Anda di halaman 1dari 11

TAKE HOME EXAM

“Hukum Pembuktian Dalam Pelayanan Kesehatan”

DOSEN PENGAMPU :
Petrus Soerjowinoto, SH., M.Hum.

NAMA MAHASISWA NPM


DINI APRILIANI 18.C2.0059

ANGKATAN XXX

MAGISTER HUKUM KESEHATAN

FAKULTAS HUKUM DAN KOMUNIKASI

UNIVESITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

SEMARANG

2019
1. Barang bukti medik yang berasal dari tubuh korban akan lebih
banyak memberikan informasi seputar proses terjadinya
kejahatan. Jelaskan barang bukti medik apa sajakah yang
dapat memberi informasi seputar proses terjadinya kejahatan
dan berikan contohnya!

Jawab :

Pasal 310 ayat (1) KUHP menyebutkan bahwa barang bukti


yang merupakan penunjang alat bukti mempunyai kedudukan yang
sangat penting dalam suatu perkara pidana. Tetapi kehadiran suatu
barang bukti tidak mutlak dalam suatu perkara pidana, karena ada
beberapa tindak pidana yang dalam proses pembuktiannya tidak
memerlukan barang bukti, seperti tindak pidana penghinaan secara
lisan
Barang bukti medik yang berasal dari tubuh korban akan dapat lebih
nmyak memberi informasi seputar proses terjadinya kejahatan :

a. Darah

b. Liur

c. Sperma

d. Rambut dengan akar rambut

e. Gigi

f. Tulang

g. Kulit

h. Otot

i. Semua yang berkenaan dengan tubuh manusia

(untuk darah segar disimpan dalam tabung darah dengan


menambah larutan EDTA10% jangan menggunakan formalin.
Untuk darah sperma dan liur disimpan dalam kasa kering dan
diangin-anginkan sampai kering lalu disimpan dalam amplop
bukan kantong plastic, dan rambut dengan akarnya, gigi, tulang,
kulit, otot disimpan dalam amplop).

2. Dokter dalam kapasitasnya sebagai ahli dapat berlaku sebagai ahli.


Jelaskan termasuk alat bukti apa fungsi keterangan dokter pada
visum et repertum di sidang pengadilan berdasarkan Pasal 184
KUHP.

Jawab :

Alat-alat pembuktian didalam pidana sudah diatur dalam pasal


184 ayat 1 Undang-undang Hukum Acara Pidana (UU No. 8 Tahun
1981) yang menyebutkan adanya beberapa alat-alat bukti yang sah,
antara lain:

a. Keterangan saksi;

b. Keterangan ahli;

c. Surat;

d. Petunjuk;

e. Keterangan terdakwa.

Pasal 1 butir 28 KUHAP menyatakan “keterangan ahli adalah


keterangan yang diberikan oleh seorang yang memiliki keahlian khusus
tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana
guna kepentingan pemeriksaan. Jadi dapat dikatakan dalam kasus
tersebut keterangan dokter pada visum et repertum di sidang
pengadilan sebagai keterangan ahli .

Dari segi yuridis, setiap dokter adalah ahli, baik dokter itu ahli
ilmu kedokteran kehakiman ataupun bukan, Oleh sebab itu setiap
dokter dapat dimintai bantuannya untuk membantu membuat
terang perkara pidana oleh pihak yang berwenang. Akan tetapi
supaya dapat diperoleh suatu bantuan yang maksimal, permintaan
bantuan itu perlu diajukan pada dokter yang memiliki keahlian yang
sesuai dengan objek yang akan diperiksa, misalnya :

1. Untuk objek korban mati, sebaiknya diminta kepada ahli ilmu


kedokteran kehakiman.

2. Untuk objek korban hidup yang menderita luka-luka sebaiknya


dimintakan kepada dokter ahli bedah.

3. Untuk objek korban hidup akibat tindakan pidana seksual


sebaiknya dimintakan kepada dokter ahli kandungan.

4. Untuk objek yang berkatan dengan gigi (untuk kepentingan


identifikasi) sebaiknya dimintakan bantuan kepada dokter gigi.

5. Untuk objek terdakwa yang menderita/diduga menderita


penyakit jiwa sebaiknya dimintakan kepada dokter ahli jiwa.

