Puji dan syukur penulispanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
hanya dengan rahmat, karunia dan izinNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
referat yang berjudul “Terapi Cairan” sebagai salah satu tugas dalam menjalani
Kepanitraan Klinik Senior (KKS) di bagian Anestesi Rumah Sakit Umum Cut
Meutia Kabupaten Aceh Utara.
Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada dr.
Fachrurrazi, Sp.An, M.Kes-KIC sebagai pembimbing yang telah meluangkan
waktunya memberi arahan kepada penulis selama mengikuti KKS di bagian/SMF
Anestesi Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara.
Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan
laporan kasus ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran dan masukan yang membangun demi kesempurnaan laporan
kasus ini. Semoga laporan kasus ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua
pihak.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB 1.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................1
BAB 2.......................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................3
2.1 Definisi...............................................................................................3
2.1.1 Komposisi Cairan Tubuh..................................................................3
2.1.2 Proses Pergerakan Cairan Tubuh....................................................8
2.1.3 Asupan dan Kehilangan Cairan pada Keadaan Normal...............9
2.1.4 Tujuan Terapi Cairan......................................................................11
2.1.5 Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit.........................11
2.1.6 Dasar-Dasar Terapi Cairan Perioperatif......................................17
2.1.7 Penatalaksanaan Terapi Cairan Perioperatif...............................19
2.1.8 Jenis Cairan yang Digunakan dalam Terapi Cairan...................20
2.1.9 Teknik Pemberian dan Komplikasi Terapi Cairan......................24
BAB 3.....................................................................................................................26
PENUTUP.............................................................................................................26
3.1 Kesimpulan......................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................27
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
berubah tergantung pada umur, jenis kelamin, dan derajat obesitas seseorang.
Kandungan air pada saat bayi baru lahir sekitar 75% berat badan, dan usia 1 bulan
berangsurangsur turun, yaitu pada laki-laki dewasa 60% berat badan, dan pada
wanita dewasa 50% berat badan. Seluruh cairan tubuh didistribusikan ke dalam
ekstraseluler dapat dibagi kembali menjadi air yang mengisi ruang interstitiel serta
plasma.1,2
dibutuhkan pada keadaan tertentu, saat kebutuhan akan air serta nutrisi-nutrisi
tersebut tidak dapat terpenuhi secara per oral. Perubahan jumlah dan komposisi
cairan tubuh yang dapat terjadi pada perdarahan, luka bakar, dehidrasi, muntah,
fisiologis yang berat. Jika gangguan tersebut tidak dikoreksi secara adekuat
sebelum tindakan anestesi dan bedah, maka risiko penderita menjadi lebih besar.3
Pada saat melakukan terapi cairan, perlu diperhatikan pula jenis cairan yang
digunakan untuk penggantinya. Cairan tersebut dapat berupa kristaloid atau koloid
1
dengan kondisi pasien. Dalam keadaan tertentu adanya terapi cairan dapat pula
digunakan sebagai tambahan untuk memasukkan obat dan zat makanan secara
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi.
tubuh dengan pemberian cairan infus kristaloid (elektrolit) atau koloid (plasma
hilang akibat perdarahan, dehidrasi atau syok.4 Terapi cairan dan elektrolit adalah
salah satu terapi yang sangat menentukan keberhasilan penanganan pasien kritis.
bantuan hidup lanjut, merupakan langkah penting yang dilakukan secara simultan
1. Cairan intraseluler.
Cairan intreseluler adalah cairan yang terkandung di antara sel. Pada orang
dalam 75 triliun sel. Jadi, cairan intrasel merupakan 40% dari berat badan
3
2. Cairan ekstraseluler.
Cairan ekstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel. Jumlah relatif
sepertiga dari volume total. Cairan ini merupakan 20% dari berat badan,
atau sekitar 14 liter pada orang dewasa normal dengan berat badan 70
kilogram. Cairan ekstrasel dibagi dalam dua sub kompartemen yaitu cairan
Cairan interstisium.
Cairan interstisium merupakan cairan yang mengelilingi sel, yang berjumlah
lebih dari tiga perempat bagian cairan ekstrasel. Sekitar 11-12 liter pada
orang dewasa, dan sekitar dua kali lipat pada bayi baru lahir. Cairan limfe
dalam tubuh.2,3,5
Cairan intravaskuler.
Cairan intravaskuler merupakan cairan yang terkandung di dalam pembuluh
bagian darah yang tak mengandung sel; plasma terus menerus menukar zat
bersifat sangat permeabel untuk hampir semua zat terlarut dalam cairan
ekstrasel, kecuali protein. Olehh karena itu, cairan ekstrasel secara konstan
4
komposisi yang hampir sama kecuali untuk protein, yang konsentrasinya
Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis zat yaitu elektrolit dan non
elektrolit.
