsi sistem imun tubuh.2
Dengan kondisi yang demikian, golongan lansia memiliki banyak masalah
kesehatan yang dihadapi. Kane, Ouslander, dan Abrass pada tahun 2004 dalam
buku Essentials of Clinical Geriatrics menyebutkan terdapat 14 masalah
kesehatan pada lansia umumnya, yaitu immobility (kurang bergerak), instability
(berdiri dan berjalan tidak stabil atau mudah jatuh), incontinence (buang air
kecil
dan
atau
buang
air
besar),
intellectual
impairment
impairment of
(gangguan
BAB II
KAJIAN TEORI
A. TINJAUAN TENTANG GERIATRI
1. LANSIA
Lansia atau lanjut usia merupakan kelompok umur pada manusia yang
telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang
dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut aging process. Ilmu
yang mempelajari fenomena penuaan meliputi proses menua dan degenerasi
sel termasuk masalah-masalah yang ditemui dan harapan lansia disebut
gerontologi.5 Pengertian lain mengatakan bahwa gerontologi adalah ilmu yang
mempelajari proses menua dan semua aspek biologi, sosiologi, dan sejarah yang
terkait dengan penuaan, termasuk penelitian ilmiah, proses menua, pengetahuan
klinis pada manusia dewasa, perspektif bidang humaniora, dan penerapan ilmu ini
untuk pelayanan para usia lanjut tersebut. Sedangkan geriatri adalah cabang ilmu
kedokteran yang menitikberatkan pada pencegahan, diagnosis, pengobatan, dan
pelayanan kesehatan pada usia lanjut.6,7 Pasien geriatri adalah pasien usia lanjut
berusia > 60 tahun dengan multipatologi.6
WHO mengelompokkan lansia menjadi empat kelompok yang meliputi
middle age (usia pertengahan) yaitu kelompok usia 45-59 tahun; elderly, antara
60-74 tahun; old, antara 75-90 tahun; very old, lebih dari 90 tahun.5
Klasifikasi lansia berdasarkan kronologis usia, yaitu young old (60-75
tahun), middle old (75-84 tahun), old-old (>85 tahun). Menurut Dra. Jos Masdani
(Psikolog UI) lansia merupakan kelanjutan dari usia dewasa yang dibagi menjadi
empat bagian, yaitu5 :
1.
2.
3.
4.
karena karakteristiknya maka perlu dibedakan dari mereka yang sekedar berusia
lanjut namun sehat. Karakteristik penderita geriatri yang pertama adalah
multipatologi, yaitu pada satu penderita terdapat lebih dari satu penyakit yang
umumnya penyakit bersifat kronik degeneratif. Kedua adalah menurunnya daya
cadangan faali yang menyebabkan penderita geriatri amat mudah jatuh dalam
kondisi gagal pulih (failure to thrive). Karakteristik kedua terjadi akibat
penurunan fungsi berbagai organ atau sistem organ yang walaupun normal untuk
usianya namun menandakan menipisnya daya cadangan faali tadi. Ketiga, yaitu
berubahnya gejala dan tanda penyakit dari yang klasik, misalnya pada pneumonia
tidak akan dijumpai gejala khas seperti batuk, demam, dan sesak melainkan jatuh
atau terdapat perubahan kesadaran. Keempat adalah terganggunya status
fungsional penderita geriatri. Status fungsional adalah kemampuan seseorang
untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari. Keadaan status fungsional
menggambarkan kemampuan umum seseorang dalam memerankan fungsinya
sebagai manusia yang mandiri, sekaligus menggambarkan kondisi kesehatannya
secara umum. Kelima adalah kerapnya terdapat gangguan nutrisi, berupa gizi
kurang atau gizi buruk.5
2. PROSES PENUAAN
Penuaan adalah proses yang dinamis dan kompleks yang dihasilkan oleh
perubahan-perubahan sel, fisiologis, dan psikologis. Lanjut usia adalah proses
yang tidak dapat dihindarkan yang berumur 60 tahun ke atas (UU Nomor 13
tentang kesejahteraan lanjut usia).8
Pada awal kehidupan manusia, perubahan dari satu tahap ke tahap yang
lain bersifat evolusional yang berarti bahwa seseorang selalu menuju tahapan
yang lebih sempurna, baik kematangan emosional maupun kesempurnaan
fungsional organ-organ tubuh. Pada tahapan kehidupan lansia justru terjadi
kemunduran sesuai dengan hukum alam, perubahan ini umum dikenal dengan
istilah menua (proses penuaan).8 Menua adalah suatu proses menghilangnya
kemampuan
jaringan
untuk
memperbaiki
dan
mengganti
diri
serta
apakah suatu abnormalitas disebabkan oleh proses menua atau proses penyakit.
