Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN KASUS

SPONDILOLISTESIS
Oleh:
Dita Puspita Damayanti
142011101040  
 
Pembimbing:
dr. I Nyoman Semita, Sp.OT.Spine (K), FICS
ANATOMI
• Kolumna vertebra membentuk sumbu tubuh
tersusun atas 33 tulang vertebra. Regio cervical
terdiri dari tujuh tulang vertebra cervikal, regio
thorakal tersusun atas dua belas tulang vertebra.
regio lumbal terdiri dari 5 tulang vertebra, region
sacral terdiri dari 5 tulang yang menyatu dan regio
coccygeal terdiri dari empat tulang yang menyatu.

• Tulang vertebra yang berdekatan dihubungkan


oleh kompleksitas susunan persendian, ligamen,
otot dan struktur penghubung lainnya. Terdapat
diskus intervertebral terletak diantara dua korpus
vertebra (kecuali antara C1 dan C2 dan segmen
sacral yang menyatu).
Thompson, John T. Netter’s Concise Orthopaedic Anatomy. Philadelpia Saunder Elsevier, 2010.
• Spinal cord berjalan dari batang otak sampai conus
medularis (berakhir sampai L1). Filum terminalis dan
kauda equina (serat saraf lumbal dan sacral) berlanjut di
dalam kanalis spinalis. Spinal cord melebar di daerah
leher dan lumbal dimana di daerah itu serat sarafnya
membentuk pleksus yang mempersarafi ekstremitas atas
dan bawah. Spinal cord dibungkus oleh duramater,
arachnoid mater dan pia mater. Beberapa serat saraf
berasal dari dorsal yang membawa modalitas sensoris
dan dari ventral yang membawa modalitas motorik
• Spinal cord berakhir pada conus medullaris, yang terletak
pada level vertebra L1-L2. Pada titik ini serat saraf
berjalan ke bawah membentuk kumpulan yang disebut
cauda equina “horse’s tail”.

Hu, et al. 2008. Spondylolisthesis and Spondylolysis. J Bone Joint Surg Am. 2008;90: 656-671
Thompson, John T. Netter’s Concise Orthopaedic Anatomy. Philadelpia Saunder Elsevier, 2010.
DEFINISI
Kata spondylolisthesis berasal dari bahsa Yunani yang
terdiri atas kata “spondylo” yang berarti tulang belakang
(vertebra) dan “listhesis” yang berarti bergeser. Maka
spondilolistesis adalah suatu pergeseran korpus vertebrae
(biasanya kedepan) terhadap korpus vertebra yang terletak
dibawahnya. Umumnya terjadi pada pertemuan
lumbosacral (lumbosacral joints) dimana L5 bergeser (slip)
diatas S1, akan tetapi hal tersebut dapat terjadi pula pada
tingkat vertebra yang lebih tinggi.

Hu, et al. 2008. Spondylolisthesis and Spondylolysis. J Bone Joint Surg Am. 2008;90: 656-671
EPIDEMIOLOGI
• Spondilolistesis mengenai 5-6 % populasi pria, dan 2-3 %
wanita.
• Terdapat predisposisi kongenital dalam terjadinya
spondilolistesis dengan prevalensi sekitar 69 % pada
anggota keluarga yang terkena.

Hu, et al. 2008. Spondylolisthesis and Spondylolysis. J Bone Joint Surg Am. 2008;90: 656-671
ETIOLOGI
Etiologi spondylolistesis adalah multifaktorial. Predisposisi
kongenital tampak pada spondilolistesis tipe 1 dan 2, serta
postur, gravitasi, tekanan rotasional dan stres/ tekanan
konsentrasi tinggi pada sumbu tubuh berperan penting
dalam terjadinya pergeseran tersebut.

