Anda di halaman 1dari 43

Presentasi Kasus

Forensik
Universitas Gadjah Mada
Kelompok B 18204
Kamis, 19 Maret 2020

Pembimbing:
dr. Lipur Ryantiningtyas B.S., Sp.F, SH
Dr. dra. Suhartini, Apt., MS
ANGGOTA KELOMPOK
UGM 18204 B
• Rendy Candra
• Amelia Putri Kusumawardhani Setyohadi
• William Virajati Panaikkon Silitonga
• Devina Rossita Hapsari
• Abdur Rahman Faqih Aljundi
• Andi Auliya Tenri Yola
Kronologi

Saksi mengetuk kamar kost korban Pelapor melaporkan kejadian tersebut


Rabu, 11 November 2015 (sekitar tetapi tidak ada jawaban, kemudian ke Polsek Depok Barat.
pukul 19.05 WIB) saksi dengan menggunakan kursi Korban ditemukan dalam keadaan
Saksi datang ke tempat kost korban melihat kedalam kamar kost melalui leher terikat kain slayer, pada bagian
(TKP) bermaksud untuk menemui jendela bagian atas. Saksi melihat kaki serta tangan kanan dan kiri sudah
korban karena sudah beberapa hari korban sudah dalam keadaan membiru dan dari alat kemaluan
korban tidak ada kabar. tergantung  saksi memberi tahu korban mengeluarkan cairan, serta
pelapor selaku anak pemilik kost. bagian anus mengeluarkan kotoran.
MEDIKOLEGAL
Medikolegal
Kelengkapan Administrasi
Jenis Keterangan Analisa

Surat permintaan otopsi jenazah Ada Pasal 133 KUHAP ayat 2


Berita acara penerimaan jenazah Ada Pasal 121 KUHAP BAB XIV
Berita acara penyerahan jenazah Tidak Ada Pasal 121 KUHAP BAB XIV
Surat pernyataan keluarga/ahli waris Ada Pasal 134 KUHAP, PP no 18 th 1981 pasal 2
Surat keterangan medis sementara Ada Pasal 184 KUHAP
Surat keterangan kematian Tidak ada UU No 23 th 2006 tentang Administrasi
Kependudukan, Peraturan Bersama MENKES
dan MENDAGRI No. 15 th 2010
Label jenazah Tidak ada Pasal 133 KUHAP ayat 3
IDENTIFIKASI
Identifikasi

Golongan
darah

TB : 163,5cm
BB : 51 kg
Identifikasi Sekunder

Encounter
With
God
PATOLOGI FORENSIK
Patologi Forensik

KAKU JENAZAH BERCAK JENAZAH PEMBUSUKAN JENAZAH

Tidak terdapat kaku jenazah Tidak hilang dengan penekanan Tanda pembusukan
Patologi Forensik

Leher Depan : Leher Belakang :


Luka lecet tekan Luka lecet tekan
dan geser berukuran
Lubang Kelamin : Lubang Dubur berukuran 7x2cm 15 x 3.5cm
Keluar cairan Keluar kotoran
berwarna putih
kental
Patologi Forensik

3,5 cm
5 cm

Leher Kiri Leher Kanan


Luka lecet tekan
Luka lecet tekan
dan geser
berukuran 8x3cm
di berukuran 7x4cm
Lubang Kelamin : Lubang Dubur:
Keluar cairan Keluar kotoran
berwarna putih
kental
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang
tidak dilakukan
2- 13-
JAM 0 30' 1 9 10 11 12 24 25 26 27 28 29 30 31
8 23

LEBAM MAYAT
Lebam tidak hilang dengan penekanan
(LIVOR)

KAKU MAYAT
Tidak ditemukan kaku mayat
(RIGOR)

