3.7 Rujukan
Rujukan dilaksanakan apabila pasien memerlukan
penanganan yang bukan merupakan kompetensi dari
fasilitas kesehatan tingkat pertama
3.7 Rujukan
Rujukan dilaksanakan apabila pasien memerlukan
penanganan yang bukan merupakan kompetensi dari
fasilitas kesehatan tingkat pertama
3.8 Penyelenggaraan Rekam Medis
Puskesmas wajib menyelenggarakan rekam medis yang
berisi data dan informasi asuhan pasien yang
dibutuhkan untuk pelayanan pasien, dan dapat diakses
oleh petugas kesehatan pemberian asuhan, manajemen
dan pihak di luar organisasi yang diberi hak akses
terhadap rekam medis untuk kepentingan pasien,
asuransi, sesuai peraturan perundangan.
3.9 Penyelenggaraan Pelayanan laboratorium
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
● Puskesmas wajib meminta persetujuan umum (general consent)kepada pengguna layanan atau keluarganya ya
berisiko rendah, prosedur diagnostik, pengobatan medis lainnya. batas-batas yang telah ditetapkan, dan persetuj
kewajiban pengguna layanan
● Persetujuan umum tersebut dimmta pada saat pengguna layanan datang pertama untuk rawat jalan dan setiap
● Penerimaan pasien meliputi: pendaftaran pasien rawat jalan, pendaftaran pasien rawat inap, dan menahan pas
● Proses penerimaan pasien rawat inap didahului dengan mengisi formulir tambahan general consent yang berisi
pilihan makanan dan minuman, aktivitas, minat, privasi dan pengunjung.
● Pasien dan masyarakat mendapat informasi tentang sarana pelayanan, antara lain: tarif, jenis pelayanan, alur d
ketersediaan tempat tidur untuk Puskesmas perawatan/rawat inap. Informasi tersebut tersedia di tempat penda
mudah diakses, dan dipahami oleh pasien dan masyarakat.
● Untuk melindungi secara efektif dan mengedepankan hak pasien Kepala Puskesmas dan penanggung jawab pel
dan berusaha memahami tanggung jawab mereka dalam hubungannya dengan komunitas yang dilayani.
● Keselamatan pasien dan petugas sudah harus diperhatikan sejak pertama pasien mendaftarkan diri ke puskesm
minimal dengan 2 identitas yang relatif tidak berubah: nama lengkap, tanggal lahir atau nomor rekam medis. dan
● Informasi tentang rujukan harus tersedia di pendaftaran termasuk ketersediaan Perjanjian Kerja Sama (PKS) de
● Salah satu cara melibatkan pasien dalam pengambilan keputusan tentang pelayanan yang diterimanya adalah d
perundang-undangan yang berlaku). Dalam keadaan pasian adalah anak di bawah umur atau individu yang tidak m
memben persetujaun mengacu pada peraturan perundangan. Informed consent dapat diperoleh pada berbagai ti
ketika pasien masuk rawat inap dan sebelum suatu tindakan atau pengobatan tertentu yang berisiko. Informasi d
bertanggung jawab yang akan melakukan tindakan atau dokter lain apabila dokter yang bersangkutan berhalanga
● Pasien dan keluarga dijelaskan oleh petugas yang berwenang memberikan penjelasan: tentang tes/tindakan, pr
bagaimana mereka dapat memberikan persetujuan (misalnya, diberikan secara lisan, dengan menandatangani fo
isi penjelasan dan siapa yang berhak untuk memberikan persetujuan selain pasien.
● Pasien atau mereka yang membuat keputusan atas nama pasien, dapat memutuskan untuk tidak melanjutkan p
atau pengobatan setelah kegiatan dimulai, termasuk menolak untuk dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih mem
● Pemberi pelayanan wajib memberitahukan pasien dan keluarganya tentang hak mereka untuk membuat keput
d) Tentang risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi.
e) Tentang alternative tindakan medis lain yang tersedia dan risiko
risikonya
f) Tentang prognosis penyakit, bila tindakan dilakukan.
g) Diagnosis
● Pasien dan keluarga dijelaskan oleh petugas yang berwenang memberikan penjelasan: tentang tes/tindakan, pr
bagaimana mereka dapat memberikan persetujuan (misalnya, diberikan secara lisan, dengan menandatangani fo
isi penjelasan dan siapa yang berhak untuk memberikan persetujuan selain pasien.
● Pasien atau mereka yang membuat keputusan atas nama pasien, dapat memutuskan untuk tidak melanjutkan p
atau pengobatan setelah kegiatan dimulai, termasuk menolak untuk dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih mem
● Pemberi pelayanan wajib memberitahukan pasien dan keluarganya tentang hak mereka untuk membuat keput
berkenaan dengan keputusan tersebut.
● Jika pasien atau keluarga menolak, maka pasien atau keluarga diberitahu tentang alternatif pelayanan dan pen
pasien diare menolak diinfus maka pasien diedukasi agar minum air dan oralit sesuai kondisi tubuh pasien.
● Puskesmas melayani berbagai populasi masyarakat, termasuk diantaranya pasien dengan kendala dan/atau ber
kendala bahasa, budaya, atau kendala lain yang dapat berakibat terjadinya hambatan atau tidak optimalnya pros
identifikasi pasien dengan risiko, kendala dan kebutuhan khusus serta diupayakan kebutuhannya.
● Untuk mencegah terjadinya transmisi infeksi diterapkan protokol kesehatan yang meliputi: penggunaan masker
tidak terjadi kerumuan orang, mulai dari pendaftaran dan di semua area pelayanan.
Penapisan (skrining) dan proses kajian awal dilakukan secara paripurna dan mencakup berbagai kebutuhan dan hara
dilaksanakan berdasarkan rencana asuhan medis, keperawatan, dan asuhan klinis yang lain dengan memperhatikan
Pokok Pikiran:
● Penapisan (skrining) dilakukan sejak awal dari penerimaan pasien untuk memilah pasien sesuai dengan kemungkin
dipandu dengan prosedur skrining yang dibakukan.
