Anda di halaman 1dari 47

HUBUNGAN ANTARA FLEKSIBILITAS EKTREMITAS

BAWAH DENGAN KESEIMBANGAN DINAMIS PADA


LANJUT USIA

Proposal Penelitian
Disusun untuk memenuhi persyaratan dalam mendapatkan gelar sarjana
fisioterapi

Oleh :

Refni Yulia

J120181101

PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
HUBUNGAN ANTARA FLEKSIBILITAS EKTREMITAS
BAWAH DENGAN KESEIMBANGAN DINAMIS PADA
LANJUT USIA

Proposal Penelitian
Disusun untuk memenuhi persyaratan dalam mendapatkan gelar sarjana
fisioterapi

Oleh :

Refni Yulia

J120181101

PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
HALAMAN PERSETUJUAN SIDANG PROPOSAL SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA RENTANG GERAK (RANGE OF MOTION) DAN


FLEKSIBILITAS DENGAN KESEIMBANGAN DINAMIS PADA LANJUT
USIA

Proposal ini telah disetujui untuk dipertahankan dalam Sidang Proposal Skripsi

Program Studi S1 Fisioterapi

Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Oleh:

Refni Yulia
J120181101

Telah diperiksa dan disetujui oleh:

Dosen Pembimbing,

Wijianto, SSt.,FT.,Ftr.,M.OR

NIDN: 0611107701

ii
PENGESAHAN PROPOSAL SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA FLEKSIBILITAS EKTREMITAS BAWAH


DENGAN KESEIMBANGAN DINAMIS PADA LANJUT USIA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA


Oleh:
RERNI YULIA
J 120 181101
Dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada tanggal: November 2019
Pembimbing

Wijianto, SST.Ft., M.Or

NIDN : 0611107703

Tim Penguji Skripsi


Nama Penguji Tanda Tangan
1. Wijianto, SST.Ft., M.OR ______________

2. Farid Rahman, SST.Ft.,M.OR ______________

Menyetujui,
Kaprodi Fisioterapi

Isnaini Herawati, S.Fis., Ftr., M.Sc


NIK. 748

Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta

Dr. Mutalazimah, SKM., M. Kes


NIK/NIDN : 786/06-1711-7301

iii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, segala puji dan syukur saya panjatkan

kepada Allah SWT atas karunia dan nikmatnya saya dapat menyusun proposal

skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Proposal skripsi yang berjudul “HUBUNGAN

ANTARA FLEKSIBILITAS EKTREMITAS BAWAH DENGAN

KESEIMBANGAN DINAMIS PADA LANJUT USIA”.

Dalam penelitian ini, tidak terlepas bantuan, dorongan, serta bimbingan

dari berbagai pihak yang sangat membantu penulis dalam berbagai hal. Oleh

karena itu, penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Sofyan Anif, M.Si, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah

Surakarta.

2. Ibu Dr. Mutalazimah, SKM., M.Kes.,selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta.

3. Ibu Isnaini Herawati, SST.FT.,M.Sc., selaku Ketua Program Studi Fisioterapi

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

4. Bapak Wijianto, SSt.,FT.,Ftr.,M.OR. selaku dosen pembimbing skripsi.

5. Segenap dosen pengajar Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Surakarta.

iv
6. Segenap Karyawan dan staf tata usaha Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

7. Kedua Orang Tua dan segenap Keluarga. Terima kasih telah memberi

dukungan dalam bentuk apapun.

8. Semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah banyak

memberikan bantuan secara materi dan moral

Penulis menyadari bahwa proposal skripsi ini jauh dari kata sempurna.

Demikianlah ucapan terimakasih saya ucapkan. Mohon maaf apabila proposal

skripsi ini masih terdapat banyak kesalahan dan jauh dari kata sempurna. Maka

dari itu, penulis sangat mengaharapkan masukan berupa saran dan kritikan yang

bersifat membangun penulis berharap semoga proposal skripsi ini dapat

bermanfaat nantinya bagi pihak yang memerlukan dan bagi pembaca.

Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh.

Surakarta, 11 November 2019

Penulis

v
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN SIDANG PROPOSAL SKRIPSI .......................... ii

PENGESAHAN PROPOSAL SKRIPSI ................................................................ iii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv

DAFTAR ISI ..........................................................................................................vi

DAFTAR TABEL ................................................................................................ viii

DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................ix

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang Permasalahan ..................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 4

C. Tujuan Penilitian ......................................................................................... 4

D. Manfaat Penilitian ....................................................................................... 4

BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................. 6

A. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 6

B. TINJAUAN TEORI .................................................................................... 7

1. Lanjut Usia (Lansia) ................................................................................. 7

2. Fleksibilitas ............................................................................................ 12

3. Keseimbangan ........................................................................................ 17

4. Instrumen Pengukuran ............................................................................ 19

C. KERANGKA BERPIKIR ......................................................................... 23

D. KERANGKA KONSEP ............................................................................ 23

E. HIPOTESIS ............................................................................................... 24

BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 25

vi
A. Pendekatan Penelitian. .............................................................................. 25

B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 25

C. Populasi dan Sampel ................................................................................. 26

D. Variabel Penelitian .................................................................................... 27

E. Definisi Konseptual ................................................................................... 28

F. Definisi Operasional .................................................................................. 28

G. Jalannya Penilitian..................................................................................... 30

H. Teknik Analisis Data ................................................................................. 31

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Terkait .......................................................................... 7

Tabel 3.1 Agenda Rancangan Penelitian ....................................................... 34

Tabel 3.2 Nilai Normal Panjang Otot ........................................................... 35

Tabel 3.3 Nilai Normal Jangkauan................................................................. 35

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Informed Concent

Lampiran 2 Form Penelitian Fleksibilitas

Lampiran 3 Scala Penilaian Berg Balance Scale

Lampiran 4 Protokol Pemeriksaan Muscle Length Test

Lampiran 5 Protokol Pemeriksaan Berg Balance Scale

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan

Manusia secara alamiah akan mengalami proses penuaan atau

menjadi tua. Menua merupakan suatu proses hilangnya kemampuan

jaringan secara perlahan-lahan untuk mengganti atau memperbaiki diri dan

mempertahankan fungsi normalnya. Manusia yang sudah menjadi tua akan

mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial. Seseorang dikatakan

sudah menjadi tua dalam Undang-Undang No 13 Tahun 1998 dikenal

dengan nama lansia yang sudah berusia lebih dari 60 tahun

(Kusumawardani and Andanawarih, 2018).

Dalam tahapan umur biasanya manusia akan ditimpa kelemahan

pada semua pancainderanya dan seluruh anggota badannya, sehingga ada

kalanya ia sama sekali tidak berdaya atau berkekuatan lagi, Allah

berfirman ::

‫َّللاُ الهذِي خلق ُك ْم ِم ْن ض ْعفٍ ث ُ هم جعل ِم ْن ب ْع ِد ض ْعفٍ قُ هوةً ث ُ هم جعل ِم ْن ب ْع ِد قُ هو ٍة ض ْعفًا‬


‫۞ ه‬

ُ ‫وشيْبةً ۚ ي ْخلُ ُق ما يشا ُء ۖ وهُو ْالع ِلي ُم ْالقد‬


‫ِير‬

Artinya : Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah,

kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi

kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah kembali

dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikenhendaki-Nya dan Dialah

Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa (QS Arrum:54).


2

Populasi global yang berusia 60 tahun atau lebih berjumlah 962 juta

pada 2017. Di Indonesia, 16,5 juta orang (7,8%) berusia di atas 60

menjadikannya negara dengan populasi lansia terbesar kesepuluh di dunia

dan terbesar ketiga di Asia pada tahun 2012. Populasi yang lebih tua di

Indonesia akan mencapai 28,8 juta (11,3%) pada tahun 2020 (Mahwati,

2014).

