Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH RADIOLOGI

SPONDILOSIS

OLEH :
NAMA : RETTYANA LAMBOYA
NIM : 14/363142/KU/17053
KELOMPOK : 18206

FAKULTAS KEDOKTERAN, KESEHATAN MASYARAKAT, DAN


KEPERAWATAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2019
Spondilosis

Nama : Rettyana Lamboya


NIM : 17053
Kelompok : 18206

A. Definisi
Spondilosis merupakan terminologi yang digunakan untuk mendeskripsikan
keadaan degeneratif dari tulang belakang oleh karena berbagai penyebab.
Penamaan spondilosis sendiri tergantung dari bagian vertebra yang terkena.

B. Etiologi
Spondilosis diakibatkan oleh adanya tekanan abnormal yang terjadi konstan
dalam waktu menahun. Penyebabnya antara lain sublukasi sendi, stress
induced oleh karena olahraga, trauma akut/berulang, dan postur/kurvatura
tulang belakang yang buruk. Adanya tekanan yang abnormal membuat
vertebra melakukan kompensasi untuk menopang beban. Beban yang
ditopang dapat menyebabkan pergeseran dari tulang dan berakibat terjadinya
spondilosis. Hal lain yang berkaitan dengan munculnya kondisi spondilosis
adalah gaya hidup (merokok dan alkohol) dan kondisi lain yang berperan
terhadap instabilitas segmental dan gerakan segmental berlebih seperti Down
syndrome maupun cerebral palsy.

C. Epidemiologi
Kasus spondilosis meningkat risikonya seiring dengan bertambahnya usia.
Insidensi spondilosis lumbar yang asimptomatik sebesar 27%-37%. Di United
States, >80% individu yang berusia > 40 tahun mengalami spondilosis lumbar,
sedangkan pada yang lebih muda 20-29 tahun insidensi spondilosis lumbal
naik sebanyak 3%. Kasus spondilolysis lebih banyak terjadi di kalangan atlet
(25-60%) dibanding dipopulasi umum lain (6-10%). Tidak hanya spondilosis
lumbal, spondilosis cervical juga banyak ditemukan pada pasien dengan
gangguan / disfungsi spinal cord yang berusia >55 tahun.
oleh karena spondilosis disebabkan oleh proses degeneratif, kasus spondilosis
cervical terjadi pada 90% laki laki yang berusia >50 tahun dan 90% perempuan
yang berusia >60 tahun.

D. Patofisiologi
Spondilosis ini disebabkan oleh proses degenerasi yang progresif pada diskus
intervertebralis, yang mengakibatkan makin menyempitnya jarak antar vertebra
sehingga mengakibatkan terjadinya osteofit, penyempitan kanalis spinalis dan
foramen intervertebralis dan iritasi persendian posterior. Rasa nyeri pada
spondilosis ini disebabkan oleh terjadinya osteoartritis dan tertekan radiks oleh
kantong durameter yang mengakibatkan iskemik dan
radang. Perubahan patologi yang terjadi pada diskus intervertebralis antara
lain:
o annulus fibrosus menjadi kasar, jaringan kolagen cenderung melonggar
dan muncul retak pada berbagai sisi
o nucleus pulposus kehilangan cairan
o tinggi diskus berkurang
o perubahan ini terjadi sebagai bagian dari proses degenerasi pada diskus
dan dapat hadir tanpa menyebabkan adanya tanda-tanda dan gejala.

E. Manifestasi Klinis
 Nyeri : memberat ketika beraktivitas, terutama aktivitas yang lama dan
berat. Nyeri sering timbul di daerah punggung dan pantat
 Keterbatasan gerak
 Pemeriksaan neurologis dapat memperlihatkan tanda – tanda sisa dari
prolaps diskus yang lama (misalnya tiadanya reflek fisiologis). Selain itu,
pada kondisi lanjut dapat terjadi gangguan saraf baik motorik, sensorik,
maupun otonom sehingga bisa saja bermanifestasi menjadi kelumpuhan,
gangguan sensori seperti kesemutan dan mati rasa, dan gangguan
otonom seperti gangguan berkeringat, gangguan buang air besar
maupun kecil
 Spondilosis cervicalis dapat menimbulkan beberapa tipe gejala dan
masalah klinis berikut ini:
1. Myeloradikulopati
a. Radikulopati : penekanan radiks yang menyebabkan nyeri radikular
b. Penekanan medula spinalis yang menyebabkan myelopati.
2. Nyeri dan parastesia pada kepala leher dan bahu dengan sedikit atau
tanpa tanda radikulopati dan gejala klinis lain.
 Spondilosis thorakal : nyeri di bagian atas dan pertengahan punggung, kaku
punggung setelah bangun tidur, terbatasnya gerak tulang punggung
 Spondilosis lumbalis : rasa sakit yang hilang timbul, kaku tulang punggung
bagian bawah, rasa sakit yang berkurang dengan istirahat atau setelah
berolahraga, mati rasa daerah sekitar pinggang atau punggung bawah,
kelemahan pada punggung bawah, sering terjadi kesemutan pada kaki,
kesulitan berjalan, masalah usus atau kandung kemih