● Proses kajian pasien merupakan proses yang berkesinambungan dan dinamis, baik untuk pasien rawat jalan maup
yang akan dilakukan.
● Kajian pasien meliputi:
1) Mengumpulkan data dan informasi tentang kondisi fisik, psikologis,
status sosial, dan riwayat penyakit. Untuk mendapatkan data dan informasi tersebut dilakukan anamnesis (data Sub
2) Analisis data dan informasi yang diperoleh yang menghasilkan masalah. kondisi, dan diagnosis untuk mengidentifi
3) Membuat rencana asuhan (Perencanaan asuhan P), yaitu menyusun solusi untuk mengatasi masalah atau memen
● Pada saat pasien pertama kali diterima dilakukan kajian awal, untuk selanjutnya dilakukan kajian ulang secara ber
sesuai dengan perkembangan kondisi kesehatannya.
● Kajian awal dilakukan oleh tenaga medis, keperawatan/kebidanan, dan disiplin yang lain meliputi: status fisis/neu
alergi, asesmen nyeri, asesmen risiko jatuh, asesmen fungsional (gangguan fungsi tubuh. asesmen risiko gizi, kebutu
● Pada saat kajian awal perlu diperhatikan juga apakah pasien mengalami kesakitan atau nyeri. Nyeri adalah bentuk
berhubungan dengan adanya kerusakan jaringan atau cenderung akan terjadi kerusakan jaringan atau suatu keadaa
● Kajian pasien dan penetapan diagnosis hanya boleh dilakukan oleh tenaga professional yang kompeten. tenaga pr
profesinya dipandu oleh standar dan kode etik profeai, dan mempunyai kompetensi sesuai dengan pendidikan dan
kompetensi
● Proses kajian tersebut dapat dilakukan secara individual atau jika diperlukan oleh tim kesehatan antar profesi yan
pemberi asuhan yang lain sesuai dengan kebutuhan pasien. Jika dalam pemberian asuhan diperlukan tim kesehatan
terpadu.
1) Mengumpulkan data dan informasi tentang kondisi fisik, psikologis,
status sosial, dan riwayat penyakit. Untuk mendapatkan data dan informasi tersebut dilakukan anamnesis (data Sub
2) Analisis data dan informasi yang diperoleh yang menghasilkan masalah. kondisi, dan diagnosis untuk mengidentifi
3) Membuat rencana asuhan (Perencanaan asuhan P), yaitu menyusun solusi untuk mengatasi masalah atau memen
● Pada saat pasien pertama kali diterima dilakukan kajian awal, untuk selanjutnya dilakukan kajian ulang secara ber
sesuai dengan perkembangan kondisi kesehatannya.
● Kajian awal dilakukan oleh tenaga medis, keperawatan/kebidanan, dan disiplin yang lain meliputi: status fisis/neu
alergi, asesmen nyeri, asesmen risiko jatuh, asesmen fungsional (gangguan fungsi tubuh. asesmen risiko gizi, kebutu
● Pada saat kajian awal perlu diperhatikan juga apakah pasien mengalami kesakitan atau nyeri. Nyeri adalah bentuk
berhubungan dengan adanya kerusakan jaringan atau cenderung akan terjadi kerusakan jaringan atau suatu keadaa
● Kajian pasien dan penetapan diagnosis hanya boleh dilakukan oleh tenaga professional yang kompeten. tenaga pr
profesinya dipandu oleh standar dan kode etik profeai, dan mempunyai kompetensi sesuai dengan pendidikan dan
kompetensi
● Proses kajian tersebut dapat dilakukan secara individual atau jika diperlukan oleh tim kesehatan antar profesi yan
pemberi asuhan yang lain sesuai dengan kebutuhan pasien. Jika dalam pemberian asuhan diperlukan tim kesehatan
terpadu.
● Pasien mempunyai hak untuk mengambil keputusan terhadap asuhan yang akan diperoleh.
● Pasien/keluarga diberi peluang untuk bekerjasama dalam menyusun rencana asuhan klinis yang akan dilakukan.
● Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil kajian yang dinyatakan dalam bentuk diagnosis dan asuhan yang akan
spiritual, serta memperhatikan nilai nilai budaya yang dimiliki oleh pasien, dan mencakup komunikasi, informasi dan
● Tenaga medis dapat memberikan pelimpahan wewenang untuk melakukan tindakan kedokteran atau kedokteran
yang lain secara tertulis. Pelimpahan wewenang tersebut hanya dapat dilakukan dalam keadaan tenaga medis tidak
● Pelimpahan wewenang untuk melakukan tindakan medis tersebut dilakukan dengan ketentuan:
1) Tindakan yang dilimpahkan termasuk dalam kemampuan dan
keterampilan yang telah dimiliki oleh penerima pelimpahan
2) Pelaksanaan tindakan yang dilimpahkan tetap di bawah pengawasan
pemberi pelimpahan
3) Pemberi pelimpahan tetap bertanggung jawab atas tindakan yang dilimpahkan sepanjang pelaksanaan tindakan s
4) Tindakan yang dilimpahkan tidak termasuk mengambil keputusan klinis sebagai dasar pelaksanaan tindakan
5) Tindakan yang dilimpahkan tidak bersifat terus menerus.
● Asuhan Pasien diberikan oleh tenaga sesuai kompetensi lulusan dengan kejelasan rincian wewenang menurut per
● Pada kondisi tertentu misalnya kasus penyakit tuberculosis dengan malnutrisi maka perlu penanganan secara terp
memerlukan asuhan terpadu yang meliputi asuhan medis, asuhan keperawatan, asuhan gizi, dan asuhan kesehatan
● Untuk meningkatkan luaran klinis yang optimal perlu ada kerjasama antara petugas kesehatan dan pasien/keluarg
yang terkait dengan
penyakit dan kebutuhan klinis pasien, dengan pendekatan komunikasi
interpersonal antara pasien dan petugas kesehatan dan menggunakan
bahasa yang mudah dipahami, agar mereka dapat berperan ali dalam
proses asuhan dan memahami konsekuensi asuhan yang diberikan.
