SKOLIOSIS
Diagnosis Radiologi dan Pengukurannya
DISUSUN OLEH:
Widiawati, S.Ked
PEMBIMBING:
NOVEMBER 2009
i
KATA PENGANTAR
Saya panjatkan puji Syukur pada Allah SWT atas ridhaNya lah saya dapat menyelesaikan
referat ini dalam rangka memenuhi tugas kepaniteraan Ilmu Radiologi di RSUP Persahabatan
Fakultas Kedokteran UPN ”Veteran ” Jakarta.
Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada Dr. Renita Zein Sp.Rad (K) yang telah
memberikan bimbingan selama pembuatan referat ini.
Harapan saya semoga referat ini dapat menjadi bekal berharga dalam praktek klinik
nantinya dan bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.
Saya menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna Seperti peribahasa tiada
gading yang tak retak, untuk itu saya mohon masukan dan saran dari para pembaca untuk
perbaikan dan penyempurnaan pada penulisan berikutnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ii
BAB I Pendahuluan 1
BAB II Anatomi 3
Komplikasi 8
Radiografi konvensional 9
Computed Tomography 21
BAB VI Tatalaksana 23
Daftar Pustaka iv
iii
SKOLIOSIS- Diagnosis Radiologi dan Pengukurannya
BAB I
PENDAHULUAN
Skoliosis adalah deviasi tulang belakang lebih dari 100 dari garis tengah pada bidang
frontal. 1 Skoliosis umumnya disertai rotasi vertebrae dengan rotasi maksimal pada apeks
kelengkungan.1,2 pada populasi umum terdapat 4,5% pasien skoliosis. Prevalensi skoliosis pada
masa kanak-kanak dan remaja antara 0,5 sampai 3%. Skoliosis idiopatik pada remaja usia 10-16
tahun adalah 2-4%. Prevalensi skoliosis dengan kelengkungan > 300 dilaporkan antara 0,04
sampai 0,29 %. Skoliosis kanak-kanak pada kelompok infantil dilaporkan 0,5 %, kelompok
juvenil dilaporkan 10,5% dan 89% pada kelompok remaja.1,2
Skoliosis dapat diklasifikasikan berdasarkan etiologi, lokasi kelengkungan, usia, dan tipe
kelengkungan. Berdasarkan etiologi skoliosis dibagi menjadi skoliosis kongenital,
neuromuskular, degeneratif, trauma, idiopatik.1
Skoliosis mempunyai dampak yang cukup begitu besar bagi penderitanya. Keluhan
utama adalah nyeri. Pada skoliosis berat dapat menyebabkan masalah kardiopulmonal. Dampak
emosional dan keterbatasan aktivitas sosial juga menjadi masalah yang penting. Terdapat 49%
pasien pasca operasi skoliosis mengalami keterbatasan aktifitas sosial. Dari seluruh kasus bedah
tulang belakang, 1/3 nya adalah skoliosis. Di Amerika Serikat, setiap tahunnya terpasang 20.000
batang Herrington pada pasien-pasien skoliosis dan menghabiskan 120.000 per operasi.2
Radiologi memegang peranan yang sangat penting. Peranan radiologi pada skoliosis
untuk mendeteksi, menentukan karakteristik tipe kelengkungan dan derajat beratnya,
mengidentifikasi penyebab, mengikuti progresifitas, dan memonitor hasil terapi.1 Kebanyakan
kasus-kasus skoliosis adalah idiopatik dan imaging digunakan secara rutin untuk memonitor
perubahan deformitas selama pertumbuhan.