Ditemukan tanda-tanda
PEMBUSUKAN
pembusukan

KASUS

Kesimpulan : Waktu kematian diperkirakan 1-2 hari sebelum dilakukan pemeriksaan


Kesimpulan
1. Jenazah berjenis kelamin laki-laki dengan berat
badan 51 kg, panjang badan 163,5 cm.
2. Terdapat luka lecet tekan dan geser pada leher
akibat kekerasan tumpul.
3. Kelainan nomor 2 dapat menyebabkan kematian,
sebab kematian pasti tidak dapat ditentukan
karena tidak dilakukan pemeriksaan dalam sesuai
surat permintaan penyidik.
4. Saat kematian diperkirakan >24 jam sebelum saat
pemeriksaan.
PEMBAHASAN
MEDIKOLEGAL
ASPEK MEDIKOETIKOLEGAL
Jenis Aturan
Surat permintaan otopsi jenazah Pasal 133 KUHAP ayat 2
Berita acara penerimaan jenazah Pasal 121 KUHAP BAB XIV
Berita acara penyerahan jenazah Pasal 121 KUHAP BAB XIV
Surat pernyataan keluarga/ahli waris Pasal 134 KUHAP, PP no 18 th 1981 pasal 2
Surat keterangan medis sementara Pasal 184 KUHAP
Surat keterangan kematian Pasal 44 UU No 23 th 2006 tentang
Administrasi Kependudukan, Peraturan
Bersama MENKES dan MENDAGRI No. 15 th
2010
Label jenazah Pasal 133 KUHAP ayat 3
Pasal 133 KUHAP
(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang
korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa
yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan
keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau
ahli lainnya.
(2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilakukan secara tertulis yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas
untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan
bedah mayat.
(3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter
pada rumah sakit harus diperlakukan baik dengan penuh penghormatan
terhadap mayat tersebut dan diberi label yg memuat identitas mayat diberi
cap jabatan yang dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan
mayat.
PASAL 121 KUHAP BAB XIV

Penyidik atas kekuatan sumpah jabatannya segera


membuat berita acara yang diberi tanggal dan
memuat tindak pidana yang dipersangkakan,
dengan menyebut waktu, tempat dan keadaan
pada waktu tindak pidana dilakukan, nama dan
tempat tinggal dari tersangka dan atau saksi,
keterangan mereka, catatan mengenai akta dan
atau benda serta segala sesuatu yang dianggap
perlu untuk kepentingan penyelesaian perkara.
Pasal 134 KUHAP

(1) Dalam hal sangat diperlukan dimana untuk keperluan pembuktian


bedah mayat tidak mungkin lagi dihindari, penyidik wajib
memberitahukan terlebih dahulu kepada keluarga korban.
(2) Dalam hal keluarga keberatan, penyidik wajib menerangkan dengan
sejelas-jelasnya tentang maksud dan tujuan perlu dilakukannya
pembedahan tersebut.
(3) Apabila dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan apapun dari
keluarga atau pihak yang diberi tahu tidak diketemukan, penyidik
segera melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal
133 ayat (3) undang-undang ini.
PASAL 184 KUHAP
a. Berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh pejabat
umum yang berwenang atau yang dibuat dihadapannya, yang memuat
keterangan tentang kejadian atau keadaan yang didengar, dilihat atau yang
dialaminya sendiri, disertai dengan alasan yang jelas dan tegas tentang
keterangannya itu
b. Surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang-undangan atau
surat yang dibuat oleh pejabat mengenai hal yang termasuk dalam tata laksana
yang menjadi tanggung jawabnya dan yang diperuntukkan bagi pembuktian
sesuatu hal atau sesuatu keadaan
c. Surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan
keahliannya mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta secara
resmi daripadanya;
d. Surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya dengan isi dari alat
pembuktian yang lain (Pasal 187 KUHAP).
PASAL 2 PERATURAN BERSAMA MENDAGRI
DAN MENKES NO 15 TAHUN 2010
• Pasal 2 Peraturan Bersama Mendagri dan Menkes No 15 tahun 2010
(1) Setiap kematian wajib dilaporkan oleh keluarganya atau yang mewakili
kepada Instansi Pelaksana atau UPTD Instansi Pelaksana paling lambat 30 (tiga
puluh) hari sejak tanggal kematian.
(2) Pelaporan kematian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
melampirkan persyaratan: a. surat pengantar dari RT dan RW untuk
mendapatkan surat keterangan kepala desa/lurah; dan/atau b. KK dan/atau
KTP yang bersangkutan; c. Surat keterangan kematian dari dokter yang
berwenang dari fasilitas pelayanan kesehatan terdekat.
(3) Dalam hal tidak ada dokter sebagaimana dimaksud pada ayat (2), surat
keterangan kematian dapat diberikan oleh perawat atau bidan.
Pembahasan
Identifikasi
Rekonsiliasi Data Primer
DATA ANTEMORTEM POSTMORTEM KETERANGAN
Primer
DNA Tidak ada data Tidak dilakukan -

Sidik Jari Tidak ada data Tidak dilakukan

Odontologi Tidak ada data Gigi utuh -


Rekonsiliasi Data Sekunder
DATA ANTEMORTEM POSTMORTEM KETERANGAN
Golongan Darah Tidak ada data Tidak dilakukan