Dokter pemeriksa sebagai saksi ahli dapat terkait visum et


repertum yang dibuat ataupun di luar VeR berupa pertanyaan
hipotetik hakim. Dokter diminta hadir di pengadilan, oleh karena dua
versi. Versi pertama sebagai saksi A charge. Saksi ini dihadirkan ke
persidangan oleh Jaksa Penuntut Umum dimana keterangannya
dapat menguntungkan maupun memberatkan terdakwa. Versi
kedua dokter bertindak sebagai saksi A de Charge. Saksi ini
dihadirkan ke persidangan oleh terdakwa atau penasehat
hukumnya, dimana keterangan yang diberikannya meringankan
terdakwa atau dapat dijadikan dasar bagi nota pembelaan (pledoi)
dari terdakwa atau penasehat hukumnya. Sehingga pada tahap
pemeriksaan di pengadilan, baik jaksa penuntut maupun penasehat
hukum tersangka dapat menghadirkan saksi atau ahli dengan ijin
hakim. Seorang dokter dapat pula dipanggil untuk didengar dan
diperiksa sebagai saksi, bila dinilai penyidik terkait langsung
dengan kasus.

Berdasarkan Ethical Guidelines for Doctors Acting as Medical


Witnesses, terdapat dua jenis saksi medis, sehingga ketika dokter
dipanggil untuk menjadi saksi medis, penting untuk membedakan
konteks bukti yang akan disertakan, apakah sebagai saksi fakta
(dokter yang merawat) atau saksi pendapat (ahli independen ).

Kewajiban dokter untuk membuat keterangan ahli telah diatur dalam


pasal 133 KUHAP. Keterangan ahli ini akan dijadikan sebagai alat bukti
yang sah di depan sidang pengadilan (Pasal 184 KUHAP) dan dapat
diberikan secara lisan di depan sidang pengadilan (Pasal 186 KUHAP).
Dan pada Pasal 179 ayat (1) KUHAP menyatakan: "Setiap orang
yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau
dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi
keadilan". Penjelasan pasal 133 ayat (2) menyatakan: “Keterangan
ahli yang diberikan oleh ahli kedokteran kehakiman disebut
keterangan ahli, sedangkan keterangan yang diberikan dokter
bukan ahli kedokteran kehakiman disebut keterangan”

3. Guna membantu penegak hukum untuk mengidentifikasi


kebenaran materiil dalam perkara pidana dibutuhkan bantuan ilmu
kedokteran forensik, khususnya di dalam pembuktian. Jelaskan
mengapa ilmu kedokteran forensik dibutuhkan oleh penegak
hukum dan berikan contoh!

Jawab :

Pasal 133 KUHAP merumuskan tentang keterangan ahli


kedokteran yang berperan dalam membantu penyidikan atas suatu
peristiwa yang diduga merupakan tindak pidana yang berakibat korban
luka, keracunan ataupun mati, yaitu ;

(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani


seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga
karena peristiwa keterangan ahli kepada ahli kedokteran
kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.

(2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)


dilakukan secra tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan
tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau
pemeriksaan bedah mayat.

(3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter
pada rumah sakit harus diperlikan secra baik dengan penuh
penghormatan terhadap mayat tersebut dan diberi label yang
memuat 53 identitas mayat, dilakukan dengan diberi cap jabatan
yang dilakukan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat .

Keterangan dari seorang ahli dapat disampaikan melalui dua cara


yaitu sebagai berikut :

1. Secara langsung / lisan

Dalam hal ini ahli dipanggil menghadap penyidik untuk memberi


keterangan “langsung” di hadapan pemeriksaan penyidik, sesuai
dengan keahlian khusus yang dimilikinya.

2. Secara tertulis

Hasil pemeriksaan ataupun pendapat dari seorang ahli tersebut


dituangkan dalam bentuk laporan tertulis. Hal ini diatur dalam
penjelasan Pasal 186 KUHAP yang merumuskan : “Keterangan
ahli ini dapat juga diberikan pada waktu pemeriksaan oleh
penyidik atau penuntut umum yang dituangkan dalam bentuk
laporan dan dibuat dengan mengingat sumpah di waktu ia
menerima jabatan atau pekerjaan. Keterangan ahli yang diminta
secara resmi dan disampaikan dalam bentuk tertulis mempunyai
nilai kekuatan pembuktian sebagai alat bukti surat.”

