Anda di halaman 1dari 21

STUDENT PROJECT

INFARK MEDULA SPINALIS

Disusun oleh: SGD B7

Angeline Aprilia Irawan 1702511034

Gabriela Queensanya Lienardy 1702511209

I Made Yogiswara Karang 1702511034

I Wayan Windi Artha 1702511037

Jovi Carina Handoko 1702511137

Melisa Patricia 1702511179

Nitya Manggala Jaya 1702511211

Putu Nadira Wisyakania 1702511100

Nanthini Siva Kumar 1702511230

Nicole Anne Teng Ai Ming 1702511235

Pratheeprao Sathianantharao 1702511240

PROGRAM STUDI SARJANA KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,
Pertama-tama, puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya kelompok SGD B7 dapat
menyelesaikan Student Project dengan judul “Infark Medula Spinalis” ini dengan
lancar dan tepat waktu.
Student Project ini kami selesaikan dengan studi literatur sumber-sumber
terkait dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang membantu
menyelesaikan dan melengkapi segala kekurangan dalam penyusunan Student
Project ini. Maka dari itu, kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. I Wayan Sumardika, S.Ked, M.Med.Ed., Ph.D selaku fasilitator SGD
B7 sekaligus membimbing kami dalam pembuatan Student Project ini
2. dr. Kumara Tini, Sp.S, FINS, FINA selaku evaluator Student Project
SGD B7
Kami menyadari terdapat banyak kekurangan pada Student Project ini. Oleh
karena itu, kami berharap pada seluruh pembaca agar dapat memberikan kritik
dan saran yang membangun agar Student Project ini menjadi lebih baik. Akhir
kata kami berharap Student Project ini dapat memberikan manfaat dan menambah
pengetahuan bagi semua orang.

Om Santih, Santih, Santih, Om.

Denpasar, 20 September 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Type chapter title (level 1) .................................................................................... 1


Type chapter title (level 2) ...................................................................................... 2
Type chapter title (level 3) ...................................................................................... 3
Type chapter title (level 1) .................................................................................... 4
Type chapter title (level 2) ...................................................................................... 5
Type chapter title (level 3) ...................................................................................... 6

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Anatomi vaskularisasi medula spinalis .................................................5

Gambar 2. Anatomi vaskularisasi medula spinalis .................................................5

Gambar 3. T2W MRI sagital dan aksial medula spinalis .......................................9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Medula spinalis adalah bagian dari sistem saraf pusat (SSP), yang meluas
secara kaudal dan dilindungi oleh struktur tulang dari kolom vertebral. Pada
sebagian besar mamalia dewasa, medula spinalis hanya menempati dua pertiga
bagian atas dari kanal vertebral karena pertumbuhan tulang yang menyusun
kolom vertebra secara proporsional lebih cepat daripada medula spinalis. medula
spinalis dibagi atas 4 bagian yaitu cervical, thoracal, lumbar dan sacral.1
Peran yang dimainkan oleh medula spinalis ialah 3 fungsi terpenting
individu: sensasi, otonom, dan kontrol motorik. Selain menyampaikan informasi
dari seluruh tubuh ke otak dan menerima perintah eferen dari berbagai bagian
otak kemampuan untuk mengintegrasikan dan memodifikasi kedua aferen sinyal
dari SST, dan sinyal eferen dari aferen segmental dan pusat supraspinal. Dengan
demikian ada jaringan neuron yang rumit yang biasanya beroperasi bersamaan
dengan sisa SSP untuk memungkinkan kontrol sempurna fungsi sensorik, otonom
dan motorik. Jaringan kompleks ini sangat tergantung pada koneksi dengan otak
dan tidak dapat berfungsi dengan baik ketika benar-benar atau bahkan sebagian
terputus darinya.1
Medula spinalis di suplai oleh tiga arteri utama; satu di bagian anterior dan
dua arteri posterior yang lebih kecil. Arteri anterioir mensuplai darah ke dua
pertiga anterior dari jaringan medula dengan bercabang ke arteri intramedulla kiri
dan kanan, yang dikenal sebagai arteri sulcocommissural. Sedangkan arteri
posterior medula spinalis terletak di setiap sisi aspek posterior medula spinalis
dan memasok ketiga posteriornya. Dengan demikian, daerah anterior, pusat, dan
lateral dari medula spinalis diirigasi oleh arteri spinal anterior, dan horn, serta
kolom dorsalis menerima darah dari arteri spinal posterior lateral. Arteri anterior
medula spinalis memiliki sistem vaskularisasi yang kurang efisien sehingga lebih
rentan terhadap penyakit vaskuker. Apabila ada gangguan vaskukarisasi pada
ketiga arteri utama medula spinalis ini, hal ini disebut dengan vascular
myelopathy.2