1
Skoliosis biasanya ditangani oleh spesialis bedah orthopedi yang telah mendapatkan
pelatihan khusus. Namun pasien-pasien skoliosis dapat juga datang ke dokter umum, dokter
spesialis anak, dokter spesialis neurologi, atau dokter spesialis bedah saraf. Para klinisi tersebut
banyak yang menganggap dokter spesialis radiologi sebagai ahli tulang belakang sehingga
diharapkan mengetahui dasar-dasar skoliosis, dapat mengerjakan pemeriksaan radiologi, dapat
membaca foto dengan benar, dan dapat membuat interpretasi yang koheren untuk membantu
klinisi.1
2
BAB II
ANATOMI
Vertebrae memiliki kelengkungan lordosis di bagian servikal dan lumbar dan kifosis di
torakal dan sakral. Garis lurus bisa digambarkan melalui hubungan sendi servikotorakal,
torakolumbar, dan lumbosakral.3
Kelengkungan vertebrae bervariasi pada umur yang berbeda. Saat lahir, tulang punggung
memiliki satu kelengkungan, yaitu cekung pada bagian anterior. Pada bayi, servikal lordosis
terbentuk ketika si bayi mulai mengekstensikan lehernya. Posisi lordosis lumbar berkembang
pada tahun kedua, ketika bayi bisa mulai berdiri.3
Tulang punggung terus bertumbuh terutama oleh karena proliferasi kartilago pada korpus
vertebrae di bagian tengah osifikasi primer yang terletak di bagian superior dan inferiornya.
Kartilago anular tidak berkembang sesuai dengan osifikasi primer dan tidak berkontribusi
terhadap pertumbuhan longitudinal. Bagian tengah bersatu dengan korpus vertebrae hanya
setelah bagian-bagian tersebut berkembang dengan sempurna. Saat pubertas, kelengkungan
normal pada masa dewasa telah terbentuk, dengan servikal dan lumbar yang lordosis dan torakal
dan sakral kifosis.3
3
Ukuran dan karakteristik vertebrae normalnya bervariasi. Vertebrae terdiri dari korpus
vertebrae, lengkung vertebrae, dan prosesus. Korpus vertebrae merupakan bagian yang paling
besar terletak di anterior vertebra. Berbentuk silinder, dan berfungsi menyokong berat badan.
Lengkung vertebra terletak di posterior dari korpus vertebra, terdiri dari dua buah pedikel dan
dua buah lamina. Pedikel adalah prosesus yang pendek dan padat, berbentuk silinder, pada
bagian posteriornya akan bertemu dengan dua tulang lebar dan pipih yang menyatu pada garis
tengah, yang dikenal dengan lamina. Lengkung vertebra dan sisi posterior korpus vertebra
membentuk foramen vertebra. Kesatuan dari foramen-foramen vertebra membentuk kanal
vertebra (kanalis spinalis). Vertebra juga memiliki prosesus-prosesus seperti:
I. Prosesus spinosus
II. Prosesus transversus
III. Prosesus artikularis
4
BAB III
KLASIFIKASI
Skoliosis secara luas dibagi berdasar dua tipe: tipe postural dan struktural.
Skoliosis Postural
Skoliosis postural adalah deformitas yang fleksibel oleh karena kesalahan posisi,
deformitas ini bisa jelas terlihat ketika pasien menekuk ke arah kelengkungan cembung. Tidak
ada ditemukannya deformitas rotasional atau desakan antar vertebrae. Walaupun skoliosis
postural timbulnya sementara, bisa menjadi menetap dan menjadi skoliosis struktural jika
menjadi kebiasaan dan menjadi kronik.3
Penyebab tersering dari skoliosis postural adalah postur yang salah yang terlalu lama,
tungkai bawah yang pendek, prolaps diskus, nyeri, dan penyebab-penyebab histerikal.3
5
Skoliosis Struktural
Skoliosis struktural adalah deformitas yang menetap yang tidak bisa dikoreksi secara
aktif oleh perubahan postur.3
Idiopatik
Kongenital
o Kegagalan pembentukkan: Wedge vertebra, hemivertebra
o Kegagalan segmentasi: vertebrae fusi, costae fusi, unilateral fusi
o Kombinasi keduanya.
