Anda di halaman 1dari 30

REFERAT RADIOLOGI

SKOLIOSIS
Diagnosis Radiologi dan Pengukurannya

DISUSUN OLEH:

Widiawati, S.Ked
PEMBIMBING:

Dr. Renita Zein, Sp.Rad (K)

KEPANITERAAN KLINIK RADIOLOGI RSUP PERSAHABATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UPN “VETERAN” JAKARTA

NOVEMBER 2009

i
KATA PENGANTAR

Saya panjatkan puji Syukur pada Allah SWT atas ridhaNya lah saya dapat menyelesaikan
referat ini dalam rangka memenuhi tugas kepaniteraan Ilmu Radiologi di RSUP Persahabatan
Fakultas Kedokteran UPN ”Veteran ” Jakarta.

Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada Dr. Renita Zein Sp.Rad (K) yang telah
memberikan bimbingan selama pembuatan referat ini.

Harapan saya semoga referat ini dapat menjadi bekal berharga dalam praktek klinik
nantinya dan bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.

Saya menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna Seperti peribahasa tiada
gading yang tak retak, untuk itu saya mohon masukan dan saran dari para pembaca untuk
perbaikan dan penyempurnaan pada penulisan berikutnya.

Penulis

Jakarta, November 2009

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ii

Daftar Isi iii

BAB I Pendahuluan 1

BAB II Anatomi 3

BAB III Klasifikasi 5

BAB IV Manifestasi Klinis 7

Komplikasi 8

Perjalanan Penyakit Skoliosis 8

BAB V Gambaran dan Peranan Radiologi 9

Radiografi konvensional 9

Index – Index untuk Menilai Skoliosis 12

Computed Tomography 21

Magnetic Resonance Imaging 22

BAB VI Tatalaksana 23

BAB VII Prognosis 25

BAB VIII Kesimpulan 26

Daftar Pustaka iv

iii
SKOLIOSIS- Diagnosis Radiologi dan Pengukurannya

BAB I

PENDAHULUAN

Skoliosis adalah deviasi tulang belakang lebih dari 100 dari garis tengah pada bidang
frontal. 1 Skoliosis umumnya disertai rotasi vertebrae dengan rotasi maksimal pada apeks
kelengkungan.1,2 pada populasi umum terdapat 4,5% pasien skoliosis. Prevalensi skoliosis pada
masa kanak-kanak dan remaja antara 0,5 sampai 3%. Skoliosis idiopatik pada remaja usia 10-16
tahun adalah 2-4%. Prevalensi skoliosis dengan kelengkungan > 300 dilaporkan antara 0,04
sampai 0,29 %. Skoliosis kanak-kanak pada kelompok infantil dilaporkan 0,5 %, kelompok
juvenil dilaporkan 10,5% dan 89% pada kelompok remaja.1,2

Skoliosis dapat diklasifikasikan berdasarkan etiologi, lokasi kelengkungan, usia, dan tipe
kelengkungan. Berdasarkan etiologi skoliosis dibagi menjadi skoliosis kongenital,
neuromuskular, degeneratif, trauma, idiopatik.1

Skoliosis mempunyai dampak yang cukup begitu besar bagi penderitanya. Keluhan
utama adalah nyeri. Pada skoliosis berat dapat menyebabkan masalah kardiopulmonal. Dampak
emosional dan keterbatasan aktivitas sosial juga menjadi masalah yang penting. Terdapat 49%
pasien pasca operasi skoliosis mengalami keterbatasan aktifitas sosial. Dari seluruh kasus bedah
tulang belakang, 1/3 nya adalah skoliosis. Di Amerika Serikat, setiap tahunnya terpasang 20.000
batang Herrington pada pasien-pasien skoliosis dan menghabiskan 120.000 per operasi.2

Radiologi memegang peranan yang sangat penting. Peranan radiologi pada skoliosis
untuk mendeteksi, menentukan karakteristik tipe kelengkungan dan derajat beratnya,
mengidentifikasi penyebab, mengikuti progresifitas, dan memonitor hasil terapi.1 Kebanyakan
kasus-kasus skoliosis adalah idiopatik dan imaging digunakan secara rutin untuk memonitor
perubahan deformitas selama pertumbuhan.

1
Skoliosis biasanya ditangani oleh spesialis bedah orthopedi yang telah mendapatkan
pelatihan khusus. Namun pasien-pasien skoliosis dapat juga datang ke dokter umum, dokter
spesialis anak, dokter spesialis neurologi, atau dokter spesialis bedah saraf. Para klinisi tersebut
banyak yang menganggap dokter spesialis radiologi sebagai ahli tulang belakang sehingga
diharapkan mengetahui dasar-dasar skoliosis, dapat mengerjakan pemeriksaan radiologi, dapat
membaca foto dengan benar, dan dapat membuat interpretasi yang koheren untuk membantu
klinisi.1

2
BAB II

ANATOMI

Vertebrae memiliki kelengkungan lordosis di bagian servikal dan lumbar dan kifosis di
torakal dan sakral. Garis lurus bisa digambarkan melalui hubungan sendi servikotorakal,
torakolumbar, dan lumbosakral.3

