Anda di halaman 1dari 29

Kematian Akibat Luka Tembak

Eunike Gracea Ristiana*


Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta**

Pendahuluan
Latar Belakang
Di dalam menghadapi kasus kriminal yang melibatkan pemakaian senjata api sebagai alat
yang dimaksudkan untuk melukai atau mematikan seseorang, maka dokter sebagai orang yang
melakukan pemeriksaan khususnya atas diri korban, perlu secara hati-hati, cermat dan teliti di
dalam menafsirkan hasil yang didapatnya; oleh karena pemakaian senjata api untuk maksud
membunuh atau melukai membawa implikasi yang luas, tidak jarang menimbulkan keresahan
dan kesulitan tersendiri bagi mereka yang terlibat.
Untuk dapat menjalankan tugas dan fugsi sebagai pemeriksa maka dokter harus dapat
menjelaskan berbagai hal; di antaranya: apakah luka tersebut memang luka tembak, yang mana
luka tembak masuk dan yang mana yang keluar, jenis senjata yang dipakai, jarak tembak, arah
tembakan, perkiraan posisi korban sewaktu ditembak, berapa kali korban ditembak dan luka
tembak mana yang menyebabkan kematian.
Tujuan
Tujuan makalah ini adalah untuk memberikan pengatahuan lebih lanjut mengenai
pemeriksaan medis untuk menilai berbagai hal dalam luka tembak dan pembuatan serta
penyampaian laporan hsil pemeriksaan.

*Eunike Gracea Ristiana, NIM 102008074, Kelompok B3


**Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara no. 6 Jakarta
Email: icea_miracle@ymail.com

Isi
1

Skenario 3:
Anda bekerja di sebuah rumah sakit pemerintah tipe C di daerah. Suatu hari polisi mengirimkan
seorang mayat laki-laki muda. Polisi mengatakan bahwa laki-laki tersebut adalah seorang
penjahat kelas kakap yang tertembak petugas ketika akan ditengakap dan mencoba melawan
petugas. Dikatakannya bahwa laki-laki tersebut akan menyerang polisi dengan celurit.
Setelah polisi meninggalkan anda, datang serombongan orang. Diantaranya seorang wanita yang
menangis terisak-isak. Ia mengatakan bahwa suaminya (mayat) bukanlah penjahat, ia seorang
karywan yang cukup sukses. Ia juga mengatakan bahwa tadi pagi suaminya masik pergi ke
kantor dengan cara seperti biasa. Ia meminta kepada dokter agar melakukan pemeriksaan dengan
cermat dan tidak memihak kepada polisi, dan memohon agar dokter dapat membuktikan bahwa
suaminya bukan orang yang bersalah.

Aspek Hukum
Kejahatan terhadap tubuh dan jiwa manusia
Pasal 338 KUHAP
Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan
dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.

Prosedur Medikolegal
1. Kewajiban dokter membantu peradilan
Pasal 133 KUHAP
(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka,
keracunanan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana,
ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran dan
kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.
(2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1) dilakukan secara
tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau
pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.
(3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit
harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan
diberi label yang memuat identitas mayat, dilak dengan diberi cap jabatan yang diletakan
pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat
2

Penjelasan Pasal 133 KUHAP


(2) Keterangan yang diberikan oleh ahli kedokteran kehakiman disebut keterangan ahli,
sedangkan keterangan yang diberikan oleh dokter bukan ahli kedokteran kehakiman
disebut keterangan.
Pasal 134 KUHAP
(1) Dalam hal sangat diperlukan di mana untuk keperluan pembuktian bedfah mayat tidak
mungkin dihindari lagi, penyidik wajid memberitahukan terlebih dahulu kepada keluarga
korban.
(2) Dalam hal keluarga keberatan, penyidik wajib menerangkan sejelas-jelasnya tentang
maksud dan tujuan perlu dilakukannya pembedahan tersebut.
(3) Apabila dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan apaun dari keluarga atau pihak yang
perlu diberitahukan tidak diketemukan, penyidik segera melaksanakan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 133 ayat (3) undang-undang ini.
Pasal 179 KUHAP
(1) Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter
ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.
(2) Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang meberikan
keterangan ahli, dangan ketentuan bahwa mereka mengucapkan sumpah atau jani
memberikan

keterangan

yang

sebaik-baiknya

dan

sebenar-benarnya

menurut

pengetahuan dalam bidang keahliaannya.


2. Bentuk bantuan dokter bagi peradilan dan manfaatnya
Pasal 183 KUHAP
Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan sekurangkurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana
benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya.
Pasal 184 KUHAP
(1) Alat bukti yang sah ialah
a.keterangan saksi
b.keterangan ahli
c.surat
d.petunjuk
e.keterangan terdakwa
(2) Hal yang secara umum sudah diketahui tidak perlu dibuktikan.
3

Pasal 186 KUHAP


Keterangan ahli aialah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang peradilan
Penjelasan Pasal 186 KUHAP
Keterangan ahi ini dapay juga sudah diberikan pada waktu pemeriksaan oleh [enyidik
atau penuntut umum yang dituangkan dalam bentuk laopran dan dibuat dengan
mengingat sumpah di waktu ia menerima jabatan atau pekerjaan.
Pasal 187 KUHAP
Surat sebagimanan pada pasal 184 ayat (1) huruf c, dibuat atas sumpah jabatan atau
dikutkan dengan sumpah, adalah:
a. Berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh pejabat umum yang
berwenang atau yang dibuat dihadapannyayang memuat keterangan tentang kejadian
atau keadaan yang didengar, dilihat atau dilaminya sendiri, disertai dengan alasan yang
jelas dan tegas tentang keterangan itu;
b. Surat yang dibaut menurut ketentuan peraturan perundang-undangan atau surat yang
dibaut oleh pejabat mengenai hal yang termasuk dalam tata laksana yang menjadi
tanggung jawabnya dan yang diperutukan bagi pembuktian sesuatu hal atau sesuatu
keadaan;
c. Surat ketengan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan keahliannya
mengenai sesuatu keadaan yang diminta secara resmi dari padanya;
d. Surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya dengan isi alat pembuktian
yang lain.

Pemeriksaan Medis
a. Pemeriksaan Luar
1. Label mayat
label mayat (dari pihak kepolisian) yang biasanya diikatkan pada jempol kaki mayat
diperiksa, Catat warna, bahan, dan isi label selengkap mungkin.. Gunting label mayat ini
pada tali pengikat, serta disimpan bersama berkas pemeriksaan. Sedangkan label rumah
sakit, untuk identifikasi di kamar jenazah, harus tetap ada pada tubuh mayat.
Pada mayat ditemukan adanya label dari pihak kepolisian pada jempol kaki mayat. Warna
label putih, bahan dari karton, isi label berupa identitas pasien seperti:
Nama

: Amir

Jenis Kelamin : Laki-laki


4

Umur

: 35 tahun

Kebangsaan

: Indonesia

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Pegawai Swasta

Alamat

: Kebon Jeruk

2. Tutup mayat
Catatlah jenis/bahan, warna, corak, serta kondisi (ada tidaknya bercak/pengotoran) dari
penutup mayat.
Mayat tidak tertutup
3. Bungkus mayat
Catatlah jenis/bahan, warna, corak, serta kondisi (ada tidaknya bercak/pengotoran) dari
bungkus mayat, serta tali pengikatnya bila ada.
Mayat terbungkus dengan bahan parasut bewarna kuning polos dengan kondisi bungkus
mayat tidak terdapat bercak atau pengotoran.
4. Pakaian
Pakaian mayat dicatat dengan teliti mulai dari yang dikenakan di atas sampai di bawah,
dari yang terluar sampai terdalam. Pencatatan meliputi bahan, warna dasar, warna dan
corak tekstil, bentuk/model pakaian, ukuran, merk penjahit, cap binatu, monogram/inisial,
dan tambalan/tisikan bila ada. Catat juga letak dan ukuran pakaian bila ada tidaknya
bercak/pengotoran atau robekan. Saku diperiksa dan dicatat isinya.
Mayat berpakaian sebgai berikut:
Kemeja lengan pendek kotak-kotak putih-biru, merek Alisan ukuran M dengan satu
saku pada bagian dada kiri, yang kosong. Kemeja berlumuran darah pada bagian
dada sebelah kiri. Pada daerah dada sebelah kiri, tiga puluh sentimeter di bawah
jahitan bahu dan tujuh sentimeter dari garis pertengahan terdapat robekan berbentuk
lingkaran dengan diameter tiga sentimeter.
Celama panjang bewarna hitam, tidak bermerek dengan dua buah saku pada bagian
belakang dan depan pada sisi kanan dan kiri. Pada saku depan sisi kanan terdapat
saputangan bewarna biru garis-garis putih.
Celana dalam dari kaus warna coklat dengan karet bewarna putih pada pinggang
dengan tulisan Rider bewarna hitam.
5. Perhiasan mayat
5

