Anda di halaman 1dari 63

TUMOR PADA MATA

Disusun Oleh :
Nourma Sabila 182011101001
Ferdian Nugroho 182011101006
 
  
Pembimbing:
dr. Bagas Kumoro, Sp. M

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER


LAB/SMF ILMU KESEHATAN MATA
RSD dr. SOEBANDI JEMBER
2019
BAB I. PENDAHULUAN

• World Health Organization menyatakan terdapat 285 juta jiwa di


dunia mengalami kelainan tajam penglihatan dan 39 juta penduduk
mengalami kebutaan. Salah satu yang meningkatkan kejadian
kelainan visus dan kebutaan adalah tumor.
• Angka kematian sangat dipengaruhi oleh stadium tumor itu sendiri.
Tentu saja pada stadium lanjut angka kelangsungan hidup lebih
buruk (Shetlar DJ, 2013).
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
TUMOR PADA PALPEBRA
 
Klasifikasi
•Tumor jinak: papilloma, xanthelasma, naevus, hemangioma,
neurofibroma
•Pra-kanker; xeroderma pigmentosa, keratosis aktinik
•Tumor ganas; karsinoma sel skuamosa, karsinoma sel basal, karsinoma
kelenjar sebasea, melanoma maligna
Tumor Jinak Palpebra
Papilloma
Ada dua bentuk:
Papilloma sel skuamosa berasal dari sel skuamosa, pertumbuhan sangat
lambat atau statis. Tampilan klinis bervariasi. Beberapa kasus disebabkan
oleh infeksi virus HPV. Penangannya meliputi simple-excision

Gambar 2.1 Papilloma sel squamosa. A) bertangkai; B) lesi sessile; C) lesi hiperkeratosis filiformis D)
gambaran histopatologi: jaringan ikat fibrovaskuler yang dilapisi dengan epitel squomosa
hiperkeratosis berbentuk seperti jari (Sumber: Bowling, 2016)
Papilloma sel basal adalah lesi dengan perkembangan sangat lambat.
Tampilan klinis berupa plak berpigmen berwarna terang hingga coklat
tua dengan permukaan berminyak, dan rapuh. Penanganan meliputi
simple-excision, ablasi laser, liquid nitrogen, dan peeling kimiawi.

Gambar 2.2 A) Papilloma sel basal; B) Ekspansi sel squoamosa epitel epidermis
dengan proliferasi sel basal (Sumber: Bowling, 2016)
Xanthelasma
Sering ditemukan pada wanita paruh baya. Tumor ini merupakan
deposit lemak intraseluler pada histiosit (foam-cells) dermis. Tampilan
klinis berupa lesi plak kekuningan yang sering melibatkan kelopak
mata atas dan bawah dekat kantus medial. Kejadian xanthelasma
dikaitkan dengan diabetes mellitus dan hiperkolesterolemia.
Penanganan meliputi simple-excision, mikrodiseksi

Gambar 2.3 Xanthelasma (Sumber: Khurana et al., 2015)


Hemangioma
Terjadi dalam dua bentuk:
Hemangioma kapiler sangat umum terjadi pada bayi. Merupakan
proliferasi kapiler dan endotel pada dermis dan subkutan. Tampilan
klinis lesi berwarna merah terang (strawberry naevus), dan pada lesi
yang lebih dangkal berwarna keunguan. Penanganan eksisi, injeksi
steroid (triamcinolone), steroid oral dosis tinggi, radioterapi superfisial

Gambar 2.4 Hemangioma Kapiler. A) Hemangioma medium; B) Ptosis akibat lesi yang besar; C)
proliferasi vaskular pada lapisan dermis dan subkutan (Sumber: Bowling, 2016)
Naevus flammeus adalah kelainan kongenital pembentukan vaskuler
pada superfisial dermis. Gambaran histopatologis terlihat ruang
vaskular dipisahkan oleh septa fibrosis. Tampilan klinis bercak merah
muda berbatas tegas, biasanya unilateral sejajar dengan area inervasi
saraf trigeminal. Penanganan dengan laser.