North American Spine Society. 2014. Diagnosis and Treatment of Degenerative Lumbar Spondylolisthesis 2nd Edition.
Evidence-Based clinical guidelines for multidisciplinary spine care.
KLASIFIKASI
Terdapat 5 tipe utama spondilolistesis
• Tipe I (kongenital)
• Tipe II (5-50th)
- Tipe IIA
- Tipe IIB
- Tipe IIC
• Tipe III (Degeneratif)
• Tipe IV
• Tipe V
Tipe I Spondilolistesis Displastik
• Terjadi akibat kelainan kongenital.
• Biasanya pada permukaan sacral superior dan
permukaan L5 inferior atau keduanya dengan pergeseran
vertebra L5.
Tipe II Istmhik atau Spondilolitik
• Lesi terletak pada bagian isthmus atau pars interartikularis
• Berdasarkan defeknya, Spondilisthesis Tipe II dibagi dalam tiga
subkategori
- Tipe II A lytic atau stres spondilolistesis
- Tipe II B mikro-fraktur pada pars interartikularis
- Tipe II C fraktur akut pada bagian pars interartikularis
Tipe IIA
diakibatkan oleh mikro-fraktur rekuren yang
disebabkan oleh hiperekstensi. Juga disebut dengan
stress fraktur pars interarticularis dan paling sering
terjadi pada laki-laki.

Tipe IIB
pars interartikularis masih tetap intak, akan
tetapi meregang dimana fraktur mengisinya
dengan tulang baru

Tipe IIC
Pencitraan radioisotop diperlukan dalam
menegakkan diagnosis kelainan ini.
Tipe III Spondilolistesis Degenerative
• Terjadi karena inkompetensi dari facet anterior
• Perubahan pada permukaan sendi tersebut akan mengakibatkan
pergeseran vertebra ke depan atau ke belakang. Tipe spondilolistesis
ini sering dijumpai pada orang tua. Pada tipe III, spondilolistesis
degenerative pergeseran vertebra tidak melebihi 30 %.
• Lebih sering terjadi pada L4/5 daripada L5/S1
Tipe IV Traumatik
Berhubungan dengan fraktur akut pada elemen posterior
(pedikel, lamina atau permukaan/ facet) dibandingkan dengan
fraktur pada bagian pars interartikularis

Tipe V Patologik
kelemahan struktur tulang sekunder akibat proses penyakit
seperti tumor atau penyakit tulang lainnya
DIAGNOSIS
Gambaran Klinis :
• Low back pain
- Nyeri yang timbul berhubungan dengan aktivitas
- Nyeri mereda dengan istirahat
• Spasme otot dan kekakuan dalam pergerakan tulang
belakang
• Gangguan pada sistem sensoris, motorik dan perubahan
refleks
Pemeriksaan Fisik

• Pemeriksaan dengan 2 posisi PRONASI dan LATERAL


• Progresifitas listesis pada individu dewasa muda biasanya
terjadi bilateral berupa :
- Terbatasnya pergerakan tulang belakang
- Tidak dapat memfleksikan panggul dengan lutut
yang berekstensi penuh
- Hiperlordosis lumbal dan thorakolumbal
- Hiperkifosis lumbosacral junction
- Kesulitan berjalan
- Spondiloptosis
RADIOLOGIS
• Foto polos vertebra
- Posisi film AP, Lateral, dan Oblique
- Pasien tegak berdiri
- Pasien posisi fetal
• Bone Scan
• Xylography
• CT-Scan
Grading
Spondilolistesis dibagi berdasarkan derajatnya
berdasarkan persentase pergeseran vertebra
dibandingkan dengan vertebra di dekatnya, yaitu:
1. Derajat I: pergeseran kurang dari 25%
2. Derajat II diantara 26-50%
3. Derajat III diantara 51-75%
4. Derajat IV diantara 76-100%
Penatalaksanaan
• Terapi pada spondilolistesis dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu operatif dan non operatif.
• Berdasarkan : usia pasien, tipe subluksasi dan gejala yang
dialami oleh pasien.
• Tujuan : menghilangkan nyeri dan memperkuat serta stabilisasi
vertebra.
• Prinsip terapi : apabila spondilolistesis yang ringan tanpa
gejala, tidak diperlukan terapi tertentu. Apabila muncul gejala
yang masih ringan, terapinya biasanya diberikan latihan agar
tidak terjadi kekakuan vertebra dan penggunaan brace untuk
stabilisasi vertebra. Namun, jika gejala yang timbul berat dan
sampai mengganggu aktivitas pasien, maka operasi menjadi
pilihan terbaik
Jiang, S. D. Jiang, L. S. Dai, L. Y. 2011. Degenerative cervical spondylolisthesis: a systematic review. Journal of
International Orthopaedics. vol 35 page:869–875
Non-Operatif
• Modifikasi gaya hidup
• Penyangga eksternal (brace)
• Terapi medikamentosa
• Fisioterapi
- ultrasound
- terapi termal hangat
- kompres es
- TENS (Transcutaneous electrical nerve stimulation)
Operatif
• Indikasi : 
1. Tanda neurologis - radikulopati (yang tidak berespon dengan terapi
konservatif).
2. Klaudikasio neurogenik.
3. Pergeseran berat (High grade slip >50 %)
4. Pergeseran tipe I dan tipe II, dengan bukti adanya instabilitas, progresifitas
listesis, dan kurang berespon dengan terapi konservatif.
5. Spondilolistesis traumatik.
6. Spondilolistesis iatrogenik.
7. Listesis tipe III (degeneratif) dengan instabilitas berat dan nyeri hebat.
8. Deformitas postural dan abnormalitas gaya berjalan (gait).

