Anda di halaman 1dari 8

TUGAS MANDIRI

ALUR DIAGNOSIS TINNITUS

Oleh :
Nurlatifah Febriana Wijayanti
G 99141145
Pembimbing :
dr. Anthonius Cristanto, Sp.THT

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN


KEPALA LEHER (THT-KL)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2014

A. Kumpulan symptom dalam bidang THT-KL


1. Telinga :
a. Gangguan pendengaran/pekak (tuli)
b. Suara berdenging/berdengung (tinitus)
c. Pusing berputar (vertigo)
d. Nyeri di dalam telinga (otalgia)
e. Keluar cairan dari telinga (otorea)
f. Corpus alienum
2. Hidung :
a. Sumbatan hidung (nasal obstruksi)
b. Pilek (rhinorrhea)
c. Sekret di hidung dan tenggorok
d. Bersin
e. Rasa nyeri di daerah muka dan kepala
f. Perdarahan dari hidung (epistaksis)
g. Gangguan penghidung
h. Corpus alienum di hidung
i. Suara sengau (nasolalia)
3. Tenggorok :
a. Nyeri tenggorok
b. Nyeri menelan (odinofagia)
c. Rasa banyak dahak di tenggorok
d. Sulit menelan (disfagia)
e. Suara sengau (nasolalia)
f. Rasa sumbatan di leher
4. Kepala leher :
a. Pusing (vertigo)
b. Batuk
c. Disfagia
d. Rasa ada sesuatu di tenggorok
e. Suara serak (hoarsness)
f. Benjolan di leher
g. Benda asing di tenggorok
B. Diagram penanganan pasien dengan keluhan tinnitus

Untuk mendiagnosis pasien dengan tinitus, diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang yang baik.
a. Anamnesis
Anamnesis adalah hal yang sangat membantu dalam penegakan diagnosis tinitus. Dalam
anamnesis banyak sekali hal yang perlu ditanyakan, diantaranya:
- Kualitas dan kuantitas tinitus

- Lokasi, apakah terjadi di satu telinga ataupun di kedua telinga


- Sifat bunyi yang di dengar, apakah mendenging, mendengung, menderu, ataupun mendesis dan
bunyi lainnya
- Apakah bunyi yang di dengar semakin mengganggu di siang atau malam hari
- Gejala-gejala lain yang menyertai seperti vertigo dan gangguan pendengaran serta gangguan
neurologik lainnya.
- Lama serangan tinitus berlangsung, bila berlangsung hanya dalam satu menit dan setelah itu
hilang, maka ini bukan suatu keadaan yang patologik, tetapi jika tinitus berlangsung selama 5
menit, serangan ini bias dianggap patologik.
- Riwayat medikasi sebelumnya yang berhubungan dengan obat-obatan dengan sifat ototoksik
- Kebiasaan sehari-hari terutama merokok dan meminum kopi
- Riwayat cedera kepala, pajanan bising, trauma akustik
- Riwayat infeksi telinga dan operasi telinga
Umur dan jenis kelamin juga dapat memberikan kejelasan dalam mendiagnosis pasien dengan
tinitus. Tinitus karena kelainan vaskuler sering terjadi pada wanita muda, sedangkan pasien
dengan myoklonus palatal sering terjadi pada usia muda yang dihubungkan dengan kelainan
neurologi.
Pada tinitus subjektif unilateral perlu dicurigai adanya kemungkinan neuroma akustik atau
trauma kepala, sedangkan bilateral kemungkinan intoksikasi obat, presbikusis, trauma bising dan
penyakit sistemik. Jika pasien susah untuk mendeskripsikan apakah tinitus berasal dari telinga
kanan atau telinga kiri, hanya mengatakan di tengah kepala, kemungkinan besar terjadi kelainan
patologis di saraf pusat, misalnya serebrovaskuler, siringomelia dan sklerosis multipel.
Kelainan patologis pada putaran basal koklea, saraf pendengar perifer dan sentral pada
umumnya bernada tinggi (mendenging). Tinitus yang bernada rendah seperti gemuruh ombak
adalah ciri khas penyakit telinga koklear (hidrop endolimfatikus).
Pemeriksaan fisik pada pasien dengan tinitus dimulai dari pemeriksaan auskultasi dengan
menggunakan stetoskop pada kedua telinga pasien. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk
menentukan apakah tinitus yang didengar pasien bersifat subjektif atau objektif. Jika suara
tinnitus juga dapat didengar oleh pemeriksa, artinya bersifat