Menurut Rismayanthi (2018), pada usia 60 tahun ke atas, lansia

mengalami penurunan sistem muskuloskletal yang mengakibatkan

berkurangnya massa otot secara substansia dan hilangnya elastisitas jaringan

ikat yang mengelilingi otot sehingga otot mengalami proses pemendekan

alami dan terjadi penurunan pada fleksibilitas. Fleksibilitas adalah

kemampuan otot untuk melakukan peregangan selama mungkin. Fungsi ini

memungkinkan pergerakan tubuh dengan ROM maksimal. Ini dianggap

sebagai faktor penentu untuk mendapatkan gerakan pada manusia.

Fleksibilitas cenderung menurun secara progresif tanpa perbedaan

antar jenis kelamin, menurun 20-30% hingga usia 70 tahun. Fleksibilitas

diperlukan untuk gerakan yang efisien, karena fleksibilitas yang menurun

akan menyebakan penurunan rentang gerakan dan panjang langkah yang

kecil sehingga dapat menyebabkan instabilitas postural secara khusus dan

dapat mengurangi efektivitas pergelangan kaki dan pinggul yang masing-

masing digunakan untuk mengontrol stabilitas postural. Peran stabilitas

selama gerakan membutuhkan koordinasi yang baik dengan aktivasi otot-

otot penggerak ektremitas bawah, sehingga penurunan dari fungsi ini akan
3

mengakibatkan lanjut usia memiliki pola gaya berjalan yang kurang optimal

dan langkah kaki depan dan belakang yang tidak stabil dan akan

menyebabkan penurunan kontrol keseimbangan dinamis seperti berjalan

(Osoba et al., 2019).

Keseimbangan adalah proses di mana individu mempertahankan dan

menggerakkan tubuh mereka dalam hubungan tertentu dengan lingkungan

dimana keseimbangan dicapai dengan mengoordinasikan tindakan beberapa

kelompok otot yang memepertahankan hubungan yang terbentuk antara

sekumpulan segmen tubuh secara keseluruhan dengan lingkungan

(Wiśniowska et al., 2019).

Seseorang yang mengalami gangguan keseimbangan akan kesulitan

dalam mempertahankan pusat massa tubuh dalam batas stabilitas yang

ditentukan. Ketidakstabilan ini akan mempengaruhi aktivitas kehidupan

sehari-hari, dari aktivitas sederhana seperti berdiri, bangkit dari kursi atau

mengubah posisi tubuh hingga aktivitas yang lebih kompleks seperti transisi

dari duduk / berdiri ke berjalan sambil mengubah arah atau bersosialisasi

dengan masyarakat sekitar sehingga diperlukannya pemeliharaan

keseimbangan (Dunsky et al., 2017).

Pemeliharaan keseimbangan adalah fenomena kompleks yang

dipengaruhi oleh berbagai faktor saraf dan muskuloskeletal. Keseimbangan

dipertahankan melalui proses yang kompleks yang melibatkan deteksi

sensorik gerakan tubuh, integrasi informasi sensorimotor dalam sistem saraf


4

pusat, dan pelaksanaan respons muskuloskeletal yang tepat (Hetal and

Rathod Sonal, 2015).

Kebanyakan lansia tidak dapat menangkal gangguan intrinsik

maupun ekstrinsik terhadap keseimbangan karena kurangnya fleksibilitas

sehingga gangguan tersebut dapat menyebabkan jatuh pada lansia.

Berdasarkan data diatas penulis tertarik melakukan penelitian tentang

hubungan fleksibilitas ektremitas bawah dengan keseimbangan dinamis

pada lanjut usia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dari penelitian ni adalah:

Apakah ada hubungan fleksibilitas Ektremitas bawah dengan keseimbangan

dinamis pada lansia?

C. Tujuan Penilitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan fleksibilitas ektremitas bawah dan

keseimbangan dinamis pada lanjut usia.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui fleksibilitas ektremitas bawah

b. Mengetahui keseimbangan dinamis papa lansia.

D. Manfaat Penilitian
5

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari penilitian ini bagi peneliti antara lain :

a. Menambah ilmu pengetahun dan wawasan dalam membuat suatu

penilitian dan analisa kasus.

b. Menambah pengetahuan dan penjelasan suatu hubungan sesbab

akibat tentang hubungan fleksibilitas ektremitas bawah dengan

keseimbangan dinamis pada lanjut usia.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini antara lain :

a. Sebagai informasi ilmiah dalam dunia kesehatan dan diharapkan

dapat menambah pengertian kepada masyarakat tentang manfaat

mengetahui hubungan fleksibilitas ektremitas bawah dengan

keseimbangan dinamis pada lanjut usia.

b. Dapat dijadikan suatu ajakan preventif mengenai kasus

keseimbangan pada lansia.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. TINJAUAN PUSTAKA

Tabel 2.1 Penelitian terkait


Judul (Penulis) Tujuan Deskripsi Hasil

Balance disorders in the Menganalisis perbedaan 64 subjek yang berusia 65 Pasien yang lebih tua
elderly equilibriometrik antara tahun dan 82 tahun, dengan 2 mendapatkan skor yang
(Andrés Soto-Varela, 2 populasi pasien usia kelompok studi yang lebih buruk dalam tes
Marcos Rossi-Izquierdo, lanjut (lansia muda dan diklasifikasikan menurut usia ekuilibriometrik tetapi
Ana Faraldo-García ) lansia) dengan pasien. Variabel utama yang tidak semuanya. Dalam
ketidakstabilan yang dianalisis: uji penjadwalan tes organisasi sensorik,
disebabkan hanya oleh time up and go test, pasien yang lebih tua
usia. Computerized dynamic menggunakan informasi
posturography (CDP) sensory visual dan vestibular
organisation test (SOT) yang lebih buruk; mereka
(menggunakan platform juga membutuhkan lebih
posturografi Neurocom Smart banyak waktu dan
Equitest). langkah untuk time up
and go test.
The relationship between Menyelidiki apakah Delapan belas subjek berusia Penelitian ini
range of motion, penurunan rentang 60 tahun dan lebih tua menunjukkan bahwa
flexibility and balance in gerak ekstremitas berpartisipasi dalam penelitian penurunan fleksibilitas
the elderly. bawah pasif (ROM) dan ini. Subjek dibagi menjadi 2 dan ROM pada orang tua
(Michael Chiacchiero, fleksibilitas kategori, faller dan nonfaller. berkorelasi dengan
Bethany Dresely, Udani berkontribusi pada Kedua kelompok subjek peningkatan resiko jatuh.
Silva, Ramone penurunan pada lansia. menjalani ROM dan pengujian dengan skor
DeLosReyes and Boris fleksibilitas pada ekstremitas keseimbangan dan
Vorik, ) bawah fleksibilitas / ROM
(nonfaller: R2 = 0,0707,
fallers: R2 = 0,0678).
Relationship between Mengetahui, Penelitian ini merupakan Penelitian ini
Flexibility with Balance berdasarkan penelitian observasional menunjukkan bahwa
in the Elderly Based on patofisiologi klinis, dengan desain analitik cross- fleksibilitas memiliki
Clinical Pathophysiology hubungan antara sectional. Sampel didefinisikan korelasi yang signifikan
(Cerika Rismayanthi) fleksibilitas otot dan sebagai 77 lansia. Teknik dengan keseimbangan
keseimbangan pada analisis data telah digunakan pada orang tua
orang tua. sebagai korelasi pearson.
7

Judul (Penulis) Tujuan Deskripsi Hasil

Equilibrium and muscle Mengevaluasi Wells's Bench dan Functional hasil yang lebih baik
flexibility in elderly keseimbangan dan Reach Test (FRT) plus Timed dalam pelaksanaan tes
people subjected to fleksibilitas orang lanjut Up and Go Test (TUG) yang dievaluasi setelah
physiotherapeutic usia yang diajukan ke digunakan masing-masing program
intervention program pelatihan yang untuk menilai fleksibilitas otot kegiatan fisioterapi,
(Mariane Fernandes melibatkan latihan dan analisis keseimbangan. Tes berkontribusi terhadap
Ribeiro, Lislei Jorge terapi fisik. Enam lansia dilakukan sebelum dan sesudah peningkatan fleksibilitas
Patrizzi, Vicente de dipilih, usia rata-rata program latihan yang terdiri otot dan keseimbangan
Paula Antunes Teixeira 69,66 tahun. dari tiga puluh lima sesi sesi lansia
and Ana Paula terapi fisik 50 menit, dua kali orang-orang.
Espindula) seminggu, dengan latihan
peregangan, latihan kiprah,
latihan aktif, latihan koreksi
postural dan latihan
pernapasan.