1. Elektrolit.
Merupakan zat yang terdisosiasi dalam cairan dan menghantarkan arus
listrik. Elektrolit dibedakan menjadi ion positif (kation) dan ion negatif
(anion). Jumlah kation dan anion dalam larutan adalah selalu sama (diukur
dalam miliekuivalen).6
Kation.
Kation utama dalam cairan ekstraseluler adalah sodium (NA+), sedangkan
kation utama dalam cairan intraseluler adalah potasium (K+). Suatu sistem
pompa terdapat di dinding sel tubuh yang memompa keluar sodium dan
potassium ini.6
Anion.
Anion utama dalam cairan ekstraseluler adalah kloride (Cl-) dan bikarbonat
(HCO3-), sedangkan anion utama dalam cairan intraseluler adalah ion fosfat
intraseluler.6
a. Natrium.
Natrium sebagai kation utama didalam cairan ekstraseluler dan paling
5
Kadar natrium dalam tubuh 58,5mEq/kgBB dimana + 70% atau
natrium dalam plasma akan diganti dengan air dan natrium dari cairan
ditarik dari dalam sel dan apabila volume plasma tetap tidak dapat
6
endokrin. Metabolisme kalsium sangat dipengaruhi oleh kelenjar-
secara:
1. Osmosis.
7
Osmosis adalah bergeraknya molekul (zat terlarut) melalui membran
membran sel dan kapiler permeabel terhadap air, sehingga tekanan osmotik
membran yang dapat dilalui air (pelarut), namun tidak dapat dilalui zat
(NaCl 0,9%, Dekstrosa 5%, Ringer laktat). Larutan dengan tekanan osmotik
hipertonik.6,7
2. Difusi.
ion natrium keluar melalui membran sel dan pada saat bersamaan memompa
ion kalium dari luar ke dalam. Tujuan dari pompa natrium kalium adalah
8
2.1.3 Asupan dan Kehilangan Cairan pada Keadaan Normal.
makanan yang masuk ke dalam tubuh secara per oral. Selanjutnya proses
metabolisme di dalam tubuh juga akan memberikan kontribusi terhadap air tubuh
total.5 Homeostasis cairan tubuh yang normalnya diatur oleh ginjal dapat berubah
oleh stres akibat operasi, kontrol hormon yang abnormal, atau pun oleh adanya
2000-2500 ml per hari, dalam bentuk cairan maupun makanan padat dengan
kehilangan cairan rata-rata 250 ml dari feses, 800-1500 ml dari urin, dan hampir
600 ml kehilangan cairan yang tidak disadari (insensible water loss) dari kulit dan
paru-paru.8
oksidatif dari karbohidrat, protein dan lemak yaitu sekitar 250-300 ml per hari,
cairan yang diminum setiap hari sekitar 1100-1400 ml tiap hari, cairan dari
makanan padat sekitar 800-100 ml tiap hari, sedangkan kehilangan cairan terjadi
dari ekskresi urin (rata-rata 1500 ml tiap hari, 40-80 ml per jam untuk orang
dewasa dan 0,5 ml/kg untuk pediatrik), kulit (insensible loss sebanyak rata-rata 6
ml/kg/24 jam pada rata-rata orang dewasa yang mana volume kehilangan
bertambah pada keadaan demam yaitu 100-150 ml tiap kenaikan suhu tubuh 1
derajat celcius pada suhu tubuh di atas 37 derajat celcius dan sensible loss yang
banyaknya tergantung dari tingkatan dan jenis aktivitas yang dilakukan), paru-
9
paru (sekitar 400 ml tiap hari dari insensible loss), traktus gastointestinal (100-200
Kebutuhan air setiap hari dapat ditentukan dengan berbagai cara, antara lain:
1. Berdasarkan umur5
0-1 th memerlukan air sekitar 120 ml/kgBB, 1-3 th memerlukan air sekitar
loss, dll) serta kebutuhan minimum per hari. Perbedaan ini sebaiknya tidak
dengan 1 liter.
5. Menghitung kelebihan dan kekurangan elektrolit5
Yang sering digunakan untuk menghitung kelebihan atau kekurangan cairan
4. Mengatasi syok.
10
5. Mengoreksi dehidrasi.
"dehidrasi".
Overhidrasi.
Overhidrasi adalah kelebihan air dalam tubuh kerapkali disebut-sebut oleh
gagal ginjal akut intrinsik atau obstruktif b) Masuknya air yang berlebihan
jugularis atau vena sentral, edema paru akut dan payah jantung.
Diagnostik penunjang: dijumpai hiponatremia dalam plasma.
Terapi Selama fungsi ginjal masih normal, pemberian diuretik masih
11
bila yang hilang hanya air saja, misalnya kehilangan air lewat keringat.
dehidrasi.