• Tujuan : dekompresi elemen neural dan immobilisasi segmen yang tidak


stabil. Umumnya dilakukan dengan eliminasi pergerakan sepanjang
permukaan sendi (facet joints) dan diskus intervertebralis melalui arthrodesis
(fusi).
Komplikasi
• nerve root injury (<1%),
• kebocoran LCS (2-10 %),
• kegagalan melakukan fusi (5-25 %),
• infeksi dan perdarahan dari prosedur pembedahan (1-5 %).

Woolfson, Tony. 2008. Spondylolisthesis: Synopsis of Causation. Medical Text, Edinburgh. pp: 1-13
Prognosis
Pasien dengan fraktur akut dan pergeseran tulang yang
minimal kemungkinan akan kembali normal apabila fraktur
tersebut membaik. Pasien dengan perubahan vertebra
yang progresif dan degeneratif kemungkinan akan
mengalami gejala yang sifatnya intermiten. Resiko untuk
terjadinya spondilolistesis degeneratif meningkat seiring
dengan bertambahnya usia, dan pergeseran vertebra yang
progresif terjadi pada 30% pasien.

Hu, et al. 2008. Spondylolisthesis and Spondylolysis. J Bone Joint Surg Am. 2008;90: 656-671
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
• Nama : Wiwik Indasih
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Umur : 60 tahun
• Alamat : Tanjungrejo, Wuluhan
• No. RM : 244396
• Tanggal Pemeriksaan : 18 – 02 - 2019
• Tanggal MRS : 17 – 02 - 2019
• Tanggal KRS : 21 – 02 - 2019
Pemeriksaan (18-02-2019)
ANAMNESIS
• KU : tidak bisa berjalan
• RPS : Pasien mengeluh tidak bisa berjalan dan hanya berbaring di tempat tidur sejak
4 bulan yang lalu. Pada awalnya, pasien merasa nyeri di punggung bagian bawah
sejak 4 tahun yang lalu. Nyeri menjalar hingga ke paha bagian kiri, semakin lama
nyeri juga menjalar ke paha bagian kanan. Nyeri punggung bawah bersifat tajam,
memburuk saat pasien dalam posisi duduk, dan membaik saat pasien dalam posisi
tidur terlentang. Karena keluhan tersebut, pasien berobat ke pengobatan alternatif
dan dukun pijat. 4 bulan terakhir, pasien mengeluhkan tidak bisa berjalan dikarenakan
terasa lemas pada kedua kaki. Kaki hanya bisa digerakkan ke sisi samping, pasien
tidak kuat jika mengangkat kaki. Kerena tidak bisa berjalan, pasien memeriksakan diri
ke poli orthopedi RSD dr.Soebandi.
• RPD : DM (+), HT (-), Kolestrol (+), Asam urat (+), Asma (-)
• RPK : DM (-), HT (-), Kolestrol (-), Asam urat (+), Asma (-)
• RPO : pengobatan alternatif dan dukun pijat
• Riwayat Alergi : (-)
Pemeriksaan (18-02-2019)
TANDA TANDA VITAL
• Keadaan umum : cukup
• Kesadaran : kompos mentis
• Tekanan Darah : 110/70 mmHg
• Nadi : 72 x/menit
• RR : 18 x/menit
• Suhu : 36,8 celcius

