Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN STUDY KASUS

ETIKA PROFESI DAN HUKUM KESEHATAN


“PEMALSUAN REKAM MEDIS OLEH TENAGA MEDIS”

DOSEN PEMBIMBING : FILIA YUNIZA,S.ST.,M.Biomed

DISUSUN OLEH

D3 TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan Laporan Studi Kasus Pemalsuan Rekam Medis
Oleh Tenaga Medis dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada
baginda tercinta kita yaitu nabi Muhammad SAW yang kita nanti natikan syafaatnya di
akhirat nanti. dan kami ucapkan terima kasih kepada ibu Filia Yuniza,S.ST.,M.Biomed. yang
telah membimbing dan memberikan tugas ini.

Kami sangat berharap dengan adanya tugas pembuatan Laporan Studi Kasus dalam
pengambilan nilai akhir semester, akan memberikan hasil terbaik untuk kami.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk
kita semua. kami yakin dalam pembuatan tugas uas ini masih banyak kekurangan, Saran dan
kritik dari pembaca sangat kami butuhkan untuk memperbaiki makalah ini nantinya.

Bandarlampung, 16 Maret 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................................
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................................2
1.3 Tujuan...........................................................................................................................2
BAB II URAIAN KASUS.................................................................................................3
2.1 Artikel Kasus Pemalsuan Rekam Medis.......................................................................3
BAB III PEMBAHASAN.................................................................................................6
3.1 Pembahasan Kasus........................................................................................................6
3.2 Keterkaitan Kasus Dengan Pelanggaran Kode Etik......................................................7
BAB IV KESIMPULAN...................................................................................................9
4.1 Kesimpulan...................................................................................................................9
4.2 Saran.............................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................10

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tenaga medis tidak cukup sekadar ahli saat berkomunikasi dengan pasien berkenaan
menjelaskan kondisi medis pasien atau membuat suatu keputusan medis sesuai dengan
standar tetapi juga wajib untuk membuat data-data rekam medis. Rekam medis merupakan
data lengkap yang memuat segala hal tentang pasien dari masuknya pasien hingga keluarnya
pasien dari rumah sakit. Rekam medis yang dibuat oleh tenaga medis haruslah memuat
informasi yang lengkap dan dibutuhkan yang nantinya dapat menjadi riwayat kesehatan yang
jelas serta bukti dikemudian hari terjadi suatu kelalaian medis. Dalam lingkup dunia
kesehatan sebuah rekam medis sangat penting keberadaannya, tidak hanya bagi sang pasien,
tetapi penting pula untuk pihak rumah sakit sebagai arsip dan tenaga medis baik yang
menangani pasien dan tenaga medis yang menangani pasien dilain waktu (sebagai riwayat
medis). Berdasarkan Pasal 46 UU Praktek Kedokteran ditegaskan tiap tenaga medis wajib
untuk membuat rekam medis. Rekam medis merupakan dokumen berisi salinan laporan
tentang identitas, pemeriksaan, langkah medis dan pelayanan lainnya yang telah diberikan
untuk menyembuhkan pasien

Menurut Huffman, rekam medis merupakan sebuah informasi mengenai apa, siapa,
bagaimana, kenapa, dan dimana seorang pasien mendapatkan tindakan medis. Dari
pengertian diatas dapat disimpulkan rekam medis adalah dokumen memuat catatan penting
berkenaan identitas dan pelayanan apa yang didapatkan pasien selama dirawat. yang sifatnya
rahasia.

Adanya dokumen mengenai rekam medis ini sangat diperlukan dalam pelayanan kesehatan
karena substansi dari rekam medis sendiri berisikan data lengkap mengenai pasien yang
mendapatkan pelayanan kesehatan, dengan demikian, ketika nantinya ada rujukan ataupun
tuntutan dari pihak pasien maupun pihak tenaga medis, rekam medis tersebut dapat dijadikan
alat bukti di persidangan. Rekam medis yang berisikan data lengkap dan detail dari pasien
salah satunya tindakantindakan yang dilakukan tenaga medis. Isu hukumnya adalah apabila
terjadi pemalsuan rekam medis oleh tenaga medis, bagaimana pertanggungjawaban
pidananya dan apa konsekuensi yang terjadi.
Pemalsuan rekam medis yang dilakukan oleh tenaga medis sering bertujuan untuk
memperoleh untung untuk diri pribadi maupun bagi orang lain. Perbuatan pemalsuan rekam
medis ini merupakan suatu pelanggaran terhadap kebenaran yang seharusnya ada antara
tenaga medis dan pasien dengan artian pemalsuan ini telah melanggar perjanjian teraupetik
pula. Pemalsuan suatu dokumen merupakan suatu tindak pidana baik itu dilakukan atas ijin
pasien maupun tidak sehingga perlu adanya pertanggungjawaban pidana yang ditanggung
oleh pihak yang terlibat melihat dampak-dampak yang timbul akibat adanya pemalsuan
dokumen di dunia kesehatan.