Kelengkungan vertebrae bervariasi pada umur yang berbeda. Saat lahir, tulang punggung
memiliki satu kelengkungan, yaitu cekung pada bagian anterior. Pada bayi, servikal lordosis
terbentuk ketika si bayi mulai mengekstensikan lehernya. Posisi lordosis lumbar berkembang
pada tahun kedua, ketika bayi bisa mulai berdiri.3

Tulang punggung terus bertumbuh terutama oleh karena proliferasi kartilago pada korpus
vertebrae di bagian tengah osifikasi primer yang terletak di bagian superior dan inferiornya.
Kartilago anular tidak berkembang sesuai dengan osifikasi primer dan tidak berkontribusi
terhadap pertumbuhan longitudinal. Bagian tengah bersatu dengan korpus vertebrae hanya
setelah bagian-bagian tersebut berkembang dengan sempurna. Saat pubertas, kelengkungan
normal pada masa dewasa telah terbentuk, dengan servikal dan lumbar yang lordosis dan torakal
dan sakral kifosis.3

Gambar 1 Segmen Tulang Belakang

3
Ukuran dan karakteristik vertebrae normalnya bervariasi. Vertebrae terdiri dari korpus
vertebrae, lengkung vertebrae, dan prosesus. Korpus vertebrae merupakan bagian yang paling
besar terletak di anterior vertebra. Berbentuk silinder, dan berfungsi menyokong berat badan.
Lengkung vertebra terletak di posterior dari korpus vertebra, terdiri dari dua buah pedikel dan
dua buah lamina. Pedikel adalah prosesus yang pendek dan padat, berbentuk silinder, pada
bagian posteriornya akan bertemu dengan dua tulang lebar dan pipih yang menyatu pada garis
tengah, yang dikenal dengan lamina. Lengkung vertebra dan sisi posterior korpus vertebra
membentuk foramen vertebra. Kesatuan dari foramen-foramen vertebra membentuk kanal
vertebra (kanalis spinalis). Vertebra juga memiliki prosesus-prosesus seperti:

I. Prosesus spinosus
II. Prosesus transversus
III. Prosesus artikularis

Gambar 2 Anatomi vertebra (korpus dan prosesus-prosesus)

4
BAB III

KLASIFIKASI

Skoliosis secara luas dibagi berdasar dua tipe: tipe postural dan struktural.

Skoliosis Postural

Skoliosis postural adalah deformitas yang fleksibel oleh karena kesalahan posisi,
deformitas ini bisa jelas terlihat ketika pasien menekuk ke arah kelengkungan cembung. Tidak
ada ditemukannya deformitas rotasional atau desakan antar vertebrae. Walaupun skoliosis
postural timbulnya sementara, bisa menjadi menetap dan menjadi skoliosis struktural jika
menjadi kebiasaan dan menjadi kronik.3

Penyebab tersering dari skoliosis postural adalah postur yang salah yang terlalu lama,
tungkai bawah yang pendek, prolaps diskus, nyeri, dan penyebab-penyebab histerikal.3

Gambar 3 Tes Adam

5
Skoliosis Struktural

Skoliosis struktural adalah deformitas yang menetap yang tidak bisa dikoreksi secara
aktif oleh perubahan postur.3

Skoliosis struktural memiliki berbagai macam penyebab, sebagai berikut. Berdasar


etiologi, maka skoliosis dibagi menjadi:3

 Idiopatik
 Kongenital
o Kegagalan pembentukkan: Wedge vertebra, hemivertebra
o Kegagalan segmentasi: vertebrae fusi, costae fusi, unilateral fusi
o Kombinasi keduanya.
 Penyebab mesodermal
o Neurofibromatosis (NF) o Mucopolysaccharidosis
o Osteogenesis imperfecta o Marfan syndrome
 Penyebab neuromuskular
o mielomeningokel o Friedreich ataxia
o Siringomelia o Cerebral palsy
o Diastematomyelia o Arthrogryposis multiplex
o Malformasi Arnold-Chiari congenita
o Muscular dystrophy o Motor neuron disease
o Poliomyelitis o Congenital hypotonia
 Infeksi
o Osteomielitis piogenik
o Tuberkulosis
o Brusellosis
 Tumor
o Osteoid osteoma o Astrocytomas
o Osteoblastoma o Ependymomas
o Meningiomas o Metastasis
o Neurofibromas

6
SKOLIOSIS- Diagnosis Radiologi dan Pengukurannya

BAB IV

MANIFESTASI KLINIS

Perkembangan kejadian skoliosis dapat dijelaskan secara biomekanik berdasarkan hukum


Heuter-Volkmann, yang menyatakan bahwa tekanan pada epifisis memperlambat kecepatan
pertumbuhan dan regangan pada epifisis meningkatkan kecepatan pertumbuhan.3

Pada skoliosis, deformitas yang utama adalah lordosis, dengan processus spinosus
berdeviasi ke arah sisi yang cekung. Selama rotasi berlanjut, beban pada epifisis pada sisi tubuh
yang lebih anterior meningkat, menyebabkan deformitas lateral. Jadi, skoliosis adalah deformitas
yang terdiri dari lordosis, rotasi, dan terjepitnya bagian lateral dari vertebrae.iv