PEMERIKSAAN FISIK
Kepala
• Bentuk : normocephal
• Mata : Anemis -/-, ikterik -/-, Pupil Bulat Isokor ukuran 3 mm/
3mm, RC (+/+)
• Hidung : Napas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-)
• Telinga : sekret (-), serumen (+),
• Mulut : Bibir sianosis (-), bibir kering (-), kelainan bawaan (-)
• Tenggorok : Faring hiperemia (-), pembesaran tonsil (-)
• Leher : Kaku kuduk (-), pembesaran kelenjar (-), nyeri tekan (-)
Pemeriksaan (18-02-2019)
Thoraks
• Inspeksi : Retraksi(-), dinding dada simetris (+), deformitas (-)
• Palpasi : pergerakan dinding dada kanan dan kiri simetris, iktus
kordis teraba pada ICS V midclavicula sinistra
• Perkusi : Pulmo : sonor pada seluruh lapang paru.
Cor : batas jantung tidak melebar
• Auskultasi : Pulmo : vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Cor : S1S2 tunggal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
• Inspeksi : Permukaan datar, distensi (-), massa (-)
• Auskultasi : BU (+) Normal
• Perkusi : Timpani (+)
• Palpasi : Soepel, nyeri tekan (-), hepar/lien/ren tidak teraba,
pembesaran KGB inguinal (-)
Ekstremitas : Akral hangat dan tidak ada oedem pada keempat
ekstremitas
Pemeriksaan (18-02-2019)
Status Lokalis Regio Lumbal
• L : benjolan (-), warna sama dengan kulit sekitar
• F : nyeri tekan (+)
• M : ROM terbatas e.c nyeri
PEMERIKSAAN PENUNJANG (07-02-2019)
PEMERIKSAAN PENUNJANG (07-02-2019)
PEMERIKSAAN LABORATORIUM (18-02-2019)
HEMATOLOGI LENGKAP

Hemoglobin 13,5 N : 12,0 – 16,0 gr/dL

Leukosit 16,0 ↑ N : 4,5 – 11,0

Hematokrit 40,0 N : 36 – 46 %

Trombosit 323 N : 150 – 450

FAAL HATI

Albumin 2,4 ↓ N : 3,4 – 4,8 gr/dL

GULA DARAH

GDA 254 ↑ N : < 200 mg/dL

ELEKTROLIT

Natrium 137,6 N : 135 – 155 mmol/L

Kalium 2,50 ↓ N : 3,5 – 5,0 mmol/L

Chlorida 101,6 N : 90 – 110 mmol/L

Calsium 2,34 N : 2,15 – 2,57 mmol/L

Magnesium 0,71 ↓ N : 0,77 – 1,03 mmol/L

Fosfor 1,22 N : 0,84 – 1,45 mmol/L


Pemeriksaan (18-02-2019)
ASSESMENT
Spondilolistesis lumbalis setinggi L4-5 dan L5-S1

PLANNING
Pro dekompresi + laminektomi
Laporan Operasi (18-02-2019)
Persiapan Operasi Informed consent dan ceftriaxone 1 gr

Posisi Pronasi
Desinfeksi Savlon dan povidone iodine
Insisi kulit dan pembukaan lapangan  
operasi

Pendapatan pada eksplorasi Didapatkan :


Deskripsi/uraian eksplorasi 1. Spondilolistesis lumbal
2. Nerve root injury
3. Paraparese inferior

Apa yang dikerjakan (nama operasi) Dilakukan :


1. Dekompresi + Laminektomi
2. Stabilization + Fussion

Komplikasi Perdarahan 800 cc


Penutupan lapangan operasi  
Laporan Operasi (18-02-2019)
Instruksi post-op:
• Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr
• Inj. Ketorolac 3 x 1 gr
• Inj. Ranitidin 2 x 50 mg
• Foto X-ray region lumbal (post op)
• Mobilisasi bertahap (H1 miring hingga setengah duduk,
H2 setengah duduk hingga duduk, H3 duduk dan bila
keadaan umum stabil dapat KRS)
PEMERIKSAAN LABORATORIUM (19-02-2019)