F. Penegakan Diagnosis dan Temuan Radiologis


- Anamnesis
- Pemeriksaan fisik
o Pemeriksaan fisik dimulai dengan melakukan inspeksi pada
tulang belakang. Palpasi pada tulang belakang dapat dijumpai
pembengkakan pada ujung-ujung penonjolan tulang, spasme otot,
dan trigger point yang sangat nyeri. Luas pergerakan aktif
maupun pasif juga perlu dinilai. Beberapa manuver yang dapat
dilakukan pada pemeriksaan spondilosis cervical antara lain :
 Spurling’s manuver dapat dilakukan dengan melakukan
gerakan rotasi dan ekstensi leher pada masingmasing sisi,
dengan demikian menutup neuroforamen ipsilateral ke
arah rotasi dan menimbulkan rasa nyeri akibat radikulopati.
 L’hermittes sign dapat dilihat selama melakukan
pemeriksaan luas pergerakan. Pasien akan merasakan
sensasi seperti tersengat listrik ketika melakukan gerakan
fleksi dan ekstensi leher pada pasien yang mengalami
myelopati.
- Pemeriksaan radiologis :
1. Foto Polos Xray : Minimal evaluasi terdiri dari AP, Lateral (posisi
netral) dan open-mouth odontoid (spondilosis cervical). Jika perlu,
dilakukan posisi fleksi-ekstensi dan/atau oblique sesuai dengan
dengan kebutuhan. Dalam kondisi ini, Xrays terbaik untuk :
- Memperlihatkan ketidakstabilan dinamis dengan posisi fleksi-
ekstensi. Perubahan kurva normal, umumnya hilangnya
lordosis normal, mungkin terbatas hingga dua tulang belekang
berdekatan, dan mobilitas yang terbatas harus dibandingkan
saat pengambilan posisi fleksi dan ekstensi.
- Pada pemeriksaan Xray Penyempitan ruang diskus, hanya
mengenai satu ruang pada 40%, dua ruang pada 40 %, dan
lebih dari pada sisanya. Lebih sediikit dari sepertiga mengenai
C5/C6 dan sedikit kurang dari sepertiganya mengenai C6/C7
atau C4/C5, jarang pada C3/C4 terkena dan C7/T1 jarang
terjadi.
- Posisi sagital pada X-rays cervical posisi berdiri dapat
menentukan prognosis.
- X-rays dapat digunakan untuk menutupi kekurangan MRI, CT
cervical jauh lebih baik.
o Membedakan kalsifikasi diskus atau osteofit dari “ soft
discs” . Osteofit lebih nyata dianterior, namun pertumbuhan
berlebihan diposterior lebih penting, penyempitan
foraminal tampak hanya pada tampilan oblik.
o Membedakan OPLL bentuk penebalan ligamentum
longitudinal posterior
o Abnormalitas tulang: fraktur, lesi litik tulang
Spondilosis lumbalis ( sumber : www.atmph.org)

2. CT scan : Ct scan bisa menggambarkan penebalan kanalis, tapi tidak


memberikan informasi yang adekuat untuk jaringan lunak (diskus,
ligament, medulla spinalis dan serabut saraf). Cervical myelography
diikuti dengan CT scan resolusi tinggi memberikan informasi pada
potongan sagital dan aksial(termasuk atrofi medulla spinalis) dan
menggambarkan struktur tulang secara detail dibandingan dengan
MRI.
3. MRI : MRI memberikan informasi tentang kanalis spinalis, dan
abnormalitas intrinsic medulla (demyelinisasi, syringomyelia, atrofi
medulla spinalis, edema). MRI juga memberikan gambaran
kemungkinan diagnosis lain (Chiari malformasi, tumor medulla
spinalis).
4. Electromyography (EMG) : EMG Tidak rutin dilakukan pada CSM. EMG
memiliki sensitivitas yang buruk pada cervical radikulopathy dan tidak
dapat digunakan untuk memprediksi outcome pembedahan pada CSM
(Class III). EMG sangat membantu pada kasus yang mencurigakan
seperti neuropathy perifer atau ALS.