1
Salah satu dari Vascular Myelopathy ini adalah spinal cord infarction atau
infark medula spinalis. Meskipun angka insiden penyakit ini tergolong jarang,
namun bersifat fatal karena memiliki angka mortalitas yang cukup tinggi. Infark
medula spinalis sering dikutip mewakili 1% dari semua stroke dan 5% sampai 8%
dari myelopati akut karena etiologi dari infark medula spinalis adalah suatu
bentuk atheroskeloris yang khas yang disebut dengan atheromatosis yang dapat
diakibatkan oleh banyak hal, namun kasus yang paling lazim adalah pasca operasi
aorta.2
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah kami buat, maka latar belakang
dari Student Project kami yaitu sebagai berikut.

1. Bagaimana anatomi dari medula spinalis?

2. Bagaimana definisi dan etiologi dari infark medula spinalis?

3. Bagaimana epidemiologi dari infark medula spinalis?

4. Bagaimana patofisiologi dari infark medula spinalis?

5. Bagaimana diagnosis dari infark medula spinalis?

6. Bagaimana diagnosis banding dari infark medula spinalis?

7. Bagaimana penatalaksanaan dari infark medula spinalis?

8. Bagaimana prognosis dari infark medula spinalis?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah kami buat, dapat disimpulkan
tujuan sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui anatomi dari medula spinalis

2. Untuk mengetahui definisi dan etiologi dari infark medula spinalis

3. Untuk mengetahui epidemiologi dari infark medula spinalis

4. Untuk mengetahui patofisiologi dari infark medula spinalis

5. Untuk mengetahui cara mendiagnosis infark medula spinalis

2
6. Untuk mengetahui diagnosis banding dari infark medula spinalis

7. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari infark medula spinalis

8. Untuk mengetahui prognosis dari infark medula spinalis

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat untuk penulis

Penulis dapat meningkatkan pengetahuan mengenai anatomi dari


medula spinalis dan juga mengenai infark medula spinalis
1.4.2 Manfaat untuk masyarakat

Masyarakat dapat memahami mengenai infark medula spinalis


sehingga dapat mendapatkan meminta pengobatan dengan segera.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Anatomi Medula Spinalis

Susunan medula spinalis terdiri atas segmen ventral (motorik) dan segmen
dorsal (sensorik) yang membentuk 31 saraf dengan fungsinya untuk membawa
serabut saraf afferent dan efferent. Berdasarkan anatominya, medula spinalis
dibagi menjadi empat bagian yaitu, cervical, thoracic, lumbar dan sacral.
Vaskularisasi menuju medula spinalis merupakan hal yang penting untuk jaringan
saraf ini.4
Medula spinalis disuplai dari tiga arteri yaitu terdiri dari satu anterior spinal
artery (ASA) dan dua posterior spinal arteries (PSA). ASA terdapat sepanjang
segmen ventral midline dari medula spinalis sedangkan PSA berada disetiap sisi
posterior dari medula spinalis. ASA memberikan suplai pada dua pertiga bagian
anterior dari medula spinalis yaitu spinothalamic dan lateral corticospinal tracts
dan sisanya yaitu dorsal horn serta column disuplai oleh PSA. Ketiga arteri
tersebut mengalami anastomosis pada conus medullaris, tempat medula spinalis
berakhir (L1-L2).4
ASA berasal dari arteri vertebralis pada bagian cervical serta arteri
radicular pada daerah thoracic dan lumbar. Arteri radicular berasal dari cabang
segmen aorta (posterior intercostal dan lumbar) yang mencapai foramen
intervertebralis. Arteri radicular terbagi menjadi bagian anterior dan posterior
serta memiliki fungsi untuk memberikan suplai ke arteri spinal pada
thoracolumbar. Salah satu jenis arteri radicular anterior yang memiliki peranan
penting adalah arteri Adamkiewicz. Arteri Adamkiewicz merupakan arteri
radicular terbesar yang berasal dari sebelah kiri T9-T12, dimana arteri ini sebagai
suplai utama pada bagian lumbo-sacral.5 Untuk arteri radicular posterior
membentuk dua saluran longitudinal yaitu arteri spinal posterolateral. Arteri ini
terbagi menjadi sistem sentral yang disuplai oleh arteri sulcal dan sistem perifer.6