Pada evaluasi klinis, pasien dengan skoliosis memiliki kebengkokan lateral pada tulang
punggungnya yang tidak bisa dikoreksi oleh perubahan postur. Pada pembengkokan ke arah
depan, tonjolan rusuk ke posterior pada sisi yang cembung menjadi sangat jelas. Tulang
punggung berdeviasi dari garis tengah pada semua tiga bidang hayal. Perpindahannya adalah
pada bidang frontal ke arah lateral, dengan lordosis pada bidang sagital dan rotasi di arah sisi
yang cembung dari lengkung vertebrae.iv

Skoliosis idiopatik tidak menimbulkan gejala seperti nyeri dan kelumpuhan. Tulang
punggung yang asimetris adalah satu-satunya temuan klinis. Tulang rusuk dan skapula lebih jelas
pada satu sisi, dengan naiknya bahu atau protursi pinggul ke arah yang kontralateral. Deformitas
lebih jelas terlihat ketika kelengkungannya besar, terutama pada posisi segmen torakal.3

Pada pasien laki-laki yang skoliosis, sangat jarang ditemukan kelengkungan torakal
sebelah kiri, perkembangan yang cepat, defisit neurologis, nyeri kepala, nyeri leher, nyeri
punggung, dan deformitas kaki.3

7
SKOLIOSIS- Diagnosis Radiologi dan Pengukurannya

Perjalanan Penyakit Skoliosis

Perjalanan penyakit skoliosis ditandai oleh kecepatan kelengkungan sebanyak lebih dari
5° per tahun. Perjalanan ini ditandai selama adanya percepatan pada pertumbuhan masa anak-
anak dan remaja. Dan 60% dari pertumbuhan cepat dapat menjadi lebih buruk.3

Vertebrae melanjutkan untuk tumbuh pada sisi yang cembung dan dihambat pada sisi
yang cekung. Kelengkungan lebih dari 30 ° tidak berlanjut setelah matur. Kelengkungan antara
30-50° berlanjut jika ada rotasi lebih dari 25°, pada kecepatan 1° per tahun. Kelengkungan lebih
dari 50-75° berlanjut tanpa melihat maturitas.3

Komplikasi

Fungsi pulmoner dapat berpengaruh pada skoliosis yang berat. Deformitas skoliotik ini
mengakibatkan penekanan pada kedua paru, sehingga timbul adanya defek pada tes fungsi paru
yang restriktif. Ini terlihat sebagai dispnea yang bisa timbul pada orang dewasa tergantung
keparahannya tapi jarang ditemukan pada anak-anak.3

Kelainan jantung bisa dihubungkan dengan skoliosis idiopatik. Skoliosis idiopatik


ditemukan pada 1-5% pasien dengan PJK; insidensnya tertinggi pada orang yang memiliki
penyakit jantung sianosis.3

8
SKOLIOSIS- Diagnosis Radiologi dan Pengukurannya

BAB IV
GAMBARAN DAN PERANAN RADIOLOGI

I. RADIOGRAFI KONVENSIONAL
Indikasi untuk Radiografi
Radiografi dilakukan untuk mengkonfirmasi penegakkan diagnosis skoliosis yang
dilakukan berdasar temuan klinis. Hal ini terutama penting untuk membedakannnya dari kelainan
segmen tulang, untuk menilai keparahan kelengkungan, memonitor perkembangan
kelengkungan, untuk menilai maturitas skeletal dengan menandakan osifikasi dari apofisis
iliakus, untuk mengevaluasi anomali kardia dan pulmo, dan untuk menilai perkembangan dan
mengevaluasi komplikasi selama dan sesudah operasi.3

Gambaran Radiografi
Temuan radiografi dari skoliosis terutama skoliosis idiopatik bisa digambarkan sebagai
berikut:iv

 Terlihat kelengkungan lateral dari tulang punggung dan dinilai bagian sisi cembung dan
cekung.
 Ada empat pola pada skoliosis idiopatik: (1) Lengkung torakal, (2) Lengkung lumbar
(3) lengkung torakolumbar pada sisi yang sama, dan (4) lengkung torakal dan lumbal
pada sisi yang berlawanan.
 Jumlah tulang punggung yang terlibat pada kelengkungan harus dinilai.
 Pada orang yang sehat, garis lurus bisa digambarkan melalui hubungan servikotorakal,
dorsolumbar, dan lumbosakral. Derajat deviasi dari sudut servikotorakal diukur dari
sakrum.
 Ada hipokifosis dengan sudut lengkung kurang dari 20° atau adanya lordosis. Kifosis
torakal yang normal adalah antara 20-45°.
 Bagian apex vertebrae menunjukkan adanya peningkatan ketinggian di aspek anterior
dari corpus vertebrae dan penurunan ketinggian di aspek posterior.