G. Grading
Pemeriksaan Radiologi (MRI maupun Xray) dapat menentukan grading
menurut Kellgren. Parameter grading yang digunakan pada grading ini berupa
osteofit, tinggi diskus intervertebralis dan sclerosis dari end plate vertebrae :
 Grade 0 (normal)
o Tidak ada perubahan degeneratif
 Grade 1 (minimal/awal)
o Pembentukan osteofit minimal di anterior
o Tidak ada pengurangan dari tinggi discus intervertebrae
o Tidak ada sclerosis pada end plate
 Grade 2 (ringan)
o Pembentukan osteofit anterior yang jelas
o Sedikit pengurangan tinggi diskus intervertebralis (<25%)
o Tampak sedikit sclerosis pada end plate
 Grade 3 (sedang)
o Pembentukan osteofit anterior yang jelas
o Penyempitan sedang pada ruang diskus (25- 75%)
o Sclerosis pada endplate dan sclerosis pada osteofit terlihat jelas
 Grade 4 (berat)
o Pembentukan osteofit yang besar dan multipel
o Penyempitan yang berat pada ruang diskus (75%)
o Sclerosis pada endplate yang ireguler

H. Tata Laksana
Penanganan kasus – kasus ringan :
- Memakai cervical collar untuk membantu membatasi gerakan leher dan
mengurangi iritasi saraf untuk kasus spondilosis cervical
- Meminum obat penghilang rasa sakit dan atau Nonsteroidal anti-
inflammatory drugs (NSAIDs) seperti aspirin, ibuprofen, (advil, Motrin) atau
asetaminofen.
- Melakukan latihan yang diintruksi oleh ahli terapi fisik untuk merengangkan
leher dan bahu.
Tindakan bedah :
Indikasi untuk pembedahan adalah gagalnya terapi nonoperasi selama 3 bulan
untuk menghilangkan nyeri,persisten atau rekuren dengan atau tanpa defisit
neurologis, kemudian apabila dijumpai adanya defisit neurologis progresif.
Tindakan bedah bertujuan untuk meredakan tanda dan gejala dengan cara
mengurangi tekanan di kanalis spinalis (decompression surgery) dan atau
melalui kontrol pergerakan tulang belakang (fusion surgery). Prosedur
decompression surgery merupakan prosedur bedah kolumna vertebralis yang
dapat dilakukan dengan pendekatan secara anterior maupun posterior. Osteofit
dan diskus intervertebralis akan dihilangkan sesuai dengan kondisi spondilosis.
Apabila ditemukan adanya instabilitas spinal atau malalignment , prosedur
yang dilakukan adalah fusion surgery.

I. Referensi
Francis O O. Radiographic lumbar spondylosis: Gender and age group
prevalence in Nigeria. Ann Trop Med Public Health [serial online] 2017
[cited 2019 Dec 17];10:1199-204. Available
from: http://www.atmph.org/text.asp?2017/10/5/1199/217531
Gibson, JNA; Waddell, G (2005). "Surgery for degenerative lumbar
spondylosis". Cochrane Database of Systematic Reviews (4):
CD001352. doi:10.1002/14651858.cd001352.pub2. PMID 15846617.
Greenberg MS, ed. Handbook of neurosurgery. 8 eds. New York: Thieme, 2016.
p:1085-1093.
Herring, W, 2016, Learning Radiology: Recognizing the Basic 3rd Ed,
Elsevier:USA
Ipper,Takagi. Javedm,Khader.Noam, Stadlan. Cervical spondilosis: An update
on pathophysiology, clinical manifestation and management strategies.
Dis Mon 2011. 57:583-591
Kieren M.H, Joseph, S.B. Nonoperative Modalities to treat symptomatic cervical
spondilosis. Ireland. Hindawi Publishing Corporation.Vol 2012.
Mummaneni PV, Kaiser MG, Matz PG, Anderson PA, Gro M, Heary R, Holly L,
Ryken T, Choudhri T, Vresilovic E, Resnick D. Preoperative patient
selection with magnetic resonance imaging, computed tomography, and
electroencephalography: does the test predict outcome after cervical
surgery. J Neurosurg: Spine. 2009; 11:119–129.
Ravisankar, P; Manjusha, K; Laya Sri, V; Rajya Lakshmi, K; Vijay Kumar, B;
Pragna, P; Avinash Kumar, K; Srinivasa Babu, P (2015). "Cervical
Spondylosis- Cause and Remedial Measures". Indo American Journal of
Pharmaceutical Research. 5 (8): 2250.
Roguski M, Benzel EC, Curran JN, Magge SN, Bisson EF, Krishnaney AA,
Steinmetz MP, Butler WE, Hear y Spondilosis Cercival 74 RF, Ghogawala
Z. Postoperative cervical sagittal im balance negatively a ects outcomes
after surgeryfor cervical spondylotic myelopathy. Spine (Phila Pa 1976).
2014; 39:2070–2077
www.orthobullets.com
www.radiopedia.org

Anda mungkin juga menyukai