Gambar 2.5 Naevus flammeus. A) Dilatasi ruang vaskular dengan septa fibrousa; B-C) Manifestasi
klinis; D-F) progresi naevus flammeus seiring bertambahnya usia (Sumber: Bowling, 2016)
Naevus
Merupakan proliferasi melanosit epidermis. Berdasarkan kedalaman
lapisan, ada tiga jenis; (1) Junctional, berasal dari epidermis-dermis
junction, muncul sebagai plak atau makula coklat tidak beraturan; (2)
Dermal, berupa lesi papil tidak berpigmen terletak di dermis; (3)
Compound, berasal dari lapisan epidermis dan dermis. Lesi berupa papul
meninggi berwarna coklat, beraturan. Penanganan eksisi

Gambar 2.6 Naevus palpebra. A) Junctional Naevus; B) Sel


naevus berpigmen di perbatasan epidermis dan
dermis; C) Compound naevus; D) sel naevus
berada di epidermis hingga dermis; E) Dermal
naevus; F) sel naevus berada pada dermis
(Sumber: Khurana et al., 2015)
Neurofibroma
Neurofibroma adalah tumor jinak saraf, berupa lesi nodular atau
bertangkai. Neurofibroma pleksiformis biasanya muncul pada anak-
anak dengan karakteristik palpebra superior berbentuk seperti huruf.
Penanganan berupa simple-excision.

Gambar 2.7 Neurofibroma pleksiformis pada palpebra superior bentuk huruf-S (Sumber:
Khurana et al., 2015)
Tumor Pra-Kanker
Palpebra
Keratosis Aktinik
Banyak terjadi pada usia lanjut, kulit putih, dan pada kulit yang lebih
banyak terpapar sinar matahari. Tampilan klinis lesi datar
hiperkeratosis, bersisik dengan atau tanpa lapisan tanduk. Terkadang
tampilan lesi nodular seperti kutil. Pemeriksaan histologi didapatkan
displasia epidermis irregular dengan hiperkeratosis, parakeratosis, dan
pembentukan tanduk kulit. Lesi ini memiliki potensi kecil menjadi
karsinoma sel squamosa. Penanganan meliputi eksisi dan biopsi atau
krioterapi.

Gambar 2.8 Keratosis Aktinik; A) tampilan klinis; B) displasia epidermis irregular


hiperkeratosis, parakeratosis, dan tanduk kulit (Sumber: Bowling, 2016)
Tumor Ganas Palpebra
Karsinoma Sel Basal
Tumor dari sel basal epidermis. Faktor predisposi, bertambahnya usia,
kulit putih, paparan sinar matahari. Gambaran histologi, proliferasi sel
kebawah dan secara khas menunjukkan palisade di tepi lobulus.
Gambaran klinis (1) nodular non-ulseratif, nodul kecil, berkilau,
dengan pembuluh darah kecil di atasnya; (2) nodular ulseratif (rodent
ulcer), tampak ulserasi di tengah, tepi bergulung seperti mutiara dan
terdapat dilatasi pembuluh darah; (3) Sklerosing (morphoeic)

Gambar 2.9 Histopatologi karsinoma sel basal; A) proliferasi sel basal ; B)


palisade sel pada tepi lobulus tumor (Sumber: Bowling, 2016)
Gambar 2.10 Gambaran klinis sel basal karsinoma ; A) Lesi awal nodular non-ulseratif; B) Lesi
lanjut nodular non-ulseratif; C) Lesi awal rodent ulcer; D) Lesi lanjut rodent ulcer; E) sklerosing
tumor; F) ekstensif sklerosing tumor (Sumber: Bowling, 2016)

 
Karsinoma Sel Squamosa
Tumor ganas tersering kedua setelah karsinoma sel basal. Faktor resiko
laki-laki, paparan sinar matahari, radiasi, kulit putih. Tumor berasal dari
lapisan sel skuamosa epidermis. Gambaran histologi, sel epitel atipik
dengan nukleus menonjol dan sitoplasma berlimpah pada lapisan dermis.
Gambaran klinis (1) Nodular, nodul hiperkeratosis yang dapat
berkembang menjadi kerak dan erosif; (2) ulseratif, plak eritema bersisik,
berbatas tegas, tepi lebih tinggi dan mengkilap; (3) Tanduk kulit dengan
karsinoma sel squamosa invasif yang mendasari