2) Pelaksanaan tindakan yang dilimpahkan tetap di bawah pengawasan
pemberi pelimpahan
3) Pemberi pelimpahan tetap bertanggung jawab atas tindakan yang dilimpahkan sepanjang pelaksanaan tindakan s
4) Tindakan yang dilimpahkan tidak termasuk mengambil keputusan klinis sebagai dasar pelaksanaan tindakan
5) Tindakan yang dilimpahkan tidak bersifat terus menerus.
● Asuhan Pasien diberikan oleh tenaga sesuai kompetensi lulusan dengan kejelasan rincian wewenang menurut per
● Pada kondisi tertentu misalnya kasus penyakit tuberculosis dengan malnutrisi maka perlu penanganan secara terp
memerlukan asuhan terpadu yang meliputi asuhan medis, asuhan keperawatan, asuhan gizi, dan asuhan kesehatan
● Untuk meningkatkan luaran klinis yang optimal perlu ada kerjasama antara petugas kesehatan dan pasien/keluarg
yang terkait dengan
penyakit dan kebutuhan klinis pasien, dengan pendekatan komunikasi
interpersonal antara pasien dan petugas kesehatan dan menggunakan
bahasa yang mudah dipahami, agar mereka dapat berperan ali dalam
proses asuhan dan memahami konsekuensi asuhan yang diberikan.
3.3.1 Pasien gawat darurat diberikan prioritas untuk asesmen dan pelayanan sesegera mungkin sebagai bentuk pela
panduan praktik klinis untuk penanganan pasien gawat darurat dengan referensi yang dapat dipertanggungjawabka
Pokok Pikiran:
● Pasien gawat darurat diidentifikasi dengan proses triase mengacu pada pedoman tata laksana triase sesuai ketent
● Prinsip triase dalam memberlakukan sistem prioritas dengan penentuan atau penyeleksian pasien yang harus dida
ancaman jiwa yang timbul berdasarkan:
a) ancaman jiwa yang dapat mematikan dalam hitungan menit
b) dapat meninggal dalam hitungan jam
c) trauma ringan
d) sudah meninggal
Pasien-pasien tersebut didahulukan diperiksa dokter sebelum pasien yang lain, mendapat pelayanan diagnostik sese
● Pasien harus distabilkan terlebih dahulu sebelum dirujuk yaitu bila tidak tersedia pelayanan di Puskesmas untuk m
memerlukan rujukan ke fasilitas kesehatan yang mempunyai kemampuan lebih tinggi.
3.3.1 Pasien gawat darurat diberikan prioritas untuk asesmen dan pelayanan sesegera mungkin sebagai bentuk pela
panduan praktik klinis untuk penanganan pasien gawat darurat dengan referensi yang dapat dipertanggungjawabka
Pokok Pikiran:
● Pasien gawat darurat diidentifikasi dengan proses triase mengacu pada pedoman tata laksana triase sesuai ketent
● Prinsip triase dalam memberlakukan sistem prioritas dengan penentuan atau penyeleksian pasien yang harus dida
ancaman jiwa yang timbul berdasarkan:
a) ancaman jiwa yang dapat mematikan dalam hitungan menit
b) dapat meninggal dalam hitungan jam
c) trauma ringan
d) sudah meninggal
Pasien-pasien tersebut didahulukan diperiksa dokter sebelum pasien yang lain, mendapat pelayanan diagnostik sese
● Pasien harus distabilkan terlebih dahulu sebelum dirujuk yaitu bila tidak tersedia pelayanan di Puskesmas untuk m
memerlukan rujukan ke fasilitas kesehatan yang mempunyai kemampuan lebih tinggi.
● Dalam penanganan pasien dengan kebutuhan darurat, mendesak, atau segera, termasuk melakukan deteksi dini t
udara/airborne.
3.4.1 Pelayanan anestesi lokal di Puskesmas dilaksanakan sesuai standar dan peraturan perundangan yang berlaku.
Pelayanan anestesi lokal di Puskesmas dilaksanakan sesuai standar dan peraturan perundang-undangan yang berlak
Pokok Pikiran:
● Dalam pelayanan rawat jalan maupun rawat inap di Puskesmas terutama pelayanan gawat darurat, pelayanan gig
yang membutuhkan lokal anestesi. Pelaksanaan anestesi lokal tersebut harus memenuhi standar dan peraturan per
Puskesmas.
● Kebijakan dan prosedur memuat:
a) penyusunan rencana termasuk identifikasi perbedaan antara dewasa, geriatri dan anak atau pertimbangan khusu
b) dokumentasi yang diperlukan untuk dapat bekerja dan berkomunikasi efektif
c) persyaratan persetujuan khusus
d) kualifikasi, kompetensi, dan keterampilan petugas pelaksana
e) ketersediaan dan penggunaan peralatan anestesi
f) teknik melakukan anestesi lokal
g) frekuensi dan jenis bantuan resusitasi jika diperlukan h) tata laksana pemberian bantuan resusitasi yang tepat
i) tata laksana terhadap komplikasi
j) bantuan hidup dasar
3.5.1 Pemberian terapi makanan dan terapi gizi sesuai dengan status gizi pasien dan konsisten dengan asuhan klinis
Pokok Pikiran:
● Terapi gizi adalah pelayanan gin yang diberikan kepada pasien (klien)
berdasarkan pengkajian gin, yang meliputi terapi dit, konseling gin dan pemberian makanan khusus dalam rangka pe
● Kondisi kesehatan dan proses pemulihan pasien membutuhkan asupan makanan dan gizi yang memadai, oleh kar
asuhan, umur, budaya, dan bila dimungkinkan pilihan menu makanan. Pasien berperan serta dalam perencanaan da
● Pemesanan dan pemberian makanan dilakukan sesuai dengan status gizi dan kebutuhan pasien.