Pembedaan ini sangat penting untuk memberikan pelayanan kesehatan yang tepat
pada usia lanjut, karena harus dihindari pemberian obat pada abnormalitas yang
diakibatkan proses menua yang normal. Dengan makin lanjutnya usia, maka
penurunan anatomik dan fungsi organ semakin besar. Peneliti Andres dan Tobin
mengintroduksi hukum 1% yang menyatakan bahwa fungsi organ menurun
sebanyak 1 % setiap tahunnya setelah usia 30 tahun.10
Secara umum, teori penuaan dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu
teori genetik dan teori nongenetik.1 Teori genetika merupakan teori yang
menjelaskan bahwa penuaan merupakan suatu proses yang alami di mana hal ini telah
diwariskan secara turun-temurun (genetik) dan tanpa disadari untuk mengubah sel
dan struktur jaringan.10 Teori genetik memfokuskan mekanisme penuaan yang
maupun biologis dalam proses penuaan serta tidak jarang menimbulkan resiko
munculnya berbagai macam penyakit (Hardianto Wibowo, 2002:246).8
Radikal bebas merupakan contoh produk sampah metabolisme yang dapat
menyebabkan kerusakan apabila terjadi akumulasi. Normalnya radikal bebas akan
dihancurkan oleh enzim pelindung, namun beberapa berhasil lolos dan
berakumulasi di dalam organ tubuh. Radikal bebas yang terdapat di lingkungan
seperti kendaraan bermotor, radiasi, sinar ultraviolet, mengakibatkan perubahan
pigmen dan kolagen pada proses penuaan. Ketika radikal bebas menyerang
molekul, akan terjadi kerusakan membran sel. Penuaan diperkirakan karena
kerusakan sel akumulatif yang pada akhirnya mengganggu fungsi.10
Implikasi dari hal ini adalah sensitivitas terhadap rasa (manis, asam, asin, dan
pahit) berkurang.10
e. Sistem Integumen
Pada lansia,kulit mengalami atrofi, kendur, tidak elastis, kering, dan
keriput1. Sedikit kolagen yang terbentuk pada proses penuaan, dan terdapat
penurunan jaringan elastik, mengakibatkan penampilan yang lebih keriput.
Tekstur kulit lebih kering karena kelenjar eksokrin lebih sedikit dan penurunan
aktivitas kelenjar eksokri dan kelenar sebasea. Degenerasi menyeluruh jaringan
penyambung, disertai penurunan cairan tubuh total, menimbulkan penurunan
turgor kulit.10
Terjadi penurunan jumlah melanosit. Implikasi dari hal ini adalah
perlindungan terhadap sinar ultraviolet berkurang dan terjadinya pigmentasi yang
tidak merata pada kulit.10
ANATOMI DAN FISIOLOGI OTAK
1. Anatomi Fisiologi Otak
Pada
dasarnya
otak
terbagi
menjadi
dua
bagian
yaitu
gerakan volunteer.
Lobus Parietalis
Lobus ini terdapat di depan sulkus sentralis dan dibelakangi oleh
koraco oksipitalis. Mempunyai peranan utama pada kegiatan
memproses dan mengintegrasi informasi sensorik yang lebih tinggi
tingkatnya.