Gambar 2.11 Karsinoma sel squamosa ; A) epitel squamosa akantosis dan pulau berwarna pink; B) tumor
nodular permukaan keratosis; C) Tumor ulseratif; D) tanduk kulit (Sumber: Bowling, 2016)
Karsinoma kelenjar sebasea
Merupakan tumor langka, sering ditemukan pada wanita dan usia tua.
Tumor berasal dari kelenjar meibom. Gambaran histopatologis
lobulus sel dengan sitoplasma yang mengandung lipid pada vakuola
dan nukleus besar hiperkromatik. Gambaran klinis nodul kekuningan,
kemudian infiltrasi pada dermis menyebabkan penebalan difus pada
tepi palpebra disertai dengan distorsi bulu mata Penanganan eksisi
dengan rekonstruksi palpebra.

Gambar 2.12 Karsinoma kelenjar sebasea; A) hiperkromatik nukleus dan vacuolated


sitoplasm; B) tumor nodular; C) penyebaran tumor (Sumber: Bowling, 2016)

 
Melanoma Maligna
Jarang ditemukan. Gambaran klinis; (1) Lentigo maligna, lesi datar,
berpigmen, batas irregular. Gambaran histologi proliferasi spindle-
shaped melanosit atipikal; (2) Melanoma, gambaran histologi
melanosit atipikal berukuran besar menginvasi dermis. Tampilan klinis
melanoma superfisial berupa lesi berpigmen dengan tepi irreguler
yang meninggi, melanoma nodular berupa nodul biru kehitaman.
Penanganan wide-excision, radioterapi, kemoterapi.

Gambar 2.14 Melanoma ; A) Melanosit pada lapisan dermis; B) superfisial melanoma; C)


nodular melanoma (Sumber: Bowling, 2016)
TUMOR PADA KELENJAR LAKRIMAL
 
Klasifikasi
• Tumor epitel jinak: adenoma pleomorfik
• Tumor epitel ganas: karsinoma kelenjar lakrimal
Adenoma Pleomorfik
Tumor jinak kelenjar lakrimal yang paling umum terjadi terutama pada
laki-laki dewasa muda. Secara klinis, pembengkakan tanpa rasa sakit
menyebabkan bola mata ke bawah dan ke dalam. Secara histologis,
tampak jaringan myxomatous pleomorfik. Penanganannya berupa
pembedahan pengangkatan tumor beserta kapsulnya.

Gambar 2.15 Adenoma pleomorfik A) Perubahan pada bola mata kiri akibat tumor jinak campuran. B)
Hasil pemeriksaan CT Scan yang menunjukkan adanya massa berbatas tegas di
superotemporal. C) Hasil pengangkatan tumor jinak campuran pasca operasi orbitotomi
(Sumber: Khurana et al., 2015)
Karsinoma Kelenjar Lakrimal
Terjadi pada usia 40-50 tahun, relatif jarang terjadi tetapi memiliki
angka kematian tinggi. Gambaran klinis massa terasa sangat nyeri di
superotemporal orbita yang menyebabkan dystopia inferonasal. Dapat
juga terjadi hilangnya rangsang sensorik dan parestesia pada area yag
dipersarafi oleh saraf lakrimal. Hasil CT scan menunjukkan infiltrasi
tumor yang membentuk bola mata. Penanganan meliputi eksisi
makroskopis total dan radioterapi dosis tinggi.
TUMOR PADA KONJUNGTIVA

Klasifikasi
•Non-Pigmented Tumor
•Kongenital: Dermoid, lipodermoid
•Jinak: Granuloma, papilloma
•Ganas: Ocular Surface Squamous Neoplasia, karsinoma sel basal.
•Pigmented Tumor
•Jinak: Naevus, melanosis benigna
•Ganas: Melanoma
Non-pigmented Tumor
(Kongenital)
Dermoid
Massa jaringan yang secara histologis normal namun berada pada lokasi yang
tidak seharusnya. Gambaran histopatologi jaringan ikat kolagen dengan kelenjar
sebasea dan rambut, dilapisi epitel skuamosa berlapis. Gambaran klinis berupa
massa subkonjunctiva solid halus, kekuningan, seringkali ada rambut yang
menonjol, umumnya terletak di limbus inferotemporal. Penangannya meliputi
eksisi sederhana, keratosklerektomi lamelar diperlukan pada lesi yang besar