Perhiasan yang dipakai oleh mayat harus dicatat pula dengan teliti. Pencatatan meliputi
jenis, bahan, warna, merek, bentuk serta ukiran nama/inisial pada benda perhiasan
tersebut.
Pada jari manis tangan kanan terdapat cincin dari logam bewarna kuning.
6. Benda di samping mayat.
Bersamaan dengan pengiriman mayat, kadangkala disertakan pula pengiriman benda di
samping mayat. Terhadap benda di samping mayat inipun dilakukan pencatatan yang
teliti dan lengkap
7. Tanda kematian

a. Lebam Mayat (livor mortis)


Setelah kematian klinis maka eritrosit akan menempati tempat terbawah akibat gaya
tarik bumi (gravitasi), mengisi vena dan venula, membentuk bercak warna merah ungu
(livide) pada bagian terbawah tubuh, kecuali pada bagian tubuh yang tertekan alas
keras. Darah tetap cair karena adanya aktivitas fibinolisin yang berasal dari endtel
pembuluh darah. Lebam mayat biasanya mulai tampak 20-30 menit setelah mati, dan
intensitas nya bertambah setelah 8-12 jam. Sebelum itu, lebam mayat masih hilang
(pucat) pada penekanan dan berpindah jika posisi mayat diubah. Memucatnya lebam
akan lebih lengkap apabila penekanan perubahan posisi dilakukan 6 jam setelah mati
klinis. Setelah 24 jam, darah masih cukup cair untuk membentuk lebam mayat.
Kadang dijumpai bercak perdarahan berwarna biru kehitaman akibat pecahnya
pembuluh darah.
Lebam mayat digunakan untuk tanda pasti kematian, memperkirakan sebab kematian,
misalnya lebam berwarna merah terang pada keracunan CO atau CN, warna
kecoklatan pada keracunan aniline, nitrit, nitrat, sulfonal; mengetahui perubahan posisi
mayat yang dilakukan setelah terjadinya lebam mayat dan memperkirakan saat
kematian. Apabila lebam mayat terlentang yang telah timbul lebam mayat belum
menetap dilakukan perubahan posisi menjadi telungkup, maka setelah beberapa saat
akan terbentuk lebam mayat baru di daerah dada dan perut. Lebam mayat yang belum
menetap atau masih hilang pada penekanan menunjukkan saat kematian kurang dari 812 jam sbelum saat pemeriksaaan. Bila pada trauma, daerah tersebut dilakukan irisan
dan kemudian disiram dengan air, maka warna merah darah akan hilang atau pudar
pada lebam mayat, sedangkan pada resapan darah tidak menghilang.
b.Kaku Mayat (rigor mortis)
6

Kaku mayat dibuktikan dengan memeriksa persendian. Kaku mayat mulai tampak
kira-kira 2 jam setelah mati klinis, dimulai dari bagian tubuh luar (otot-otot kecil)
kearah dalam (sentripental). Teori lama menyebutkan bahwa kaku mayat ini menjalar
kraniokaudal. Setelah mati klinis 12 jam dan kemudian menghilang dalam urutan yang
sama. Kaku mayat umumnya tidak disertai pemendekan serabut otot, tetapi jika
sebelum terjadi kaku mayat otot berada dalam posisi teregang, maka saat kaku mayat
terbentuk akan terjadi pemendekan otot. Faktor-faktor yang mempercepat terjadinya
kaku mayat adalah aktivitas fisik sebelum mati, suhu tubuh yang tinggi, bentuk tubuh
kurus dengan otot-otot kecil dan suhu lingkungan tinggi.
Kaku mayat dapat dipergunakan untuk menunjukkan tanda pasti kematian dan
memperkirakan saat kematian. Terdapat kekauan pada mayat yang menyerupai kaku
mayat:2
1. Cadaveric spasm (instantaneuous rigor), adalah bentuk kekauan otot yang terjadi
pada saat kematian dan menetap tanpa didahului relaksasi primer.Cadaveric spasm
jarang terjadi, penyebabnya adalah akibat habisnya cadangan glikogen dan ATP
yang bersifat setempat pada mati klinis karena kelelahan atau emosi yang hebat
sesaat sebelum meninggal. Kepentingannya adalah menunjukkan sikap terakhir
masa hidupnya. Misalnya tangan yang menggenggam erat benda dan meraihnya
pada kasus tenggelam.
2. Heat stiffening, adalah kekakuan otot akibat koagulasi protein otot oleh panas. Otot
berwana merah muda, kaku, tetapi rapuh (mudah robek). Keadaan ini dapat
ditemukan pada korban mati terbakar. Serabut-serabut ototnya memendek sehingga
menimbulkan fleksi leher, siku, paha dan lutut, membentuk sikap petinju (pugilistic
attitude).
3. Cold stiffening, adalah kekakuan otot akibat lingkungan dingin,terjadi pembekuan
cairan tubuh, cairan sendi, pemadatan jaringan lemak subkutan dan otot.
c. Penurunan Suhu tubuh (algor mortis)2
Penurunan suhu tubuh terjadi karena proses pemindahan panas dari suatu ke benda ke
benda yang lebih dingin, melalui cara radiasi, konduksi, evaporasi dan konveksi.
Penelitian akhir-akhir ini cenderung untuk memperkirakan saat kematian melalui
pengukuran suhu tubuh pada lingkungan yang menetap di TKP. Caranya adalah
dengan melakukan 4-5 kali penentuan suhu rectal dengan interval waktu yang sama
(minimal 15 menit). Suhu lingkungan diukur dan dianggap konstan karena factor7

faktor lingkungan dibuat menetap, sedangkan suhu saat mati dianggap 37 derajat
celcius bila tidak ada penyakit demam. Penelitian menunjukkan bahwa perubahan
suhu lingkungan yang kurang dari 2 derajat Celcius tidak mengakibatkan perubahan
yang bermakna.
d. Pembusukan (decomposition, putrefaction)
Proses degradasi jaringan yang terjadi akibat autolisis dan kerja bakteri. Autolisis
adalah pelunakan dan pencairan jaringan yang terjadi dalam keadaan steril. Autolisis
timbul akibat kerja digestif oleh enzim yang dilepaskan sel pascamati dan hanya dapat
dicegah dengan pembekuan jaringan. Setelah seseorang meninggal, bakteri yang hidup
dalam tubuh segera masuk ke dalam jaringan. Darah merupakan media terbaik bagi
bakteri tersebut untuk bertumbuh. Sebagian besar bakteri berasal dari usus dan yang
terutama adalah Clostridium welchii. Pada proses pembusukan ini terbentuk gas-gas
alkana, H2S dan HCN, serta asam amino dan asam lemak.
Pembusukan baru terjadi kira-kira 24 jam pasca mati berupa warna kehijauan pada
perut kanan bawah, yaitu daerah sekum yang isinya lebih cair dan penuh dengan
bakteri serta terletak dekat dinding perut. Warna kehijauan ini disebabkan oleh
terbentuknya sulf-met-hemoglobin. Secara bertahap warna kehijauan ini akan
menyebar ke seluruh perut dan dada, dan bau busukpun mulai tercium. Pembuluh
darah bawah kulit akan tampak seperti melebar dan berwarnna hijau kehitaman.
Selanjutnya kulit ari akangnya perut dan keluarnyaan terkelupas atau membentuk
gelembung berisi cairan kemerahan berbau busuk.
Pembentukan gas di dalam tubuh, dimulai di dalam lambung dan usus, akan
mengakibatkan tegangnya perut dan keluarnya cairan kemerahan dari mulut dan
hidung. Gas yang terdapat di dalam jaringan dinding tubuh akan mengakibatkan
terabanya derik (krepitasi). Tubuh berada di dalam sikap petinju (pugilistic attitude)
akibat terkumpulnya gas pembusukan di dalam rongga sendi. Rambut menjadi mudah
dicabut dan kuku mudah terlepas, wajah menggembung dan berwarna ungu kehijauan,
kelopak mata membengkak, pipi tembem, bibir tebal, lidah membengkak dan sering
terjulur diantara gigi.
Luka akibat gigitan binatang pengerat khas berupa lubang-lubang dangkal dengan
tepi bergerigi. Larva lalat akan dijumpai setelah pembentukan gas pembusukan nyata,
yaitu kira-kira 36-48 jam pasca mati. Telur lalat akan menetas menjadi larva dalam
8