● Penyediaan bahan, Penyiapan, penyimpanan, penanganan makanan harus dimonitor untuk memastikan keamana
kontaminasi dan pembusukan diminimalkan dalam proses tersebut.
● Setiap pasien harus mengonsumsi makanan sesuai dengan standar angka kecukupan gizi
● Angka Kecukupan Giza adalah suatu nilai acuan kecukupan rata-rata zat gizi setiap hari bagi semua orang menurut
derajat kesehatan yang optimal
● Terapi Gizi kepada pasien dengan resiko gangguan gizi di Puskesmas diberikan secara reguler sesuai dengan renca
Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) yang tercantum di dalam Pedoman Pelayanan Gadi Puskesmas
● Terapi Giz kepada pasien rawat inap harus dicatat dan didokumentasikan didalam Rekam Medis dengan baik.
● Keluarga pasien dapat berpartisipasi dalam menyediakan makanan bila sesuai dan konsisten dengan kajian kebutu
kesehatan yang berkompeten dan disimpan dalam kondisi yang baik untuk mencegah kontaminasi
Pemulangan dan tindak lanjut pasien yang bertujuan untuk kelangsungan layanan dipandu oleh prosedur yang baku
Pokok Pikiran:
● Untuk menjamin kesinambungan pelayanan, maka perlu ditetapkan kebijakan dan prosedur pemulangan pasien d
● Dokter/dokter gigi bersama dengan tenaga kesehatan yang lain menyusun rencana pemulangan bersama dengan
dukungan yang perlu diberikan baik oleh Puskesmas maupun keluarga pasien pada saat pemulangan maupun tindak
● Pemulangan pasien dilakukan berdasar kritena yang ditetapkan oleh dokter/dokter gigi yang bertanggung jawab t
dipulangkan dan akan memperoleh tindak lanjut pelayanan sesudah dipulangkan, misalnya pasien rawat jalan yang
memerlukan perawatan rawat inap di Puskesmas, pasien yang karena kondisinya memerlukan rujukan ke FKRTL, pa
pasien yang menolak untuk perawatan rawat inap, pasien/ keluarga yang meminta pulang atas permintaan sendiri.
● Resume pasien pulang memberikan gambaran tentang pasien selama rawat inap. Resume ini berisikan:
a) Riwayat kesehatan, hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostic b) Indikasi pasien rawat inap, diagnosis dan ko
Pemulangan dan tindak lanjut pasien yang bertujuan untuk kelangsungan layanan dipandu oleh prosedur yang baku
Pokok Pikiran:
● Untuk menjamin kesinambungan pelayanan, maka perlu ditetapkan kebijakan dan prosedur pemulangan pasien d
● Dokter/dokter gigi bersama dengan tenaga kesehatan yang lain menyusun rencana pemulangan bersama dengan
dukungan yang perlu diberikan baik oleh Puskesmas maupun keluarga pasien pada saat pemulangan maupun tindak
● Pemulangan pasien dilakukan berdasar kritena yang ditetapkan oleh dokter/dokter gigi yang bertanggung jawab t
dipulangkan dan akan memperoleh tindak lanjut pelayanan sesudah dipulangkan, misalnya pasien rawat jalan yang
memerlukan perawatan rawat inap di Puskesmas, pasien yang karena kondisinya memerlukan rujukan ke FKRTL, pa
pasien yang menolak untuk perawatan rawat inap, pasien/ keluarga yang meminta pulang atas permintaan sendiri.
● Resume pasien pulang memberikan gambaran tentang pasien selama rawat inap. Resume ini berisikan:
a) Riwayat kesehatan, hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostic b) Indikasi pasien rawat inap, diagnosis dan ko
c) Prosedur tindakan dan terapi yang telah diberikan
d) Obat yang sudah diberikan dan obat untuk pulang
e) Kondisi kesehatan pasien
f) Instruksi tindak lanjut dan dijelaskan kepada pasien, termasuk nomor kontak yang dapat dihubungi dalam situasi d
● Informasi tentang resume pasien pulang yang diberikan kepada pasien/ keluarga pada saat pemulangan atau ruju
memahami tindak lanjut yang perlu dilakukan untuk mencapai hasil pelayanan yang optimal.
● Resume Medis yang diberikan kepada pasien saat pulang dari rawat inap terdiri dari:
a) Data umum pasien
b) Anamnesis (riwayat penyakit dan pengobatan)
c) Pemeriksaan
d) Terapi, tindakan dan atau anjuran
Pokok Pikiran:
● Jika kebutuhan pasien akan pelayanan tidak dapat dipenuhi oleh Puskesmas, maka pasien harus dirujuk ke fasilita
pasien, baik ke FKTRL Puskesmas lain, home care dan paliatif.
● Untuk memastikan kontinuitas pelayanan, informasi tentang kondisi pasien dituangkan dalam surat pengantar ruj
telah dilakukan dan kebutuhan pasien lebih lanjut.
Pokok Pikiran:
● Jika kebutuhan pasien akan pelayanan tidak dapat dipenuhi oleh Puskesmas, maka pasien harus dirujuk ke fasilita
pasien, baik ke FKTRL Puskesmas lain, home care dan paliatif.
● Untuk memastikan kontinuitas pelayanan, informasi tentang kondisi pasien dituangkan dalam surat pengantar ruj
telah dilakukan dan kebutuhan pasien lebih lanjut.
● Komunikasi dengan fasilitas kesehatan yang lebih mampu dilakukan untuk memastikan kemampuan dan ketersed
● Pasien yang akan dirujuk dilakukan stabilisasi sesuai dengan standar rujukan
● Pasien/keluarga pasien mempunyai hak untuk memperoleh informasi tentang rencana rujukan, meliputi: alasan ru
lainnya, jika ada, sehingga pasien/keluarga dapat memutuskan fasilitas yang mana yang dipilih, serta kapan rujukan
● Jika pasien perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lain, wajib diupayakan proses rujukan berjalan sesuai dengan
pelayanan sesuai dengan kebutuhan dan pilihan tersebut dengan konsekuensinya.
