SINDROM PIRIFORMIS
Oleh :
2016
1
BAB I
PENDAHULUAN
Keluhan nyeri pada punggung bagian bawah adalah salah satu keluhan yang
sering kita jumpai pada praktek sehari-hari. Umumnya keluhan ini mulai dikeluhkan
oleh orang dalam usia 18-55 tahun. Keluhan ini sering kali menjadi penyebab
disabilitas serta angka absensi kerja yang tinggi. Penyebab nyeri pada punggung
bagian bawah ini banyak dan bervariasi, biasanya melibatkan salah satu dari adanya
penekanan pada saraf skiatika, sindrom piriformis, herniated nucleus pulposus,
trauma langsung, dan spasme otot karena penggunaan yang terus-menerus atau
penggunaan kronis.1
Sindrom piriformis ditandai dengan adanya nyeri pada lokasi seperti pinggul,
daerah sakrum, daerah bokong, selangkangan, dan daerah bawah sesuai persarafan
dari tungkai. Piriformis berasal dari 2 kata ‘pirum’ yang berarti buah pir dan ‘forma’
yang artinya bentuk. Sindrom pirifomis sendiri lebih sering diderita oleh wanita
dibanding laki-laki dengan perbandingan 6 : 1. Dikatakan pada sebuah penelitian 45
dari 750 pasien dengan nyeri punggung bawah merupakan akibat sindrom piriformis,
sementara 6% dari pasien dengan gejala iskiatika diakibatkan karena sindrom
piriformis.1,8
2
massage, terapi panas dan ultrasound dikatakan juga memberi perbaikan pada gejala
dari sindrom ini.9
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 Epidemiologi
Nyeri punggung bawah dan iskialgia adalah nyeri atau hipoestesi di area
bokong dan paha bagian posterior dengan sesekali menjalar ke tungkai bawah, hal ini
merupakan keluhan umum dengan insidensi sekitar 60–90% selama hidup seseorang.3
Frekuensi sindrom piriformis diperkirakan hampir 6% dari total kasus iskialgia dalam
praktek dokter keluarga di Amerika Serikat, sementara di Indonesia belum ada data.4
Beberapa laporan menunjukkan rasio angka kejadian perempuan dibanding laki-laki
6:1.5
2.3 Anatomi
4
majus dan berada di sebelah dorsal nervus ischiadicus sebelum berinsersi di bagian
superomedial trochanter major os femur.
Muskulus piriformis merupakan otot rotator panggul paling proksimal.
Dengan panggul ekstensi, muskulus piriformis berfungsi untuk rotasi eksternal
panggul. Bila panggul fleksi, maka otot ini berfungsi sebagai abduktor panggul.6
Cabang saraf dari L5, S1, dan S2 menginervasi muskulus piriformis. Muskulus
gemellus superior, muskulus gemellus inferior, muskulus quadratus femoris, dan
muskulus obturator internus bekerja sinergis dengan muskulus piriformis. Banyak
variasi hubungan antara nervus iskiadikus dan muskulus piriformis. Nervus
iskiadikus terdiri dari cabang radix nervi L3 sampai S3 dan biasanya berjalan anterior
dari muskulus piriformis dan dorsal dari muskulus gemellus setelah keluar dari pelvis
melalui foramen ischiadicum majus (Gambar 1).7
5
Gambar 1. Tampilan posterior panggul yang menunjukkan perjalanan
nervus iskiadikus.
6
akibat trauma atau faktor intrinsik muskulus piriformis, termasuk variasi anomali
anatomi otot, hipertrofi otot, inflamasi kronik otot, dan perubahan sekunder akibat
trauma semacam perlengketan (adhesi). Penyebab sekunder termasuk gejala yang
terkait lesi massa dalam pelvis, infeksi, anomali pembuluh darah atau simpai fibrosis
yang melintasi saraf, bursitis tendon piriformis, inflamasi sakroiliaka, dan adanya
titik-titik picu myofasial.
Primer Sekunder
Trauma Hematoma
Pyomyositis Bursitis
Myositis Ossificans Pseudoaneurisme
Dystonia M. deformans Pronasi berlebihan
Hipertropi Massa
Adhesi Anomali vassa
Fibrosis Simpai fibrosis
Variasi Anatomi
7
mengayun (swing phase), muskulus piriformis berkontraksi dan membantu rotasi
eksternal. Muskulus piriformis tetap dalam kondisi teregang selama proses
melangkah dan cenderung lebih hipertrofi dibanding otot lain di sekitarnya.8,9 Setiap
abnormalitas proses melangkah yang melibatkan panggul dengan posisi rotasi
internal atau adduksi yang meningkat dapat semakin meregangkan muskulus
piriformis. Trauma tumpul dapat menyebabkan hematom dan fibrosis di antara nervus
ischiadicus dan otot-otot rotator eksternal pendek.