waktu 24 jam. Dengan identifikasi spesies dan mengukur panjang larva, maka dapat
diketahui usia larva tersebut yang dapat dipergunakan untuk memperkirakan saat mati.
Alat dalam tubuh akan mengalami pembusukan dengan waktu yang berbeda.
Perubahan warna terjadi pada lambunng terutama di daerah fundus, usus, menjadi
ungu kecoklatan. Mukosa saluran nafas menjadi kemerahan, endokardium dan intima
pembuluh darah juga kemerahan, akibat hemolisis darah. Difusi empedu dari kandung
empedu mengakibatkan warna coklat kehijauan di jaringan sekitarnya. Tak
melunak,hati menjadi berongga seperti spons,limpa melunak dan mudah robek.
Kemudian alat-alat dalam akan mengerut. Prostat dan uterus non gravid merupakan
organ padat yang paling lama bertahan terhadap perubahan pembusukan. Pembusukan
akan timbul lebih cepat bila suhu keliling optimal (26.5 derajat celcius hingga sekitar
suhu normal tubuh), kelembapan udara yang cukup, banyak bakteri pembusuk, tubuh
gemuk atau menderita penyakit infeksi dan sepsis. Media tempat mayat terdapat juga
berperan. Mayat yang terdapat di udara akan lebih cepat membusuk dibandingkan
dengan yang terdapat dalam air atau daam tanah.
e. Adiposera (lilin mayat)
Adiposera adalah terbentuknya bahan yang berwarna keputihan, lunak atau berminyak
berbau tengik yang terjadi di dalam jaringan lunak tubuh pasca mati. Adiposera
terutama terdiri dari asam-asam lemak tidak jenuh dari hidrolisis lemak. Adiposera
dapat terbentuk di sebarang lemak tubuh, bahkan di dalam hati, yang pertamakali
terkena adalah lemak superficial. Perubahan bentuk berupa bercak pada pipi, payudara
atau bokong, bagian tubuh atau ekstremitas. Adiposera akan membuat gambaran
permukaan luar tubuh dapat bertahan hingga bertahuntahun, sehingga identifikasi
mayat dan perkiraan sebab kematian masih dimungkinkan. Pembusukan akan
terhambat oleh adanya adiposera, karena derajat keasaman dan dehidrasi jaringan
bertambah.
f. Mummifikasi
Merupakan proses penguapann cairan atau dehidrasi jaringan yang cukup cepat
sehingga terjadi pengeringan jaringan yang selanjutnya dapat menghentikan
pembusukan. Jaringan berubah menjadi keras dan kering, berwarna gelap, berkeriput
dan tidak membusuk karena kuman tidak dapat berkembang pada lingkungan yang
kering. Mummifikasi terjadi bila suhu hangat, kelembapan rendah, aliran udara yang
9

baik, tubuh yang dehidrasi dan waktu yang lama (12-14 minggu). Mummifikasi jarang
dijumpai pada cuaca yang normal.
Kaku mayat terdapat pada seluruh tubuh, sukar dilawan. Lebam mayat terdapat pada
bagian punggung bewarna merah dan belum menetap. Tidak terdapat Cadaveric spasm
(instantaneuous rigor) pada kedua tangan yang menyatakan bahawa korban sebelum
kematiannya tidak memegang benda apapun termasuk celurit.
8. Mencatat identitas mayat, seperti jenis kelamin, bangsa/ras, perkiraan umur, warna kulit,
status gizi, tinggi badan, berat badan, disirkumsisi/tidak, striae albicantes pada dinding
perut.
Mayat adalah seorang laki-laki, bangsa Indonesia umur kurang lebih tiga puluh lima
tahun, kulit bewarna sawo matang, gizi sedang, panjang badan seratus tujuh puluh
sentimeter dan berat badan enam puluh kilogram dan zakar disunat.
9. Indentifikasi khusus
Mencatat segala sesuatu yang dapat dipakai untuk penentuan identitas khusus, meliputi
rajah/tatoo, jaringan parut, kapalan, kelainan kulit, anomali dan cacat pada tubuh.
Pada bagian punggung atas sebelah kanan terdapat tato bergambar naga.
10. Pemeriksaan rambut
Memeriksa distribusi, warna, keadaan tumbuh, dan sifat dari rambut. Rambut kepala
harus diperiksa, contoh rambut diperoleh dengan cara memotong dan mencabut sampai
ke akarnya, paling sedikit dari 6 lokasi kulit kepala yang berbeda. Potongan rambut ini
disimpan dalam kantungan yang telah ditandai sesuai tempat pengambilannya.
Rambut kepala bewarna hitam, tumbuh lebat lurus, panjang dua belas sentimeter. Pada
bagian belakang kepala terdapat bercak darah pada sepertiga rambut bagian kiri atas.
Sepertiga rambut bagaian kiri terbakar. Alis bewarna hitam, tumbuh lebar. Bulu mata
bewarna hitam, tumbuh lurus, panjang enam milimeter. Kumis bewarna hitam, tumbuh
lebat dengan panjang sepuluh sentimeter. Jenggot bewarna hitam, tumbuh lebat dengan
pajang lima belas sentimeter. Ditemukan adanya kelim lecet dekat lubang masuknya
peluru, kelim tatoo, dan kelim jelaga pada kepala bagian belakang bagian kiri atas tiga
sentimeter dari ubun-ubun, delapan sentimeter dari telinga kiri.
11. Pemeriksaan mata
Memeriksa mata, seperti apakah kelopak terbuka atau tertutup, tanda kekerasan, kelainan.
Periksa selaput lendir kelopak mata dan bola mata, warna, cari pembuluh darah yang
melebar, bintik perdarahan, atau bercak perdarahan. Kornea jernih/tidak, adanya kelainan
10

fisiologik atau patologik. Catat keadaan dan warna iris serta kelainan lensa mata. Catat
ukuran pupil, bandingkan kiri dan kanan.
Kedua mata tertutup. Selaput bening mata jernih, kedua bola mata bundar dengan garis
tengah empat milimeter. Warna bola mata coklat. Selaput bola mata dan selaput kelopak
mata kiri dan kanan bewarna putih, tidak tampak perdarahan maupun pelebaran
pembuluh darah.
12. Pemeriksaan daun telinga dan hidung

Mencatat bentuk dan kelainan/anomali pada daun telinga dan hidung.


Hidung berbentuk biasa. Bentuk kedua daun telinga biasa dan tidak terdapat kelainan
serta keluarnya cairan dari lubang telinga dan hidung.
13. Pemeriksaan terhadap mulut dan rongga mulut
Memeriksa bibir, lidah, rongga mulut, dan gigi geligi. Catat gigi geligi dengan lengkap,
termasuk jumlah, hilang/patah/tambalan, gigi palsu, kelainan letak, pewarnaan, dan
sebagainya.
Mulut tampak menutup. Bibir tebal. Gigi geligi lengkap.
14. Bagian leher diperiksa jika ada memar, bekas pencekikan atau pelebaran pembuluh darah.
Kelenjar tiroid dan getah bening juga diperiksa secara menyeluruh.
Bagian leher tidak terdapat memar, pelebaran pembuluh darah, dan bekas pencekikan.
15. Pemeriksaan alat kelamin dan lubang pelepasan.
Pada pria dicatat kelainan bawaan yang ditemukan, keluarnya cairan, kelainan lainnya.
Pada wanita dicatat keadaan selaput darah dan komisura posterior, periksa sekret liang
sanggama. Perhatikan bentuk lubang pelepasan, perhatikan adanya luka, benda asing,
darah dan lain-lain.
Alat kelamin berbentuk biasa tidak menunjukan adanya kelainan. Lubang dubur tidak
terdapat kelainan.
16. Perlu diperhatikan kemungkinan terdapatnya tanda perbendungan, ikterus, sianosis,
edema, bekas pengobatan, bercak lumpur atau pengotoran lain pada tubuh.
17. Bila terdapat tanda-tanda kekerasan/luka harus dicatat lengkap. Setiap luka pada tubuh
harus diperinci dengan lengkap, yaitu perkiraan penyebab luka, lokasi, ukuran, dll. Dalam
luka diukur dan panjang luka diukur setelah kedua tepi ditautkan. Lokalisasi luka dilukis
dengan mengambil beberapa patokan, antara lain : garis tengah melalui tulang dada, garis
tengah melalui tulang belakang, garis mendatar melalui kedua puting susu, dan garis
mendatar melalui pusat.
11

Pada tubuh terdapat luka-luka sebagai berikut:


Pada daerah dada sebelah kiri atas,dua puluh lima sentimeter dari bahu, lima
sentimeter di kiri garis pertengahan badan depan dan seratus dua puluh sentimeter lima
dari tumit, terdapat kelim lecet pada daerah dekat lubang masuknya peluru, kelim
tatoo di sekitar lubang, dan kelim jelaga. Diameter luka tiga sentimeter.
18. Pemeriksaan ada tidaknya patah tulang, serta jenis/sifatnya.
b. Pemeriksaan Dalam
Mayat yang akan dibedah, diletakan terlentang dengan bagian bahu ditinggikan (diganjal)
dengan sebatang balok kecil. Dengan demikian, kepala akan berada dalam keadaan fleksi
maksial dan daerah leher tampak jelas. Insisi kulit dilakukan mengikuti garis pertengahan
badan mulai di bawah dagu, diteruskan ke arah umbilikus dan melingkari umbilikus di sisi
kiri dan seterusnya kembali mengikuti garis pertengahan badan sampai di daerah simfisis
pubis.
Insisi berbentuk huruf I merupakan insisi yang paling ideal untuk pemeriksaan bedah
mayat forensik. Pada daerah leher, insisi hanya mencapai kedalaman setebal kulit saja. Pada
daerah dada, insisi kulit sampai kedalaman permukaan depan tulang dada (sternum)
sedangkan mulai di daerah epigastrium, sampai menembus ke dalam rongga perut. Insisi pada
dinsing perut biasanya dimulai pada daerah epigastrium dengan membuat irisan pendek yang
menembus sampai peritoneum.
Pada pemeriksaan dalam, organ tubuh diambil satu persatu dengan hati-hati dan dicatat :
Ukuran : Pengukuran secara langsung adalah dengan menggunakan pita pengukur. Secara
tidak langsung dilihat adanya penumpulan pada batas inferior organ. Organ hati yang
mengeras juga menunjukkan adanya pembesaran.
Bentuk.
Permukaan : Pada umumnya organ tubuh mempunyai permukaan yang lembut, berkilat
dengan kapsul pembungkus yang bening. Carilah jika terdapat penebalan, permukaan
yang kasar , penumpulan atau kekeruhan.
Konsistensi: Diperkirakan dengan cara menekan jari ke organ tubuh tersebut.
Kohesi: Merupakan kekuatan daya regang anatar jaringan pada organ itu. Caranya
dengan memperkirakan kekuatan daya regang organ tubuh pada saat ditarik. Jaringan

12

yang mudah teregang (robek) menunjukkan kohesi yang rendah sedangkan jaringan yang
susah menunjukkan kohesi yang kuat.
Potongan penampang melintang: Disini dicatat warna dan struktur permukaan
penampang organ yang dipotong. Pada umumnya warna organ tubuh adalah keabu-abuan,
tapi hal ini juga dipengaruhi oleh jumlah darah yang terdapat pada organ tersebut. Warna
kekuningan, infiltrasi lemak, lipofisi, hemosiferin atau bahan pigmen bisa merubah warna
organ. Warna yang pucat merupakan tanda anemia.
Struktur organ juga bisa berubah dengan adanya penyakit. Pemeriksaan khusus juga bisa
dilakukan terhadap sistem organ tertentu, tergantung dari dugaan penyebab kematian.
Insisi pada masing-masing bagian-bagian tubuh yaitu :

Dada :
o Jantung :
Jantung dibuka menurut aliran darah : pisau dimasukkan ke vena kava inferior sampai
keluar di vena superior dan bagian ini dipotong. Ujung pisau dimasukkan melalui katup
trikuspidalis keluar di insisi bilik kanan dan bagian ini dipotong. Ujung pisau lalu
dimasukkan arteri pulmonalis dan otot jantung mulai dari apeks dipotong sejajar dengan
septum interventrikulorum.
Ujung pisau dimasukkan ke vena pulmonalis kanan keluar ke vena pulmonalis kiri dan
bagian ini dipotong. Ujung pisau dimasukkan melalui katup mitral keluar di insisi bilik
kiri dan bagian ini dipotong. Ujung pisau kemudian dimasukkan melalui katup aorta dan
otot jantung dari apeks dipotong sejajar dengan septum inetrventrikulorum. Jantung
sekarang sudah terbuka, diperiksa katup, otot kapiler, chorda tendinea, foramen ovale,
septum interventrikulorum.
Arteri koronaria diiris dengan pisau yang tajam sepanjang 4-5 mm mulai dari lubang
dikatup aorta. Otot jantung bilik kiri diiris di pertengahan sejajar dengan epikardium dan
endokardium, demikian pula dengan septum interventrikulorum.
o Paru-paru :
Paru-paru kanan dan kiri dilepaskan dengan memotong bronkhi dan pembuluh darah
di hilus, setelah perkardium diambil. Vena pulmonalis dibuka dengan gunting, kemudian
bronkhi dan terakhir arteri pulmonalis. Paru-paru diiris longitudinal dari apeks ke basis.
Tulang dada diangkat dengan memotong tulang rawan iga 1 cm dari sambungannya
dengan cara pisau dipegang dengan tangan kanan dengan bagian tajam horizontal
diarahkan pada tulang rawan iga dan dengan tangan yang lain menekan pada punggung
13

pisau. Pemotongan dimulai dari tulang rawan iga no. 2. Tulang dada diangkat dan
dilepaskan dari diafragma kanan dan kiri kemudian dilepaskan mediastinum anterior.
Rongga paru-paru diperiksa adanya perlengketan, darah, pus atau cairan lain kemudian
diukur.
Kemudian pisau dengan tangan kanan dimasukkan dalam rongga paru-paru, bagian
tajam tegak lurus diarahkan ke tulang rawan no.1 dan tulang rawan dipotong sedikit ke
lateral, kemudian bagian tajam pisau diarahkan ke sendi sternoklavikularis dengan
menggerak-gerakkan sternum, sendi dipisahkan. Prosedur diulang untuk sendi yang
lainnya.
Mediastinum anterior diperiksa adanya timus persistens. Perikardium dibuka dengan Y
terbalik, diperiksa cairan perikardium, normal sebanyak kurang lebih 50 cc dengan warna
agak kuning. Apeks jantung diangkat, dibuat insisi di bilik dan serambi kanan diperiksa
adanya embolus yang menutup arteri pulmonalis. Kemudian dibuat insisi di bilik dan
serambi kiri. Jantung dilepaskan dengan memotong pembuluh besar dekat perikardium.
Pada pemeriksaan bagian dada ditemukan:

Pada jaringan lemak bawah kulit daerah dada dan perut bewarna kuning kecoklatan,
tebal di daerah dada lima milimeter sedangkan di daerah perut sepuluh sentimeter. Otototot bewarna coklat dan cukup tebal

Sekat rongga badan sebelah kanan setinggi sela iga keempat dan yang kiri setinggi sela
iga kelima.
Pada iga kelima kiri, limasentimeter dari garis tengah terdapat kelim jelaga dan luka
tembus peluru. Iga lain serta tulang dada tidak menunjukan kelainan.
Jaringan di bawah kulit daerah leher dan otot leher tidak menunjukan kelainan.
Kandung jantung tampak tiga jari di antara kedua tepi paru. Pada kandung jantung
sebelah kiri depan terdapat luka tembus sepanjang tiga sentimeter. Dalam kandung
jantung terdapat darah sebanyak dua ratus sentimeter kubik.
Selaput luar jantung licin.
Pada dinding depan bilik jantung kiri, satu sentimeter sebelah kiri sekat jantung terdapat
luka menembus sepanjang dua sentimeter, dan peluru sepanjang satu sentimeter dengan
diameter sembilan milimeter. Katup jantung tidak menunjukan kelainan. Lingkaran
katup serambi bilik kanan sebelas sentimeter sedangkan yang kiri sepuluh sentimeter.
Lingkaran katup nadi paru sepanjang enam setengah sentimeter fan katup batang nadi
14

sepanjang enam sentimeter. Tebal otot bilik jantung kanan empat milimeter dan yang
kiri dua belas milimeter. Otot puting cukup tebal. Pembuluh nadi jantung tidak
tersumbat dan dindingnya tidak menebal. Sekat jantung tidak menunjukan kelainan.
Berat jantung tigaratus gram.
Rongga dada sebelah kiri terdapat darah dan bekuan darah sebanyak emapat ratus dua
puluh lima sentimeter kubik. Paru kanan cukup mengembang dan paru kiri tampak agak
menguncup.
Paru kanan terdiri dari tiga baga, bewarna kelabu kemerahan dan perabaan seperti karet
busa. Penampangnya tampak agak pucat. Paru kiri terdiri dari su baga, bewarna kelabu
kemerahan dan perabaan agak kenyal, kurang mengandung udara. Paru kiri tampak
agak menguncup.