Gambar 2.17 Dermoid konjungtiva. A) Gambaran histopatologi; B) Lesi dermoid dengan


pertumbuhan rambut (Sumber: Bowling, 2016)

 
Lipodermoid
Tumor bawaan yang memiliki komposisi mirip dengan dermoid tetapi
disertai jaringan lemak. Sering muncul pada usia dewasa sebagai
massa subkonjungtiva lunak, kekuningan, di canthus lateralis.
Permukaan biasanya mengandung keratin, dan tumbuh rambut.
Penanganan tindakan bedah dihindari karena menimbulkan resiko
jaringan parut, ptosis, masalah motilitas okular.

Gambar 2.18 A) Lipodermoid; B) lipodermoid dengan prolaps orbita (Sumber: Bowling, 2016)
Non-pigmented Tumor
(Jinak)
Granuloma
Merupakan respons proliferatif fibrovaskular konjungtiva pasca
tindakan bedah atau trauma. Gambaran histologi menunjukkan
jaringan granulasi dengan sel inflamasi akut dan kronis disertai adanya
proliferasi pembuluh darah. Tampilan klinis massa konjungtiva seperti
daging berwarna merah muda yang berkembang cepat. Terapi dengan
steroid topikal seringkali berhasil, namun bila sudah resisten maka
membutuhkan eksisi.

Gambar 2.19 A) Granuloma piogenik ; B) Granuloma kapsul (Sumber: Bowling,


2016)
Papilloma
Erat hubungannya dengan infeksi virus HPV. Gambaran histopatologi
tampak fibrovaskular dilapisi proliferasi epitel squamosa non-keratin yang
berisi sel-sel goblet. Tampilan klinis berupa lesi sesil atau bertangkai yang
sering muncul pada canthus medialis, forniks dan limbus. Penanganan
berupa eksisi pada lesi yang besar, kadang bersama dengan krioterapi.

Gambar 2.20 Papilloma konjungtiva. A) Gambaran histopatologi; B) papilloma sesil; C) papilloma sesil
dengan dilatasi vaskular; D) papilloma bertangkai (Sumber: Bowling, 2016)
Non-pigmented Tumor
(Ganas)
Ocular Surface Squamous Neoplasia
Merupakan istilah untuk spektrum tumor jinak, pra-kanker, dan
kanker epitel konjungtiva, dan kornea. Faktor risiko paparan radiasi
UV intens, usia lanjut, merokok, AIDS dan infeksi HPV konjungtiva,
riwayat karsinoma sel skuamosa di kepala dan leher, xeroderma
pigmentosa, ras kulit putih, siklosporin. Gambaran klinis, awalnya
pasien merasa ada massa pada mata disertai gejala seperti
konjungtivitis. Lesi tampak seperti daging dengan 1) bentuk
Leukoplakia, penebalan epitel dengan plak hiperkeratotik di atasnya;
(2) Bentuk papillomatosa; massa lunak berbatas tegas, dan (3) Bentuk
gelatin; penebalan transparan. Gambaran histologi didapatkan
displasia epitel konjungtiva pada lapisan basal, atau seluruh ketebalan
epitel, hingga menginvasi stroma. Penananganan meliputi eksisi.
Gambar 2.21 Ocular surface squamous neoplasia A) Lesi kecil; B) Lesi gelatin; C) Lesi
leukoplakia; D) displasia epitel displasia menginfiltrasi hingga jaringan
subepitel (Sumber: Bowling, 2016)
Karsinoma Sel Basal
Karsinoma sel basal dapat mengenai konjungtiva dari kelopak
mata. Meskipun memiliki respon yang sangat baik terhadap
radioterapi, eksisi lengkap, jika memungkinkan, harus dipilih
untuk menghindari komplikasi radioterapi.
Pigmented Tumor
Naevus
Cukup sering ditemukan selama masa kanak-kanak dan membesar saat
pubertas atau kehamilan. Gambaran histologis; (1) Compound naevus,
proliferasi sel dari lapisan epidermis-dermis junction dan stroma subepitel; (2)
Subepithelial naevus, terbatas pada lapisan subepitel; dan (3) Junctional
Naevus, berasal dari epidermis-dermis junction. Tampilan klinis lesi datar
hingga nodul, berpigmen atau berpigmen sebagian, abu-abu, coklat atau hitam,
ukuran beragam. Penanganan eksisi