B. TINJAUAN TEORI

1. Lanjut Usia (Lansia)

a. Definisi Lanjut Usia (Lansia)

Seseorang dikatakan sudah menjadi tua dalam Undang-Undang

No 13 Tahun 1998 dikenal dengan nama lansia yang sudah berusia

lebih dari 60 tahun (Kusumawardani D and Andanawarih, 2018)

Lansia adalah suatu proses yang pasti dialami oleh semua orang

yang dikaruniai usia panjang dan tidak dapat dihindari oleh siapapun.

Pada lansia akan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu perubahan

biologis, fisik, kejiwaan dan sosial. Perubahan ini akan memberikan

pengaruh pada seluruh aspek kehidupan pada lansia (Windows et al.,,

2015).
8

b. Penggolongan umur lansia

Lanjut usia dapat diklasifikasikan menjadi empat kelompok.

Sebagai hasil dari klasifikasi ini, seseorang yang berusia 45-49 tahun

disebut usia tengah dan seseorang yang berusia 60-74 tahun (lansia).

Juga, seseorang berusia 75-90 dikatakan lebih tua dan seseorang yang

berusia lebih dari 90 disebut sangat tua (Rismayanthi, 2018).

c. Perubahan yang terjadi pada lansia

Berbagai perubahan sering terjadi dengan bertambahnya usia.

Perubahan yang terjadi pada lansia dapat mengakibatkan gangguan

pada sistem tubuh yang merupakan dampak fungsional negatif. Salah

satu perubahan yang terjadi pada lansia yaitu perubahan fisik. Salah

satu yang mencakup dalam perubahan fisik yaitu perubahan pada

sistem neuromuskuloskletal (Valipour D and Motamedi, 2018).

Berbagai jaringan membentuk sistem neuromuskuloskeletal,

termasuk otot, tendon, ligamen, tulang, tulang rawan, dan saraf.

Seperti sistem tubuh, perubahan struktur tubuh dan fungsi yang

berkaitan dengan usia juga lazim dalam sistem neuromusculoskeletal.

Tingkat perubahan fisiologis dan dampak yang dihasilkan pada fungsi

sangat individual, dan perbedaan individu di antara orang dewasa

yang lebih tua menjadi lebih jelas dengan bertambahnya usia.

Perubahan jaringan dan sistem ini memengaruhi fungsi, mobilitas, dan

kemampuan orang dewasa yang lebih tua untuk berinteraksi dengan


9

lingkungan. Beberapa perubahan terkait usia yang paling menonjol

dalam sistem neuromuskuloskeletal termasuk :

1) Kekuatan dan daya tahan otot menurun

2) Kehilangan massa otot rangka yang ditandai

3) Berkurangnya jumlah unit motor fungsional

4) Penurunan persentase serat otot

5) Perubahan perataan postur

6) Perubahan tulang dan tulang rawan

7) Perubahan keseimbangan dan gaya berjalan

8) Penurunan kecepatan gerakan maksimal dan inisiasi respons

terhadap rangsangan

9) Peningkatan ambang batas untuk sensasi getaran dan penurunan

proprioception (Bonder O and Bello-haas, 2009)

d. Permasalahan yang terjadi pada lansia.

Salah satu faktor utama yang saat ini membatasi kehidupan lansia

adalah ketidakseimbangan. Dalam 80% kasus itu tidak dapat dikaitkan

dengan penyebab spesifik, melainkan karena keterlibatan sistem

keseimbangan secara keseluruhan. Pada lebih dari setengah kasus,

ketidakseimbangan berasal antara usia 65 dan 75 tahun (Alsaif, 2018).

Gangguan keseimbangan pada populasi lansia seringkali

merupakan kondisi multifaktorial. Kelemahan pada otot penstabil inti,

perubahan pola aktivasi otot, hilangnya propriosepsi, dan

ketidakmampuan untuk mengendalikan goyangan postur normal


10

semuanya dapat mengakibatkan penurunan keseimbangan pada orang

tua. Penurunan cadangan fisiologis seiring bertambahnya usia,

membatasi kemampuan untuk bereaksi cepat terhadap gangguan

(Raju, 2012).

Sementara ada sejumlah kontributor keterbatasan fisik dengan

bertambahnya usia, salah satu kontributornya yaitu penurunan kenerja

otot. Perubahan penuaan yang terkait dengan penurunan kinerja otot

adalah hilangnya massa otot (Tieland et al., 2018). Otot mengalami

proses atrofi, atrofi otot terjadi seiring bertambahnya usia. Atrofi otot

dengan penuaan berkontribusi pada hilangnya serat otot. Penurunan

serat otot akan menyebabkan penurunan fleksibilitas otot dan akan

menghambat kemampuan otot untuk menciptakan kontraksi yang kuat

dan cepat (Chiacchiero et al., 2010).

Kecepatan dan kekuatan otot berkontribusi untuk

menyeimbangkan masalah di usia yang lebih tua. Selain penurunan

pada otot-otot, sebanyak 50% penurunan ROM sendi juga terjadi

seiring proses penuaan terus berlanjut. Penurunan ROM terjadi karena

kemunduran fungsi sel secara bertahap pada tulang rawan, ligamen

tendon dan otot (Ingle D and Ingle D, 2012).

Proses penuaan juga dikaitkan dengan perubahan aspek,

biomekanik, struktur dan fungsi dari kaki (Rodríguez-Sanz et al.,

2018). Kaki bertindak sebagai titik tumpu, menghubungkan ke

ekstremitas bawah, panggul, dan tulang belakang, dan kepala bergerak


11

seperti pendulum (Oshima et al., 2019). Kelemahan otot tungkai

bawah terungkap dalam kinerja yang buruk pada keseimbangan, pola

berjalan abnormal dan mobilitas berkurang (Sturnieks et al., 2010).

e. Dampak perubahan dan permasalahan pada lansia

Akibat dari perubahan yang terjadi pada lansia beresiko untuk

gangguan umum, termasuk penurunan kekuatan, fleksibilitas dan

masalah pergerakan dan fungsi. Akibatnya, lansia mengalami

penurunan kemampuan secara bertahap dan mungkin mengalami

kesulitan melakukan kegiatan dan pekerjaan sehari-hari mereka.

Seperti sistem lainnya, proses penuaan muskuloskeletal dan

neurologis sangat bervariasi dari satu orang ke orang lain. Namun,

untuk beberapa individu perubahan terkait usia dapat berkontribusi

pada perkembangan beberapa kondisi kronis yang biasanya terlihat

pada orang dewasa yang lebih tua (Balwant S Bains, 2017).