Tugas dokter sehari – hari dalam rangka membantu aparat


penegak hukum pekerjaan terbanyak yang harus dilakukan adalah
memeriksa dan bila perlu merawat orang yang telah mengalami
kekerasan, disamping memeriksa mayat dan melakukan otopsi. Pasal
yang mengatur tentang 55 kewajiban dokter untuk member
keterangan kepada yang berwajib adalah Pasal 179 KUHAP yang
merumuskan :

(1) Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran


kehakiman atau dokter atau ahli lainnya wajib memberikan
keterangan ahli demi keadilan.

(2) Semua ketentuan tersebut diatas untuk saksi berlaku juga bagi
mereka yang memberikan keterangan ahli, derngan ketentuan
bahwa mereka mengucapkan sumpah atau janji akan
memberikan keterangan yang sebaik – baiknya dan yang
sebenarnya menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya.

Peran ahli forensik dalam proses peradilan yaitu pemeriksaan


di tempat kejadian perkara. Hal tersebut biasanya terjadi pada
kasus besar. Seorang ahli forensik hanya datang ke tempat
kejadian perkara atas permintaan pihak yang berwajib. Misalnya
terdapat kasus pesawat jatuh, dimana tidak ada korban selamat.
Sebagian besar tubuh dari korban pesawat jatuh hancur, sehingga
perlu dilakukan identifikasi korban.
4. Jika dokter diminta melakukan otopsi atas jenazah dalam tindak
pidana pembunuhan bayi (kindermoord). Apa yang harus
diperhatikan oleh dokter dalam mengungkapkan bukti-bukti medik
yang relevan bahwa

a. Kematian bayi tersebut ternyata tindak pidana atau

b. Kematian bayi tersebut bukan tidak pidana

c. Berikan contohnya masing-masing

Jawab :

Menghilangkan nyawa berarti menghilangkan kehidupan


pada manusia yang secara umum disebut “pembunuhan”.
Pembunuhan dalam sejarah kehidupan manusia telah terjadi sejak
dahulukala dan pengaturannya atau hukumnya pun telah ditentukan
Tindak pidana pembunuhan bayi oleh ibu kandungnya diatur dalam
Pasal 341 KUHP yang rumusannya adalah :

“seorang ibu yang, karena takut akan ketahuan melahirkan anak,


pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan
sengaja merampas nyawa anaknya, diancam, karena membunuh
anak sendiri, dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun”.

Pasal ini mengancam hukuman penjara selama – lamanya 7


tahun. Yang terkena pasal ini adalah seorang ibu, baik kawin
maupun tidak, yang dengan sengaja (tidak direncanakan lebih dulu)
membunuh anaknya pada waktu dilahirkan atau tidak beberapa
lama sesudah dilahirkan, karena takut ketahuan, bahwa ia sudah
melahirkan anak. Kejahatan ini dinamakan “membunuh biasa anak”
atau “maker mati anak (kinderdoodslag)”.

Pasal 342 KUHP memuat perbuatan yang wujudnya sama


dengan yang dimuat dalam pasal 341 dengan perbedaan bahwa
dalam pasal 342 perbuatannya dilakukan untuk menjalankan
kehendak yang ditentukan sebelum anak dilahirkan. Tindak pidana
ini dinamakan pembunuhan anak berencana (kindermord) dan
diancam dengan maksimum hukuman Sembilan tahun penjara.

Perlu dicatat bahwa tidak diperlukan, apakah si ibu


mempunyai suami atau tidak. Cukup apabila si ibu ada alasan untuk
merahasiakan kelahiran si anak. Demikian juga, tidak diperlukan
terhadap siapa kelahiran ini harus dirahasiakan.

Unsur - Unsur Tindak Pidana Pembunuhan Bayi Oleh Ibunya

Pada tindak pidana pembunuhan sebagaimana diatur dalam


Pasal 341, memuat unsur-unsur sebagai berikut:

1. Seorang ibu;

2. Dengan sengaja;

3. Menghilangkan jiwa anaknya pada ketika dilahirkan atau tidak


berapa lama sesudah dilahirkan, karena takut ketahuan bahwa
ia sudah melahirkan anak.