9
SKOLIOSIS- Diagnosis Radiologi dan Pengukurannya

 Korpus vertebrae dan diskus intervertebrae lebih lebar di sisi konfeks daripada di sisi
yang cekung.
 Rusuk posterior terdorong ke arah posterior di sisi cembung, yang menunjukkan
kebungkukan. Tulang-tulang costae ini diposisikan secara anterior disisi yang cekung.
 Di bagian ujung kelengkungan, rongga diskus sama besar atau melebar di sisi yang
cekung. Vertebrae dan sumbu neural menebal di sisi yang cekung.
 Prosesus spinosus tergeser ke sisi yang cekung, dan pedikulus, korpus vertebrae tergeser
ke depan sisi yang cembung.
 Rotasinya terlihat di bagian apex dari kelengkungan dan hampir rata di bagian ujung
vertebrae. Rotasi bisa intersegmen (antar vertebrae) atau intrasegmen (antar elemen dari
satu tulang vertebrae; yang intrasegmental ini tidak bisa dikoreksi.
 Bayangan psoas tidak terlihat di sisi yang cekung dari lengkung.

Sistem Klasifikasi Radiografik


Banyak sistem klasifikasi digunakan untuk menggambarkan tipe-tipe kelengkungan
skolitik. Kalsifikasi ini membantu ahli bedah dalam menentukan tatalaksana yang tepat karena
prognosis dan tatalaksana berbeda dari perbedaan kelengkungannya.3

1. Klasifikasi Ponseti-Friedman

Klasifikasi Ponseti-Friedman memiliki 5 tipe:


 I adalah kelengkungan single pada lumbal di T11-L3 dengan apexnya di L1-2
(Tipe ini adalah tipe benigna yang paling banyak 23% dari seluruh pasien).
 II adalah tipe kelengkungan single pada dorsolumbal di T6-7 to L1-2 dengan
apeks di T11-12 (16%).
 III adalah kombinasi torakal dan lumbal (37%) dengan kelengkungan dorsal di
sisi kanan pada T5-6 atau T10-11 dan apeksnya pada T7-8 dan lengkung lumbar
pada sisi kiri T10-11 sampai L3-4 dengan apeksnya pada L1-2.
 IV adalah kelengkungan single torakal pada T5-6 sampai T11-12 dengan
apeksnya pada T8-9 (22%).
 V adalah servikotorakal pada C7-T1 atau T4-5 dengan apeks pada T3.

10
SKOLIOSIS- Diagnosis Radiologi dan Pengukurannya

2. Klasifikasi King-Moe
Klasifikasi King-Moe memiliki 4 tipe:
 I, dominan pada lumbal dan berbentuk S (10%);
 II, dominan pada torakal dan berbentuk S (33%);
 III, lengkung torakal dimana torakal dan lumbal tidak melewati garis tengah.
(33%)
 IV, torakal yang panjang atau double torakal dengan T1 miring ke arah
kelengkungan atas (10%).v

3. Klasifikasi Lenke

Klasifikasi Lenke memiliki 3 komponen:

1. Tipe kelengkungan
Tipe kelengkungannya dibagi sebagai berikut:
I, Torakal primer
II, Skoliosis double torakal
III, Skoliosis utama double
IV, Skoliosis utama tripel
V, Skoliosis dorsolumbal-lumbal
2. Pemodifikasi lumbal (Lumbar modifier)
Pemodifikasi lumbal ini berdasarkan hubungan antara garis vertikal skrum ke apeks
dari kelengkungan lumbal dan diklasifikasikan dalam kategori A, B, C.
3. Pemodifikasi torakal sagital (Sagittal Thoracic modifier)
Pemodifikasi torakal sagital adalah pengukuran kelengkungan sagital dari T5-12;
tanpa tanda adalah kurang dari 10°, tanda N adalah 10-40°, dan tanda + untuk lebih
dari 40°.v, vi, vii

11
SKOLIOSIS- Diagnosis Radiologi dan Pengukurannya

Index – Index untuk Menilai Skoliosis


Berikut adalah teknik-teknik, pengukuran, dan index yang digunakan untuk menilai
skoliosis: Teknik Cobb-Webb, teknik Ferguson, Metode Greenspan, teknik Nash-Moe untuk
mengukur rotasi vertebrae, index Risser, observasi dari osifikasi di apofisis vertebrae, metode
perdriolle, metode Lytilt, dan metode lain untuk menilai maturitas skleletal.3

Teknik Cobb-Webb

Ini adalah teknik yang paling banyak digunakan untuk mengukur keparahan skoliosis.
Hasilnya menentukan tatalaksana lebih jauh dan membantu memprediksi prognosis.

Ujung vertebrae superior dan inferior dari kelengkungan skoliotik diidentifikasi dengan
mengobservasi rotasi corpus vertebrae dan lebar dari rongga intervertebralis. Rongga
intervertebralis hampir normal, dan vertebrae ini berada pada posisi netral tanpa rotasi yang jelas
di bagian akhir superior dan inferior vertebrae.3

Di bagian endplate superior hingga inferior ditarik garis tangensial. Sudut Cobb-Webb
adalah sudut yang dibentuk dari pertemuan garis-garis ini atau sudut yang dibentuk dari
pertemuan garis yang satu dengan garis yang tegak lurus terhadap garis ini. Sudut Cobb paling
tidak 10° menunjukkan adanya scoliosis.3

Gambar 4 Radiograf Metode Cobb dan pengukurannya.