Perut :
o Esofagus-Lambung-Doudenum-Hati :
Semua organ tersebut di atas dikeluarkan sebagai satu unit. Esofagus diikat ganda dan
dipotong. Diafragma dilepaskan dari hati dan esofagus dan unit tadi dapat diangkat.
Sebelum diangkat, anak ginjal kanan yang biasanya melekat pada hati dilepaskan terlebih
dahulu.
Esofagus dibuka terus ke kurvatura mayor, terus ke duodenum. Perhatikan isi lambung,
dapat membantu penentuan saat kematian. Kandung empedu ditekan, bulu empedu akan
menonjol kemudian dibuka dengan gunting ke arah papila Vater, kemudian dibuka ke
arah hati, lalu kandung empedu dibuka. Perhatikan mukosa dan adanya batu.
Buluh kelenjar ludah diperut dibuka dari papila Vater ke pankreas. Pankreas dilepaskan
dari duodenum dan dipotong-potong transversal.
o Hati : perhatikan tepi hati, permukaan hati, perlekatan, kemudian dipotong longitudinal.
o Usus halus dan usus besar dibuka dengan gunting ujung tumpul, perhatikan mukosa dan
isinya, cacing.
o Ginjal, Ureter, Rektum, dan Kandung Urine:
Organ tersebut di atas dikeluarkan sebagai satu unit. Ginjal dengan suatu insisi lateral
dapat diangkat dan dilepaskan dengan memotong pembuluh darah di hilus, kemudian
ureter dilepaskan sampai panggul kecil. Kandung urine dan rektum dilepaskan dengan
cara memasukkan jari telunjuk lateral dari kandung urine dan dengan cara tumpul
membuat jalan sampai ke belakang rektum. Kemudian dilakukan sama pada bagian
15

sebelahnya. Tempat bertemunya kedua jari telunjuk dibesarkan sehingga 4 jari kanan dan
kiri dapat bertemu, kemudian jari kelingking dinaikkan ke atas dengan demikian rektum
lepas dari sakrum. Rektum dan kandung urine dipotong sejauh dekat diafragma pelvis.
o Anak ginjal dipotong transversal. Ginjal dibuka dengan irisan longitudinal dari lateral ke
hilus. Ureter dibuka dengan gunting sampai kandung urine, kapsul ginjal dilepas dan
perhatikan permukaannya. Pada laki-laki rektum dibuka dari belakang dan kandung urine
melalui uretra dari muka. Rektum dilepaskan dari prostat dan dengan demikian terlihat
vesika seminalis. Prostat dipotong transversal, perhatikan besarnya penampang.
o Testis dikeluarkan melalui kanalis spermatikus dan diiris longitudinal, perhatikan
besarnya, konsistensi, infeksi, normal, tubuli semineferi dapat ditarik seperti benang.
o Urogenital Perempuan :
Kandung urine dibuka dan dilepaskan dari vagina. Vagina dan uterus dibuka dengan
insisi longitudinal dan dari pertengahan uterus insisi ke kanan dan ke kiri. Ke kornu.
Tuba diperiksa dengan mengiris tegak lurus pada jarak 1-1,5 cm. Ovarium diinsisi
longitudinal.
o Usus halus dipisahkan dari mesenterium, usus besar dilepaskan, duodenum dan rektum
diikat ganda kemudian dipotong.
o Limpa : dipotong di hilus, diiris longitudinal, perhatikan parenkim, folikel, dan septa.
Hasil pemeriksaan medis pada mayat:
Dinding rongga perut tampak licin, bewarna kelabu mengkilat. Dalam rongga perut
tidak terdapat darah maupun cairan. Tirai usus tampak menutupi sebagian besar usus.
Hati beawrna coklat, permukaan rata, tepinya tajam dan perabaan kenyal padat.
Penampang hati bewarna merah coklat dan gambaran hati tampak jelas. Berat hati
seribu dua ratus gran,
Kandung empedu berisi cairan yang bewarna hijau seperti beludru. Saluran mepedu
tidak menunjukan penyumbatan.
Limpa bewarna ungu kelabu, permukaannya keriput dan perabaan lembek.
Penampangannya bewarna merah hitam dengan gambaran limpa jelas. Berat limpa
seratus sepuluh gram.
Kelenjar liur perut bewarna putih kekuningan, permukaan menunjukan belah-belah dan
penanpangnya tidak menunjukan kelainan. Berat kelenjar liur perut delapan puluh lima
gram.
16

Lambung kosong. Selaput lendirnya bewarna putih dan menunjukan lipatan yang biasa,
tidak terdapat kelainan. Usus dua belas jari, usus halus, dan usus besar tidak
menunjukan kelainan.
Anak ginjal kanan berbentuk trapesium dan yang kiri berbentuk bulan sabit.gambaran
kulit dan sumsum jelas, tidak menunjukan kelainan. Berat anak ginjal kanan delapan
gram dan yang kiri sembilan gram.
Ginjal kanan dan kiri bersimpai lemak tipis. Simpai ginjal kanan dan kiri tampak rata
dan licin, bewarna coklat dan mudah dilepas. Berat ginjal kanan sembilan puluh gram
dan yang kiri seratus gram. Penampang ginjal menunjukan gambaran yang jekasm
ginajl dan saluran kemih tidak menunjuksn kelainan.
Kandung kecing berisi cairan bewarna kekuningan dan selaput lendirnya bewarna putih,
tidak menunjukan kelainan.

Leher :
o Lidah, laring, trakea, esofagus, palatum molle, faring dan tonsil dikeluarkan sebagai satu
unit. Perhatikan obstruksi di saluran nafas, kelenjar gondok dan tonsil. Pada kasus
pencekikan tulang lidah harus dibersihkan dan diperiksa adanya patah tulang.
Hasil pemeriksaan medis pada bagian leher mayat:
Lidah bewarna kelabu, perabaan lemas, tidak terdapat bekas tergigit atau resapan darah.
Tonsil tidak membesar dan penampangannya tidak menunjukan kelainan. Kelenjar
gondok bewarna coklat merah, tidak membesar dan penampangannya tidak menunjukan
kelainan, berat dua puluh gram,
Batang tenggorok dan cabnagnya berisi sedikit darah dan busa. Selaput lendirnya
bewarna putih kemerahan, tidak menunjukan kelainan.
Kerongkongan kosong, selaput lendir bewarna putih.

Kepala :
o Kulit kepala diiris dari prosesus mastoideus kanan sampai yang kiri dengan mata pisau
menghadap keluar supaya tidak memotong rambut terlalu banyak. Kulit kepala kemudian
dikelupas ke muka dan ke belakang dan tempurung tengkorak dilepaskan dengan
menggergajinya. Pahat dimasukkan dalam bekas mata gergaji dan dengan beberapa
ketukan tempurung lepas dan dapat dipisahkan. Durameter diinsisi paralel dengan bekas
mata gergaji. Falx serebri digunting dibagian muka. Otak dipisah dengan memotong
pembuluh darah dan saraf dari muka ke belakang dan kemudian medula oblongata.
17

Tentorium serebri diinsisi di belakang tulang karang dan sekarang otak dapat diangkat.
Selaput tebal otak ditarik lepas dengan cunam. Otak kecil dipisah dan diiris horisontal,
terlihat nukleus dentatus. Medula oblongata diiris transversal, demikiaan pula otak besar
setebal 2,5 cm. Pada trauma kepala perhatikan adanya edema, kontusio, laserasi serebri.
c. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan mikroskopik
Perubahan yang tampak diakibatkan oleh dua faktor, yaitu truma mekanik dan termis.
Pada luka tembak jarak dekar dapat ditemukan:
Kompresi epitel, di sekitar luka tampak epitel yang normal dan yang mengalami
kompresi, elongasi dan menjadi pipihnya sel-sel epidermal serta elongasi dari inti sel
Distorsi dari sel epidermis di tepi luka yang dapat bercampur dengan butir-butir mesiu
Epitel mengalami nekrosis koagulatif, epitel sembab, vakuolisasi sel-sel basal
Akibat panas, jaringan kolagen menyatu dengan pewarnaan HE, akan lebih banyak
mengambil warna biru (baso philuc staining)
Tampak perdarahan yang masih baru dalam epidermis (kelainan ini pailing dominan), dan
adanya butir-butir mesiu.
Sel-sel pada dermis intinya mengewrut, vakuolisasi dan piknotik.
Butir-butir mesiu tampak sebagai benda tidak beraturn, bewarna hitam atau hitam
kecoklatan. Butir-butir mesiu terutama terdapat pada permukaan kulit, hanya sedikit yang
ada pada lapisan-lapisan kulit.

Pemeriksaan kimiawi
Pada pemeriksaan kimiawi dapat ditemukan:
Pada senjata api yang modern, unsur kimia yang dapat ditemukan ialah timah, barium,
antimon, dan merkuri.
Unsur-unsur kimia yang berasal dari laras senjata dan dari peluru sendiri dapat ditemukan
timah, antimin, nikel, tembaga, bsimuth, perak, dan thalium.