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perubahan dalam

penyelarasan ektremitas bawah berperan dalam terjadinya cedera

(Bozbaş and Gürer, 2018). Permasalahan yang sering ditemukan pada

ektremitas bawah yaitu terjadinya penurunan pada kekuatan fleksi

ekstensi hip, kekuatan ekstensi lutut, kekuatan dorsi fleksi

pergelangan kaki (Sturnieks et al., 2010)

Kelemahan pada otot-otot tersebut dapat menurunkan efektivitas

strategi pada pinggul, lutut dan pergelangan kaki. Penurunan kekuatan

otot tersebut disebabkan karena penerunan fleksibilitas otot yang


12

seiring waktu akan menyebabkan penurunan rentang gerakan pada

sendi ektremitas bawah sehingga dapat menggangu keseimbangan

pada lansia. Hal ini menunjukkan bahwa penurunan fleksibiitas dan

rentang gerak pada lansia berkorelasi dengan peningkatan frekuensi

jatuh (Chiacchiero et al., 2010).

2. Fleksibilitas

a. Definisi fleksibilitas

Fleksibilitas adalah kemampuan untuk menggerakkan semua

bagian tubuh melalui berbagai gerakan tanpa distensi sendi dan

ligamen otot yang berlebihan (Rene, 2016). Menurut Ribeiro et al.

(2016), Fleksibilitas adalah salah satu faktor yang memepengaruhi

pemeliharaan kemampuan fungsional pada lansia. Fleksibilitas terkait

dengan 'elastisitas' tendon, ligamen, dan kapsul sendi, yang berkurang

berdasarkan usia karena defisiensi kolagen. Oleh karena itu, kapasitas

fungsional dapat terganggu oleh perubahan fisiologis yang

memengaruhi mobilitas lansia.

b. Penggolongan fleksibilitas

Fleksibilitas diklasifikasikan sebagai statis ketika ditentukan oleh

rentang gerak kelompok otot sendi, tetapi diklasifikasikan sebagai

dinamis ketika ditentukan oleh rentang gerakan yang lebih besar

menggunakan kekuatan otot agonis dan relaksasi otot antagonis

(Rene, 2016).
13

c. Permasalahan fleksibilitas pada lansia

Tren menunjukkan penurunan fleksibilitas dengan penuaan

sebagian besar disebabkan oleh hilangnya elastisitas jaringan ikat

yang mengelilingi otot yang memiliki implikasi besar pada efisiensi

gerakan. Penurunan fleksibilitas biasanya terkait dengan perubahan

mekanis dan biokimiawi dalam sistem musculoskletal, yang

membahayakan rentang gerak, sehingga mengurangi fleksibilitas

dalam segmen yang berbeda (Ingle D and Ingle D, 2012).

Menurunnya fleksibilitas dan kekuatan pada lansia dapat

memengaruhi keseimbangan, postur, gaya berjalan, dan mengurangi

transisi dari posisi duduk ke berdiri sehingga menghambat aktivitas

hidup sehari-hari (Cubas S and Ribas D, 2017).

Fleksibilitas otot dapat didefinisikan sebagai kemampuan otot

untuk memanjang, memungkinkan sendi bergerak melalui rentang

geraknya. Hilangnya kelenturan, terutama dalam artikulasi, pinggul,

lutut dan pergelangan kaki akan mengurangi efektivitas strategi

pinggul dan pergelangan kaki sehingga membatasi otonomi orang

lanjut usia dan menghambat kemampuan mereka untuk melakukan

kegiatan sehari-hari (Rismayanthi, 2018). Adapun beberapa otot yang

berkontribusi besar dalam penurunan fleksibilitas pada ektremitas

bawah yaitu :

1) Otot Hamstring
14

Hamstring adalah sekelompok otot pada aspek posterior

paha yang terdiri dari Biceps femoris, Semitendinosus dan

Semimembranosus. Sebagai otot antigravitasi, otot Hamstring

membantu menjaga postur tubuh, memegang posisi panggul, dan

melakukan gerakan tubuh sehubungan dengan ekstremitas bawah.

Partisipasi langsung atau bantuan Hamstring tidak dapat dihindari

dalam kegiatan seperti Aktivitas Kehidupan Sehari-hari seperti,

menuruni tangga, transisi dari duduk ke berdiri, berjalan, berlari dll

(Babu and Paul, 2018).

Hamstring adalah salah satu otot yang diperkirakan akan

dipengaruhi oleh duduk lama dalam hal fleksibilitas, kekuatan dan

daya tahan (Hyong and Kang, 2013).

2) Otot Tensor Facia Latae

Salah satu temuan paling konsisten pada subjek dengan

disfungsi pinggul adalah ketidak mampuan untuk mempertahankan

kontrol lateral yang memadai pada pinggul dan panggul dalam

posisi tungkai tunggal (Grimaldi et al., 2009).

Otot tensor fascia latae memainkan peran penting dalam

menjaga stabilitas panggul, mengoordinasikan gerakan lateral dan

mempertahankan kontrol postural di dasar yang sempit. Gangguan

kemampuan untuk menjaga stabilitas keseimbangan lateral sangat

relevan untuk jatuh di antara orang tua. fleksibilitas otot lateral

yang berkurang pada orang tua karena orang yang lebih tua kurang
15

sering terlibat dalam kegiatan, seperti tugas menahan beban tungkai

tunggal, menggerakkan seluruh tubuh dan tugas-tugas lain yang

membutuhkan penggunaan otot-otot tensor fascia latae yang

penting untuk keseimbangan lateral kontrol (Inacio et al., 2014).

3) Otot Rectus Femoris

Otot rectus femoris (RFM) adalah otot diantara dua sendi yang

terletak di lapisan paling dangkal otot quadriceps. Berasal dari area

tulang belakang iliaka antero inferior dan menyilang pinggul untuk

dimasukkan pada kutub atas patela. Tindakan utama otot ini adalah

ekstensi lutut dan fleksi pinggul. RFM menyebabkan fleksi

pinggul, terutama pra-ayunan, dan memengaruhi kecepatan

berjalan, karena aktivitas RFM meningkat dengan meningkatnya

kecepatan berjalan selama fase awal. Selama berdiri, RFM juga

mengontrol jumlah fleksi pada lutut dan menyebabkan ekstensi

lutut (Kim et al., 2016).

Kinerja otot rectus femoris sangat penting dalam aktivitas

sehari-hari. Penurunan fleksibilitas otot RFM akan mempengaruhi

keseimbangan dan kontrol posisi tubuh dan meningkatkan resiko

jatuh pada lansia (Joudeh et al., 2018).

4) Otot Gastronemius

Gastrocnemius adalah fleksor plantar kuat pada sendi

pergelangan kaki. fleksi plantar sangat penting dalam berjalan dan

berlari yang diproduksi oleh gastrocnemius. Otot gastrocnemius


16

memainkan peran penting sebagai struktur terminal tungkai bawah

yang berkontribusi terhadap pergerakan serta stabilitas. Otot

gastrocnemius akan di aktifkan untuk menjaga keseimbangan jika

ada goyangan ke arah posterior (Abdul R et al., 2017).

Penuran fleksibilitas tendon otot gastrocnemius dikaitkan

dengan penuaan normal pada lansia. Otot-otot tungkai bawah

memainkan peran kunci dalam berdiri, dengan secara khusus

penurunan fleksibilitas otot gastrocnemius berkontribusi untuk

mengendalikan keseimbangan pada lansia (Sarkar A and Gupta N,

2018).

d. Dampak penurunan fleksibilitas pada lansia

Fleksibilitas pada ektremitas bawah penting untuk

mempertahankan pola berjalan normal. Kurangnya fleksibilitas akan

menyebabkan gangguan pada postur kaki dan pola berjalan pada

lansia sehingga Kurangnya fleksibilitas dikaitkan dengan masalah

dalam melaksanakan dan mempertahankan kegiatan motorik dalam

kehidupan sehari-hari (McDonald et al., 2011).

e. Hubungan feksibilitas dengan keseimbangan.