Penyebab mesodermal
o Neurofibromatosis (NF) o Mucopolysaccharidosis
o Osteogenesis imperfecta o Marfan syndrome
Penyebab neuromuskular
o mielomeningokel o Friedreich ataxia
o Siringomelia o Cerebral palsy
o Diastematomyelia o Arthrogryposis multiplex
o Malformasi Arnold-Chiari congenita
o Muscular dystrophy o Motor neuron disease
o Poliomyelitis o Congenital hypotonia
Infeksi
o Osteomielitis piogenik
o Tuberkulosis
o Brusellosis
Tumor
o Osteoid osteoma o Astrocytomas
o Osteoblastoma o Ependymomas
o Meningiomas o Metastasis
o Neurofibromas
6
SKOLIOSIS- Diagnosis Radiologi dan Pengukurannya
BAB IV
MANIFESTASI KLINIS
Pada skoliosis, deformitas yang utama adalah lordosis, dengan processus spinosus
berdeviasi ke arah sisi yang cekung. Selama rotasi berlanjut, beban pada epifisis pada sisi tubuh
yang lebih anterior meningkat, menyebabkan deformitas lateral. Jadi, skoliosis adalah deformitas
yang terdiri dari lordosis, rotasi, dan terjepitnya bagian lateral dari vertebrae.iv
Pada evaluasi klinis, pasien dengan skoliosis memiliki kebengkokan lateral pada tulang
punggungnya yang tidak bisa dikoreksi oleh perubahan postur. Pada pembengkokan ke arah
depan, tonjolan rusuk ke posterior pada sisi yang cembung menjadi sangat jelas. Tulang
punggung berdeviasi dari garis tengah pada semua tiga bidang hayal. Perpindahannya adalah
pada bidang frontal ke arah lateral, dengan lordosis pada bidang sagital dan rotasi di arah sisi
yang cembung dari lengkung vertebrae.iv
Skoliosis idiopatik tidak menimbulkan gejala seperti nyeri dan kelumpuhan. Tulang
punggung yang asimetris adalah satu-satunya temuan klinis. Tulang rusuk dan skapula lebih jelas
pada satu sisi, dengan naiknya bahu atau protursi pinggul ke arah yang kontralateral. Deformitas
lebih jelas terlihat ketika kelengkungannya besar, terutama pada posisi segmen torakal.3
Pada pasien laki-laki yang skoliosis, sangat jarang ditemukan kelengkungan torakal
sebelah kiri, perkembangan yang cepat, defisit neurologis, nyeri kepala, nyeri leher, nyeri
punggung, dan deformitas kaki.3
7
SKOLIOSIS- Diagnosis Radiologi dan Pengukurannya
Perjalanan penyakit skoliosis ditandai oleh kecepatan kelengkungan sebanyak lebih dari
5° per tahun. Perjalanan ini ditandai selama adanya percepatan pada pertumbuhan masa anak-
anak dan remaja. Dan 60% dari pertumbuhan cepat dapat menjadi lebih buruk.3
Vertebrae melanjutkan untuk tumbuh pada sisi yang cembung dan dihambat pada sisi
yang cekung. Kelengkungan lebih dari 30 ° tidak berlanjut setelah matur. Kelengkungan antara
30-50° berlanjut jika ada rotasi lebih dari 25°, pada kecepatan 1° per tahun. Kelengkungan lebih
dari 50-75° berlanjut tanpa melihat maturitas.3
Komplikasi
Fungsi pulmoner dapat berpengaruh pada skoliosis yang berat. Deformitas skoliotik ini
mengakibatkan penekanan pada kedua paru, sehingga timbul adanya defek pada tes fungsi paru
yang restriktif. Ini terlihat sebagai dispnea yang bisa timbul pada orang dewasa tergantung
keparahannya tapi jarang ditemukan pada anak-anak.3
8
SKOLIOSIS- Diagnosis Radiologi dan Pengukurannya
BAB IV
GAMBARAN DAN PERANAN RADIOLOGI
I. RADIOGRAFI KONVENSIONAL
Indikasi untuk Radiografi
Radiografi dilakukan untuk mengkonfirmasi penegakkan diagnosis skoliosis yang
dilakukan berdasar temuan klinis. Hal ini terutama penting untuk membedakannnya dari kelainan
segmen tulang, untuk menilai keparahan kelengkungan, memonitor perkembangan
kelengkungan, untuk menilai maturitas skeletal dengan menandakan osifikasi dari apofisis
iliakus, untuk mengevaluasi anomali kardia dan pulmo, dan untuk menilai perkembangan dan
mengevaluasi komplikasi selama dan sesudah operasi.3
Gambaran Radiografi
Temuan radiografi dari skoliosis terutama skoliosis idiopatik bisa digambarkan sebagai
berikut:iv
Terlihat kelengkungan lateral dari tulang punggung dan dinilai bagian sisi cembung dan
cekung.