Lobus Temporalis
Lobus ini di bawah lateral dari fisura serebralis dan didepan lobus
iii.
oksipitalis.
iv.
Merupakan
area
sensorik
reseptif
untuk
impuls
pendengaran.
Oksipitalis
Lobus ini yang mengisi bagian belakang dari serebrum. Berfungsi
menerima informasi penglihatan primer dan menyadari sensasi warna.
b. Otak Kecil
Terletak dibawah otak besar berfungsi untuk koordinasi
Sedangkan kebutuhan otak akan darah disuplai oleh 2 pasang arteri yaitu
sekitar 75% oleh arteri karotis dan 25 % oleh arteri vertebralis.
ruang
subarakhnoid.
a. Klasifikasi Stroke
Di klinik, secara umum ada dua jenis stroke yakni haemorrhagic
stroke dan nonhaemorrhagic stroke.. Haemorrhagic stroke adalah stroke
yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak. Stroke karena
perdarahan terjadi bila arteri yang menuju ke otak pecah, darah tumpah
ke otak atau rongga antara permukaan luar otak dan tengkorak.
Haemorrhagic strokee lebih besar kemungkinannya untuk jadi fatal, tidak
hanya dapat mengganggu aliran darah ke otak, akan tetapi dapat pula
menekan otak dan dapat menyebabkan jaringan otak membengkak.
Strokee
(stroke
iskemik,
infark
otak,
secara
non-verbal,
dan
perilaku-perilaku
tertentu.
4. Manajemen fisioterapi
Manajemen fisioterapi dapat terbagi menjadi 3 tahap yaitu pada tahap
a.
Zona Akut (berlangsung selama 6-10 hari
b.
Zona Recovery (berlangsung 6-8 pekan)
c.
Zona nekrotik (berlangsung selama >8 pekan)
Pada fase degenerative dan nekrotik tujuan fisioterapi adalah:
Untuk mendapatkan kembali kekuatan otot. Memperoleh kekuatan otot
bergantung pada aktivitas maksimal dari penggunaan otot di setiap gerakangerakan utama dan juga gerakan tambahan pada beberapa grup otot
antagonis dan fiksator.
Untuk melatih kembali gerakan fungsional secara penuh. Sebagian
besar dari kasus seperti ini diharapkan memungkinkan untuk mendapatkan
kembali gerak fungsional penuh tetapi jika tidak, physio harus
mengembalikan fungsi optimum dan besarnya pengembalian fungsi penuh
ini bergantung pada komplikasi-komplikasi yang menghambat pemulihan
sepenuhnya.
taking,
Assymetryc,
Restricted,
pemeriksaan,
Tissue
maka
impairment
fisioterapis
and
dapat
BAB III
LAPORAN KASUS
PEMERIKSAAN FISIOTERAPI
Nama pasien
: Tn. A.L
Usia
: 75 tahun
Alamat
Agama
: islam
Status
: Pensiunan
TD
DN
Pernafasan
Suhu
:
:
:
:
140/80 mmHg
88 x/menit
20x/menit
36C
CHIEF OF COMPLAINT :
Lemah separuh badan sebelah kanan
HISTORY
Terjadi sejak 6 bulan yang lalu. Awalanya pasien beraktivitas seperti biasa. Pada
saat masuk shlat magrib tiba-tiba pasien jatuh pingsan dan saat pasien sadarkan
diri pasien tidak mampu menggerakkan separuh badan sebelah kanan. Riwayat
Hipertensi (+), riwayat Jantung (-), riwayat Asam Urat (+).
ASIMETRI
1. Inspeksi statis :
a.
b.
c.
d.
2. Inspeksi Dinamis :
a. Pasien dating derngan memakai kursi roda.
b. Saat berjalan terlihat pincang dan dan menggunakan alat bantu berupa
tongkat.
c. Pola nafas normal.
d. Pasien dapat transfer dan ambulasi dengan bantuan.