Gambar 2.22 Naevus konjungtiva A) Histopatologi naevus compound; B) histopatologi naevus junctional; C)
pigmented-naevus parsial; D) non-pigmented naevus; F) pigmented naevus (Sumber: Bowling,
Melanosis Benigna
Banyak ditemukan pada individu berkulit hitam karena dihubungkan
dengan banyaknya melanin pada epitel konjungtiva. Lesi muncul pada
tahun pertama kehidupan dan menetap hingga paruh baya. Tampilan
klinis berupa bercak datar, berpigmen warna coklat, banyak berada di
sekitar limbus dan pembuluh darah yang pecah

Gambar 2.23 Melanosis benigna A) Melanoma pada area limbus; B) melanoma disekitar saraf
dan pembuluh darah yang pecah (Sumber: Bowling, 2016)
Melanoma Konjungtiva
Cukup jarang ditemukan. Secara klinis tampak nodul hitam keabu-abuan pada
episklera. Secara histologis, tampak sel melanoma atipik yang menginvasi
stroma subepitel. Mortalitas 19% pada tahun kelima, dan 30% pada tahun
kesepuluh. Metastase terjadi pada 20-30% kasus, paling sering pada
limfenodus sekitar, paru, otak, dan hepar. Penanganan eksisi dengan
radioterapi.

Gambar 2.24 Melanoma konjungtiva A) Melanoma mencapai palpebra; B) multifocal melanoma; melanoma
amelanotik; D) sel melanoma pada lapisan epitel dan stroma subepitel (Sumber: Bowling, 2016)
TUMOR PADA UVEA

Klasifikasi
• Tumor koroid
• Jinak : Naevus, Hemangioma
• Ganas : Melanoma
• Tumor korpus ciliary
• Jinak : Meduloepithelioma
• Ganas : Melanoma
• Tumor iris
• Jinak : Naevus
• Maligna : Melanoma
Tumor koroid
(Jinak)
Naevus Koroid
Gambaran histologi, proliferasi sel spindel melanosit pada koroid.
Gejala biasanya asimtomatik. Tampilan klinis berupa lesi oval atau
bulat, berwarna coklat hingga abu abu, tepi tidak beraturan.
Transformasi ganas ditandai dengan peningkatan pigmentasi atau
ukuran secara mendadak, adanya bercak jingga lipofuscin di
permukaan, adanya pelepasan serosa di daerah nevus, terdapat
bayangan halo tidak berpigmen,) gangguan pengelihatan dan fotopsia.
Pemeriksaan pencitraan OCT (optical coherence tomography), (FAF)
fundus autofluorescence, USG.
Naevus Koroid
Gambar 2.25 Naevus koroid. A) Proliferasi
melanosit pada koroid; B) naevus
kecil, tepi tidak beraturan,
terdapat drusen, dan halo yang
halus; C) naevus peripapilar; D)
naevus dengan halo; E) dan F)
naevus dengan bercak lipofusin
(Sumber: Bowling, 2016)
Hemangioma Koroid
Terjadi dalam dua bentuk: (1) hemangioma koroid lokal adalah massa
vaskular dengan ukuran bervariasi di dalam koroid. Gambaran klinis
penonjolan massa jingga pada polus posterior, dengan tepi yang
menyatu dengan koroid disekitar, terdapat cairan subretina pada kasus
simtomatik. Penanganan photodynamic therapy (PDT), TTT,
photocoagulation, radioterapi, intravitreal anti VEGF, oral propanolol;
(2) Hemangioma koroid difus mengenai lebih dari setengah koroid.
Fundus berwarna merah tua difus pada polus posterior. Komplikasi
meliputi degenerasi sistoid retina sekunder dan ablasi retina eksudatif;
glaukoma neovaskular. Penanganan PDT atau radioterapi dosis rendah.
Hemangioma koroid
Gambar 2.27 Hemangioma koroidlokal. A)
Gambaran histologi; B)
tampilan klinis; C) metaplasia
fibrosa di permukaan; D)
hiperfluoresens pada
pemeriksaan FA; E)
hiperfluoresens pada
pemeriksaan ICGA; F)
Pemeriksaan B-Scan
menunjukkan pantulan lesi
solid berbatas tegas (Sumber:
Bowling, 2016)
Gambar 2.28 A) Hemangioma koroid difus; B) B-scan menunjukkan adanya penebalan
koroid difus (Sumber: Bowling, 2016)
Tumor koroid
(Ganas)
Melanoma Koroid Maligna
merupakan tumor intraokular yang paling sering ditemukan pada usia
40-70 tahun, ditemukan sebanyak 80% dari semua kasus melanoma
uvea. Sering ditemukan pada orang kulit putih. Gambaran
histopatologi tampak sel spindel dan epiteloid. Kebanyakan tersusun
dari sel spindel atau campuran sel spindel dan epiteloid.