ELEKTROLIT

Natrium 134,0 ↓ N : 135 – 155 mmol/L

Kalium 3,42 ↓ N : 3,5 – 5,0 mmol/L

Chlorida 101,8 N : 90 – 110 mmol/L

Calsium 2,20 N : 2,15 – 2,57 mmol/L

Magnesium 0,72 ↓ N : 0,77 – 1,03 mmol/L

Fosfor 0,87 N : 0,84 – 1,45 mmol/L

GULA DARAH

GDA 152 N : < 200 mg/dL

HBA1C 5,5 N:4–6%


Pemeriksaan (20-02-2019)
S/
Pasien merasa nyeri di bagian bekas luka operasi
 
O/
• Keadaan umum : cukup
• Kesadaran : kompos mentis
• Tekanan Darah : 130/70 mmHg
• Nadi : 78 x/menit
• RR : 20 x/menit
• Suhu : 37,0 celcius
Pemeriksaan (20-02-2019)
Kepala
• Bentuk : normocephal
• Mata : Anemis -/-, ikterik -/-, Pupil Bulat Isokor ukuran 3 mm/
3mm, RC (+/+)
• Hidung : Napas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-)
• Telinga : sekret (-), serumen (+)
• Mulut : Bibir sianosis (-), bibir kering (-), kelainan bawaan (-)
• Tenggorok : Faring hiperemia (-), pembesaran tonsil (-)
• Leher : Kaku kuduk (-), pembesaran kelenjar (-), nyeri tekan (-)

Thoraks
• Inspeksi : Retraksi (-), dinding dada simetris (+), deformitas (-)
• Palpasi : pergerakan dinding dada kanan dan kiri simetris, iktus
kordis teraba pada ICS V midclavicula sinistra
• Perkusi : Pulmo : sonor pada seluruh lapang paru.
Cor : batas jantung tidak melebar
• Auskultasi : Pulmo : vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Cor : S1S2 tunggal, murmur (-), gallop (-)
Pemeriksaan (20-02-2019)
Abdomen
• Inspeksi : Permukaan datar, distensi (-), massa (-)
• Auskultasi : BU (+) Normal
• Perkusi : Timpani (+)
• Palpasi : Soepel, nyeri tekan (-), hepar/lien/ren tidak teraba,
pembesaran KGB inguinal (-)
• Ekstremitas : Akral hangat dan tidak ada oedem pada keempat
ekstremitas

Status Lokalis Regio Lumbal


• L : dressing (+), rembesan (-)
• F : nyeri tekan (+) minimal
• M : ROM dalam batas normal
PEMERIKSAAN LABORATORIUM (20-02-2019)
FAAL HATI

Albumin 2,8 ↓ N : 3,4 – 4,8 gr/dL


PEMERIKSAAN PENUNJANG (20-02-2019)
Pemeriksaan (20-02-2019)
A/
Post op laminektomi H2 e.c Spondilolistesis lumbalis

P/
• Inf. D5 ½ NS 1000 cc/24 jam
• Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr
• Inj. Ranitidin 2 x 50 mg
• Inj. Ondancentron 2 x 1 amp
• Mobilisasi bertahap
 
KRS
• Tanggal : 21 – 02 - 2019
• Obat pulang :
cefixime tab 2 x 100 mg dan Na diklofenak 2 x 50 mg
DAFTAR PUSTAKA
• An, Howard S. Synopsis of Spine Surgery. Thierne, 2008.
• Hu, et al. 2008. Spondylolisthesis and Spondylolysis. J Bone Joint Surg Am.
2008;90: 656-671. 
• Jiang, S. D. Jiang, L. S. Dai, L. Y. 2011. Degenerative cervical
spondylolisthesis: a systematic review. Journal of International Orthopaedics.
vol 35 page:869–875
• Niggemann, et al. 2012. Spondylolysis And Isthmic Spondylolisthesis: Impact
Of Vertebral Hypoplasia On The Use Of The Meyerding Classification. The
British Journal of Radiology, 85 (2012), 358–362
• North American Spine Society. 2014. Diagnosis and Treatment of
Degenerative Lumbar Spondylolisthesis 2nd Edition. Evidence-Based clinical
guidelines for multidisciplinary spine care.
• Perrin, Adam E dan Brian J Shiple. 2008. Lumbosacral Spondylolisthesis.
emedicine.medscape.com
• Thompson, John T. Netter’s Concise Orthopaedic Anatomy. Philadelpia
Saunder Elsevier, 2010.
• Woolfson, Tony. 2008. Spondylolisthesis: Synopsis of Causation. Medical
Text, Edinburgh. pp: 1-13

Anda mungkin juga menyukai