4
Gambar 1. Anatomi vaskularisasi Gambar 2. Anatomi vaskularisasi medula
medula spinalis6 spinalis6

2.2 Definisi dan Etiologi Infark Medula Spinalis

Infark medula spinalis adalah penyumbatan atau stroke pada medula


spinalis atau arteri yang memasoknya. Terdapat beberapa etiologi dari infark
medula spinalis, seperti gangguan pada aorta, emboli arteri ataupun kardiak,
keadaan hiperkoagulasi, decompression sickness, vaskulitis, hipotensi sistemik
maupun hiperperfusi akibat gagal jantung, dan trauma.7 Penyebab paling sering
dari infark medula spinalis ialah gangguan pada aorta dimana ini mencakup
rupture aorta akibat trauma, dissecting aortic aneurysms, trombosis,
aterosklerosis, dan iatrogenic injury saat pembedahan aorta. Selain itu, dapat
disebabkan oleh arterosklerosis atau penebalan dan penutupan arteri utama ke
medula spinalis.8 Infark medula spinalis yang sering disebabkan oleh bentuk
spesifik dari arterosklerosis yang disebut ateromatosis, di mana deposit atau
akumulasi bentuk materi yang mengandung lipid di dalam arteri. Namun,
sebanyak sepertiga dari infark medula spinalis merupakan idiopatik.9
2.3 Epidemiologi Infark Medula Spinalis

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat, menunjukkan


bahwa kasus infark medula spinalis relatif rendah. Pada orang dewasa di Amerika
Serikat, perkiraan konservatif terdapat sekitar 7600 pasien setiap tahun yang
mengalami infark medula spinalis. Jumlah kasus serupa dengan laporan di Prancis
yang mengidentifikasi 28 pasien dengan infark medula spinalis di 16 pusat selama
dua tahun. Demikian pula, satu penelitian dari Cina mengidentifikasi 24 pasien

5
dengan infark medula spinalis selama 14 tahun. Hal tersebut menunjukkan tingkat
indeks infark medula spinalis relatif rendah.8

2.4 Patofisologi Infark Medula Spinalis

Infark medulla spinalis disebabkan oleh cedera primer dan cedera sekunder.
Aterosklerosis, serangan jantung, tromboembolisme, syok hipovolemik, dan
perdarahan dengan penekanan termasuk dalam cedera primer. Seperti di otak,
pembuluh darah di medulla spinalis diatur oleh tekanan medulla spinalis dan
PaCO2 tetapi perfusinya dipengaruhi oleh perubahan tekanan darah sistemik.
Bagian Thorakal 4 hingga Thorakal 8 secara anatomi lebih rentan terhadap cedera
iskemik. Apabila terdapat malformasi arteri dan vena di tulang belakang maka
jalur arteri dari medulla spinalis atau hipertensi vena dapat memicu hipoperfusi.
Hipoksia dan hipoperfusi akan menyebabkan mekanisme primer memicu
terjadinya mekanisme sekunder.10
Cedera sekunder terdiri atas mekanisme vaskular, radikal bebas, dan
apoptosis. Radikal bebas adalah molekul reaktif yang terbentuk atas molekul
oksigen. Salah satu bentuk radikal bebas yang berperan dalam infark medulla
spinalis adalah radikal hidroksi (HO) dari hasil disosiasi hidrogen peroksida
(H2O2) yang menyebabkan peroksidasi lipid dan gangguan pada enzim
phospholipid-dependent, gangguan ion dan lisis membran sel. Mekanisme
vaskuler atau perubahan aliran darah pada cedera medulla spinalis dapat dibagi
menjadi sistemik dan lokal. Mekanisme vaskular lokal terjadi apabila ketika
cedera medulla spinalis akut, terjadi penurunan aliran darah di tempat terjadinya
cedera. Ketika terjadi cedera spinalis akut grey mater sentral akan membentuk
microhemorrhages kemudian perfusi akan hilang satu jam setelah cedera.
Sedangkan yang dimaksud dengan efek sistemik adalah hipertensi transien ysng
diikuti dengan hipotensi dan bradikardi. Cedera sekunder lainnya adalah
apoptosis yang merupakan kematian sel terprogram dimana oligodendrosit adalah
sel yang paling banyak melakukan apoptosis setelah terjadi cedera medulla
spinalis.10
Infark medulla spinalis pada arteri umumnya disebabkan oleh
adanya arterosklerosis dan emboli dari aorta dan percabangannya yang