Proses penuaan pada lansia akan menyebabkan perubahan pada

sistem muskuloskletal. Perubahan sistem muskuloskletal pada lansia

diantaranya yaitu penurunan massa otot secara substansia dan

berkurangnya elastisitas pada otot sehingga terjadi penurunan pada

fleksibilitas otot karena otot tidak bisa memanjang dengan sempurna.


17

Fleksibilitas otot penting karena keterbatasannya memiliki dampak

besar pada kinerja gerakan, adapun otot yang memiliki dampak besar

pada kinerja gerakan tersebut yaitu: otot hamstring, otot rectus

femoris, otot tensor facsia latea dan otot gastronemius, dimana otot

tersebut sangat penting untuk menjaga pola berjalan normal dan

untuk kegiatan yang melibatkan kelenturan dan mencapai (Overmoyer

and Reiser, 2015).

Fleksibilitas diperlukan untuk gerakan yang efisien, karena

fleksibilitas otot-otot tungkai yang menurun akan menyebakan

penurunan rentang gerakan selama berjalan dan sendi ektremitas

bawah menjadi semakin terbatas sehingga pola berjalan pada lansia

akan terganggu. Penurunan fleksibilitas otot-oot tungkai pada lansia

akan membuat lansia kehilangan mobilitas dan terbatas saat bergerak

maju atau berputar. Perubahan tersebut akan membuat lansia kesulitan

dalam mengontrol gerakan yang terjadi dan menggangu penggunaan

normal strategi untuk kontrol keseimbangan dinamis pada lansia

(Lexell et al., 2011).

3. Keseimbangan

a. Definisi keseimbangan.

Penuaan dikaitkan dengan penurunan keseimbangan.

Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan

kesetimbangan tubuh ketika ditempatkan di berbagai posisi dan

kemampuan untuk mempertahankan pusat gravitasi pada bidang


18

tumpu terutama saat posisi tegak. Keseimbangan kemudian

didefinisikan sebagai fungsi yang membutuhkan penyesuaian aktivitas

otot dan posisi sendi yang konstan untuk mempertahankan berat badan

di atas basis dukungannya. Kemampuan untuk menyesuaikan aktivitas

otot untuk mempertahankan keseimbangan bergantung pada sistem

visual, vestibular,auditori, somatosensori, neuromuscular dan terutama

fleksibilitas, kekuatan otot, rentang gerakan dan waktu reaksi (Ayu et

al., 2015).

b. Penggolongan keseimbangan

Keseimbangan memiliki dua komponen: statis dan dinamis.

Keseimbangan statis yaitu seseorang yang tidak terlibat aktivitas

apapun sedangkan keseimbangan dinamis yaitu seseorang yang

melakukan pergerakan dalam postur duduk maupun berdiri dalam

melakukan aktivitas yang bertujuan (Osoba et al., 2019).

Keseimbangan diperlukan untuk merespon gerakan dan bereaksi

terhadap gangguan eksternal. Ketika menjaga keseimbangan pusat

maka seseorang harus tetap berada di dalam basis tumpuan yang terus

berubah dan mempertahankan stabilitas selama gerakan dalam berdiri

dan berjalan. "Batas stabilitas" ini tergantung pada biomekanik

individu, dan jenis permukaan tempat individu (Osoba et al., 2019).

Keseimbangan tubuh dicapai ketika semua kekuatan internal dan

eksternal yang bekerja pada tubuh berada di bawah kendali dan

memungkinkan tubuh bergerak dengan cara yang terkendali. Agar


19

keseimbangan yang lebih baik dapat diperoleh, seseorang harus

mempertahankan pusat massa tubuh mereka dalam batas stabilitas

yang ditentukan oleh kemampuan untuk mengendalikan posisi tanpa

mengubah basis pendukung (Ribeiro et al., 2016).

c. Dampak penurunan keseimbangan.

Keseimbangan tubuh dicapai dengan mengoordinasikan tindakan

beberapa kelompok otot yang mempertahankan hubungan yang

terbentuk antara segmen tubuh dan hubungan sekumpulan segmen

atau tubuh secara keseluruhan dengan lingkungan (Wiśniowska et al.,

2019).

Seseorang yang mengalami gangguan keseimbangan akan

kesulitan dalam mempertahankan pusat massa tubuh mereka dalam

batas stabilitas yang ditentukan. Ketidakstabilan ini akan

mempengaruhi aktivitas kehidupan sehari-hari, dari aktivitas

sederhana seperti berdiri, bangkit dari kursi atau mengubah posisi

tubuh hingga aktivitas yang lebih kompleks seperti transisi dari

duduk-berdiri ke berjalan sambil mengubah arah atau bersosialisasi

dengan masyarakat sekitar (Dunsky et al., 2017).

4. Instrumen Pengukuran

a. Test Panjang Otot

Panjang otot mengacu pada kemampuan otot yang mengelilingi

sendi untuk memanjang, yang memungkinkan satu sendi atau

serangkaian sendi bergerak melalui rentang gerak yang tersedia.


20

Untuk otot yang hanya melewati satu sendi saja, rentang gerak dan

rentang panjang otot akan mengukur sama. Sedangkan untuk otot

yang melewati dua sendi atau lebih, rentang normal dari panjang otot

akan kurang dari total jarak gerak sendi yang dilewati otot (Reese and

Bandy, 2016)

Panjang otot maksimal adalah ekstensibilitas terbesar dari unit

muscletendon. Ini adalah jarak maksimal antara proksimal dan

perlekatan distal otot ke tulang. Secara klinis, panjang otot tidak

diukur secara langsung; sebaliknya, diukur secara tidak langsung

dengan menentukan ROM pasif maksimal dari persendian yang

dilintasi oleh otot (Cynthia et al., 2013).

Adapun pengukuran panjang otot yaitu :

1) Thomas test

Thomas test digunakan untuk mengukur reliabilitas test-

retest pengukuran panjang otot rectus femoris dengan mengambil

pengukuran di lutut. koefisien reliabilitas intrarater untuk rektus

femoris (ICC= 0,97). korelasi keandalan intrarater untuk

pengukuran panjang otot iliopsoas dan rektus femoris mulai dari

0,91 hingga 0,94 (Reese and Bandy, 2016)

2) Ober test

Tes ober pada awalnya dideskripsikan pada tahun 1935

sebagai tes untuk fleksibilitas Tensor fascia lata dan ilio tibial

band. Hasil pengukuran dianggap dapat diandalkan jika tidak ada


21

perbedaan yang signifikan secara statistik antara setidaknya dua

pengukuran dalam kondisi yang sama. Tingkat keandalan

(reproduktifitas) pengukuran dinilai oleh koefisien korelasi

intraclass. pengukuran goniometri panjang otot tensor fascia lata

menerapkan tes Ober dan tes Ober Modifikasi, dan koefisien

korelasi intraclass berada dalam kisaran (ICC= 0,90-0,94),

sehingga reliabilitas pengukuran (reproduktifitas) tes Ober dan tes

Ober Modifikasi diperkirakan baik atau sangat baik (Kesminas et

al., 2015).

3) Passive Knee Extension Test

Tes ekstensi lutut pasif adalah pemeriksa menggerakkan

kaki melalui rentang gerak yang tersedia, adalah tes yang paling

tepat untuk mengukur panjang otot hamstring. tes ekstensi lutut

pasif adalah metode yang sederhana dan dapat diandalkan. Nilai

korelasi yang dilaporkan untuk pengukuran pretest dan post-test

menggunakan tes perpanjangan lutut pasif hasil menunjukkan

korelasi reabilitas (ICC) untuk panjang otot Hamstring adalah

0,97 (Reese and Bandy, 2016).