Ada empat pola pada skoliosis idiopatik: (1) Lengkung torakal, (2) Lengkung lumbar
(3) lengkung torakolumbar pada sisi yang sama, dan (4) lengkung torakal dan lumbal
pada sisi yang berlawanan.
Jumlah tulang punggung yang terlibat pada kelengkungan harus dinilai.
Pada orang yang sehat, garis lurus bisa digambarkan melalui hubungan servikotorakal,
dorsolumbar, dan lumbosakral. Derajat deviasi dari sudut servikotorakal diukur dari
sakrum.
Ada hipokifosis dengan sudut lengkung kurang dari 20° atau adanya lordosis. Kifosis
torakal yang normal adalah antara 20-45°.
Bagian apex vertebrae menunjukkan adanya peningkatan ketinggian di aspek anterior
dari corpus vertebrae dan penurunan ketinggian di aspek posterior.
9
SKOLIOSIS- Diagnosis Radiologi dan Pengukurannya
Korpus vertebrae dan diskus intervertebrae lebih lebar di sisi konfeks daripada di sisi
yang cekung.
Rusuk posterior terdorong ke arah posterior di sisi cembung, yang menunjukkan
kebungkukan. Tulang-tulang costae ini diposisikan secara anterior disisi yang cekung.
Di bagian ujung kelengkungan, rongga diskus sama besar atau melebar di sisi yang
cekung. Vertebrae dan sumbu neural menebal di sisi yang cekung.
Prosesus spinosus tergeser ke sisi yang cekung, dan pedikulus, korpus vertebrae tergeser
ke depan sisi yang cembung.
Rotasinya terlihat di bagian apex dari kelengkungan dan hampir rata di bagian ujung
vertebrae. Rotasi bisa intersegmen (antar vertebrae) atau intrasegmen (antar elemen dari
satu tulang vertebrae; yang intrasegmental ini tidak bisa dikoreksi.
Bayangan psoas tidak terlihat di sisi yang cekung dari lengkung.
1. Klasifikasi Ponseti-Friedman
10
SKOLIOSIS- Diagnosis Radiologi dan Pengukurannya
2. Klasifikasi King-Moe
Klasifikasi King-Moe memiliki 4 tipe:
I, dominan pada lumbal dan berbentuk S (10%);
II, dominan pada torakal dan berbentuk S (33%);
III, lengkung torakal dimana torakal dan lumbal tidak melewati garis tengah.
(33%)
IV, torakal yang panjang atau double torakal dengan T1 miring ke arah
kelengkungan atas (10%).v
3. Klasifikasi Lenke
1. Tipe kelengkungan
Tipe kelengkungannya dibagi sebagai berikut:
I, Torakal primer
II, Skoliosis double torakal
III, Skoliosis utama double
IV, Skoliosis utama tripel
V, Skoliosis dorsolumbal-lumbal
2. Pemodifikasi lumbal (Lumbar modifier)
Pemodifikasi lumbal ini berdasarkan hubungan antara garis vertikal skrum ke apeks
dari kelengkungan lumbal dan diklasifikasikan dalam kategori A, B, C.
3. Pemodifikasi torakal sagital (Sagittal Thoracic modifier)
Pemodifikasi torakal sagital adalah pengukuran kelengkungan sagital dari T5-12;
tanpa tanda adalah kurang dari 10°, tanda N adalah 10-40°, dan tanda + untuk lebih
dari 40°.v, vi, vii
11
SKOLIOSIS- Diagnosis Radiologi dan Pengukurannya
Teknik Cobb-Webb
Ini adalah teknik yang paling banyak digunakan untuk mengukur keparahan skoliosis.