6
menyumbat aliran darah sehingga suplai darah menjadi berkurang dan terjadi
iskemik yang akan memicu kaskade inflamasi yang bersifat eksitoksik untuk
cedera neuron.11 Sedangkan infark medulla spinalis pada vena epidural terjadi
karena adanya mekanisme anti reflux pada vena radikular yang terdiri dari serabut
otot polos dan vena radikuler yang melewati dura pada aliran darah dari vena
epidural yang berbentuk-Z. Sedangkan pada arterio-vena fistula, arteri yang
menjadi vena membawa aliran darah fistula ke medulla spinalis dan mentransmisi
peningkatan tekanan intrameduler ke instrinsic cord veins. Hal ini menyebabkan
penurunan gradien arteri-vena intrameduler dan hipoksia, penurunan autoregulasi,
dan gangguan blood-cord barrier. Apabila hal tersebut tidak ditangani maka akan
menyebabkan infark medulla spinalis. Infark pada medulla spinalis dimulai dari
anterior horn dari grey mater dan menyebar hingga posterior horn dan secara
lateral ke posterolateral funiculi termasuk crossed corticospinal tracts. Pada
kasus yang parah seluruh bagian medulla spinalis akan mengalami infark.10

2.5 Diagnosis Infark Medula Spinalis

2.5.1 Tanda dan Gejala


Infark medula spinalis ditandai dengan munculnya nyeri yang tiba-tiba dan
manifestasi neurologik tergantung pada wilayah vaskular dan juga segmen
medula spinalis yang terpengaruh. Gejala memuncak dalam 12 jam pada 50%
pasien dan dalam 72 jam pada sebagian besar pasien. Terdapat dua jenis infark
medula spinalis berdasarkan arteri yang terpengaruh, yaitu infark ASA dan juga
infark PSA. Infark paling sering ialah pada wilayah ASA. 2/3 anterior dari spinal
cord disuplai oleh ASA yang terdiri dari anterior gray matter horns, traktus
kortikospinal dan traktus spinotalamik. Sehingga, gejala dari infark ASA adalah
kehilangan fungsi motor bilateral, kehilangan rasa nyeri, dan kehilangan sensasi
suhu pada level spinal cord yang terkena dan dibawahnya. Pada fase akut, akan
tampak flaksid dan hilangnya refleks tendon. Spastik dan hiperrefleksia muncul
pada beberapa hari maupun minggu berikutnya. Disfungsi otonom dapat muncul,
seperti tekanan darah tidak stabil, disfungsi seksual, disfungsi usus dan kandung
kencing. Infark pada ASA dapat terjadi secara unilateral dimana melibatkan
sulcal artery yang merupakan cabang dari ASA dan menyuplai bagian kanan atau
kiri dari medula spinalis. Secara klinis, gejala bermanifestasi sebagai sindrom

7
Brown- Sequard dengan hemiparesis dan defisit sensori kontralateral
spinotalamik.12,13
Defisit yang terjadi juga dapat ditentukan dari segmen medula spinalis yang
terkena. Apabila mengenai region torakalumbar, maka akan terjadi kelemahan
alat gerak bawah bilateral, kehilangan sensoris nyeri dan temperatur pada alat
gerak bawah, sedangkan pada servikal terjadi kelemahan pada alat gerak bawah
dan alat gerak atas serta kehilangan sensoris nyeri pada sensasi temperatur pada
seluruh alat gerak.12,14
Arteri spinal posterior mensuplai darah ke 1/3 posterior dari medula
spinalis. Infark medula spinalis yang disebabkan oleh infark pada arteri spinal
posterior sangat jarang terjadi dan akan melibatkan infark pada dorsal gray matter
horn dan juga kolumna dorsalis, baik unilateral maupun bilateral. Secara klinis,
akan muncul gejala seperti kehilangan sensori raba, propiosepsi, dan getar sesuai
dengan level sensori yang tergantung pada segmen medula spinalis yang terkena.
Untuk menilai level sensori, dapat digunakan pin prick test. Kelemahan dan
refleks segmental juga dapat muncul.12,14