Antropometri Tidak ada data TB : 163,5cm


BB : 51 kg
ASFIKSIA

• Asfiksia berdasarkan terjemahan aslinya dari bahasa Yunani: “ketiadaan


pulsasi”.
• Asfiksia berbagai kondisi yang dapat menyebabkan seseorang
untuk kekurangan oksigen baik sebagian (hipoksia) maupun total
(anoxia)
• Asfiksia mencakup 2 komponen, yaitu hipoksia jaringan dan hiperkapnea
• Hiperkapnea : terjadi akibat peningkatan retensi karbondioksida
• Hipoksia : terjadi akibat penurunan suplai oksigen ke tubuh.

Berdasarkan ilmu forensik, asfiksia  suatu kondisi dimana terdapat


obstruksi fisik antara mulut serta hidung dengan alveoli, sekalipun
terdapat juga kondisi lain yang menyebabkan asfiksia tanpa
keterlibatan mekanik (mis. kegagalan sel untuk menggunakan oksigen
dalam proses metabolisme akibat keracunan zat tertentu).
KLASIFIKASI ASFIKSIA

MEKANIK

Smothering

Gagging

Hanging/Strangulasi

Choking

Stampede

TRAUMATIK


Pneumothorax

Terlindas kendaraan

Tertindih benda berat

TOKSIK

Keracunan opioid

Keracunan karbonmonoksida

Keracunan sianida
KLASIFIKASI ASFIKSIA

Ketinggian
LINGKUNGAN ●


Terjebak dalam ruang sempit
Terjebak dalam ruang tertutup

Edema glottis
PATOLOGIS


Konsolidasi

Efusi pleura, dll
KLASIFIKASI ASFIKSIA
Penyebab Kematian Istilah yang digunakan
Kurang oksigen dalam udara yang Suffocation
dihirup
Dihalangnya pintu masuk udara (mis. Suffocation/Smotherin
Mulut, lubang hidung) g
Terhalangnya jalur udara internal Chocking/Gagging
karena obstruksi
Terhalangnya jalur udara internal Strangulation/Hanging
karena tekanan dari eksternal tubuh
Restriksi gerakan pengembangan dada Traumatic Asphyxia
Gagalnya transport oksigen dalam Mis. Keracunan karbon
darah monoksida
Gagalnya pemakaian oksigen untuk Mis. Keracunan sianida
metabolisme
TAHAPAN ASFIKSIA
TAHAP DISPNEA TAHAP KONVULSI TAHAP KELELAHAN DAN
1. Sesak napas 1. Retensi CO2 GAGAL NAPAS
2. Rasa tertindih di dada 2. Peningkatan laktat 1. Kerusakan otak anoksia
3. Rasa berat di kepala darah dengan paralisis pusat
4. Telinga berdenging 3. Sulit bernapas dan respirasi
5. Takikardi spasmodic 2. Insensibilitas total
6. Peningkatan tekanan 4. Efek simpatis dan 3. Kelemahan otot
darah parasimpatis menonjol, 4. Hilangnya reflex
7. Berlangsung selama 1 1. peningkatan 5. Dilatasi pupil
menit sekresi saliva, 6. Respirasi melambat
2. takikardi, 7. Jantung masih
3. peningkatan berdenyut dalam
motilitas GIT, beberapa menit
4. inkontinensia urin , 8. Berlangsung 2-3 menit
alvi, dan semen
5. Berlangsung 1-2 menit
TANDA-TANDA ASFIKSIA
1. SIANOSIS 2. KONGESTI ORGAN
(warna kebiruan pada kulit atau membran (stasis darah pada kapiler menyebabkan
mukosa pada bagian kaya sirkulasi kapiler kongesti)
dan vena, contoh : bibir, ujung hidung, nail
bed, earlobes, ujung lidah) 3. PERDARAHAN/PETEKIE
(disebut juga sebagai Tardieu’s Spot,
spesifik pada pleura visceralis, akibat
peningkatan tekanan vena secara akut
sehingga terjadi overdistensi dan pecahnya
pembuluh venula. Biasanya pada kelopak
mata, pleura, epicardium)
TANDA-TANDA ASFIKSIA
4. EDEMA PULMO
(kondisi penumpukan cairan pada alveolus
paru akibat peningkatan tekanan pembuluh
darah paru, berhubungan dengan anoksia)