3. Tes Orientasi :
a. Pasien diminta untuk mengangkat ekstremitas superior
IP : Pasien sulit menggerakkan ekstremitas superior dekstra
b. Pasien diminta untuk mengangkat ekstremitas inferior
IP : Pasien mampu, namun perlahan menggerakkan ekstremitas inferior
dekstra
c. Pasien diminta untuk miring ke kiri dan ke kanan.
IP : Pasien masih kesulitan melakukannya.
d. Pasien diminta untuk duduk dari posisi tidur terlentang.
IP : pasien tidak dapat melakukannya.
4. Palpasi
a. Nyeri tekan (-)
b. Spasme (-)
c. Oedem (+) pada fingers dan toes dextra
e. Suhu : hangat pada bagian udemnya
Gerakan
Aktif
Dx
Sin
Pasif
Dx
Sin
TIMT
Dx Sin
Fleksi
Ekstensi
Abduksi
Shoulder Adduksi
Endorotas
i
Eksorotasi
Fleksi
Elbow
Ekstensi
Fleksi
Ekstensi
Deviasi
Wrist
Ulnar
Deviasi
Radial
Fleksi
Ekstensi
Abduksi
Hip
Adduksi
Endorotas
i
Eksorotasi
Fleksi
Knee
Ekstensi
Dorso
Fleksi
Plantar
Ankle
Fleksi
Inversi
Eversi
RESTRICTIF:
1. ROM :
2. ADL
Pasien mengalami gangguan ADL (walking, eating, toileting, self care,
dressing and sex.).
3. Pekerjaan dan rekreasi
Semenjak sakit, pasien tidak dapat lagi melakukan aktivitasnya sehari-hari.
TISSUE IMPAIRMENT :
Jaringan yang mengalami kerusakan/gangguan adalah:
1. Neurogen : UMN
2. Muskulotendinogen: weakness otot ekstremitas superior dan inferior
dekstra.
3. Osteoarthrogen: 4. Psokoge : Cemas
PEMERIKSAAN SPESIFIK
1. VAS (Pada shoulder)
Nyeri diam : 3
Nyeri gerak : 7
Nyeri tekan : 5
2. Tes sensorik
a. Tes rasa nyeri (tajam, tumpul)
b. Tes rasa raba (halus, kasar)
c. Tes beda titik (1 titik atau 2 titik)
d. Tes rasa posisi (lurus, bengkok)
IP
: Normal
3. Tes Refleks
Refleks biceps (C5-6), triceps (C6-8), KPR (L2-4), dan APR (S1-2)
Tingkat Jawaban Refleks
Tingkatan
Interpretasi
Jawaban normal
++
Hasil
IP
: Hiperefleks
4. Pemeriksaan sensomotorik
a. Non Equilibrium
Hasil
:
IP
:
b. Equilibrium
Hasil
IP
:
:
:7
IP
:5
: Definite gangguan kognitif
Hasil :
a.
b.
c.
d.
:5
:2
:5
:4
DIAGNOSIS:
Gangguan aktivitas fungsional gerak tubuh ekstermitas dekstra akibat hemiparese
ec NHS (non haemoragic stroke) 6 bulan yan
PROBLEMATIK FT
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah mendapatkan problematik fisioterapi, maka pasien diberikan
intervensi yang sesuai dengan kondisi yang dialami oleh pasien.
TUJUAN PENANGANAN FT
Penanganan FT yang diberkan terkait dengan kondisi pasien bertujuan untuk:
1. Tujuan Jangka Panjang
Meningkatkan kualitas hidup dengan mengoptimalkan kapasitas fisik dan
kemampuan fungsional pasien.
2. Tujuan Jangka Pendek
a.
Meningkatan rasa percaya diri.
b.
Mengurangi nyeri
c.
Meningkatkan kekuatan otot
d.