2.5.2 Pemeriksaan Laboratorium


Pada kasus Infark Medula Spinalis, pemeriksaan laboratorium tidak begitu
diperlukan sebagai alat diagnostik. Namun pada beberapa kasus pemeriksaan
laboratorium dapat dilakukan untuk mencari faktor risiko maupun mengeksklusi
diagnosis banding yang memiliki gejala yang serupa.
Pemeriksaan darah lengkap dapat dilakukan untuk mengetahui apakah
terdapat kenaikan jumlah sel darah putih maupun agen inflamasi yang dapat
menjadi tanda terjadinya infeksi mielitis atau infeksi lainnya.15,16 Pemeriksaan
CSF pada kasus infark medula spinalis biasanya berada pada rentang normal,
walaupun ditemukan terdapat kenaikan protein pada beberapa pasien.15 Kejadian
infeksi dapat dieksklusi dari pemeriksaan CSF, seperti pada kasus mielitis
terdapat peningkatan IgG yang tidak terjadi pada kasus infark medula
spinalis. Pemeriksaan laboratorium lain yang dapat dikerjakan adalah
pemeriksaan kolesterol dan gula darah untuk menilai faktor risiko yang dapat
menyebabkan gangguan pada pembuluh darah.16,17

8
2.5.3 Pemeriksaan Radiologi
Defisit neurologi yang mendadak memerlukan pemeriksaan yang segera.
Walaupun infark medula spinalis jarang terjadi, namun harus didiagnosis dengan
eksklusi dan pemeriksaan awal harus menyingkirkan kemungkinan adanya
mielopati kompresif. Alat diagnostik yang penting untuk menilai penyakit
vaskular pada medula spinalis adalah CT (Computed Tomography) dengan atau
tanpa mielografi dan MRI (Magnetic Resonance Imaging). CT dan MRI
menurunkan penggunaan dari radiografi polos, mielografi, angiografi spinal
selektif, dan analisis CSF. CT scan dapat memperlihatkan adanya pembengkakan
pada medula spinalis, namun tidak dapat menampilkan gambaran secara rinci,
sehingga CT tidak banyak berkontribusi untuk menampilkan gambaran diagnostik
dari infark medula spinalis. Sedangkan, MRI menampilkan gambaran hasil yang
detail dan lebih berguna dalam menegakkan diagnosis. MRI telah menjadi metode
pilihan untuk mendiagnosis infark medula spinalis karena dapat digunakan untuk
menyingkirkan penyebab mielopati lainnya, seperti lesi kompresif, neoplasma
intramedula, dan kavitasi.18
Temuan MRI pada fase akut biasanya normal, tetapi setelah beberapa hari,
akan tampak pembengkakan pada medula spinalis dan abnormalitas. Pada pasien
dengan infark ASA, akan ditemukan pembengkakan medula spinalis dan
hiperintens “pencillike” pada gambaran T2 weighted (T2W) MRI sagital serta
akan tampak gambaran “owl eye” atau “snake eye” pada T2W MRI aksial. Grey
matter dari kornu anterior memiliki kerentanan yang tinggi terhadap kondisi
iskemik karena metabolisme yang tinggi sehingga akan tampak “snake-eye” atau
“owl-eye” pada gambaran T2W MRI aksial. Pada infark PSA, akan ditemukan
hiperintensitas dari posterior paramedia triangular.19

9
Gambar 3. T2W MRI sagital menunjukkan adanya gambaran pencil-like
pada aspek anterior dari medula spinalis (a). T2W MRI aksial menunjukkan
gambaran owl’s eye (b)19