12
SKOLIOSIS- Diagnosis Radiologi dan Pengukurannya

Keterbatasan dari pengukuran sudut Cobb-Webb adalah sebagai berikut:

 Pengukurannya hanya satu bidang


 Bervariasi pembacaannya pada tiap pengamat
 Variasi diurnal, dengan sudut 5° atau lebih pada siang hari lebih banyak daripada di pagi
hari
 Bervariasi pada posisi supine dan terlentang, rotasi, bentuk tubuh, dan teknik radiografik
 Pertumbuhan spinal mempengaruhi 1° tiap bulan selama periode pertumbuhan rapid
growth.
 Sudut kelengkungan ditentukan hanya dengan orientasi dari vertebrae terakhir.
 Nilai yang didapatkan lebih besar dari yang didapatkan dengan teknik pengukuran lain.

Klasifikasi Lippman-Cobb kelengkungan skoliotik sebagai berikut:

Gambar 5 Skema garis pengukuran sudut Lippman-Cobb.

13
SKOLIOSIS- Diagnosis Radiologi dan Pengukurannya

Gambar 6 Radiografi menunjukkan sudut Lippman-Cobb


 I = kurang dari 20°
 II = 21-30°
 III = 31-50°
 IV = 51-75°
 V = 76-100°
 VI = 101-125°
 VII = Lebih dari 125°

Teknik Ferguson
Sebuah garis ditarik dari tengah vertebrae apikal ke arah tengah ujung lengkung superior.
Garis lainnya ditarik dari tengah vertebrae apikal ke arah ujung lengkung yang inferior.

Gambar 7 Diagram garis menunjukkan teknik Risser-Ferguson.

14
SKOLIOSIS- Diagnosis Radiologi dan Pengukurannya

Gambar 8 Radiografi menunjukkan pengukuran dengan menggunakan teknik Ferguson.


Sudut di antara garis-garis ini digunakan untuk menilai keparahan deformitas.

Index Greenspan

Teknik ini mendukung untuk pengukuran kelengkungan skoliotik yang lebih


komprehensif daripada yang didapatkan oleh metode lain. Titik tengah dari vertebrae yang di
atas dari ujung atas dan titik tengah dari vertebrae yang di bawah dari ujung bawah dihubungkan
untuk membuat garis spinal vertikal. Garis-garis ditarik dari tengah setiap vertebrae di lengkung
skoliotik ke garis spinal vertikal ini. Nilai yang didapatkan dari masing-masing garis ini
dijumlahkan dan kemudian dibagi oleh panjang garis spinal vertikal. Faktor koreksi kemudian
ditambahkan untuk pembesaran.

Gambar 9 Skema diagram menunjukkan teknik Greenspan.

15
SKOLIOSIS- Diagnosis Radiologi dan Pengukurannya

Gambar 10 Radiografi menunjukkan pengukuran index Greenspan.


Pada orang sehat, nilainya adalah nol. Metode ini lebih baik daipada teknik Lipmann-
Cobb karena bisa mengukur deviasi dari tiap level vertebrae. Teknik ini juga bisa dilakukan pada
pengukuran segmen-pendek atau kelengkungan yang kecil.

Teknik Nash-Moe untuk Menilai Rotasi Vertebrae

Teknik ini digunakan untuk mengukur deformitas rotasional dari vertebrae.

Gambar 11 Diagram yang menunjukkan metode Nash-Moe untuk mengukur rotasi


vertebrae.

Pada gambaran frontal, vertebrae dibagi ke dalam 6 segmen, dan nilai kuantitas rotasi
didapatkan berdasarkan letak dari pedikulus. Normalnya, pedikulus terletak di segmen terluar.
Tingkatan rotasi dibuat berdasarkan peningkatan migrasi dari pedikulus ke arah sisi cembung
dari lengkung skoliotik.

16
SKOLIOSIS- Diagnosis Radiologi dan Pengukurannya

Metode Cobb untuk menilai rotasi vertebrae

Teknik Cobb menggunakan posisi prosesus spinosus untuk menilai derajat rotasi vertebrae.
Vertebrae dibagi menajdi 6 segmen yang sama dengan menggambar 5 garis vertikal.

Gambar 12 Diagram garis yang menggambarkan metode Cobb untuk mengukur rotasi
vertebra.

Prosesus spinosus normalnya, terletak di bagian tengah dari vertebrae bertumpang tindih
dengan garis ketiga. Dengan meningkatnya rotasi, prosesus spinosus dirotasikan ke arah sisi
yang cembung dari kelengkangan skoliotik.

Index Risser

Index Risser digunakan untuk mengukur osifikasi pada apofisis iliaka, di mana
tingkatannya sebagai berikut:

Grade I osifikasi pada 25% lateral dari apofisis iliaka.