Tabel 1. Derajat dehidrasi, % kehilangan air dan gejala.5
Prinsip terapi dehidrasi adalah mengembalikan air dan garam yang hilang.
Jumlah dan jenis cairan yang harus diberikan, tergantung pada derajat dan
mEq/L dan baru memberikan gejala apabila kadar natrium plasma kurang
ireversibel.
Etiologi hiponatremia dapat berdasarkan faktor renal maupun faktor ekstra
renal.
12
Pada hiponatremia ringan, cukup dengan memberikan garam atau cairan
tinggi natrium pada pasien dengan fungsi ginjal yang jelek, penyakit
13
Penyebab hipokalemia antara lain: a) Masukan K yang kurang dari makanan
Gangguan irama jantung d) Bila berat dan lama, dapat mengakibatkan henti
jantung.
Terapi. a) Dalam keadaan gawat darurat. Dilakukan koreksi secara
Hiperkalemia.
Disebut hiperkalemia bila kadar K dalam plasma lebih dari 5 meq/l.
obatan.
Gejala yang paling menonjol akibat hiperkalemia adalah gangguan irama
atau mengeluarkannya dari dalam tubuh melalui organ ekskresi atau dialisis.
14
Terapi hiperkalemia tergantung pada kadarnya dalam darah dan kemampuan
ekskresi ginjal. Bila kadar K plasma kurang dari 6,5 meq/l diberikan: a)
dilaksanakan.
Bila fungsi ginjal jelek, tindakan hemodialisis perlu dipertimbangkan lebih
dini. Apabila kalium dia tas 6,5 meq/l, segera lakukan dialisis.
Hipokalsemia.
Kalsium serum total terikat dalam protein plasma dan 90% diantaranya
neuromuskuler.
Gejalanya antara lain, tetani dengan spasme karpopedal, adanya tanda
dapat diberikan 20-30 ml preparat kalsium glukonas 10% atau CaCl 10%.
15
Terapi ini dapat diulang 30 sampai 60 menit kemudian, sampai kadarnya
pengeluaran lewat paru atau dikenal dengan insensible water losses. Cairan
yang hilang ini pada umumnya bersifat hipotonus (air lebih banyak
dibandingkan elektrolit).
2. Defisit cairan dan elektrolit pra bedah10,11
Hal ini dapat timbul akibat dipuasakannya penderita terutama pada
penderita bedah elektif (sektar 6-12 jam), kehilangan cairan abnormal yang
berkeringat banyak. Sebaiknya kehilangan cairan pra bedah ini harus segera
akan lebih banyak pada pembedahan dengan luka pembedahan yang luas
16
dan lama. Sedangkan perpindahan cairan atau lebih dikenal istilah
meningkat. Pergeseran cairan yang terjadi tidak dapat dicegah dengan cara
Terdapat tiga periode yang dialami oleh pasien apabila menjalani tindakan
pembedahan, yaitu: pra bedah, selama pembedahan dan pasca bedah. Ketiga
periode tersebut mempunyai permasalahan yang berbeda yang satu sama lain
tidak bisa dipisahkan. Salah satu masalah yang perlu mendapatkan perhatian
Selain itu terapi cairan prabedah bertujuan untuk mengganti cairan dan
kalori yang dialami pasien prabedah akibat puasa, fasilitas vena terbuka
17
Terapi cairan selama operasi meliputi kebutuhan dasar cairan dan
penggantian sisa defisit pra operasi ditambah cairan yang hilang selama
operasi. Selain itu cairan selama pembedahan bertujuan untuk fasilitas vena
perdarahan yang terjadi dan mengganti cairan yang hilang melalui organ
ekskresi. Cairan yang digunakan adalah cairan pengganti, bisa kristaloid dan
febris).
Melanjutkan penggantian defisit prabedah dan selama pembedahan.
Koreksi gangguan keseimbangan karena terapi cairan.
1. Cairan kristaloid12,13,14,15,16,17,18
Keuntungan dari cairan ini antara lain harga murah, tersedia dengan mudah
Cairan kristaloid bila diberikan dalam jumlah cukup (3-4 kali cairan koloid)
18
larutan kristaloid akan masuk ruang interstitiel sehingga timbul edema
edema jaringan luka, apabila seseorang mendapat infus 1 liter NaCl 0,9%.
Karena perbedaan sifat antara koloid dan kristaloid dimana kristaloid akan
interstitiel.