2.6 Diagnosis Banding Infark Medula Spinalis

Sebagai penyakit yang mengenai sistem saraf, infark medulla spinalis


memiliki banyak gejala yang serupa dengan penyakit neurologis lainnya sehingga
diagnosis banding dari penyakit ini cukup bervariasi. Penyakit-penyakit yang
merupakan diagnosis banding dari infark medulla spinalis dapat dikelompokkan
menjadi beberapa kategori, yaitu inflamasi (multiple sclerosis, ensefalomielitis
diseminata akut, mielitis transversa idiopatik, dll.), infeksi (mielitis bakterial,
myelitis viral, mielitis fungal, dll.), mielopati kompresif (hematoma
subdural/epidural, abses subdural/epidural, herniasi diskus akut dengan kompresi
medulla spinalis, dll.), spinal cord arteriovenous shunts/SCAVS (spinal dural
arteriovenous fistula/SDAVF), serta neoplasma (tumor intramedularis primer,
metastasis medulla spinalis intramedularis, dan karsinomatosis leptomeningeal).20
Dari seluruh diagnosis banding yang ada, terdapat beberapa penyakit yang
menjadi diagnosis banding utama dari infark medulla spinalis (SCI), yaitu sebagai
berikut:
1. Multiple sclerosis (MS)
Multiple sclerosis merupakan suatu penyakit demielinisasi pada
sistem saraf pusat yang berupa inflamasi kronis, di mana terdapat reaksi
sistem imun tubuh yang menyerang sistem saraf pusat.21 Sebagian besar
MS (62%) mengenai segmen servikal medulla spinalis, sedangkan SCI
sendiri lebih banyak terjadi pada segmen torakal dan lumbal. Perbedaan
lainnya terletak pada periode relaps dan remisi dari MS.22 Untuk
membedakan MS dan SCI, dapat dilakukan imaging secara simultan

10
pada otak. Imaging dilakukan untuk mendeteksi ada atau tidaknya lesi
pada otak yang serupa dengan lesi yang ditemukan pada medulla
spinalis. Pada mayoritas pasien MS (92%), ditemukan lesi serupa pada
otak.20

2. Mielitis trasversa idiopatik (ITM)


Mielitis transversa digambarkan sebagai proses inflamasi yang
terjadi di sepanjang medulla spinalis, dicurigai dapat disebabkan oleh
proses-proses sistemik, vaksinasi, gangguan pencernaan dan respirasi
akut. ITM lebih banyak terjadi pada segmen torakal sehingga
sulitBerbeda dengan SCI, tumor-tumor ini pertumbuhannya lambat dan
biasanya menunjukkan gambaran pertumbuhan tulang. Selain itu,
terdapat pula massa kistik pada intrameduler dan peningkatan
poskontras yang bersifat diffuse atau noduler.20 Di sisi lain, metastasis
medulla spinalis intramedullaris (ISCM) lebih banyak terjadi pada
segmen servikal, biasanya di dibedakan dengan SCI. Riwayat vaksinasi
dan infeksi virus, gambaran pleositosis atau peningkatan IgG pada
pemeriksaan CSF, gejala klinis yang berprogresi dalam beberapa jam,
serta gejala dan lesi yang melewati area vaskular pada gambaran MRI
mengarah kepada diagnosis ITM. Di sisi lain, pada SCI, kemungkinan
gejala hanya terlokalisir pada bagian arteri spinalis anterior. Namun
semua kriteria- kriteria ini tidak menunjukkan diagnosis secara
definitif.20

3. Ensefalomielitis diseminata akut (ADEM)


Ensefalomielitis diseminata akut merupakan penyakit autoimun
non- vaskulitis terhadap protein dasar pada mielin di sistem saraf
pusat.22 ADEM paling sering terjadi pada segmen torakal. Berbeda
dengan SCI, manifestasi ADEM berupa demam sebagai gejala
prodromal dan dilanjutkan dengan munculnya gejala-gejala
ensefalomielitis. Imaging otak juga dapat dilakukan untuk
membedakan ADEM dengan SCI, di mana pada ADEM terdapat lesi
pada otak, seperti lesi ganglia basalis, talamus, batang otak, dan
korteks.20

4. Spinal dural arteriovenous fistula (SDAVF)


Sama seperti SCI, pada spinal dural arteriovenous fistula juga
terjadi gangguan vaskularisasi (terjadi malformasi vaskular pada
medulla spinalis). Perbedaan SDAVF berbeda dengan SCI dilihat dari
adanya gambaran aliran cairan di bagian intrameduler dan perimeduler,
serta terdapat pula mulberry- like appearance di daerah intrameduler
pada pemeriksaan MRI.23