8
Hampir 50% pasien sindrom piriformis pernah mengalami cedera langsung
pada pantat ataupun trauma torsional pada panggul atau punggung bagian bawah,
sisanya terjadi spontan tanpa penyebab yang dapat diidentifikasi.1
9
Gambar 4. Tes Pace. Pada tes ini Gambar 5. Tes Freiberg menunjukkan
penguji menahan abduksi terbatasnya gerakan rotasi
aktif dari tungkai dengan internal panggul posisi
posisi pasien duduk (panggul ekstensi karena spasme
fleksi). sekunder muskulus piriformis
10
Gambar 6. Tes Beatty. (A) pada posisi miring mengangkat tungkai yang
difleksikan pada panggul dan lutut, maka akan muncul nyeri pantat
bagian dalam. (B) modifikasi Tes Beatty, dengan menahan abduksi
tungkai.
11
iskialgia lain. Penelitian yang dilakukan oleh Broadhurst dkk tahun 2004 dengan
USG Doppler melalui sampel terbatas berhasil mengidentifikasi proses edema dan
sklerotik yang simtomatis pada otot piriformis.13 Pada metode pencitraan MRI pelvis
dapat dipakai hipotesis Rossi dkk tahun 2001 yang menyatakan bahwa panggul
dengan posisi rotasi eksternal aktif (otot berkontraksi) atau rotasi internal pasif (otot
meregang) akan semakin memerangkap nervus iskiadikus sehingga didapatkan
gambaran klinis khas yang menunjukkan pembesaran muskulus piriformis dan alih
posisi nervus iskiadikus dengan sinyal intensitas normal (Gambar 7).14
Gambar 7. (A) Potongan aksial T2-weighted dan (B) koronal T2-weighted MRI
menunjukkan aspek hipertrofi dari muskulus piriformis sinistra (panah
putih). Pada gambar (A), nervus ischiadicus tampak melebar dan sedikit
mengalami alih posisi ke anterior (panah hitam).
12
epidural di lumbal 3–4 pada stimulasi tungkai terkait juga terlihat pada sindrom ini.17
Yang lain mengajukan pendekatan diagnosis melalui injeksi lidokain dan/ atau
kortikosteroid ke dalam muskulus piriformis dengan panduan EMG dan
fluoroskopi.18.19
Terlepas dari berbagai usaha mengembangkan tes diagnosis yang obyektif,
penegakan sindrom piriformis tetap sebaiknya didasarkan pada kumpulan tanda dan
gejala yang berasal dari riwayat, pemeriksaan fisik, dan tes-tes diagnosis lainnya.
2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksaan dalam menanggulangi sindrom piriformis ini dapat
menggunakan intervensi farmakologis, non farmakologis dan pembedahan. Namum
memang tatalaksana yang digunakan pada penyakit ini biasanya dikombinasikan
antara farmakologis seperti NSAID dan nonfarmako logis seperti fisioterapi atau
rehabilitasi.
13
2.7.1 Intervensi Farmakologis
Penanganan konservatif pertama yang dapat digunakan adalah pemberian
NSAID. NSAID dan Paracetamol (Acetaminophen) telah menjadi pilihan dalam
penatalaksaan dari banyak kondisi yang bermanifestasi seperti LBP, termasuk
didalamnya sindrom Piriformis. Dari penelitian diketahui pasien dengan NSAID lebih
cepat mengalami perbaikan gejala dalam 1 minggu dibandingkan dengan yang
menggunakan placebo.24
Selain itu injeksi steroid (Triamcinolone 80 mg) dan/atau anestesi lokal
(Lidokain 1%) menggunakan jarum spinal 3,5 inci (8.9 cm) atau lebih panjang pada
pasien gemuk, dapat digunakan. Hindari injeksi langsung pada nervus ischiadicus
dengan meminta pasien melaporkan setiap perubahan sensasi selama prosedur.
Beberapa peneliti meyakini hanya sedikit atau bahkan tidak ada komponen inflamasi
yang terkait, maka disarankan hanya menggunakan lidokain 1% diikuti peregangan
piriformis segera. Injeksi tanpa steroid ini dapat setiap minggu selama periode 4-5
minggu sembari dinilai keefektifannya dan kemungkinan perlunya tindakan bedah.