Grade II osifikasi pada 50% lateral.
Grade III osifikasi pada 75% lateral.
Grade IV osifikasi pada keseluruhan apofisis.
Grade V adalah fusi dari epifisis ala iliaka yang terosifikasi.

17
SKOLIOSIS- Diagnosis Radiologi dan Pengukurannya

Gambar 13 Diagram garis yang menggambarkan Index Risser


Keterbatasan index Risser dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) osifikasi bisa mulai
lebih awal dari yang dipikirkan; jadi, index ini tidak bisa diandalkan. (2) index ini kurang dapat
diandalkan pada pasien laki-laki daripada pasien wanita karena osifikasinya mulai lebih awal.
Pada pasien laki-laki, pertumbuhannya bisa dikatakan berakhir ketika index Risser 5 tercapai. (3)
data terbaru menunjukkan bahwa index ini bukan pengukuran yang akurat pada maturitas, atau
deformitas yang berlanjut.

Observasi dari Osifikasi Cincin Apofisis Vertebrae

Ini merupakan metode lain untuk menilai maturitas skeletal.

Gambar 14 Maturitas apofisis vertebrae. Gambar kiri menunjukkan pusat osifikasi.


Osifikasi menjadi sempurna pada gambar yang tengah. Gambar kanan menunjukkan fusi
yang menunjukkan adanya maturitas vertebrae.

Sebelum skeletal matur, cincin apofisis vertebrae tidak ada, atau pembentukkannya
belum sempurna atau terbentuk dengan sempurna tanpa fusi pada corpus vertebrae. Sesudah
skeletal matur, cincin apofisis vertebrae berfusi pada corpus. Ini terjadi pada wanita remaja
berumur 16 tahun dan pada laki-laki berumur 19 tahun.

18
SKOLIOSIS- Diagnosis Radiologi dan Pengukurannya

Perbedaan sudut rusuk dan vertebrae

Parameter ini berguna dalam memprediksi perjalanan kelengkungan dari skoliosis tipe
infantil.

Gambar 15 Skema digram garis menunjukkan perbedaan sudut rusuk-vertebrae (rib–


vertebral angle difference) (RVAD) (Mehta, 1976).

Gambar 16 Radiografi menunjukkan pengukuran sudut rusuk-vertebrae.

Sebuah garis digambar sepanjang batas vertebrae apikal, dan garis lainnya digambarkan
tegak lurus dari garis yang pertama. Titik tengah dari rusuk-rusuk kepala dan leher di sisi
vertebrae yang apikal dihubungkan oleh garis ini. Garis ini diperpanjang supaya bertemu garis
yang tegak lurus yang sebelumnya, dan sudut-sudut yang terbentuk oleh garis-garis ini disebut
sudut rusuk-vertebrae.3

Pada kelengkungan torakal, sudut yang biasanya lebih kecil dari sisi cembung daripada
sisi cekung oleh karena bagian yang obliq lebih besar di sisi yang rusuk yang sisinya cembung.

19
SKOLIOSIS- Diagnosis Radiologi dan Pengukurannya

Kelengkungan kombinasi segmen torakal dan lumbal memiliki sudut yang kecil pada vertebrae
apikal dan sudutnya membesar di sisi yang cekung. Kelengkungan ini bisa menjadi lebih jauh
negatif oleh karena kendurnya hubungan pada costa 12 di sisi lengkung yang cekung.3

Pada kelengkungan yang membaik, sudutnya kurang dari 20° dan lebih dari 20° pada
kelengkungan yang berlanjut. Pada kelengkungan yang melanjut, gambaran subsequent
didapatkan 2-3 bulan menunjukkan sudut yang menurun pada lengkung yang membaik atau
peningkatan sudut pada lengkung yang melanjut.3

Metode Perdriolle

Metode Perdriolle digunakan untuk mengukur rotasi vertebrae bagian apikal.

Metode Lytilt

Metode Lytilt digunakan untuk mengukur sudut antara vertebrae L4 dan sebuah garis
yang menghubungkan alur iliaka.

Metode Lain Untuk Menilai Maturitas Skeletal

Osifikasi dan maturasi dari epifisis tulang tangan kiri dan pergelangan tangan
dibandingkan dengan standar. Untuk itu digunakan dua metode utama. Metode pertama adalah
metode Greulich-Pyle method di mana radiograf tangan dan pergelangan tangan dibandingkan
dengan radiograf standar dari tulang atlas. Metode yang kedua adalah metode Tanner-
Whitehouse di mana epifisis tangan dan pergelangan tangan dibandingkan dengan yang dimiliki
oleh tulang atlas. Kemudian di masing-masing metode itu dinilai dengan suatu skoring yang
nantinya dijumlahkan lalu dibandingkan dengan nilai pada tabel standar.3

20
SKOLIOSIS- Diagnosis Radiologi dan Pengukurannya

II. Computed Tomography (CT)


Gambaran CT

Kelainan deformitas skoliosis dapat dilihat melalui CT Scan thoraks dan abdomen. Selain
itu dapat ditemukan lesi yang menyertainya yaitu osteoid osteoma, osteblastoma, infeksi, tumor,
pralaps diskus intervertebralis, dan dislokasi kostovertebral.