11
5. Neoplasma
Tumor intrameduler yang paling sering dijumpai adalah
ependimoma, astrositoma, dan hemiangioblastoma, di mana pada
umumnya ketiganya mengenai segmen servikal dan torakal medulla
spinalis. dasari oleh keganasan pada payudara, ginjal, melanoma,
maupun limfoma.23 Pada metastasis, biasanya ditemukan peningkatan
poskontras yang gambarannya seperti cincin atau bersifat homogen dan
intens.20

2.7 Penatalaksanaan Infark Medula Spinalis


Tidak terdapat pedoman khusus yang mengatur mengenai penanganan
kasus infark medula spinalis. Penanganan yang dapat dilakukan adalah dengan
mengobati penyebab dari infark. Apabila terjadi lesi kompresif, penekanan pada
pembuluh darah, malformasi vertebra, atau pendarahan maka diperlukan tindakan
operatif untuk memperbaiki penyebab iskemi medula spinalis. Selain itu,
penaganan kasus infark ditujukan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut dan
juga penanganan suportif. Pemberian obat antiplatelet ditujukan untuk mencegah
terjadinya stroke. Pemberian steroid dan antibiotik dapat dipertimbangkan apabila
terjadi vasculitis atau infeksi lainnya.24,25,9
Penanganan lain yang dapat diberikan adalah dengan rehabilitasi pasien.
Tujuan dari rehabilitasi pasien adalah dengan memberikan perawatan sesuai
dengan gejala yang pasien alami seperti gangguan pencernaan maupun gangguan
berkemih. Selain itu pasien juga butuh untuk direhabilitasi agar mencegah
terjadinya komplikasi yang lebih parah.24,9

2.8 Prognosis Infark Medula Spinalis


Infark medula spinalis dapat menyebabkan kelumpuhan berat dan bahkan
kematian. Prognosis pada infark medulla spinalis tergantung pada keparahan
defisit neurologis di nadir. Kehilangan motorik dan sensorik yang hampir
menyeluruh (American Spinal Injury Association [ASIA] grade A dan B),
disfungsi kandung kemih, ataupun penghapusan propriosepsi memungkinkan
hasil jangka panjang yang lebih buruk. Faktor-faktor lain yang menandakan
prognosis yang lebih buruk, meskipun kurang konsisten, adalah usia yang lebih

12
tua, jenis kelamin perempuan, dan perubahan iskemik yang lebih luas pada MRI.
Sebaliknya, kehadiran tanda-tanda Babinski setelah diagnosis dapat
mengindikasikan peluang pemulihan yang lebih baik.5

13
BAB III
PENUTUP

3.1. Simpulan

Infark medula spinalis adalah penyumbatan atau stroke pada medula


spinalis atau arteri yang memasoknya. Terdapat beberapa etiologi dari infark
medula spinalis, seperti gangguan pada aorta, emboli arteri ataupun kardiak,
keadaan hiperkoagulasi, decompression sickness, vaskulitis, hipotensi sistemik
maupun hiperperfusi akibat gagal jantung, dan trauma.
Infark medula spinalis ditandai dengan munculnya nyeri yang tiba-tiba,
dengan manifestasi neurologik tergantung pada wilayah vaskular dan juga
segmen medula spinalis yang terpengaruh. Pemeriksaan laboratorium dapat
dilakukan untuk mencari faktor risiko maupun mengeksklusi diagnosis banding
dengan gejala yang serupa. Alat diagnostik yang penting untuk menilai penyakit
vaskular pada medula spinalis adalah CT (Computed Tomography) dengan atau
tanpa mielografi dan MRI (Magnetic Resonance Imaging).
Penanganan yang dapat dilakukan pada kasus infark medula spinalis
adalah dengan mengobati penyebab dari infark, mencegah komplikasi lebih
lanjut, dan juga penanganan suportif. Infark medula spinalis dapat menyebabkan
kelumpuhan berat dan bahkan kematian. Prognosis pada infark medula spinalis
tergantung pada keparahan defisit neurologis.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Leijnse, J. N. and D’Herde, K. Revisiting the segmental organization of the


human spinal cord. Journal of Anatomy. 2016 May 12.
doi.org/10.1111/joa.12493.
2. Austin, T. X. Anatomy and Physiology of the Spinal Cord. Madame Curie
Bioscience Database [Internet]. 2013.
3. Scott, T. F. Spinal Cord Infarction. Medscape. 2018 Oct 04. Available from:
https://emedicine.medscape.com/article/1164217-clinical.
4. Aljishi M., Abernethy D. Spinal cord infarction. The New Zealand Medical
Student Journal. 2015;20:18-19
5. Rabinstein AA. Vascular Myelopathies. Continuum. 2015;21(1):67-68