4) Gastronemius Muscle Length Test

Dalam sebuah penelitian dengan tujuan akhir menguji

fleksibilitas ekstremitas bawah melaporkan keandalan intratester

pengukuran panjang otot gastrocnemius (terlentang diukur). Hasil


22

menunjukkan korelasi reliabilitas (ICC) untuk panjang otot

gastrocnemius 0,98 (Reese and Bandy, 2016).

b. Berg Balance Test. (BBS)

Skala Keseimbangan Berg balance scale (BBS) adalah tes klinis

yang banyak digunakan untuk kemampuan keseimbangan statis dan

dinamis seseorang. Instrumen-instrumen ini mengevaluasi tugas yang

berbeda antara lain: kontrol postural, termasuk strategi sensorik,

stabilitas, penyelarasan postur dan penyesuaian postur antisipatif. Di

antara instrumen ini, BBS banyak digunakan karena cepat diterapkan

(15 menit), membutuhkan beberapa bahan dan mencakup tes lainnya,

seperti sikap kaki tunggal dan jangkauan fungsional. Awalnya BBS

dikembangkan untuk menilai disfungsi dari keseimbangan kehidupan

sehari-hari pada orang dewasa yang lebih tua dan saat ini digunakan

pada populasi yang berbeda dan bahasa (Downs et al., 2013).

Reliabilitas relatif intra-rater BBS adalah 0,98 (95% CI 0,97

hingga 0,99) dan Estimasi reliabilitas antar penilai yang dikumpulkan

adalah 0,97 (95% CI 0,96 hingga 0,98). Namun, penilaian sensitivitas

untuk memperkirakan jatuh berkisar dari rendah (25% setiap jatuh;

42% beberapa jatuh) hingga tinggi (77% hingga 88% satu kali jatuh;

95% beberapa jatuh. BBS adalah alat yang handal dan valid untuk

menilai keseimbangan dan mobilitas fungsional dalam populasi

penyakit neurologis dan orang tua. Nilai batas BBS untuk menilai

risiko jatuh bervariasi dari 33 hingga 54 poin (Lima et al., 2018).


23

C. KERANGKA BERPIKIR

Lansia

Penuaan

Perubahan Perubahan Fisik Perubahan Kejiawaan


Fisiologis dan sosial

Perubahan Sistem Perubahan Sistem Perubahan Sistem


Neurologi Musculoskletal Sensoris

Punurunan Penurunan
massa otot kekuatan otot

Terjadinya
Atropi serat otot

Penurunan
Fleksibilitas

Penurunan Penurunan Perubahan Pola


Rentang gerakan. keluwesan gerakan Gerakan

massa otot

Kesulitan mengkoordinasi pergerakan kaki


selama fase awal dari suatu langkah

Perubahan pola berjalan:


- Frekuensi langkah lebih tinggi
- Lebar langkah yang lebih pendek
24

Gangguan mempertahankan kontrol


keseimbangan dinamis

D. KERANGKA KONSEP

Fleksibilitas :

 Tes Panjang Otot ( Keseimbangan


Thomast test, Ober Dinamis :
Test, Passive Knee
Lansia  Berg
Extension Test dan
Gastronemius Balance Test
muscle length test )

E. HIPOTESIS

Terdapat hubungan antara fleksibilitas ektremitas bawah dengan

keseimbangan dinamis pada lansia.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif non eksperimen

dengan menggunakan desain cross sectional dengan pendekatan correlation

study. Pendekatan cross sectional yaitu penelitian yang dilakukan pada satu

titik waktu atau periode singkat dimana variabel yang termasuk faktor resiko

dan variabel – variabel lainnya diukur hanya satu kali satu waktu (Arun,

2019). Pada penelitian ini peneliti mengambil data tentang hubungan rentang

gerakan dan fleksibilitas dengan keseimbangan dinamis pada lansia.

Rancangan penelitian adalah sebagai berikut :

X O1
X
Gambar 3. 1 Rancangan Penelitian
Keterangan :

X : Fleksibilitas

O1 : Keseimbangan dinamis

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini bertempat di komunitas lansia abadi gonilan pada bulan

Desember 2019 yang dilakukan dalam 1 kali.

25
26

Tabel 3.1 Agenda rancangan penelitian


Tahun 2019 Tahun 2020
Kegiatan
Oktober November Desember Januari

Survei
lapangan

Penyusunan
proposal
Ujian proposal
Revisi
Proposal
Penelitian
Pengelolaan
data dan
penyusunan
naskah skripsi
Ujian
pendadaran

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam sampel ini adalah lansia yang ada di komunitas

lansia abadi gonilan yaitu usia 60-75 tahun. Diketahui bahwa terdapat

sekitar 80 orang lansia yang tercatat sebagai anggota di komunitas

tersebut.

2. Sampel

a. Teknik pengambilan sampel

Sampel didefinisikan sebagai sekelompok orang yang dipilih dari

suatu populasi untuk tujuan penyelidikan (Alvi and Mohsin, 2016).

Dalam penelitian ini pengambilan sampel penelitian menggunakan


27

Puposive Sampling dengan kriteria inklusi dan ekslusi sebagai berikut

1) Kriteria inklusi

a) Responden berusia 60-75 tahun

b) Full weigh bearing atau berjalan mandiri.

c) Mampu berkomunikasi dengan baik

d) Skor total dari pemeriksaan keseimbangan berg balance scale

41-56.

2) Kriteria ekslusi

a) Responden yang memiliki diagnosa patologi sistem saraf

vestibular atau pusat, hipotensi ortostatik.

b) Responden yang tidak mampu untuk mengikuti perintah satu

langkah atau cedera dalam 3 bulan terakhir.

Jadi besar sampel yang didapat berdasarkan kriteria inklusi dan

ekslusi berjumalah 50 orang.

D. Variabel Penelitian

1. Jenis variabel penelitian

Variabel dalam penelitian terdiri dari :

a. Variabel bebas (independent)

Variabel bebas (independent) dalam penelitian ini adalah

fleksibilitas ektremitas bawah.

b. Variabel terikat (dependent)


28

Variabel terikat (dependent) dalam penelitian ini adalah

keseimbangan dinamis.

E. Definisi Konseptual

1. Fleksibilitas

Fleksibilitas adalah kemampuan untuk menggerakkan sendi

melalui serangkaian artikulasi dalam rentang gerakan (ROM) bebas penuh

tanpa rasa sakit. Fleksibilitas juga didefinisikan sebagai kapasitas

kelompok otot untuk memanjang. Adapun faktor yang mempengaruhi

fleksibilitas terhadap rentang gerakan yaitu struktur sendi, ligamen,

tendon, otot, kulit, jaringan lemak, tingkat aktivitas, usia dan jenis

kelamin. Fleksibilitas yang ideal adalah dimana ada kontrol yang cukup

atas jangkauan (Medeiros and Martini, 2017).

2. Keseimbangan Dinamis

Keseimbangan adalah proses di mana individu mempertahankan

dan menggerakkan tubuh mereka dalam hubungan tertentu dengan

lingkungan. Ini adalah proses otomatis dan tidak sadar yang

memungkinkan individu untuk melawan efek gravitasi yang tidak stabil.

Keseimbangan sangat penting untuk gerakan yang disengaja dan

komunikasi yang efektif. (Alsaif, 2018).

F. Definisi Operasional

1. Muscle Length Testing


29

Panjang otot maksimal adalah kelenturan otot yang paling besar

satuan. Ini adalah jarak maksimal antara proksimal dan perlekatan distal

otot ke tulang. Secara klinis, panjang otot tidak diukur secara langsung;

sebaliknya, diukur secara tidak langsung dengan menentukan ROM pasif

maksimal dari persendian yang dilintasi oleh otot. Adapun tes yang

diberikan pada penelitian ini yaitu thomast test, ober test, passive knee

extension test dan Gastronemius muscle test pasien diposisikan supine

lying dan side lying, posisikan goniometer sesuai axis pada setiap test dan

lakukan pemeriksaan sesuai test yang diinginkan. (Parikh and Arora,

2015).