Hasilnya menentukan tatalaksana lebih jauh dan membantu memprediksi prognosis.
Ujung vertebrae superior dan inferior dari kelengkungan skoliotik diidentifikasi dengan
mengobservasi rotasi corpus vertebrae dan lebar dari rongga intervertebralis. Rongga
intervertebralis hampir normal, dan vertebrae ini berada pada posisi netral tanpa rotasi yang jelas
di bagian akhir superior dan inferior vertebrae.3
Di bagian endplate superior hingga inferior ditarik garis tangensial. Sudut Cobb-Webb
adalah sudut yang dibentuk dari pertemuan garis-garis ini atau sudut yang dibentuk dari
pertemuan garis yang satu dengan garis yang tegak lurus terhadap garis ini. Sudut Cobb paling
tidak 10° menunjukkan adanya scoliosis.3
12
SKOLIOSIS- Diagnosis Radiologi dan Pengukurannya
13
SKOLIOSIS- Diagnosis Radiologi dan Pengukurannya
Teknik Ferguson
Sebuah garis ditarik dari tengah vertebrae apikal ke arah tengah ujung lengkung superior.
Garis lainnya ditarik dari tengah vertebrae apikal ke arah ujung lengkung yang inferior.
14
SKOLIOSIS- Diagnosis Radiologi dan Pengukurannya
Index Greenspan
15
SKOLIOSIS- Diagnosis Radiologi dan Pengukurannya
Pada gambaran frontal, vertebrae dibagi ke dalam 6 segmen, dan nilai kuantitas rotasi
didapatkan berdasarkan letak dari pedikulus. Normalnya, pedikulus terletak di segmen terluar.
Tingkatan rotasi dibuat berdasarkan peningkatan migrasi dari pedikulus ke arah sisi cembung
dari lengkung skoliotik.
16
SKOLIOSIS- Diagnosis Radiologi dan Pengukurannya
Teknik Cobb menggunakan posisi prosesus spinosus untuk menilai derajat rotasi vertebrae.
Vertebrae dibagi menajdi 6 segmen yang sama dengan menggambar 5 garis vertikal.
Gambar 12 Diagram garis yang menggambarkan metode Cobb untuk mengukur rotasi
vertebra.
Prosesus spinosus normalnya, terletak di bagian tengah dari vertebrae bertumpang tindih
dengan garis ketiga. Dengan meningkatnya rotasi, prosesus spinosus dirotasikan ke arah sisi
yang cembung dari kelengkangan skoliotik.
Index Risser
Index Risser digunakan untuk mengukur osifikasi pada apofisis iliaka, di mana
tingkatannya sebagai berikut:
17
SKOLIOSIS- Diagnosis Radiologi dan Pengukurannya
Sebelum skeletal matur, cincin apofisis vertebrae tidak ada, atau pembentukkannya
belum sempurna atau terbentuk dengan sempurna tanpa fusi pada corpus vertebrae. Sesudah
skeletal matur, cincin apofisis vertebrae berfusi pada corpus. Ini terjadi pada wanita remaja
berumur 16 tahun dan pada laki-laki berumur 19 tahun.
18
SKOLIOSIS- Diagnosis Radiologi dan Pengukurannya
Parameter ini berguna dalam memprediksi perjalanan kelengkungan dari skoliosis tipe
infantil.
Sebuah garis digambar sepanjang batas vertebrae apikal, dan garis lainnya digambarkan
tegak lurus dari garis yang pertama. Titik tengah dari rusuk-rusuk kepala dan leher di sisi
vertebrae yang apikal dihubungkan oleh garis ini. Garis ini diperpanjang supaya bertemu garis
yang tegak lurus yang sebelumnya, dan sudut-sudut yang terbentuk oleh garis-garis ini disebut
sudut rusuk-vertebrae.3
Pada kelengkungan torakal, sudut yang biasanya lebih kecil dari sisi cembung daripada
sisi cekung oleh karena bagian yang obliq lebih besar di sisi yang rusuk yang sisinya cembung.