Pemeriksaan dengan sinar X


Pemeriksaan radiologik dengan sinar x ini pada umumnya untuk memudahkan dalam
mengetahui letak peluru dalam tubuh korban dab partikel-partikel yang tertinggal.

Perkiraan Waktu Kematian


18

Beberapa perubahan yang dapat digunakan untuk memperkirakan saat mati:


1. Perubahan pada mata.
Bila mata terbuka pada atmosfer yang kering, sclera di kiri-kanan kornea akan berwarna
kecoklatan dalam waktu beberapa jam berbentuk segitiga dengan dasar di tepi kornea (taches
noires sclerotiques). Kekeruhan kornea terjadi lapis demi lapis. Kekeruhan yang terdapat pada
lapisan luar masih dapat dihilangkan dengan meneteskan air. Kekeruhan yang menetap terjadi
sejak kira-kira 6 jam pasca mati.Kira-kira 10-12 jam pasca mati dalam beberapa jam saja
fundus tidak tampak jelas. Setelah kematian distorsi pupil pada penekanan bola mata. Tidak
ada hubungan diameter pupil dengan lama mati.
Perubahan pada retina dapat menunjukkan saat kematian hingga 15 jam pasca mati.
Hingga 30menit pasca mati terjadi kekeruhan macula dan mulai memucatnya discus optikus.
Kemudian hingga 1 jam pasca mati, macula lebih pucat dan tepinya tidak tajam lagi. Selama 2
jam pertama pasca mati, retina pucat dan daerah sekitar discus menjadi kuning. Warna kuning
juga tampak disekitar macula yang menjadi lebih gelap. Pada saat itu pola vascular koroid
yang tampak sebagai bercak-bercak dengan latar belakang merah dengan pola segmentasi
yang jellas, tetapi pada kira-kira 3 jam pasca mati menjadi kabur dan setelah 5 jam menjadi
homogen dan lebih pucat.
Pada kira-kira 6 jam pasca mati, batas discus kabur dan hanya pembuluh-pembuluh besar
yang megalami segmentasi yang dapat dilihat dengan latar belakang kuning-kelabu. Dalam
waktu 7-10 jam pasca mati akan mencapai tepi retina dan batas discus akan sangat kabur.
Pada 12 jam pasca mati discus hanya dapat dikenali dengan adanya konvergensi beberapa
segmen pembuluh darah yang tersisa. Pada 15 jam pasca mati tidak ditemukan lagi gambaran
pembuluh darah retina dan discus, hanya macula saja yang berwarna coklat gelap.
2. Perubahan dalam lambung. Kecepatan pengosongan lambung sangat bervariasi, sehingga tidak
dapat digunakan untuk memberikan petunjuk pasti waktu antara makan terakhir dan saat mati.
Namun keadaan lambung dan isinya dapat membantu dalam membuat keputusan, dengan
menemukan makanan tertentu, dapat menyimpulkan korban sebelum meninggal mengkonsumsi
makanan tersebut.
3. Perubahan rambut. Kecepatan tumbuh rambut rata-rata 0,4 mm/hari, panjang rambut kumis
dan jenggot dapat dipergunakan untuk memerkirakan saat kematian,apabila diketahui kapan
terakhir ia mencukur.
4. Pertumbuhan kuku. Pertumbuhan kuku sekitar 0,1 mm per hari dapat digunakan untuk
memperkirakan kematian sejak kuku terakhir kali dipotong.
19

5. Perubahan dalam cairan serebrospinal. Kadar nitrogen asam amino kurang dari 14 mg%
menunjukkan kematian belum lewat 10 jam, kadar nitrogen non-protein kurang dari 80 mg%
menunjukkan kematian belum 24 jam,kadar keratin kurang dari 5 mg% dan 10mg% masingmasing menunjukkan kematian sebelum mencapai 10 jam dan 30 jam.
6. Dalam cairan vitreus terjadi peningkatan kadar Kalium yang cukup akurat untuk
memperkirakan saat kematian antara 24 hingga 100 jam pascamati.
7. Kadar semua komponen darah berubah setelah kematian, sehingga analisersebis darah pasca
mati tidak memberikan gambaran konsentrasi zat-zat tersebut semasa hidupnya. Perubahan
tersebut diakibatkan oleh aktivitas enzim dan bakteri, serta gangguan permebealitas dari sel yang
telah mati. Selain itu gangguan fungsi tubuh selama proses kematian dapat menimbulkan
perubahan dalam darah bahkan sebelum kematian itu terjadi. Hingga saat ini belum ditemukan
perubahan dalam darah yang dapat digunakan untuk memperkirakan saat mati dengan lebih
tepat.
8. Reaksi supravital, yaitu reaksi jairngan tubuh sesaat pasca mati klinis yang masih sama seperti
reaksi jaringan tubuh pada seseorang yang hidup. Beberapa uji dapat dilakukan terhadap mayat
yang masih segar, misalnya rangsang listrik masih dapat menimbulkan kontraksi otot mayat
hingga 90-120 menit pasca mati dan mengakibatkan sekresi kelenjar keringat sampai 60-90
menit pasca mati, sedangkan trauma masih dapat menimbulkan perdarahan bawah kulit sampai 1
jam pasca mati.
LUKA AKIBAT TEMBAKAN SENJATA API
Senjata api adalah suatu senjata yang menggunakan tenaga hasil perledakan mesiu, dapat
melontarkan proyektil (anak peluru) yang berkecepatan tinggi melalui larasnya.
Akibat yang ditimbulkan oleh anak peluru pada sasaran tergantung pada berbagai faktor :
Besar dan bentuk anak peluru
Balistik (kecepatan, energi klinik, stabilitas anak peluru).
kerapuhan anak peluru
Kepadatan jaringan sasaran
Vulnerebilitas jaringan sasaran.
Tembakan yang mengenai tubuh akan menimbulkan luka tembak yang gambarannya tidak hanya
terjadi sebagai akibat terjangan anak peluru pada sasaran, tetapi juga oleh produk ikutan yang
terjadi saat tembakan dilepaskan yaitu partikel logam akibat gesekan anak peluru dengan laras,
butir mesiu yang tidak sempurna terbakar, asap serta panas akibat ledakan mesiu dan pada luka
20

tembak yang terjadi akibat tembak tempel, kerusakan jaringan akibat moncong laras yang juga
menekan sasaran. Tergantung pada komponen produk ikutan mana yang masih dapat mencapai
sasaran.
Luka tembak masuk dibedakan menjadi luka tembak masuk jarak jauh, luka tembak masuk jarak
dekat, luka tembak masuk jarak sangat dekat dan luka tembak tempel.
Luka tembak masuk jarak jauh hanya dibentuk oleh komponen anak peluru, sedangkan luka
tembak masuk jarak dekat dibentuk oleh komponen anak peluru dan butir-butir mesiu yang
tidak habis terbakar. Luka tembak masuk jarak sangat dekat dibentuk oleh komponen anak
peluru, butir mesiu, jelaga, dan panas/ api.
Luka tembak masuk jarak dekat
Gambaran luka ditimbulkan oleh kekerasan anak peluru dan butir-butir mesiu yang tidak
habis terbakar, sehingga disamping lubang luka dan kelim lecet, ditemukan pula kelim tatoo
yang merupakan bintik-bintik berwarna hitam di sekitar lubang luka.
Luka tembak masuk jarak sangat dekat
Gambaran luka ditimbulkan oleh kekerasan anak peluru, sisa mesiu yang tidak habis
terbakar, asap serta udara panas yang keluar pada suatu penembakan. Akan tampak lubang
luka yang dikelilingi oleh kelim lecet, kelim tatoo, kelim jelaga dan kelim api.
Luka tembak masuk tempel atau kontak dibentuk oleh seluruh komponen tersebut diatas
(yang akan masuk ke dalam saluran luka) dan jejas laras. Saluran luka akan berwarna hitam
dan jejas laras akan tampak mengelilingi luka tembak masuk sebagai luka lecet jenis tekan
yang terjadi sebagai akibat tekanan berbalik dari udara hasil ledakan mesiu.
Apabila setelah mengenai sasaran, anak peluru masih memiliki tenaga untuk meneruskan
lintasannya dan menembus ke luar tubuh maka akan terjadi luka tembak luar.
Anak peluru yang menembus kulit akan menyebabkan terjadinya lubang dikelilingi bagian yang
kehilangan kulit ari berupa kelim lecet. Selain itu zat yang melekat pada anak peluru seperti
minyak pelumas, jelaga dan elemen mesiu (Pb, Sb, Ba) akan terusap pada tepi lubang sehingga
terbentuk kelim kesat yang terdapat tepat di tepi lubang (pada luka tembak masuk jarak jauh).
Butir-butir mesiu yang tidak habis terbakar akan tertanam pada kulit disekitar kelim lecet,
membentuk kelim tatoo (pada luka tembak masuk jarak dekat), dan jelaga/asap yang keluar dari
ujung laras senjata akan membentuk kelim jelaga, sedangkan api yang ikut keluar akan
membentuk kelim api (berupa hiperemis atau jaringan yang terbakar pada luka tembak masuk
jarak sangat dekat).
21