Gambar 2.29 Gambaran histologi melanoma koroid. A) sel spindle; B) sel epiteloid; C)
penetrasi ke membran Bruch berbentuk ‘collar-stud’. (Sumber: Bowling, 2016)
Gambaran klinis biasanya asimtomatik. Tampilan klinis awal
berbentuk massa datar kemudian menonjol berbentuk kubah, atau
massa soliter berwarna abu-abu kecoklatan, 60% kasus melanoma
berada pada optic disc atau fovea, terkadang tampak pigmen jingga
dipermukaan tumor, bila tumor menginvasi membran bruch maka
akan tampak bentuk ‘collar-stud’, pada pertumbuhan lanjut tampak
perdarahan atau kumpulan cairan subretina. Penanganan berupa;
brakiterapi, eksternal beam radioterapi, radioterapi, TTT, trans-sklera
koroidektomi, enukleasi, eksenterasi atau debulking dengan
kemoterapi dan radioterapi, paliatif dengan kemoterapi dan
imunoterapi
Gambar 2.30 Melanoma koroid. A) Pigmented melanoma; B) lesi amelanotik; C) melanoma
optic disc; D) melanoma dengan pigmen jingga di permukaan; E) tampak
perdarahan dan eksudat pada melanoma; F) cairan subretina dengan bullosa
detachment (Sumber: Bowling, 2016)
Tumor Korpus Siliar
Medulloepithelioma
Adalah neoplasma embrional yang jarang ditemukan, tumbuh dari
epitel non-pigmented korpus siliar. Gambaran klinis berupa visual
loss, nyeri, fotofobia, leukokoria, proptosis. Tampilan klinis tampak
korpus siliar berwarna putih, pink, kuning atau coklat, terdapat massa
di sudut bilik mata depan. Penanganan berupa enukleasi

Gambar 2.31 Medulloepithelioma. A) massa kista coklat pada korpus siliar; B) adanya
keterlibatan segmen anterior (Sumber: Bowling, 2016)
Melanoma maligna
Prevalensi 12% dari semua melanoma pada uvea, faktor resiko serupa
dengan melanoma pada iris. Gambaran klinis berupa dilatasi pupil,
injeksi episklera, subluksasi lensa. Penanganan meliputi; A)
iridosiklektomi atau sklerouvektomi; B) radioterapi; C) enukleasi; D)
terapi sistemik diindikasikan ketika terjadi metastase.

Gambar 2.32 Melanoma korpus siliar. A) tumot


pada pemeriksaan funduskopi; B)
vaskular sentinel diatas tumor; C)
ekstensi ekstraokular; penekanan
pada lensa (Sumber: Bowling, 2016)
Tumor Iris
Naevus iris
Sering ditemukan. Merupakan proliferasi melanosit pada superfisial stroma
iris. Tampilan klinis berupa lesi berpigmen, datar atau menonjol, melingkar,
adanya perubahan arsitektur iris. Prevalensi menjadi ganas sebanyak 8% pada
tahun ke-15. Faktor resiko yang dapat mengalami perubahan ganas yaitu usia
muda, lesi di inferior, adanya perdarahan, melibatkan seluruh iris, batas lesi
tidak tegas, dan ektropion uvea. Pemeriksaan menggunakan slitlamp, dan
evaluasi berkala.