● Dilakukan identifikasi kebutuhan dan pilihan pasien (misalnya kebutuhan transportasi, petugas kompeten yang m
fasilitas kesehatan rujukan) selama proses rujukan.
● Selama proses rujukan pasien secara langsung, pemberi asuhan yang kompeten terus memantau kondisi pasien, d
kondisi klinis pasien dan tindakan yang telah dilakukan.
● Pada saat serah terima di tempat rujukan, petugas yang mendampingi pasien memberikan informasi secara lengk
Pokok Pikiran:
● Untuk menjamin kesinambungan pelayanan, pasien yang dirujuk balik dari FKRTL dilaksanakan tindak lanjut sesua
● Jika Puskesmas menerima umpan balik rujukan pasien dari fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjut atau fasilitas
melalui proses kajian dengan memperhatikan rekomendasi umpan balik rujukan.
● Dalam pelaksanaan rujuk balik harus dilakukan monitoring dan dokumentasi proses pelaksanaan rujuk balik.
Pokok Pikiran:
● Untuk menjamin kesinambungan pelayanan, pasien yang dirujuk balik dari FKRTL dilaksanakan tindak lanjut sesua
● Jika Puskesmas menerima umpan balik rujukan pasien dari fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjut atau fasilitas
melalui proses kajian dengan memperhatikan rekomendasi umpan balik rujukan.
● Dalam pelaksanaan rujuk balik harus dilakukan monitoring dan dokumentasi proses pelaksanaan rujuk balik.
3.8.1 Tata kelola penyelenggaraan rekam medis dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
Pokok Pikiran:
● Rekam medis merupakan sumber informasi utama mengenai proses asuhan dan perkembangan pasien, sehingga
mendukung asuhan pasien secara berkelanjutan, maka rekam medis harus tersedia selama asuhan pasien dan setia
dari kondisi pasien.
● Rekam medis dapat berbentuk manual maupun elektronik. Rekam medis elektronik adalah rekam medis yang dib
● Perlu dilakukan standarisasi kode diagnosa, kode prosedur/tindakan, simbol dan singkatan yang digunakan dan tid
kesalahan komunikasi dan pemberian asuhan pasien serta dapat mendukung pengumpulan dan analisis data. Stand
● Dokter, perawat, bidan, dan petugas pemberi asuhan yang lain bersama sama menyepakati isi rekam medis sesua
pasien.
● Penyelenggaraan Rekam Medis dilakukan secara berurutan dari sejak pasien masuk sampai pasien pulang, dirujuk
a. Registrasi pasien
b. Pendistribusian rekam medis
c. Isi rekam medis dan pengisian informasi klinis
d. Pengolahan data dan pengkodean
e. Klaim pembiayaan
f. Penyimpanan rekam medis
g. Penjaminan mutu
h. Pelepasan informasi kesehatan
i Pemusnahan rekam medis
● Efek obat, efek samping obat, dan kejadian alergi didokumentasikan dalam rekam medis.
● Jika dijumpai adanya riwayat alergi obat, maka riwayat alergi tersebut harus didokumentasikan sebagai informasi
● Rekam medis diisi oleh setiap Dokter, Dokter gigi, dan/atau Tenaga Kesehatan yang melaksanakan pelayanan kese
● Apabila terdapat lebih dari satu tenaga Dokter, Dokter gigi dan/atau Tenaga Kesehatan dalam satu fasilitas keseha
● Setiap catatan dalam rekam medis harus lengkap dan jelas mencantumkan nama, waktu dan tanda tangan Dokter
berurutan sesuai waktu pelayanan
● Dalam hal terjadi kesalahan dalam pencatatan Rekam Medis, Dokter, Dokter gigi, dan/atau Tenaga Kesehatan lain
menghilangkan catatan yang dibetulkan, diparaf dan diberi tanggal, dalam hal diperlukan penambahan kata atau ka
● Isi rekam medis rawat jalan, paling sedikit meliputi:
▪ Identitas pasien
▪ Tanggal dan waktu
▪ Hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat penyakit
▪ penyakit.
▪ Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik
▪ Diagnosis
▪ Rencana penatalaksanaan
▪ Pengobatan dan/ atau tindakan
▪ Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien
● Jika dijumpai adanya riwayat alergi obat, maka riwayat alergi tersebut harus didokumentasikan sebagai informasi
● Rekam medis diisi oleh setiap Dokter, Dokter gigi, dan/atau Tenaga Kesehatan yang melaksanakan pelayanan kese
● Apabila terdapat lebih dari satu tenaga Dokter, Dokter gigi dan/atau Tenaga Kesehatan dalam satu fasilitas keseha
● Setiap catatan dalam rekam medis harus lengkap dan jelas mencantumkan nama, waktu dan tanda tangan Dokter
berurutan sesuai waktu pelayanan
● Dalam hal terjadi kesalahan dalam pencatatan Rekam Medis, Dokter, Dokter gigi, dan/atau Tenaga Kesehatan lain
menghilangkan catatan yang dibetulkan, diparaf dan diberi tanggal, dalam hal diperlukan penambahan kata atau ka
● Untuk menjamin mutu pelayanan laboratorium maka perlu dilakukan upaya pemantapan mutu internal maupun e
● Regulasi pelayanan laboratorium perlu disusun sebagai acuan, yang meliputi kebijakan dan pedoman, serta prose
a) jenis-jenis pelayanan laboratorium yang disediakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan kemampuan Puske
b) waktu penyerahan hasil pemeriksaan laboratorium
c) pemeriksaan laboratorium yang berisiko tinggi
d) proses permintaan pemeriksaan, penerimaan specimen, pengambilan, dan penyimpanan specimen
e) pelayanan pemeriksaan di luar jam kerja pada Puskesmas rawat inap atau puskesmas yang menyediakan pelayan
f) proses pemeriksaan laboratorium
g) kesehatan dan keselamatan kerja dalam pelayanan laboratorium
h) penggunaan alat pelindung diri
i) pengelolaan reagen
● Untuk menjamin mutu pelayanan laboratorium maka perlu dilakukan upaya pemantapan mutu internal maupun e
ketersediaan peralatan laboratorium yang digunakan dan sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berla
● Puskesmas wajib mengikuti Pemantapan Mutu Eskternal (PME) secara periodik yang diselenggarakan oleh institus
● Uji silang adalah kegiatan untuk menilai mutu dan kesesuaian hasil pemeriksaan secara periodik dan berkesinamb
● Jika pemeriksaan laboratorium tidak bisa dilakukan oleh Puskesmas karena keterbatasan kemampuan, maka dapa
prosedur yang jelas
● Pimpinan Puskesmas perlu menetapkan jangka waktu yang dibutuhkan untuk melaporkan hasil tes laboratorium.