Ujung laras yang menempel pada kulit saat senjata api ditembakkan akan membentuk luka lecet
tekan yang mengelilingi kelim lecet dengan sekitar bayang menonjol dikenal sebagai jejak laras.
Bila seluruh lingkaran laras senjata menempel tegak lurus pada kulit, maka butir mesiu, jelaga,
api, semuanya langsung masuk ke dalam saluran luka. Tekanan balik gas panas yang ikut masuk
ke dalam saluran dapat mengakibatkan peregangan kulit yang sangat besar dan memberikan
gambaran luka seperti bintang. Bila tidak seluruh lingkaran laras senjata menempel pada
permukaan kulit maka akan terbentuk gambaran luka tembak masuk yang merupakan kombinasi
luka tembak masuk tempel dan luka tembak masuk jarak sangat dekat.
Gambaran luka tembak masuk jarak jauh dapat juga ditemukan pada korban yang tertembak
pada jarak yang dekat/ sangat dekat, apabila di atas permukaan kulit terdapat penghalang
(pakaiaan tebal, helm, dll) sehingga butir mesiu yang tidak habis terbakar, jelaga dan api tertahan
oleh penghalang tersebut.
Jarak penembakan yang tepat hanya dapat diperkirakan dengan membandingkan luka tembak
masuk yang ditemukan dengan luka tembak masuk yang diperoleh dari uji coba tembakan yang
menggunakan senjata dan peluru yang sejenis.
Pada umumnya mesiu mengandung unsur Sb, Ba, nitrat. Penentuan kuantitatif terhadap Sb pada
luka tembak masuk mungkin dapat memberikan perkiraan kasar terhadap jarak tembak.
Pada tempat anak peluru meninggalkan tubuh korban akan ditemukan luka tembak keluar. Luka
tembak keluar umumnya lebih besar dari luka tembak masuk akibat terjadinya deformitas anak
peluru, bergoyangnya anak peluru dan terikutnya jaringan tulang yang pecah keluar dari luka
tembak keluar. Pada anak peluru yang menmbus tulang pipih, seperti tulang atap tengkorak akan
terbentuk corong yang membuka searah dengan gerak anak peluru.
Luka tembak keluar mungkin lebih kecil dari luka tembak masuk bila terjadi pada luka tembak
tempel/ kontak, atau pada anak peluru yang telah kehabisan tenaga pada saat akan keluar
meninggalkan tubuh. Bentuk luka tembak keluar tidak khas dan sering tidak beraturan.
Di sekitar luka tembak keluar mungkin pula dijumpai daerah lecet bila pada tempat keluar
tersebut terdapat benda yang keras (ikat pinggang) atau korban sedang bersandar di dinding.
Senjata api dengan anak peluru berkecepatan tinggi (>800 m/s) seperti pada senapan berburu,
senapan militer, dan senapan mesin memberikan luika tembak masuk dengan daya rusak hebat
terutama jarak dekat.
Bagian Ilmu Kedokteran Forensik
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
22

Jl. Salemba Raya 6 Telp 3106197, FAX 3154626 Jakarta 10430


PROJUSTITIA

Jakarta, 3 Januari 2012


Visum Et Repertum
Nomor : 3456-SK.III/2345/2-95

Yang bertanda tangan di bawah ini, Soenardi, dokter ahli kedokteran forensik pada Bagian
Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Kedokteran Indonesia Jakarta,
menerangkan bahwa atas permintaan tertulis dari kepolisian resort Polisi Jakarta Selatan No.
Pol.: B/789/VR/XII/95/Serse tertanggal 2 Januari 2012, maka pada tanggal tiga Januari tahun
dua ribu dua belas, pukul sepuluh Waktu Indonesia bagian Barat, bertempat di ruang jenazah
Bagian Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia telah melakukan pemeriksaan atas
jenazah yang menurut surat permintaan tersebut adalah:
Nama

: Amir

Jenis Kelamin : Laki-laki


Umur

: 35 tahun

Kebangsaan

: Indonesia

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Pegawai Swasta

Alamat

: Kebon Jeruk

Mayat telah diidentifikasi dengan sehelai label pihak kepolisian pada jempol kaki kanan
mayat, bewarna putih, bahan dari karton.
Hasil Pemeriksaan
I. Pemeriksaan Luar
1. Mayat terbungkus dengan bahan parasut bewarna kuning polos dengan kondisi bungkus
mayat tidak terdapat bercak atau pengotoran.
2. Mayat berpakaian sebgai berikut:

Kemeja lengan pendek kotak-kotak putih-biru, merek Alisan ukuran M dengan satu
saku pada bagian dada kiri, yang kosong. Kemeja berlumuran darah pada bagian dada
sebelah kiri. Pada daerah dada sebelah kiri, tiga puluh sentimeter di bawah jahitan
23

bahu dan tujuh sentimeter dari garis pertengahan terdapat robekan berbentuk lingkaran
dengan diameter tiga sentimeter.

Celama panjang bewarna hitam, tidak bermerek dengan dua buah saku pada bagian
belakang dan depan pada sisi kanan dan kiri. Pada saku depan sisi kanan terdapat
saputangan bewarna biru garis-garis putih.

Celana dalam dari kaus warna coklat dengan karet bewarna putih pada pinggang
dengan tulisan Rider bewarna hitam.

3. Pada jari manis tangan kanan terdapat cincin dari logam bewarna kuning.
4. Kaku mayat terdapat pada seluruh tubuh, sukar dilawan. Lebam mayat terdapat pada
bagian punggung bewarna merah dan belum menetap. Tidak terdapat Cadaveric spasm
(instantaneuous rigor) pada kedua tangan yang menyatakan bahawa korban sebelum
kematiannya tidak memegang benda apapun termasuk celurit.
5. Mayat adalah seorang laki-laki, bangsa Indonesia umur kurang lebih tiga puluh lima tahun,
kulit bewarna sawo matang, gizi sedang, panjang badan seratus tujuh puluh sentimeter dan
berat badan enam puluh kilogram dan zakar disunat.
6. Pada bagian punggung atas sebelah kanan terdapat tato bergambar naga.
7. Rambut kepala bewarna hitam, tumbuh lebat lurus, panjang dua belas sentimeter. Pada
bagian belakang kepala terdapat bercak darah pada sepertiga rambut bagian kiri atas.
Sepertiga rambut bagaian kiri terbakar. Alis bewarna hitam, tumbuh lebar. Bulu mata
bewarna hitam, tumbuh lurus, panjang enam milimeter. Kumis bewarna hitam, tumbuh
lebat dengan panjang sepuluh sentimeter. Jenggot bewarna hitam, tumbuh lebat dengan
pajang lima belas sentimeter. Ditemukan adanya kelim lecet dekat lubang masuknya
peluru, kelim tatoo, dan kelim jelaga pada kepala bagian belakang bagian kiri atas tiga
sentimeter dari ubun-ubun, delapan sentimeter dari telinga kiri.
8. Kedua mata tertutup. Selaput bening mata jernih, kedua bola mata bundar dengan garis
tengah empat milimeter. Warna bola mata coklat. Selaput bola mata dan selaput kelopak
mata kiri dan kanan bewarna putih, tidak tampak perdarahan maupun pelebaran pembuluh
darah.
9. Hidung berbentuk biasa. Bentuk kedua daun telinga biasa dan tidak terdapat kelainan serta
keluarnya cairan dari lubang telinga dan hidung.
10. Mulut tampak menutup. Bibir tebal. Gigi geligi lengkap.
11. Bagian leher tidak terdapat memar, pelebaran pembuluh darah, dan bekas pencekikan.
24