19
SKOLIOSIS- Diagnosis Radiologi dan Pengukurannya
Kelengkungan kombinasi segmen torakal dan lumbal memiliki sudut yang kecil pada vertebrae
apikal dan sudutnya membesar di sisi yang cekung. Kelengkungan ini bisa menjadi lebih jauh
negatif oleh karena kendurnya hubungan pada costa 12 di sisi lengkung yang cekung.3
Pada kelengkungan yang membaik, sudutnya kurang dari 20° dan lebih dari 20° pada
kelengkungan yang berlanjut. Pada kelengkungan yang melanjut, gambaran subsequent
didapatkan 2-3 bulan menunjukkan sudut yang menurun pada lengkung yang membaik atau
peningkatan sudut pada lengkung yang melanjut.3
Metode Perdriolle
Metode Lytilt
Metode Lytilt digunakan untuk mengukur sudut antara vertebrae L4 dan sebuah garis
yang menghubungkan alur iliaka.
Osifikasi dan maturasi dari epifisis tulang tangan kiri dan pergelangan tangan
dibandingkan dengan standar. Untuk itu digunakan dua metode utama. Metode pertama adalah
metode Greulich-Pyle method di mana radiograf tangan dan pergelangan tangan dibandingkan
dengan radiograf standar dari tulang atlas. Metode yang kedua adalah metode Tanner-
Whitehouse di mana epifisis tangan dan pergelangan tangan dibandingkan dengan yang dimiliki
oleh tulang atlas. Kemudian di masing-masing metode itu dinilai dengan suatu skoring yang
nantinya dijumlahkan lalu dibandingkan dengan nilai pada tabel standar.3
20
SKOLIOSIS- Diagnosis Radiologi dan Pengukurannya
Kelainan deformitas skoliosis dapat dilihat melalui CT Scan thoraks dan abdomen. Selain
itu dapat ditemukan lesi yang menyertainya yaitu osteoid osteoma, osteblastoma, infeksi, tumor,
pralaps diskus intervertebralis, dan dislokasi kostovertebral.
Teknik CT
Dengan adanya scanner multidetector CT, gambaran seluruh tubuh dapat didapatkan
sampai ke bagian tipisnya dalam waktu beberapa detik dan ditampilkan dalam bidang sagital,
koronal, obliq ataupun aksial. Bahkan dapat juga ditampilkan secara 3 dimensi.
Mielografi CT tidak rutin dilakukan, dan tidak diperlukan dalam skoliosis idiopatik.
Mielografi CT ini berguna untuk mengevaluasi lesi intraspinal, seperti diastematomyelia dan
tumor intraspinal, kompresi di spinal cord juga bisa dinilai.
21
SKOLIOSIS- Diagnosis Radiologi dan Pengukurannya
MRI pada skoliosis dipertimbangkan pada anak-anak dengan skoliosis idiopatik infantil
dan juveniile, nyeri berat, kelengkungan torakal kiri, kelainan pemeriksaan radiologi dan
kelengkungan dengan progresivitas cepat. Prevalensi kelainan axis neural (malformasi Chiari,
syringomielia, dan tumor spinal atau otak) baik pada skoliosis idiopatik infantil dan juvenile
dengan kelengkungan lebih dari 200 adalah sekitar 20%.
Pada pasien skoliosis idiopatik dewasa dilakukan pemeriksaan MRI secara rutin sebelum
operasi masih kontroversial. Peranan MRI pada skoliosis berat masih belum jelas. Skrining
menggunakan MRI pada seluruh pasien dengan skoliosis bukan merupakan indikasi.
MRI tidak digunakan dalam mendiagnosis skoliosis. MRI justru berguna untuk mencari
faktor etiologinya, terutama anomali sumsum tulang, yang dapat mengubah diagnosis. Anomali
seperti ini banyak ditemukan pada tipe infantil dan juvenil dan termasuk siringomyelia,
hydromyelia, tumor sumsum tulang, disrafisme, diastematomielia, lipoma, neurofibroma, dan
Malformasi Chiari.