Tabel 3.2 Nilai Normal Panjang Otot


Nama Test Nama Otot Nilai Normal Skala Data
Thomas Test Rectus Femoris 55.420±6.800
Ober Test Tensor Fascia 11.84° ± 4.45°
latae
Passive Knee Hamstring 26.930±5.630 Rasio
Extension Test
Gastrocnemius Gastronemius 13.480±2.080
Muscle test

2. Berg Balance Scale (BBS)

Skala Berg Balance (BBS) menilai kinerja fungsional keseimbangan

melalui tugas-tugas fungsional yang membutuhkan keseimbangan, dan

posturografi Balance Stability System (BSS) menilai kontrol

neuromuskuler melalui kuantifikasi kemampuan individu untuk

mempertahankan stabilitas postural dinamis pada kondisi tidak stabil.

BBS memiliki 14 item yang menilai keseimbangan selama aktivitas


30

fungsional dalam kehidupan sehari-hari; kegiatan-kegiatan ini

diklasifikasikan dari 0 hingga 4, dengan :

0 = memerlukan bantuan sedang hingga maksimal

1 = memerlukan bantuan minimal

2 = Mampu secara mandiri dengan bantuan setelah beberapa kali

mencoba

3 = Mampu secara mandiri dengan bantuan

4 = Mampu secara mandiri tanpa bantuan

Jumlah poin-poin ini dapat mencapai maksimum 56 poin, semakin sedikit

poin semakin besar bahaya bagi stabilitas individu, dengan menggunakan

skala data Rasio (Pereira et al., 2013)

G. Jalannya Penilitian

Cara kerja yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Langkah awal dalam penelitian ini adalah meminta surat izin untuk

melakukan observasi,

2. Melakukan observasi dan menentukan kriteria subjek penelitian

berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi yang telah dilakukan pada bulan

november 2019.

3. Penyusunan proposal dan melaksanakan seminar proposal

4. Pengajuan ethical clearence

5. Penatalaksaan penelitian

a. Pengisian informed consent

b. Melakukan pengukuran panjang otot dan pengukuran keseimbangan.


31

6. Selanjutnya memasukkan hasil pengolahan data ke dalam laporan

kemudian disusun dan dikumpulkan sebagai hasil laporan penelitian.

H. Teknik Analisis Data

1. Uji Normalitas

Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi

normal atau tidak. Apabila subjek penelitian berjumlah >30 maka untuk

menguji data normal menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov dengan nilai

signifikan p>0,05 dan p<0,05 untuk menguji data tidak normal.

2. Uji Hubungan

Hubungan rentang gerakan (ROM) dan fleksibilitas terhadap

keseimbangan skala pengukurannya rasio. Jika data normal distribusinya

menggunakan uji Korellasi Pearson Product Moment dan untuk data

yang tidak normal menggunakan Spearmen Brown.