subjektif, maka harus ditentukan

sifat dari suara tersebut. Jika suara yang didengar serasi dengan pernapasan, maka kemungkinan
besar tinitus terjadi karena tuba eustachius yang paten. Jika suara yang di dengar sesuai dengan

denyut nadi dan detak jantung, maka kemungkinan besar tinnitus timbul karena aneurisma,
tumor vaskular, vascular malformation, dan venous hum. Jika suara yang di dengar bersifat
kontinue, maka kemungkinan tinitus terjadi karena venous hum atau emisi akustik yang
terganggu.
Pada tinitus subjektif, yang mana suara tinitus tidak dapat didengar oleh pemeriksa saat
auskultasi, maka pemeriksa harus melakukan pemeriksaan audiometri. Hasilnya dapat beragam,
di antaranya:
- Normal, tinitus bersifat idiopatik atau tidak diketahui penyebabnya.
- Tuli konduktif, tinitus disebabkan karena serumen impak, otosklerosis ataupun otitis kronik.
- Tuli sensorineural, pemeriksaan harus dilanjutkan dengan BERA (Brainstem Evoked Response
Audiometri). Hasil tes BERA, bisa normal ataupun abnormal. Jika normal, maka tinitus mungkin
disebabkan karena terpajan bising, intoksikasi obat ototoksik, labirinitis, meniere, fistula
perilimfe atau presbikusis. Jika hasil tes BERA abnormal, maka tinitus disebabkan karena
neuroma akustik, tumor atau kompresi vaskular.
Jika tidak ada kesimpulan dari rentetan pemeriksaan fisik dan penunjang di atas, maka
perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan berupa CT scan ataupun MRI. Dengan pemeriksaan
tersebut, pemeriksa dapat menilai ada tidaknya kelainan pada saraf pusat. Kelainannya dapat
berupa multipel sklerosis, infark dan tumor.

Berikut adalah algoritma untuk pendekatan diagnosis dengan keluhan utama tinnitus:

C. Differential diagnosis penyakit dengan keluhan tinnitus


a

Presbikusis

Obat Ototoksik

Meniere Syndrome

Otosklerosis

Umur

>60 tahun

Semua umur

Dekade ke 5

11-45 tahun

Penurunan
Pendengaran

Berkurang secara
progresif (perlahanlahan)

Berkurang secara
cepat/perlahan

Timbul saat serangan


datang (intermiten,
mendadak)

Berkurang secara
progresif

Gejala utama

Tuli, tinnitus, vertigo Tinitus, tuli, vertigo

Trias: vertigo, tinnitus,


tuli

Tuli, tinnitus,
vertigo

Letak
Kelainan

Bilateral

Unilateral/bilateral

Unilateral/bilateral

Bilateral

Penyebab

Proses degenerasi

Toksisitas

Hidrops endolimfe pada


koklea dan vestibulum

Kelainan pada
stapes

Jenis Tuli

Tuli Sensorineural

Tuli Sensorineural

Tuli Sensorineural

Tuli Konduksi

DAFTAR PUSTAKA

Benson

AG, Meyers AD. Tinnitus. http://emedicine.medscape.com/article/856916overview#aw2aab6b3 diakses pada: 3 November 2014

Collins RD. Algorithmic diagnosis of symptoms and signs: a cost-effective approach. 2nd ed.
Philadelphia: Lippincott williams &Wilkins, 2003: 568-9
Soepardi EA, Iskandar I, Bashiruddin J, Restuti RD. 2008. Buku Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala & Leher. Edisi Keenam. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.

Anda mungkin juga menyukai