pelayanan yang ditawarkan, dan kebutuhan petugas pemberi pelayanan klinis. Pemeriksaan pada gawat darurat dan
● Hasil pemeriksaan yang segera (urgent), seperti dari unit gawat darurat diberikan perhatian khusus. Sebagai tamb
laporan hasil pemeriksaan juga harus tepat waktu sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan atau yang tercantum da
● Reagensia dan bahan-bahan lain yang selalu harus ada untuk pelayanan laboratorium bagi pasien harus diidentifik
● Evaluasi periodik dilakukan terhadap ketersediaan dan penyimpanan semua reagensia untuk memastikan akurasi
● Ditetapkan kebijakan dan prosedur untuk memastikan pemberian label yang lengkap dan akurat untuk reagensia
undangan.
● Sesuai dengan peralatan dan prosedur yang dilaksanakan di laboratorium, perlu ditetapkan rentang nilai normal d
● Nilai normal dan rentang nilai rujukan harus tercantum dalam catatan klinis, sebagai bagian dari laporan atau dala
● Jika pemeriksaan dilaksanakan oleh laboratorium luar, laporan hasil
pemeriksaan harus dilengkapi dengan rentang nilai. Jika terjadi perubahan metoda atau peralatan yang digunakan u
dan tehnologi, harus dilakukan evaluasi dan revisi bila perlu terhadap ketentuan tentang rentang nilai pemeriksaan
● Ada prosedur rujukan spesimen dan pasien, jika pemeriksaan laboratorium tidak dapat dilakukan di Puskesmas
3.10.1 Pelayanan kefarmasian dikelola sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang ditetapkan.
Pokok Pikiran:
● Pelayanan kefarmasian harus tersedia di Puskesmas, oleh karena itu jenis dan jumlah obat, serta bahan medis hab
● Pengelolaan sediaan farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) terdiri dari:
1. Perencanaan kebutuhan
2. Permintaan
3. Penerimaan
4. Penyimpanan
5. Pendistribusian
6. Pengendalian
7. Pencatatan, pelaporan dan pengarsiapan
8. Pemantauan dan evaluasi pengelolaan
● Obat kadaluarsa/rusak/out of date /substitusi, ditarik dari peredaran dikelola sesuai kebijakan dan prosedur
● Formularium obat yang merupakan daftar obat terpilih yang dibutuhkan dan harus tersedia di Puskesmas perlu di
pada formularium nasional dan pemilihan jenis obat melalui proses kolaboratif antar pemberi asuhan, dengan mem
● Jika terjadi kehabisan obat karena terlambatnya pengiriman, kurangnya stok nasional atau sebab lain yang tidak d
suatu proses untuk mengingatkan para dokter/dokter gigi tentang kekurangan obat tersebut dan saran untuk pengg
● Obat yang disediakan harus dapat dijamin keaslian dan keamanan, oleh karena itu perlu dilakukan pengelolaan ra
rangkaian kegiatan yang meliputi proses perencanaan dan pemilihan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pend
● Peresepan dilakukan oleh tenaga medis. Dalam pelayanan resep petugas farmasi wajib melakukan pengkajian/tela
farmasetik, dan persyaratan klinis sesuai peraturan perundang-undangan, antara lain: a) ketepatan identitas pasien,
duplikasi pengobatan; c) potensi alergi atau sensitivitas; d) interaksi antara obat dan obat lain atau dengan makanan
fisiologik lainnya; dan g) kontra indikasi.
● Dalam pemberian obat harus juga dilakukan kajian benar, meliputi: ketepatan identitas pasien, ketepatan obat, ke
● Untuk Puskesmas rawat inap penggunaan obat oleh pasien/pengobatan sendiri, baik yang dibawa ke Puskesmas a
1. Pengkajian resep dan penyerahan obat
2. Pemberian informasi obat (PIO)
3. Konseling
4. Visite pasien (khusus Puskesmas rawat inap)
5. Rekonsiliasi obat
6. Pemantauan terapi obat (PTO)
7. Evaluasi penggunaan obat
● Obat kadaluarsa/rusak/out of date /substitusi, ditarik dari peredaran dikelola sesuai kebijakan dan prosedur
● Formularium obat yang merupakan daftar obat terpilih yang dibutuhkan dan harus tersedia di Puskesmas perlu di
pada formularium nasional dan pemilihan jenis obat melalui proses kolaboratif antar pemberi asuhan, dengan mem
● Jika terjadi kehabisan obat karena terlambatnya pengiriman, kurangnya stok nasional atau sebab lain yang tidak d
suatu proses untuk mengingatkan para dokter/dokter gigi tentang kekurangan obat tersebut dan saran untuk pengg
● Obat yang disediakan harus dapat dijamin keaslian dan keamanan, oleh karena itu perlu dilakukan pengelolaan ra
rangkaian kegiatan yang meliputi proses perencanaan dan pemilihan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pend
● Peresepan dilakukan oleh tenaga medis. Dalam pelayanan resep petugas farmasi wajib melakukan pengkajian/tela
farmasetik, dan persyaratan klinis sesuai peraturan perundang-undangan, antara lain: a) ketepatan identitas pasien,
duplikasi pengobatan; c) potensi alergi atau sensitivitas; d) interaksi antara obat dan obat lain atau dengan makanan
fisiologik lainnya; dan g) kontra indikasi.