DAFTAR PUSTAKA

Abdul, R., Khairiyah A., Aizreena M. L., Hadafi, F. M. D. and Mohd, A. (2017)
‘Comparison of tibialis anterior and gastrocnemius muscles activation on
balance training devices and hoverboard’, Malaysian Journal of
Fundamental and Applied Sciences, 13(4–2), pp. 495–500. doi:
10.11113/mjfas.v13n4-2.820.
Alsaif, A. A. (2018) ‘Balance and Prevention of fall among Elderly’, MOJ
Gerontology & Geriatrics, 3(1), pp. 65–69. doi:
10.15406/mojgg.2018.03.00087.
Alvi and Mohsin (2016) ‘A Manual for Selecting Sampling Techniques in
Research Mohsin Hassan Alvi’, Munich Personal RePEc Archive,
(70218).
Arun, B. (2019) ‘Study designs: Part 2 - Descriptive studies’, Perspectives in
Clinical Research, 6, pp. 37–39. doi: 10.4103/picr.PICR.
Ayu Mekayanti D.P., Indrayani, N. and NK, K. D. (2015) ‘Optimalisasi
Kelenturan ( Flexibelity ), Keseimbangan ( Balance ), dan Kekuatan (
Strength ) Tubuh Manusia Secara Instan dengan Menggunakan Secret
Method’, Virgin, 1(1), pp. 40–50.
Babu, S. K. and Paul, A. (2018) ‘Effectiveness of Nordic Hamstring Exercise in
Improving Hamstring Muscle Flexibility , Strength and Endurance among
Young Adults’, International Journal of Health Sciences and Research,
8(3), pp. 119–132.
Balwant S Bains (2017) ‘Joint Functional Screening for Older Adults: Clinical
Prevention of Accidental Fall’, Journal of Sports Medicine and Therapy,
2(3), pp. 091–094. doi: 10.29328/journal.jsmt.1001013.
Bonder, B. R., Otr, L. and Bello-haas, V. D. (2009) Functional Performance in
Older Adults, American Journal of Occupational Therapy. doi:
10.5014/ajot.49.10.1079c.
Bozbaş, G. T. and Gürer, G. (2018) ‘Does the lower extremity alignment affect
the risk of falling?’, Turkish Journal of Physical Medicine and
Rehabilitation, 64(2), pp. 140–147. doi: 10.5606/tftrd.2018.1451.
Chiacchiero, M. D., Bethany, S., Udani D., Ramone, V. and B. (2010) ‘The
relationship between range of movement, flexibility, and balance in the
elderly’, Topics in Geriatric Rehabilitation, 26(2), pp. 148–155. doi:
10.1097/TGR.0b013e3181e854bc.
Cubas, S. R. O. and Ribas, D. I. R. (2017) ‘Positive Effect of Isostretching in
aquatic environment on muscle flexibility in elderly people’, Geriatrics,
Gerontology and Aging, 11(1), pp. 37–41. doi: 10.5327/z2447-
211520171600079.
Cynthia C. Norkin, EdD, P. and D. Joyce White, DSc, P. (2013) Measurement Of
Joint Motion, Journal of Chemical Information and Modeling. doi:
10.1017/CBO9781107415324.004.
Downs, S., Marquez, J. and Chiarelli, P. (2013) ‘The Berg Balance Scale has high
intra- and inter-rater reliability but absolute reliability varies across the
scale: A systematic review’, Journal of Physiotherapy. Elsevier, 59(2), pp.
93–99. doi: 10.1016/S1836-9553(13)70161-9.
Dunsky, A., Zeev, A. and Netz, Y. (2017) ‘Balance Performance Is Task Specific
in Older Adults’, BioMed Research International. Hindawi, pp. 0–6. doi:
10.1155/2017/6987017.
Grimaldi, A. R., Carolyn D., Gail, D., William, D., R. H. and J. (2009) ‘The
association between degenerative hip joint pathology and size of the
gluteus maximus and tensor fascia lata muscles’, Manual Therapy.
Elsevier Ltd, 14(6), pp. 611–617. doi: 10.1016/j.math.2008.11.002.
Hetal, J. and Rathod Sonal, A. (2015) ‘Correlation between Balance and Ankle
Range of Motion in Community Dwelling Women Having Fear of Fall
Aged 60 to 80 Years’, Journal of Exercise Science and Physiotherapy,
11(1), p. 22. doi: 10.18376//2015/v11i1/67092.
Hyong, I. H. and Kang, J. H. (2013) ‘The immediate effects of passive hamstring
stretching exercises on the cervical spine range of motion and balance’,
Journal of Physical Therapy Science, 25(1), pp. 113–116. doi:
10.1589/jpts.25.113.
Inacio, M. R., Alice, S. B., Woei, N. P., Michelle, B., Brock, A. R. and Mark, W.
(2014) ‘Gluteal muscle composition differentiates fallers from non-fallers
in community dwelling older adults’, BMC Geriatrics, 14(1), pp. 1–8. doi:
10.1186/1471-2318-14-37.
Ingle, D. and Ingle, D. (2012) ‘Postural Stability and Flexibility in Young Adults’,
Ursidae: The Undergraduate Research Journal at the University of
Northern Colorado, 2(2), pp. 1–16.
Joudeh, A. A., Alghadir, A. H., Zafar, H., Elwatidy, S. M., Tse, C. and Anwer, S.
(2018) ‘Effect of quadriceps and calf muscles fatigue on standing balance
in healthy young adult males’, Journal of Musculoskeletal Neuronal
Interactions, 18(2), pp. 248–254.
Kesminas, R., Burbulevičiūtė, J. and Sipavičienė, S. (2015) ‘Ober’S Test and
Modified Ober’S Test Are Reliable Means of Measuring Iliotibial Band
Using Both Goniometer and Inclinometer’, Reabilitacijos mokslai, 2(13),
pp. 25–31. doi: 10.33607/rmske.v2i13.691.
Kim, J., Kim, M., Jeon, I. and Hwang, U. (2016) ‘The purpose of this study was to
investigate the effect of combining PIG with RFM stretching for
improving knee flexion ROM in subjects with RFM tightness.’, physical
Therapy Korea, 23(4), pp. 1–8.
Kusumawardani, D. and Andanawarih, P. (2018) ‘Peran Posyandu Lansia
Terhadap Kesehatan Lansia’, jurnal SIKLUS, 7(1), pp. 273–277.
Lexell, J., Sciences, C., Institutet, K. and Helbostad, J. L. (2011) ‘Elderly’, pp.
200–208.
Lima, C. A., Ricci, N. A., Nogueira, E. C. and Perracini, M. R. (2018) ‘The Berg
Balance Scale as a clinical screening tool to predict fall risk in older
adults: a systematic review’, Physiotherapy (United Kingdom). The
Chartered Society of Physiotherapy, 104(4), pp. 383–394. doi:
10.1016/j.physio.2018.02.002.
Mahwati, Y. (2014) ‘Determinants of Multimorbidity among The Elderly in
Indonesia’, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, 9(2), pp. 187–193.
doi: http://dx.doi.org/10.21109/kesmas.v9i2.516.
McDonald, M., Little, R. and Stathokostas, L. (2011) ‘Changes in Flexibility in
Older Adults Aged 55-86 Years and the Influence of Physical Activity’,
Medicine & Science in Sports & Exercise, 43(1), pp. 1–8. doi:
10.1249/01.mss.0000401990.96310.2b.
Medeiros, D. M. and Martini, T. F. (2017) ‘Does Stretching Have Long-Term
Effects on Muscle Performance? A Clinical Commentary’, Journal of
Yoga & Physical Therapy, 07(02), pp. 10–12. doi: 10.4172/2157-
7595.1000269.
Mesquita, L. S. D. A., De Carvalho, F. T., Freire, L. S.D. A. and Neto, O. P.
(2015) ‘Effects of two exercise protocols on postural balance of elderly
women: A randomized controlled trial’, BMC Geriatrics. ???, 15(1), pp.
1–9. doi: 10.1186/s12877-015-0059-3.
Oshima, Y., Watanabe, N., Takai, S. and Kawata, M. (2019) ‘Abnormal Posture
Relating to the Alignment of Spine and Lower Extremity’, Advances in
Orthopedics, 2019, pp. 1–2. doi: 10.1155/2019/8460364.
Osoba, M. Y., Rao, A. K., Agrawal, S. K. and Lalwani, A. K. (2019) ‘Balance and
gait in the elderly: A contemporary review’, Laryngoscope Investigative
Otolaryngology, 4(1), pp. 143–153. doi: 10.1002/lio2.252.
Overmoyer, G. V. and Reiser, R. F. (2015) ‘Relationships Between Lower-
Extremity Flexibility, Asymmetries, And The Y Balance Test’, Journal of
Strength and Conditioning Research, 29(5), pp. 1240–1247.
Parikh, C. and Arora, M. (2015) ‘Establishing normal values for lower extremities
muscle Length and comparison of muscle length from dominant to non
dominant side in Elite Cricketers aged 15-22 years’, International Journal
of Therapies and Rehabilitation Research, 4(1), pp. 1–15. doi:
10.5455/ijtrr.00000043.
Pereira, V. V., Maia, R. A. and Silva, S. M. C. de A. (2013) ‘The functional
assessment Berg Balance Scale is better capable of estimating fall risk in
the elderly than the posturographic Balance Stability System’, Arquivos de
Neuro-Psiquiatria, 71(1), pp. 5–10. doi: 10.1590/s0004-
282x2013000100003.
Raju, Y. (2012) ‘Maintenance of balance and rehabilitation in the elderly’,
Medicine, 22, pp. 725–729. Available at:
http://www.apiindia.org/pdf/medicine_update_2012/geriatrics_02.pdf.
Reese, N. B. and Bandy, W. D. (2016) Joint Range of Motion and Muscle Length
Testing, Joint Range of Motion and Muscle Length Testing Third Edition.
Available at: http://books.google.com/books?id=y8k-XpS6FDwC&pgis=1.
Rene, R. P. A. (2016) ‘Flexibility Analysis In Elderly Practices Of
Hydrogynastics And Musculation’, IOSR Journal of Economics and
Finance, 3(1), pp. 1–217. doi: https://doi.org/10.3929/ethz-b-000238666.
Ribeiro, M. F., Patrizzi, L. J., Teixeira, V. P. A. and Espindula, A. P. (2016)
‘Equilibrium and muscle flexibility in elderly people subjected to
physiotherapeutic intervention’, Acta Scientiarum - Health Sciences, 38(2),
pp. 129–136. doi: 10.4025/actascihealthsci.v38i2.28836.
Rismayanthi, C. (2018) ‘Relationship between Flexibility with Balance in the
Elderly Based on Clinical Pathophysiology’, atlantis press, 278, pp. 359–
360. doi: 10.2991/yishpess-cois-18.2018.89.
Rodríguez-Sanz, D., Tovaruela-Carrión, N., López-López, D., Palomo-López, P.
and Romero-Morales, C. (2018) ‘Foot disorders in the elderly: A mini-
review’, Disease-a-Month, 64(3), pp. 64–91. doi:
10.1016/j.disamonth.2017.08.001.
Sarkar, A. and Gupta, N. (2018) ‘Impact of Gender on Calf Muscle Tightness A
Comparitive and Normotive Study’, American Research Journal of
Clinical Case Reports, 1(1), pp. 14–22. doi: 10.21694/2639-3069.18003.
Sturnieks L. D., George, R. R. and Lord, S. (2010) ‘Balance disorders in the
elderly’, Neurophysiologie Clinique, 38(6), pp. 467–478. doi:
10.1016/j.neucli.2008.09.001.
Tieland, M., Trouwborst, I. and Clark, B. C. (2018) ‘Skeletal muscle performance
and ageing’, Journal of Cachexia, Sarcopenia and Muscle, 9(1), pp. 3–19.
doi: 10.1002/jcsm.12238.
Valipour Dehnou, V. and Motamedi, R. (2018) ‘Assessing and Comparing of
Balance and Flexibility Among Elderly Men and Women in the Age
Group of 60-79 Years’, Iranian journal of Ageing, 13(916), pp. 210–221.
doi: 10.32598/sija.13.2.210.
Windows, M., Corporation, M. and Hori, K. (2015) ‘world report on ageing and
health’, in world health organization, pp. 1–260.
Wiśniowska-Szurlej, A., Ćwirlej-Sozańska, A., Wołoszyn, N., Sozański, B. and
Wilmowska-Pietruszyńska, A. (2019) ‘Association between Handgrip
Strength, Mobility, Leg Strength, Flexibility, and Postural Balance in
Older Adults under Long-Term Care Facilities’, BioMed Research
International, pp. 1–9. doi: 10.1155/2019/1042834.
.

Anda mungkin juga menyukai