Teknik CT
Dengan adanya scanner multidetector CT, gambaran seluruh tubuh dapat didapatkan
sampai ke bagian tipisnya dalam waktu beberapa detik dan ditampilkan dalam bidang sagital,
koronal, obliq ataupun aksial. Bahkan dapat juga ditampilkan secara 3 dimensi.
Mielografi CT tidak rutin dilakukan, dan tidak diperlukan dalam skoliosis idiopatik.
Mielografi CT ini berguna untuk mengevaluasi lesi intraspinal, seperti diastematomyelia dan
tumor intraspinal, kompresi di spinal cord juga bisa dinilai.

Peran CT dalam Mengevaluasi Skoliosis


CT dilakukan untuk mengevaluasi kelainan segmentasi dengan rekonstruksi 3D,
walaupun sebenarnya hal ini dapat dengan mudah dilakukan oleh MRI. CT juga dilakukan untuk
mengevaluasi komplikasi pasca operasi, karena MRI bisa memperlihatkan artefak metallik.
Sebagai tambahan lainnya, CT juga membantu mengevaluasi deformitas rotasional intrinsik.
Deformitas skoliotik bisa divisualisasi dalam CT scan thorak dan abdomen. Lesi penyerta
seperti osteoid osteoma, osteoblastoma, infeksi, tumor, prolaps diskus intervertebralis dan,
dislokasi kostovertebral juga dapat ditemukan. Kemudian, penyerta deformitas rusuk paling baik
berkorelasi dengan deformitas longitudinal setinggi level vertebrae apikal.
CT mielografi dilakukan untuk menilai suspek radikulopati, lesi intraspinal, atau
kompresi sumsum tulang.

Gambar 17 CT sangat baik dalam menilai rotasi vertebrae

21
SKOLIOSIS- Diagnosis Radiologi dan Pengukurannya

III. Magnetic Resonance Imaging

MRI pada skoliosis dipertimbangkan pada anak-anak dengan skoliosis idiopatik infantil
dan juveniile, nyeri berat, kelengkungan torakal kiri, kelainan pemeriksaan radiologi dan
kelengkungan dengan progresivitas cepat. Prevalensi kelainan axis neural (malformasi Chiari,
syringomielia, dan tumor spinal atau otak) baik pada skoliosis idiopatik infantil dan juvenile
dengan kelengkungan lebih dari 200 adalah sekitar 20%.

Pada pasien skoliosis idiopatik dewasa dilakukan pemeriksaan MRI secara rutin sebelum
operasi masih kontroversial. Peranan MRI pada skoliosis berat masih belum jelas. Skrining
menggunakan MRI pada seluruh pasien dengan skoliosis bukan merupakan indikasi.

Gambar 18 MRI menunjukkan skoliosis servikal

Peran MRI dalam mengevaluasi skoliosis

MRI tidak digunakan dalam mendiagnosis skoliosis. MRI justru berguna untuk mencari
faktor etiologinya, terutama anomali sumsum tulang, yang dapat mengubah diagnosis. Anomali
seperti ini banyak ditemukan pada tipe infantil dan juvenil dan termasuk siringomyelia,
hydromyelia, tumor sumsum tulang, disrafisme, diastematomielia, lipoma, neurofibroma, dan
Malformasi Chiari.

22
SKOLIOSIS- Diagnosis Radiologi dan Pengukurannya

BAB VI

TATALAKSANA

1. Non Operatif

Kelengkungan yang ringan (<200) umumnya ditangani secara konservatif. Pada


kebanyakan kasus apabila kelengkungan <100 biasanya cukup diobservasi kecuali pada pasien
usia muda dengan skoliosis neuromuskular atau dengan resiko progresivitas tinggi. Pada
skoliosis 100-200 biasanya tidak ada bergejala dan tidak membutuhkan penanganan aktif namun
cukup dilakukan follow-up setiap 4-6 bulan sekali dengan pemeriksaan radiologi. Pada anak-
anak yang sedang tumbuh dengan kelengkungan 250-300 merupakan indikasi pemakaian orthosis
vertebra (brace). Pada kelengkungan yang lebih kecil juga diindikasikan memakai brace apabila
progesivitas >50/tahun. Pemakaian brace diindikasikan pada pertumbuhan vertebra yang tetap
stabil (Risser 3 atau kurang). Pemakaian brace pada Risser 4 atau 5 tidak efektif. Batas atas
pemakaian brace adalah skoliosis dengan kelengkungan 450. Brace harus digunakan 23 jam
dalam sehari, biasanya untuk beberapa tahun, sampai kelengkungan stabil. Umumnya brace
diapakai pada malam hari sampai maturitas skeletal dicapai (Risser 5 atau tidak ada pertumbuhan
vertebra selama 18 bulan). Progresivitas kelengkungan dapat dibatasi sampai dibawah 50 pada
75% pasien dibandingkan pasien yang tidak terapi (35%). Tujuan pemakaian brace adalah untuk
membatasi progresivitas bukan untuk mengkoreksi kelengkungan. Pemakaian brace diperiksa
ulang setiap 4-6 bulan sekali.