● Dalam pemberian obat harus juga dilakukan kajian benar, meliputi: ketepatan identitas pasien, ketepatan obat, ke
● Untuk Puskesmas rawat inap penggunaan obat oleh pasien/pengobatan sendiri, baik yang dibawa ke Puskesmas a
rekam medis. Harus dilaksanakan pengawasan penggunaan obat, terutama obat-obat psikotropika sesuai dengan ke
● Obat yang perlu diwaspadai adalah obat yang mengandung risiko yang meningkat bila kita salah menggunakan da
● Agar obat layak dikonsumsi oleh pasien, maka kebersihan dan keamanan terhadap obat yang tersedia harus dilaku
penyampaian obat kepada pasien serta penatalaksanaan obat kedaluwarsa dan/atau rusak/out of date/ substitusi
● Puskesmas menetapkan kebijakan dan prosedur dalam penyampaian obat kepada pasien agar pasien memahami
terjadi.
● Pasien, dokternya, perawat dan petugas kesehatan yang lain bekerja bersama untuk memantau pasien yang mend
terhadap gejala pasien atau penyakitnya dan untuk mengevaluasi pasien terhadap kejadian efek samping obat.
● Berdasarkan pemantauan, dosis atau jenis obat bila perlu dapat disesuaikan dengan memperhatikan pemberian o
respons terapetik yang diantisipasi maupun reaksi alergik, interaksi obat yang tidak diantisipasi, untuk mencegah ris
mendokumentasikan setiap kejadian salah obat (medication error).
● Bila terjadi kegawatdaruratan pasien, akses cepat terhadap obat emergensi yang tepat adalah sangat penting. Per
obat-obat emergensi yang harus disuplai ke lokasi tersebut.
● Untuk memastikan akses ke obat emergensi bilamana diperlukan, perlu tersedia prosedur untuk mencegah penya
memastikan bahwa obat diganti bilamana digunakan, rusak atau kedaluarsa. Keseimbangan antara akses, kesiapan,
● Rekonsiliasi Obat merupakan proses membandingkan instruksi pengobatan dengan Obat yang telah didapat pasie
obat (medication error) seperti obat tidak diberikan, duplikasi, kesalahan dosis atau interaksi obat. Tujuan dilakukan
a. Memastikan informasi yang akurat tentang Obat yang digunakan pasien.
b. Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terdokumentasinya instruksi dokter.
c. Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terbacanya instruksi dokter.
● Pasien, dokternya, perawat dan petugas kesehatan yang lain bekerja bersama untuk memantau pasien yang mend
terhadap gejala pasien atau penyakitnya dan untuk mengevaluasi pasien terhadap kejadian efek samping obat.
● Berdasarkan pemantauan, dosis atau jenis obat bila perlu dapat disesuaikan dengan memperhatikan pemberian o
respons terapetik yang diantisipasi maupun reaksi alergik, interaksi obat yang tidak diantisipasi, untuk mencegah ris
mendokumentasikan setiap kejadian salah obat (medication error).
● Bila terjadi kegawatdaruratan pasien, akses cepat terhadap obat emergensi yang tepat adalah sangat penting. Per
obat-obat emergensi yang harus disuplai ke lokasi tersebut.
● Untuk memastikan akses ke obat emergensi bilamana diperlukan, perlu tersedia prosedur untuk mencegah penya
memastikan bahwa obat diganti bilamana digunakan, rusak atau kedaluarsa. Keseimbangan antara akses, kesiapan,
● Rekonsiliasi Obat merupakan proses membandingkan instruksi pengobatan dengan Obat yang telah didapat pasie
obat (medication error) seperti obat tidak diberikan, duplikasi, kesalahan dosis atau interaksi obat. Tujuan dilakukan
a. Memastikan informasi yang akurat tentang Obat yang digunakan pasien.
b. Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terdokumentasinya instruksi dokter.
c. Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terbacanya instruksi dokter.
b. Komparasi, Petugas kesehatan membandingkan data Obat yang pernah, sedang dan akan digunakan. Discrepancy
ketidakcocokan/perbedaan di antara data-data tersebut. Ketidakcocokan dapat pula terjadi bila ada Obat yang hilan
didokumentasikan pada rekam medik pasien. Ketidakcocokan ini dapat bersifat disengaja (intentional) oleh dokter p
dokter tidak tahu adanya perbedaan pada saat menuliskan Resep.
c. Melakukan konfirmasi kepada dokter jika menemukan ketidaksesuaian dokumentasi. Bila ada ketidak sesuaian, m
oleh Apoteker adalah:
1. menentukan bahwa adanya perbedaan tersebut disengaja atau tidak disengaja.
2. mendokumentasikan alasan penghentian, penundaan, atau
pengganti.
3. memberikan tanda tangan, tanggal, dan waktu dilakukannya rekonsilliasi Obat.
d. Komunikasi, melakukan kommunikasi dengan pasien dan/atau keluarga pasien atau perawat mengenai perubaha
yang diberikan.
2. mendokumentasikan alasan penghentian, penundaan, atau
pengganti.
3. memberikan tanda tangan, tanggal, dan waktu dilakukannya rekonsilliasi Obat.
d. Komunikasi, melakukan kommunikasi dengan pasien dan/atau keluarga pasien atau perawat mengenai perubaha
yang diberikan.