Unsur - unsur terpenting dalam pembunuhan anak adalah :

1. Pembunuhan anak itu harus dilakukan oleh ibunya sendiri.


Apakah si ibu itu mempunyai suami atau tidak, hal ini tidak
menjadi soal.

2. Pembunuhan anak ini harus terdorong oleh rasa ketakutan


akan diketahui melahirkan anak itu.

Biasanya anak yang didapat itu karena hasil hubungan


kelamin yang tidak sah atau berzinah. Apabila unsur - unsur ini tidak
ada, maka perbuatan ini dikenakan sebagai pembunuhan biasa
(Pasal 338 KUHP). Perasaan takut itu begitu menekan dan meliputi
seluruh pikiran si ibu itu, sampai pada mengalahkan rasa cinta
sebagai ibu terhadap anaknya. Faktor inilah yang menggerakkan
pembuat undang-undang untuk menetapkan ancaman hukuman
yang lebih ringan daripada pembunuhan biasa .

5. Otopsi terhadap jenazah yang sudah dikubur (lama atanpnn baru),


atas jenazah tersebut tetap petlu untuk mengetahui:

a) Kekerasan pada jaringan lunak: mungkin masih dapat dikenali.

b) Bekas kekerasan pada tengkorak, tulang dan gigi akan


dapatdikenali meskipun sudah lama terkubur.

c) Racun-racun masih dapat ditemukan pada jaringan lunak,


tulang, knku, rambut, kafan, peti dan tanah .
Dikaitkan dengan kasusnya Yessica Kumalawangsa, bagaimana
menurut pendapat anda untuk kepentingan penegakan hukum?
Perlukah dilakukan otopsi terbadap korban? Jelaskan bagaimana
tanggapan anda jika anda sebagai seorang ahli forensik !
Otopsi adalah prosedur medis yang dilakukan untuk melakukan
pemeriksaan menyeluruh pada tubuh orang yang telah meninggal.
Prosedur ini biasanya dilakukan untuk mengetahui penyebab dan
cara orang tersebut meninggal. Umumnya otopsi dilakukan jika
kematian seseorang dianggap tidak wajar.
Prosedur otopsi atau bedah mayat dapat dilakukan menyeluruh
ke seluruh tubuh atau hanya terbatas pada satu organ atau satu
daerah tubuh tertentu saja. Pada beberapa kasus, otopsi dapat
dilakukan tanpa harus meminta izin dari ahli waris korban. Di
kasus lainnya, ahli waris dan keluarga korban harus mengetahui
dan menyetujui tindakan otopsi yang akan dilakukan. Selain itu,
ada pula proses otopsi yang dapat dilakukan berdasarkan
permintaan keluarga.
Di Indonesia, bedah mayat sendiri terbagi menjadi dua
berdasarkan tujuan besarnya. Pertama, bedah mayat klinis yang
merupakan otopsi yang dilakukan untuk mengetahui penyakit atau
penyebab kematian dan untuk mengevaluasi hasil usaha
pemulihan kesehatan. Kedua, bedah mayat anatomis yang
merupakan otopsi yang dilakukan untuk kepentingan pendidikan
ilmu kedokteran.
Tujuan dilakukannya autopsi klinis adalah untuk:
a. Menentukan sebab kematian yang pasti.

b. Menentukan apakah diagnosis klinik yang dibuat selama


perawatan sesuai dengan diagnosis postmortem,
c. Mengetahui korelasi proses penyakit yang ditemukan dengan
diagnosis klinis dan gejala-gejala klinik.
d. Menentukan efektifitas pengobatan.
e. Mempelaiari perjalanan lazim suatu proses penyakit.
f. Pendidikan para mahasiswa kedokteran dan para dokter.

Pada kasus : Mirna tidak diotopsi

Menurut pendapat saya dalam kasus tersebut tidak perlu lagi


dilakukan otopsi karena ahli forensik telah menemukan zat korosif
yang ada dalam lambung. Selain itu keluarga korban tidak
mengizinkan dilakukan otopsi. Dan disamping itu ahli patologi
forensik mengatakan bahwa otopsi ulang pada mirna tak efektif
karena jasadnya sudah lama dikubur. Banyak faktor yang
mendukung atau mempersulit proses otopsi seperti kondisi tanah
hingga kadar sianida dalam tubuh mirna.

Anda mungkin juga menyukai