22
SKOLIOSIS- Diagnosis Radiologi dan Pengukurannya
BAB VI
TATALAKSANA
1. Non Operatif
2. Operatif
Secara umum, kelengkungan >400-450 sulit dikontrol dengan penggunaan brace sehingga
harus dikoreksi dengan pembedahan. Prinsip umum pembedahan adalah pemasangan instrumen
untuk mengkoreksi kelengkungan dan keseimbangan, sedangkan fusi vertebra untuk
mempertahankan vertebra yang sudah dikoreksi. Instrumentasi korektif dikombinasikan dengan
arthrodesis adalah metode terbaik untuk mendapatkan hasil jangka panjang. Instrumentasi
Harrinton merupakan bagian dari pendekatan vertebra dengan kait pada ujungnya dan masuk ke
dalam prosesus transversus pada sisi konveks kelengkungan. Fusi biasanya sempurna setelah 6
bulan pasca operasi dan pasien sudah diperbolehkan untuk melakukan aktifitas fisik normal.
23
SKOLIOSIS- Diagnosis Radiologi dan Pengukurannya
Sistem Cotrel-Dubousset adalah yang terbaru (1980an) dengan menggunakan kait yang
banyak sehingga dapat mendistraksi dan mengkompresi menggunakan batang yang sama.
Instrumentasi vertebra anterior adalah teknik terbaru dengan beberapa sistem dipasaran.
Awalnya digunakan untuk mengkoreksi skoliosis lumbal atau thorakolumbal tapi saat ini
digunakan juga untuk skoliosis thorakal. Juga dapat membantu dengan pendekatan anterior dan
posterior sekaligus, khususnya kelengkungan >750 dan pada pasien usia muda.
Gambar 19 Fusi Spinal dengan screw pada pedikulus dan batang berkontur
24
SKOLIOSIS- Diagnosis Radiologi dan Pengukurannya
BAB VII
PROGNOSIS
Bayi yang menderita skoliosis kongenital memiliki sejumlah kelainan bentuk yang
mendasarinya, sehingga penanganannyapun tidak mudah dan perlu dilakukan beberapa kali
pembedahan.iv, vii
25
SKOLIOSIS- Diagnosis Radiologi dan Pengukurannya
BAB VIII
KESIMPULAN
Diagnosis radiologi pada skoliosis penting dalam menentukan tata laksana, tindak lanjut
setelah tata laksana, dan prognosis. Modalitas radiografi konvensional dapat dioptimalkan untuk
mendapatkan hasil yang lebih akurat.
26
SKOLIOSIS- Diagnosis Radiologi dan Pengukurannya
DAFTAR PUSTAKA
1
Van Goethem JWM, Van Compenhaut A. Scoliosis. In:Spinal imaging diagnostic of the
spineand spinal cord. Berlin: Springer-Verlag, 2007. P. 95-108
2
Khaana G. Role of imaging in scoliosis. Pediatr Radiol 2009; 39: S247-S251
3 Prabhakar Rajiah, MD, MBBS, Idiopatic Scoliosis, emedicine.com. March 26, 2009
iv
Kouwenhoven JW, Castelein RM. The pathogenesis of adolescent idiopathic scoliosis: review
of the literature. Spine. Dec 15 2008;33(26):2898-908.
v
Richards BS, Sucato DJ, Konigsberg DE, Ouellet JA. Comparison of reliability between the
Lenke and King classification systems for adolescent idiopathic scoliosis using
radiographs that were not premeasured. Spine. Jun 1 2003;28(11):1148-56; discussion
1156-7.
vi
Lenke LG, Betz RR, Harms J, et al. Adolescent idiopathic scoliosis: a new classification to
determine extent of spinal arthrodesis. J Bone Joint Surg Am. Aug 2001;83-A(8):1169-
81.
vii
Sangole AP, Aubin CE, Labelle H, Stokes IA, Lenke LG, Jackson R, et al. Three-dimensional
classification of thoracic scoliotic curves. Spine. Jan 1 2009;34(1):91-9.
iv