Mencegah limitasi ROM dan kontraktur
e.
Meningkatkan keseimbangan
f.
Meningkatkan ADL
PROGRAM FT
Berikut adalah program FT yang dapat diberikan:
No
1.
Problematik FT
Penurunan RPD, cemas
Modalitas
Komunikasi
terapeutik FT
Dosis
F : Tiap x terapi
I : penderita tetap fokus
T : motivasi
T : 3 menit
2.
Mengurangi nyeri
Elektro therapy
Interferensi
F : Tiap x terapi
I : 30-40 mA
T : Contra planar
T : 8 menit
2.
3.
Mencegah limitasi ROM Exercise therapy
dan Kontraktur
F : Tiap x terapi
I : 3rep x 8hit
T : Strengthening
T : 5 menit
F : Tiap x terapi
I : 3rep x 8hit
T : PROMex
T : 8 menit
4.
5.
Gangguan ADL
Exercise
(fascilitation)
F : 1x / hari
I : 3-5x hit.
T
:Bridging,
aproximasi, standing
T :5-10 menit
F : Tiap x terapi
I : 3rep x 8hit
T : PNF
T : 10 menit
EVALUASI
Setelah di lakukan intervensi Fisioterapi tidak didapatkan peningkatan yang
signifikan, hanya pasien merasakan nyeri pada bahunya berkurang.
-
Nyeri (Post)
Nyeri diam
:4
Nyeri gerak
:7
Nyeri tekan
:5
Nyeri (Pre)
Nyeri diam
:3
Nyeri gerak
:7
Nyeri tekan
:3
DOKUMENTASI
Selama proses pemeriksaan dan penanganan fisioterapi, dilakukan dokumentasi
sebagai bahan evaluasi. Dokumentasi yang dilakukan adalah pencatatan hasil
pemeriksaan dan evaluasi (terdapat pada hasil pemeriksaan CHARTS).
MODIFIKASI
Mengikuti perubahan patofisiologi dan hasil evaluasi : indeks
Barthel, frekuensi pernapasan dan laboratorium, sehingga dosis
latihan dapat ditingkatkan jika kondisi pasien makin membaik.
Modifikasi program FT yang dapat diberikan yaitu ADL exercise
DAFTAR PUSTAKA
1. Pudjiastuti, Sri Surini. 2003. Fisioterapi pada Lansia. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
2. Fatmah. 2006. Respons Imunitas yang Rendah pada Tubuh Manusia Usia
Lanjut. Makara, Kesehatan, Vol. 10, No. 1, Juni 2006: 47-53.
3. Firdaus, Muhammad Miftahul. Komorbiditas Pasien Geriatri dengan
Osteoarthritis Genu di Rumah Sakit dr. Saiful Anwar. Program Studi
Kedokteran Umum Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang.
2001 : 12-1
4. Lumbantobing. Neurogeriatri. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Jakarta. 2001
5. Martini, Rose Dinda. Pengenalan Geriatri, Proses Menua dan Tanda
Kematian
[ppt]
(online),
dan
Sehat
di
Usia
Lanjut.
(Online),
(http://staff.uny.ac.id/system/files/penelitian/Widiyanto,
%20M.Kes./PENUAAN%20MEDIKORA.pdf, diakses 12 Oktober 2014.
8. Tamtomo, Didik Gunawan. 2009. Perubahan Anatomik Organ Tubuh
Pada Penuaan. UPT Perpustakaan Universitas Sebelah Maret.
9. P., Prastiwi Suhartin. 2010. Teori Penuaan, Perubahan pada Sistem Tubuh
dan Implikasinya pada Lansia [Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gerontik
I] . Semarang: Universitas Diponegoro.
10. Gunawan, Hipertensi, Jakarta: PT Gramedia, 2001; 10.
11. Ross C. Brownson, Et Al. High Blood Pressure in Chronic Disease
Epidemiology and Control. Second Edition, American Public Health
Assosiation: 262-264.