Ada studi yang menggunakan 12.500 unit neurotoksin botulinum B atau toksin
botulinum A disertai fisioterapi, menunjukkan perbaikan setelah lebih dari 3 bulan.17-
19 Hampir 50% pasiennya mengalami efek samping berupa mulut kering dan disfagia.
14
Pasien sebaiknya tetap menjalani program peregangan mandiri di rumah,
karena repetisi peregangan secara intensif sepanjang hari merupakan komponen
esensial program. Saat fase awal, peregangan sangat dianjurkan dilakukan minimal
tiap 6 jam. Peregangan musculus piriformis dapat dikerjakan di posisi telentang
ataupun tegak dengan tungkai yang terkait difleksikan dan dirotasi internal/adduksi
(Gambar 9).20 Terapi injeksi dapat disertakan bila keluhan menetap. Arah injeksi
ditujukan ke sendi sacroiliaca atau ke insersi musculus piriformis, dilakukan dengan
panduan pencitraan atau secara manual melalui palpasi titik yang paling lunak atau
Gambar 9. Latihan pada sindrom piriformis (A) Duduk. (B) Telentang dengan posisi
panggul difleksikan 900 dan tungkai kanan diadduksi menyilang tungkai kiri.
15
insersinya dan kemudian pada ototnya di area keluarnya dari foramen ischiadicum
majus guna memisahkan otot ini dan mendekompresi nervus ischiadicus secara
keseluruhan serta mencegah rekurensinya akibat pembentukan fibrosis.1
16
BAB III
PENUTUP
17
abduktor/ adduktor panggul juga mengurangi efek nyeri dan spasme. Peregangan
mandiri dapat dibantu dengan diatermi, ultrasound, stimulasi elektrik, ataupun teknik-
teknik manual lainnya.
18
DAFTAR PUSTAKA
19
13. Broadhurst NA, Simmons DN, Bond MJ. Piriformis Syndrome: Correlation of
Muscle Morphology With Symptoms and Signs. Arch Phys Med Rehabil
2004;85:2036-9.
14. Rossi P, Cardinali P, Serrao M, et al. Magnetic resonance imaging findings in
piriformis syndrome: a case report. Arch Phys Med Rehabil 2001; 82(4):519–521.
15. Fishman LM, Konnoth C, Rozner B. Botulinum neurotoxin type B and physical
therapy in the treatment of piriformis syndrome: a dose–finding study. Am J Phys
Med Rehabil 2004; 83(1):42–50; quiz 51–53.
16. Fishman LM, Zybert PA. Electrophysiologic evidence of piriformis syndrome.
Arch Phys Med Rehabil 1992; 73(4):359–364
17. Nakamura H, Seki M, Konishi S, et al. Piriformis syndrome diagnosed by cauda
equina action potentials: report of two cases. Spine 2003; 28(2):E37–E40.
18. Fishman SM, Caneris OA, Bandman TB, Audette JF, Borsook D. Injection of the
piriformis muscle by fluoroscopic and electromyographic guidance. RA Pain Med
1998;23:554-9.
19. Gonzalez P, Pepper M, Sullivan W, Akuthota Confirmation of Needle Placement
Within the Piriformis Muscle of a Cadaveric Specimen Using Anatomic
Landmarks and Fluoroscopic Guidance. Pain Physician 2008; 11:3:327-331
20. Cramp F, Bottrell O, Campbell H, Ellyatt P, Smith C, Wilde B. Non-surgical
management of piriformis syndrome: a systematic review. Physical Therapy
Reviews. 2007;12(1):66-72.
21. Foster MR. Piriformis syndrome. Orthopedics 2002; 25(8):821–825.
22. Lam AW, Thompson JF, McCarthy WH. Unilateral piriformis syndrome in a
patient with previous melanoma. Aust NZ J Surg 1993; 63(2):152–153.
23. Sayson SC, Ducey JP, Maybrey JB, et al. Sciatic entrapment neuropathy
associated with an anomalous piriformis muscle. Pain 1994; 59(1):149–152.
24. Van Tulder MW, Scholten RJ, Koes BW, Deyo RA. Nonsteroidal Anti-
Inflammatory Drugs for Low Back Pain : a Systematic Review Within The
Frameworks of The Cochrane Collaboration Back Review Group.
Spine.200;25:2501-2513.
20