BAB III. Upaya Kesehatan Perseorangan Dan Penunjang (UKPP)
Puskesmas :
Kab/ Kota :
Tanggal :
Surveior :
EP 2
EP 4
Jumlah 35
EP 4
Jumlah 34
EP 2
Jumlah 20
EP 2
Jumlah 20
KRITERIA 3.5.1 SKOR
EP 1
EP 2
EP 3
EP 4
Pasien dan/ atau keluarga diberi edukasi tentang pembatasan diit
pasien dan keamanan/kebersihan makanan, bila keluarga ikut 0
menyediakan makanan bagi pasien. (D)
EP 5
EP 6
Jumlah 15
EP 2
Jumlah 20
EP 2
EP 3
Jumlah 30
KRITERIA 3.7.2
EP 1
Dokter/dokter gigi penangggung jawab pelayanan melakukan
kajian ulang kondisi medis sebelum menindaklanjuti umpan balik
dari FKRTL sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang ditetapkan. 10
(D,O)
EP 2
Dokter/dokter gigi penanggung jawab pelayanan melakukan tindak
lanjut terhadap rekomendasi umpan balik rujukan sesuai dengan 10
kebijakan dan prosedur yang ditetapkan. (D,O,W)
30
Jumlah 12
EP 3
EP 4
Jumlah 35
EP 3
EP 5
EP 7
Jumlah 47
SKOR
Maksimal
10
50
SKOR Maksimal
Menyusun/ Review Formulir Kajian Awal Pasien (perlu
dilakukan kajian awal yang paripurna oleh tenaga medis,
keperawatan/kebidanan, dan disiplin yang lain meliputi: status
fisik /neurologis /mental, psikososiospiritual, ekonomi, riwayat
kesehatan, riwayat alergi, asesmen nyeri, asesmen risiko jatuh,
asesmen fungsional (gangguan fungsi tubuh), asesmen risiko
gizi, kebutuhan edukasi, dan rencana pemulangan)
10
Menyusun SOP Skrining Visual
Membuat formulir/ buku skrining visual rawat jalan
Sosialisasi SOP Skrining Visual (pelaksana sebaiknya tenaga
kesehatan)
DASAR: UU 38 tahun 2014 ttg Keperawatan
10
50 68.00%
SKOR Maksimal
PMK 47 tahun 2018 ttg Pelayanan Kegawatdaruratan
Review SK
Review Pedoman
Review SOP rujukan
Review SOP stabilisasi
Menyusun/review formulir triase
Mendokumentasikan proses penanganan kegawatdaruratan
10 dalam rekam medis
Mendokumentasikan proses rujukan dalam rekam
medis(contoh: persiapan rujukan, persetujuan rujukan,
blangko rujukan, monitoring selama rujukan) PMK no 1 tahun
2012 ttg SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN
PERORANGAN
10
20 100.00%
SKOR Maksimal
review SK (dalam pelayanan gawat darurat, tindakan gigi,
pelayanan KB)(jenis jenis anestesi yang digunakan, siapa yang
boleh melakukan anestesi/ kewenangan klinis, siapa yang
diberi pelimpahan wewenang)
review SOP
10
10
20 100.00%
SKOR Maksimal
10
10
10
10
10
10
60 25.00%
SKOR Maksimal
10
10
20 100.00%
SKOR Maksimal
PMK no 1 tahun 2012 ttg SISTEM RUJUKAN PELAYANAN
KESEHATAN PERORANGAN
Menyusun /review form surat persetujuan rujukan
10
10
10
30 100.00%
10
Melakukan kajian ulang rekomendasi dari umpan balik rujukan sebelum meneruskan pengob
10
10
30
SKOR Maksimal
Menyusun/ review regulasi:
1. SK Pelayanan Rekam Medis yang minimal mengatur : bentuk
rekam medis, simbol dan singkatan, registrasi pasien,
pendistribusian rekam medis, isi rekam medis dan pengisian
informasi klinis, pengolahan data danpengkodean, klaim
pembiayaan, penyimpanan rekam medis, penjaminan mutu,
pelepasan informasi kesehatan, pemusnahan rekam medis,
koreksi pengisian rekam medis
2.Pedoman pelayanan rekam medis
3.SOP pelayanan rekam medis seperti SOP akses
rekammedis, SOP penyimpanan rekam medis, dsb
10
20 60.00%
SKOR Maksimal
Menyusun/ Review regulasi :
● SK Pelayanan Laboratorium yang mengatur jenis-jenis
pelayanan laboratorium yang disediakan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat dan kemampuan Puskesmas, waktu
penyerahan hasil pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan
laboratorium yang berisiko tinggi, proses permintaan
pemeriksaan, penerimaan specimen, pengambilan, dan
penyimpanan specimen, pelayanan pemeriksaan di luar jam
10 kerja pada Puskesmas rawat inap atau puskesmas yang
menyediakan pelayanan di luar jam kerja, proses pemeriksaan
laboratorium kesehatan dan keselamatankerja dalam
pelayanan laboratorium, penggunaan alat pelindung diri,
pengelolaan reagen dan terutama menetapkan nilai normal,
rentang nilai rujukan dan nilai kritis (berdasar hasil pertemuan
pembahasan nilai kritis laboratorium)
● Pedoman pelayanan laboratorium
● SOP pelayanan laboratorium seperti permintaan,
penerimaaan, pengambilan dan penyimpanan spesimen;
pengelolaan reagen; pelaksanaan pemeriksaan, dan
penyampaian hasil pemeriksaan kepada pihak yang
membutuhkan, serta pengelolaan limbah medis dan bahan
berbahaya dan beracun(B3).
10
10
Menyiapkan Form hasil pemeriksaan laboratorium
Menyiapkan Hasil pemantauan pelaporan hasil pemeriksaan
laboratorium
10
50 70.00%
SKOR Maksimal
10
10
10
10
10
10
10
70 67.14%
70.95%
U
REGULASI
SK dan SOP Kajian ulang kondisi pasien rujuk balik FKTRL dan
tindak lanjut
alik rujukan sebelum meneruskan pengobatan
pelaksaaan PIO
Pengelolaan obat emergensi