12. Alat kelamin berbentuk biasa tidak menunjukan adanya kelainan. Lubang dubur tidak
terdapat kelainan.
13. Pada tubuh terdapat luka-luka sebagai berikut:
Pada daerah dada sebelah kiri atas,dua puluh lima sentimeter dari bahu, lima
sentimeter di kiri garis pertengahan badan depan dan seratus dua puluh sentimeter lima
dari tumit, terdapat kelim lecet pada daerah dekat lubang masuknya peluru, kelim
tatoo di sekitar lubang, dan kelim jelaga. Diameter luka tiga sentimeter.
d. Pemeriksaan Dalam
Pada jaringan lemak bawah kulit daerah dada dan perut bewarna kuning kecoklatan,
tebal di daerah dada lima milimeter sedangkan di daerah perut sepuluh sentimeter. Otototot bewarna coklat dan cukup tebal
Sekat rongga badan sebelah kanan setinggi sela iga keempat dan yang kiri setinggi sela
iga kelima.
Pada iga kelima kiri, limasentimeter dari garis tengah terdapat kelim jelaga dan luka
tembus peluru. Iga lain serta tulang dada tidak menunjukan kelainan.
Jaringan di bawah kulit daerah leher dan otot leher tidak menunjukan kelainan.
Kandung jantung tampak tiga jari di antara kedua tepi paru. Pada kandung jantung
sebelah kiri depan terdapat luka tembus sepanjang tiga sentimeter. Dalam kandung
jantung terdapat darah sebanyak dua ratus sentimeter kubik.
Selaput luar jantung licin.
Pada dinding depan bilik jantung kiri, satu sentimeter sebelah kiri sekat jantung terdapat
luka menembus sepanjang dua sentimeter, dan peluru sepanjang satu sentimeter dengan
diameter sembilan milimeter. Katup jantung tidak menunjukan kelainan. Lingkaran
katup serambi bilik kanan sebelas sentimeter sedangkan yang kiri sepuluh sentimeter.
Lingkaran katup nadi paru sepanjang enam setengah sentimeter fan katup batang nadi
sepanjang enam sentimeter. Tebal otot bilik jantung kanan empat milimeter dan yang
kiri dua belas milimeter. Otot puting cukup tebal. Pembuluh nadi jantung tidak
tersumbat dan dindingnya tidak menebal. Sekat jantung tidak menunjukan kelainan.
Berat jantung tigaratus gram.

25

Rongga dada sebelah kiri terdapat darah dan bekuan darah sebanyak emapat ratus dua
puluh lima sentimeter kubik. Paru kanan cukup mengembang dan paru kiri tampak agak
menguncup.
Paru kanan terdiri dari tiga baga, bewarna kelabu kemerahan dan perabaan seperti karet
busa. Penampangnya tampak agak pucat. Paru kiri terdiri dari su baga, bewarna kelabu
kemerahan dan perabaan agak kenyal, kurang mengandung udara. Paru kiri tampak
agak menguncup.
Dinding rongga perut tampak licin, bewarna kelabu mengkilat. Dalam rongga perut
tidak terdapat darah maupun cairan. Tirai usus tampak menutupi sebagian besar usus.
Hati beawrna coklat, permukaan rata, tepinya tajam dan perabaan kenyal padat.
Penampang hati bewarna merah coklat dan gambaran hati tampak jelas. Berat hati
seribu dua ratus gran,
Kandung empedu berisi cairan yang bewarna hijau seperti beludru. Saluran mepedu
tidak menunjukan penyumbatan.
Limpa bewarna ungu kelabu, permukaannya keriput dan perabaan lembek.
Penampangannya bewarna merah hitam dengan gambaran limpa jelas. Berat limpa
seratus sepuluh gram.
Kelenjar liur perut bewarna putih kekuningan, permukaan menunjukan belah-belah dan
penanpangnya tidak menunjukan kelainan. Berat kelenjar liur perut delapan puluh lima
gram.
Lambung kosong. Selaput lendirnya bewarna putih dan menunjukan lipatan yang biasa,
tidak terdapat kelainan. Usus dua belas jari, usus halus, dan usus besar tidak
menunjukan kelainan.
Anak ginjal kanan berbentuk trapesium dan yang kiri berbentuk bulan sabit.gambaran
kulit dan sumsum jelas, tidak menunjukan kelainan. Berat anak ginjal kanan delapan
gram dan yang kiri sembilan gram.
Ginjal kanan dan kiri bersimpai lemak tipis. Simpai ginjal kanan dan kiri tampak rata
dan licin, bewarna coklat dan mudah dilepas. Berat ginjal kanan sembilan puluh gram
dan yang kiri seratus gram. Penampang ginjal menunjukan gambaran yang jekasm
ginajl dan saluran kemih tidak menunjuksn kelainan.
Kandung kecing berisi cairan bewarna kekuningan dan selaput lendirnya bewarna putih,
tidak menunjukan kelainan.
26

Lidah bewarna kelabu, perabaan lemas, tidak terdapat bekas tergigit atau resapan darah.
Tonsil tidak membesar dan penampangannya tidak menunjukan kelainan. Kelenjar
gondok bewarna coklat merah, tidak membesar dan penampangannya tidak menunjukan
kelainan, berat dua puluh gram,
Batang tenggorok dan cabangnya berisi sedikit darah dan busa. Selaput lendirnya
bewarna putih kemerahan, tidak menunjukan kelainan.
Kerongkongan kosong, selaput lendir bewarna putih.
e. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan mikroskopik
Kompresi epitel, di sekitar luka tampak epitel yang normal dan yang mengalami
kompresi, elongasi dan menjadi pipihnya sel-sel epidermal serta elongasi dari inti sel
Distorsi dari sel epidermis di tepi luka yang dapat bercampur dengan butir-butir mesiu
Epitel mengalami nekrosis koagulatif, epitel sembab, vakuolisasi sel-sel basal
Akibat panas, jaringan kolagen menyatu dengan pewarnaan HE, akan lebih banyak
mengambil warna biru (baso philuc staining)
Tampak perdarahan yang masih baru dalam epidermis (kelainan ini pailing dominan), dan
adanya butir-butir mesiu.
Sel-sel pada dermis intinya mengewrut, vakuolisasi dan piknotik.
Butir-butir mesiu tampak sebagai benda tidak beraturn, bewarna hitam atau hitam
kecoklatan. Butir-butir mesiu terutama terdapat pada permukaan kulit, hanya sedikit yang
ada pada lapisan-lapisan kulit.

Pemeriksaan kimiawi
Pada pemeriksaan kimiawi dapat ditemukan:
Pada senjata api yang modern, unsur kimia yang dapat ditemukan ialah timah, barium,
antimon, dan merkuri.
Unsur-unsur kimia yang berasal dari laras senjata dan dari peluru sendiri dapat ditemukan
timah, antimin, nikel, tembaga, bsimuth, perak, dan thalium.

Pemeriksaan dengan sinar X


Pemeriksaan radiologik dengan sinar x ini pada umumnya untuk memudahkan dalam
mengetahui letak peluru dalam tubuh korban dab partikel-partikel yang tertinggal.
27

Interprestasi Temuan
Pada hasil pemeriksaan medis, ditemukan kelim lecet, kelim tatoo, dan kelim jelaga pada bagian
dada kiri dari arah depan yang menembus sampai ke jantung. Selain itu ditemukan kelim tatoo,
kelim jelaga, dan sepertiga rambut kiri atas yang terbakar yang menunjukan bahwa arah
tembakan berasal dari belakang. Dari hasil temuan ini, penembanakan dilakukan jarak dekat dari
depan ke arah dada korban dan dari belakang ke arah kepala korban.
Pada pemeriksaan tanda-tanda kematian ditemukan lebam myat yang belum menetap dan kaku
pada mayat. Akan tetapi tidak ditemukan adanya Cadaveric spasm (instantaneuous rigor) pada
kedua tangannya. Hal ini menyatakan bahwa sebelum korban meninggal ternyata ia tidak
membawa apapun di tangannya termasuk celurit yang digunakan untuk melawan petugas.
Berdasarkan hasil temuan tanda-tada kematian pada mayat, maka diperkirkan pria ini meningga
2-3 jam sebelum dibawa ke rumah sakit.

Kesimpulan Sebab Kematian


Pada mayat laki-laki dewasa yang berumur sekitar 35 tahun ini didapatkan dua luka tembak
masuk. Satu pada bagian dada kiri yang mengenai jantung sehingga terdari perdarahan pada
jantung kiri dan yang satu langi pada bagian kepala yang mengenai jaringan otak. Juga
ditemukan dua buah anak peluru yang masih utuh pada tiap bagian luka tembak, yakni di otak
dan jantung.
Sebab matinya laki-laki ini karena tembakan sejata api yang masuk ke otak sehingga terjadi
perdarahan di otak.
Berdasarkan sifat luka tembakan tersebut merupakan luka tembak jarak dekat (maksimal 1
meter), dengan garis tengah anak peluru sembilan milimeter sesuai dengan sejata kaliber 0,38
dengan alur ke kanan.
Berdasarkan tanda-tanda kematiannya, kemungkinan laki-laki ini sudah meninggal 2-3 jam
sebelum dibawa ke rumah sakit.

Daftar Pustaka
1. Idries AM. Pedoman ilmu kedokteran forensik. Edisi ke 1. Jakarta: Binarupa Aksara;
1997.h.15-6, 131-53.
28

29

Anda mungkin juga menyukai