6. Amato, ACM., Stolf, NAG. Anatomi of spinal blood supply. Jornal Vascular
Brasileiro. 2015:14(3);248–252
7. Ninds.nih.gov. (2019). Spinal Cord Injury Information Page | National
Institute of Neurological Disorders and Stroke. [online] Available at:
https://www.ninds.nih.gov/Disorders/All-Disorders/Spinal-Cord-Injury-
Information-Page
8. Romi, F. and Naess, H. (2016). Spinal Cord Infarction in Clinical Neurology:
A Review of Characteristics and Long-Term Prognosis in Comparison to
Cerebral Infarction. European Neurology, 76(3-4), pp.95-98.
9. Nasr D, Rabinstein A. Spinal cord infarcts: risk factor, management, and
prognosis. Curr Treat Options Neurol. 2017;19(8):1-10
10. Boddu S, Cianfoni A, Kim K, Banihashemi M, Pravatà E, Gobin Y et al.
Spinal Cord Infarction and Differential Diagnosis. Neurovascular Imaging.
2015;:1-64.
11. Willey J, Barnett H, Mohr J. Spinal Cord Ischemia. Stroke. 2011;:643-657.
12. Aljishi M. Spinal cord infarction. The New Zealand Medical Student Journal.
2015;18-21.
13. Nasr D, Rabinstein A. Spinal cord infarcts: risk factor, management, and
prognosis. Curr Treat Options Neurol. 2017;19(8):1-10.

14. Small J, Noujaim D, Ginat D, Kelly H, Schaefer P. Neuroradiology. Elsevier

15
Health Sciences; 2018.
15. Pawar N H, Loke E, Aw D C (December 06, 2017) Spinal Cord Infarction
Mimicking Acute Transverse Myelitis. Cureus 9(12): e1911.
doi:10.7759/cureus.1911
16. Faivre A, Bonnel S, Leyral G, Gisserot O, Alla P, Valance J. [Essential
thrombocythemia presenting as spinal cord infarction.]. Presse Med. 2009
Apr 22.
17. Thomas T, Branson HM, Verhey LH, Shroff M, Stephens D, Magalhaes S, et
al. The Demographic, Clinical, and Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Featuresof Transverse Myelitis in Children. J Child Neurol. 2012;27:11-21.
1. 27:11-21.
18. Mohr J, Wolf P, Moskowitz M, Mayberg M, Kummer R. Stroke. 5th ed.
Elsevier; 2011:643-657.
19. Yadav N, Pendharkar H, Kulkarni G. Spinal cord infarction: clinical and
radiological features. Journal of Stroke and Cerebrovascular Diseases.
2018;27(10):2810-2821.
20. Boddu SR, Cianfoni A, Kim KW, Banihashemi MA, Pravatà E, Gobin YP, &
Patsalides A. Spinal cord infarction and differentialdDiagnosis.
Neurovascular Imaging. 2015;1-64.
21. Frohman EM, Racke MK, & Raine CS. Multiple sclerosis – the plaque and
its pathogenesis. N Engl J Med. 2006;354:942-55.
22. Thumher MM, Cartes-Zumelzu F, & Mueller-Mang C. Demyelinating and
infectious diseases of the spinal cord. Neuroimaging Clin N Am. 2006;17:37-
55.
23. Weinzierl MR, Krings T, Korinth MC, Reinges MHT, & Gilsbach JM. MRI
and intraoperative findings in cavernous haemangiomas of the spinal cord.
Neuroradiology. 2004;46:65-71.
24. Aljinshi M, Abernethy D. Spinal cord infarction. The New Zealand Medical
Student Journal. 2015: 20; 18-21
25. Scott T. Spinal Cord Infarction Treatment & Management: Medical Care,
Consultations, Diet [Internet]. Emedicine.medscape.com. 2019 [cited 20
September 2019]. Available from: https://emedicine.medscape.com/article/1164217-

16
treatment#d6

17

Anda mungkin juga menyukai