2. Operatif

Secara umum, kelengkungan >400-450 sulit dikontrol dengan penggunaan brace sehingga
harus dikoreksi dengan pembedahan. Prinsip umum pembedahan adalah pemasangan instrumen
untuk mengkoreksi kelengkungan dan keseimbangan, sedangkan fusi vertebra untuk
mempertahankan vertebra yang sudah dikoreksi. Instrumentasi korektif dikombinasikan dengan
arthrodesis adalah metode terbaik untuk mendapatkan hasil jangka panjang. Instrumentasi
Harrinton merupakan bagian dari pendekatan vertebra dengan kait pada ujungnya dan masuk ke
dalam prosesus transversus pada sisi konveks kelengkungan. Fusi biasanya sempurna setelah 6
bulan pasca operasi dan pasien sudah diperbolehkan untuk melakukan aktifitas fisik normal.

23
SKOLIOSIS- Diagnosis Radiologi dan Pengukurannya

Sistem Cotrel-Dubousset adalah yang terbaru (1980an) dengan menggunakan kait yang
banyak sehingga dapat mendistraksi dan mengkompresi menggunakan batang yang sama.
Instrumentasi vertebra anterior adalah teknik terbaru dengan beberapa sistem dipasaran.
Awalnya digunakan untuk mengkoreksi skoliosis lumbal atau thorakolumbal tapi saat ini
digunakan juga untuk skoliosis thorakal. Juga dapat membantu dengan pendekatan anterior dan
posterior sekaligus, khususnya kelengkungan >750 dan pada pasien usia muda.

Gambar 19 Fusi Spinal dengan screw pada pedikulus dan batang berkontur

24
SKOLIOSIS- Diagnosis Radiologi dan Pengukurannya

BAB VII

PROGNOSIS

Prognosis tergantung kepada penyebab, lokasi dan beratnya kelengkungan.


Semakin besar kelengkungan skoliosis, semakin tinggi resiko terjadinya progresivitas sesudah
masa pertumbuhan anak berlalu. Skoliosis ringan yang hanya diatasi dengan brace memiliki
prognosis yang baik dan cenderung tidak menimbulkan masalah jangka panjang selain
kemungkinan timbulnya sakit punggung pada saat usia penderita semakin bertambah. Penderita
skoliosis idiopatik yang menjalani pembedahan juga memiliki prognosis yang baik dan bisa
hidup secara aktif dan sehat.

Penderita skoliosis neuromuskuler selalu memiliki penyakit lainnya yang serius


(misalnya cerebral palsy atau distrofi otot). Karena itu tujuan dari pembedahan biasanya adalah
memungkinkan anak bisa duduk tegak pada kursi roda.

Bayi yang menderita skoliosis kongenital memiliki sejumlah kelainan bentuk yang
mendasarinya, sehingga penanganannyapun tidak mudah dan perlu dilakukan beberapa kali
pembedahan.iv, vii

25
SKOLIOSIS- Diagnosis Radiologi dan Pengukurannya

BAB VIII

KESIMPULAN

Diagnosis radiologi pada skoliosis penting dalam menentukan tata laksana, tindak lanjut
setelah tata laksana, dan prognosis. Modalitas radiografi konvensional dapat dioptimalkan untuk
mendapatkan hasil yang lebih akurat.

Pengukuran-pengukuran beserta indexnya sangat penting untuk evaluasi dan membangun


komunikasi dengan klinisi. Modalitas radiologi lain seperti CT Scan dan MRI berguna dalam
kasus-kasus skoliosis kompleks dan mengetahui faktor etiologinya.

26
SKOLIOSIS- Diagnosis Radiologi dan Pengukurannya

DAFTAR PUSTAKA

1
Van Goethem JWM, Van Compenhaut A. Scoliosis. In:Spinal imaging diagnostic of the
spineand spinal cord. Berlin: Springer-Verlag, 2007. P. 95-108
2
Khaana G. Role of imaging in scoliosis. Pediatr Radiol 2009; 39: S247-S251
3 Prabhakar Rajiah, MD, MBBS, Idiopatic Scoliosis, emedicine.com. March 26, 2009
iv
Kouwenhoven JW, Castelein RM. The pathogenesis of adolescent idiopathic scoliosis: review
of the literature. Spine. Dec 15 2008;33(26):2898-908.
v
Richards BS, Sucato DJ, Konigsberg DE, Ouellet JA. Comparison of reliability between the
Lenke and King classification systems for adolescent idiopathic scoliosis using
radiographs that were not premeasured. Spine. Jun 1 2003;28(11):1148-56; discussion
1156-7.
vi
Lenke LG, Betz RR, Harms J, et al. Adolescent idiopathic scoliosis: a new classification to
determine extent of spinal arthrodesis. J Bone Joint Surg Am. Aug 2001;83-A(8):1169-
81.
vii
Sangole AP, Aubin CE, Labelle H, Stokes IA, Lenke LG, Jackson R, et al. Three-dimensional
classification of thoracic scoliotic curves. Spine. Jan 1 2009;34(1):91-9.

iv

Anda mungkin juga menyukai