5. PENGENCERAN DARAH
(kondisi hipoksia menyebabkan pelepasan
enzim fibrinolysin dari dinding vasa yang
menyebabkan darah menjadi encer)

6. KONGESTI JANTUNG SISI KANAN


DEFINISI HANGING

• Hanging atau gantung diri


adalah suatu keadaan
dimana terjadi konstriksi
(cekikan) pada leher oleh
alat penjerat yang
ditimbulkan dari pengaruh
gaya tarik berat badan
korban.
Berdasarkan titik gantung,
hanging dapat dibagi 2 yaitu :
• 1. Tipikal (typical hanging) titik
gantung berada tepat di atas
pertengahan tulang oksipital. Dalam
hal ini terjadi penekanan arteri dan
saluran nafas secara maksimum di
daerah leher.
• 2. Atipikal, titik gantung berada di
semua tempat selain dari pada
pertengahan tulang oksipital.
Contohnya saat penggantungan
korban terjatuh dari anak tangga
yang sedang dinaikinya.
Berdasarkan kekuatan konstriksi,
hanging dapat dibagi 2 yaitu:

• 1. Tergantung total (complete hanging),


jika kedua kaki tidak menyentuh tanah dan
sepenuhnya dipengaruhi oleh berat badan
korban.
• 2. Setengah tergantung (partial), jika kedua
kaki menyentuh tanah dan tidak
sepenuhnya dipengaruhi oleh berat badan
korban, misalnya pada korban yang
tergantung dengan posisi berlutut partial
hanging hampir selamanya karena bunuh
diri
Temuan autopsi
GANTUNG DIRI

MEKANISME KEMATIAN GANTUNG DIRI


• Tekanan pengikatan seberat 2kg cukup untuk mengoklusi sistem vena jugularis  cerebral venous
congestion
• Tekanan pengikatan seberat 5kg cukup untuk mengkompresi arteri karotis  penurunan perfusi
serebral secara utuh
• Tekanan pengikatan seberat 15kg cukup untuk mengkompresi trachea  obstruksi pernafasan
• Tekanan pengikatan seberat 30kg cukup untuk mengobstruksi arteri vertebralis

PENYEBAB KEMATIAN LANGSUNG PENYEBAB KEMATIAN TIDAK LANGSUNG


ASFIKSIA – Obstruksi jalur nafas PNEUMONIA ASPIRASI
KONGESTI VENA – obstruksi vena jugularis INFEKSI DAN SEPTICEMIA
CEREBRAL ANEMIA – kompresi arteri carotid PULMONARY EDEMA
VAGAL INHIBITION – inhibisi vagal mengakibatkan HYPOXIC ENCEPHALOPATHY
henti jantung
GABUNGAN ASFIKSIA DENGAN KONGESTI VENA LARYNGEAL EDEMA
FRAKTUR DISKOLASI PADA VERTEBRA CERVICALIS ABSCESS OF BRAIN/ENCEPHALITIS
GANTUNG DIRI
GANTUNG DIRI
Kesimpulan
1. Jenazah berjenis kelamin laki-laki dengan berat badan 51 kg, panjang badan
163,5 cm.
2. Terdapat luka lecet tekan dan geser pada leher akibat kekerasan tumpul.
3. Kelainan nomor 2 dapat menyebabkan kematian, sebab kematian pasti tidak
dapat ditentukan karena tidak dilakukan pemeriksaan dalam sesuai surat
permintaan penyidik.
4. Saat kematian diperkirakan >24 jam sebelum saat pemeriksaan.
REFERENSI
1. Darmono. 2009. Farmasi Forensik dan Toksikologi . Jakarta : Universitas Indonesia
2. Budiyanto, Arif, dkk. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta : Fakultas
Kedokteran UniversitasIndonesia
3. Sudjadi, Bagod. 2007. Biologi 1.Jakarta: Erlangga
4. Madea, B. 2014. Handbook of Forensic Medicine. UK: Wiley.
5. Yulianti, K.,. 2011. GANTUNG DIRI: POLA LUKA DAN LIVOR MORTIS. E-Jurnal
Medika Udayana.
6. Payne-James, J. (2017). Simpson's Forensic Medicine, 14th Edition. London: CRC
Press LLC.
7. Bardale, R. (2011). Principles of forensic medicine and toxicology. 1st ed. New
Delhi: Jaypee Brothers Medical Pub.
TERIMA KASIH
Mohon Asupan

Anda mungkin juga menyukai