Gambar 2.33 Naevus iris. A) Lesi kecil dengan ektropion uvea, tampak freckles ; B) naevus yang lebar; C)
naevus dengan injeksi episklera; D) naevus pada sudut bilik mata depan (Sumber: Bowling, 2016)
Melanoma maligna
Prevalensi 8% dari semua melanoma uvea. Faktor resiko kulit putih,
iris berwarna terang, paparan sinar matahari, aevus sebelumnya pada
iris, koroid, dan kulit. Gambaran histologi tampak infiltrasi sel spindel
difus, dan sel epiteloid. Gambaran klinis yaitu adanya pembesaran
dari naevus sebelumnya, injeksi siliar. Tampilan klinis berupa nodul
berpigmen atau non-pigmented diameter 3 mm dan ketebalan 1mm,
biasanya terletak di iris inferior, distorsi pupil, ektropion uvea,
gambaran komplikasi seperti hifema, katarak, dan glaukoma.
Penanganan sector iridektomi atau iridosiklektomi, radioterapi,
enukleasi, observasi rekurensi dan metastasis
Melanoma iris

Gambar 2.34 Melanoma iris. A) iris melanoma; B) amelanotic tumor; C) invasi sudut bilik mata
depan dan ekstensi ekstrasklera; D) gambaran histologi menunjukkan infiltrasi pada
seluruh ketebalan stroma (Sumber: Bowling, 2016)
TUMOR PADA RETINA
RETINOBLASTOMA
Retinoblastoma adalah tumor ganas saraf retina embrional dengan angka
kejadian yang tinggi. Gambaran Histopatologi sel-sel bulat kecil dengan
nukleus besar. Sel-sel ini dapat tampak sebagai well-differentiated dan
undifferentiated tumor. Gambaran mikroskopis adanya roset Flexner-
Wintersteiner, Homer-Wright, pseudoroset, dan fleurettesm.

Gambar 2.18 Gambaran histologi retinoblastoma (Sumber: Khurana et al., 2015)


Pemeriksaan oftalmoskop.
• Retinoblastoma endofit Tumbuh dari retina ke rongga
vitreous. Pada pemeriksaan oftalmoskopik, tampak massa
polipoidal berbatas tegas berwarna putih atau merah muda.
Adanya kalsifikasi, menunjukkan gambaran 'cottage-cheese'.
• Retinoblastoma eksofit tumbuh ke luar dan memisahkan
retina dari koroid. Pada pemeriksaan fundus terlihat adanya
ablasi retina eksudatif
Gambar 2.20 A & D) Gambaran diagramatis; B & E) gambaran fundus; C & F) Gambaran
CT-scan/MRI (Sumber: Khurana et al., 2015)
Penanganan
Penanganan
•Terapi destruktif tumor konservatif untuk menyelamatkan bola mata
diindikasikan ketika tumor didiagnosis pada stadium awal,
•Enukleasi adalah terapi pilihan pada tumor yang melibatkan lebih dari
setengah retina, terlibatnya saraf optik, diikuti glaukoma.
•Terapi paliatif dilakukan dalam kasus-kasus dimana prognosis seumur hidup
jelek walau dengan penanganan maksimal
Prognosis
Jika bola mata dienukleasi sebelum terjadinya ekstensi ekstraokular,
prognosisnya baik (tingkat kelangsungan hidup 70-85%). Prognostik buruk
apabila penyebaran sampai ke vitreous, invasi ke bilik mata depan dan invasi
koroid, dan terdapat keterlibatan saraf optik.
BAB III. PENUTUP
• Prevalensi tumor pada mata dibawah 1% diantara penyakit
keganasan lainnya. Segala bentuk kelainan yang dirasakan
pada mata perlu segera diperiksakan.
• Penanganan tumor mata dibedakan berdasarkan sifat tumor.
Pada negara maju, tumor dengan ukuran kecil atau sedang,
jika diterapi dengan tepat dapat mempunyai survival rate
mencapai 95%, sedangkan negara berkembang 50%.
• Tidak sedikit tumor yang dibiarkan mengalami perubahan
menjadi ganas hingga menginvasi area sekitar dan metastaste
jauh. Metastase organpenting dapat mengakibatkan kematian
pada pasien. Oleh karena itu, diagnosis dini tumor pada mata
sangat berkontribusi untuk meningkatkan kesejahteraan
pasien.
TERIMAKASIH...

Anda mungkin juga menyukai