2. Cairan koloid12,13,14,15,16,17,18
Disebut juga sebagai cairan pengganti plasma atau biasa disebut plasma
substitute´ atau plasma expander´. Di dalam cairan koloid terdapat zat/bahan yang
19
cairan ini cenderung bertahan agak lama (waktu paruh 3-6 jam) dalam ruang
intravaskuler. Oleh karena itu koloid sering digunakan untuk resusitasi cairan
dengan hipoalbuminemia berat dan kehilangan protein yang banyak (misal luka
bakar). Kerugian dari plasma expander yaitu mahal dan dapat menimbulkan reaksi
anafilaktik (walau jarang) dan dapat menyebabkan gangguan pada cross match.
1. Koloid Alami yaitu fraksi protein plasma 5% dan albumin manusia (5 dan
2,5%). Dibuat dengan cara memanaskan plasma atau plasenta 60°C selama
10 jam untuk membunuh virus hepatitis dan virus lainnya. Fraksi protein
dalam fraksi protein plasma dibandingkan dalam albumin. Oleh sebab itu
(viskositas) darah. Selain itu Dextran mempunyai efek anti trombotik yang
20
dapat mengurangi platelet adhesiveness, menekan aktivitas faktor VIII,
Pemberian 500 ml larutan ini pada orang normal akan dikeluarkan 46%
lewat urin dalam waktu 2 hari dan sisanya 64% dalam waktu 8 hari. Larutan
mengembangkan volume plasma hingga 1,5 kali volume yang diberikan dan
expander yang besar dengan toksisitas yang rendah dan tidak mengganggu
koagulasi maka Penta starch dipilih sebagai koloid untuk resusitasi cairan
Gelatin.
Larutan koloid 3,5-4% dalam balanced electrolyte dengan berat molekul
21
dapat menimbulkan reaksi anafilaktik (jarang) terutama dari golongan urea
linked gelatin.
Untuk pemberian terapi cairan dalam waktu yang singkat dapat digunakan
daerah kubiti. Pada pasien anak dan bayi sering digunakan daerah punggung kaki,
depan mata kaki dalam, atau pada daerah kepala. Pada pasien neonatus, dapat juga
digunakan akses vena umbilikalis. Penggunaan jarum anti karat atau kateter vena
berbahan plastic anti trombogenik pada vena perifer biasanya perlu diganti setiap
cairan infus lebih lama dari 3 hari, sebaiknya menggunakan kateter berukuran
besar dan panjang yang ditusukan pada vena femoralis, vena kubiti, vena
subklavia, vena jugularis eksterna atau interna yang ujungnya sedekat mungkin
seperti misalnya payah jantung dan edema baik di otak, paru, dan jaringan
22
3. Komplikasi akibat kanulasi.
Terutama pada kanulasi vena sentral, bisa terjadi hematom, emboli udara,
pada kanulasi vena sentral yang digunakan untuk memasukkan obat suntik
berulang.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
tubuh tergantung pada usia, jenis kelamin, dan derajat status gizi seseorang.
Seluruh cairan tubuh tersebut secara garis besar terbagi ke dalam 2 kompartemen,
yaitu intraselular dan ekstraselular. Apabila terjadi deficit atau kekurangan cairan
pada tubuh maka perlu segera diberikan penanganan atau pencegahan untuk
Terapi cairan secara garis besar dibagi menjadi kristaloid dan koloid.
Kristaloid merupakan larutan berbasis air yang mengandung elektrolit atau gula
yang paling sering dan paling pertama digunakan sebagai cairan resusitasi.
23
Keuntungan dari cairan ini antara lain harga murah, tersedia dengan mudah di
setiap pusat kesehatan, tidak perlu dilakukan cross match, sedangkan koloid
osmotik yang menyebabkan cairan ini cenderung bertahan agak lama dalam ruang
intravaskuler dan baik untuk resusitasi cairan pada pasien dengan defisit cairan
dibagi menjadi cairan pemeliharaan, pengganti, nutrisi, dan untuk tujuan khusus.
Jalur pemberian cairan dapat melalu kanulasi vena sentral dan perifer
diperlukan pada saat sebelum, selama, dan setelah atau pasca operasi. Pemantauan
kehilangan darah pada pasien perioperative juga menentukan jenis terapi cairan
24
DAFTAR PUSTAKA
2009.
2. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. EGC;
Pennsylvania:Springhouse; 2002:3-189.
8. Schwartz SI, ed. Principles of surgery companion handbook. 7th ed. New
york:McGraw-Hill; 1999:53-70.
9. Arya VK. Basics of fluid and blood transfusion therapy in paediatric
are we and how did we get there? International Anesthesia Research Society
25
2010; 110 (2). p. 375-86.
14. Doherty M, Buggy DJ. Intraoperative fluids: how much is too much: British
fluid therapy in adult hospitalized patients. Bio Med Central 2013; 2(17): p.
110
17. Strunden MS, Heckel K, Goetz AE, Reuter DA. Review perioperative fluids
26