Dalam PERMENKES Nomor 269/2008 tentang Medical Record (rekam medis) ditegaskan
bahwa jika terjadi suatu pemalsuan yang bertanggung-jawab adalah director dari rumah sakit
sedangkan Dalam Wetboek van Statrecht (KUHP), Pasal pemalsuan data dapat menjadi
payung hukum jika terjadi suatu pemalsuan rekam medis. Hal ini karena rekam medis adalah
suatu data/dokumen akan tetapi dalam KUHP ditegaskan bahwa seseorang yang melakukan
pemalsuanlah yang bertanggung jawab artinya dalam halnya pemalsuan rekam medis yang
bertanggungjawab seharusnya tenaga medis. Dengan memperhatikan ketentuan tersebut,
terjadi ketidakjelasan norma dalam Pasal 14 Permenkes 269/2008 dengan Pasal 267 KUHP
(norma kabur) yang akan mengakibatkan ketidakjelaskan siapa yang sebenarnya
bertanggungjawab. Dengan ditemukannya norma kabur dalam pengaturan tersebut maka
penulis akan mengkaji lebih lanjut pertanggungjawaban pidana terhadap pemalsuan rekam
medis oleh tenaga medis.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah contoh kasus dari pemalsuan rekam medis?
2. Bagaimana pertanggungjawaban yang berlaku untuk pelaku pemalsuan rekam medis?
3. Bagaimana tindakan yang benar dalam menjaga rekam medis sesuai dengan kode etik
dan profesi sebagai tenaga medis?

1.3 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengerti peraturan dalam hal pemalsuan rekam medis.
2. Mahasiswa dapat mengetahui tentang hukum rekam medis.
3. Mahasiswa dapat mengetahui tindakan yang sesuai dengan kode etik dan profesi
mengenai rekam medis.

2
BAB II
URAIAN KASUS

2.1 Artikel Kasus Pemalsuan Rekam Medis

Dugaan Pemalsuan Rekam Medis, KPK Panggil Dirut RS Medika Permata Hijau
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memanggil Direktur Utama Rumah Sakit
(RS) Medika Permata Hijau, Hafil Budianto. Ia dipanggil untuk digali
keterangannya terkait dugaan pemalsuan rekam medis Setya Novanto saat
dirawat pasca kecelakaan pada pertengahan November 2017.

"Yang bersangkutan (Hafil Budianto) dipanggil untuk FY (Fredrcih Yunadi)


dalam kasus tindak pidana dengan sengaja mencegah, merintangi, atau
menggagalkan secara langsung atau tidak langsung penyidikan perkara KTP
Elektronik dengan tersangka Setya Novanto," kata Juru Bicara KPK Febri
Diansyah, Jakarta, Senin (22/1/2018).

Tak hanya Hafil, seorang dokter di RS Medika Permata Hijau yang bernama Glen
S Dunda juga diperiksa sebagai saksi untuk Fredrich Yunadi. Ia dipanggil ke
KPK lantaran diduga mengetahui runtutan peristiwa saat Setya Novanto dirawat
di RS tempat ia praktik tersebut.

Sebelumnya, Fredrich Yunadi dan dokter Rumah Sakit Medika Permata Hijau,
Bimanesh Sutarjo telah ditetapkan sebagai tersangka kasus merintangi
penyidikan kasus korupsi e-KTP yang menjerat Setya Novanto. Keduanya diduga
memanipulasi data medis Noanto agar bisa dirawat untuk menghindari
pemeriksaan KPK pada pertengahan November 2017 lalu. Selain itu Fredrich
diduga telah mengondisikan RS Medika Permata Hijau sebelum Novanto
mengalami kecelakaan.

Atas dugaan tersebut keduanya dijerat dengan pasal 21 Undang-Undang Nomor


31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dalam Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2001 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi juncto pasal 55 ayat
(1) ke-1 KUHP.
3
Bimanesh Sutarjo, Dokter Yang Merawat Setnov Didakwa Merekayasa Rekam Medis

Bimanesh Sutarjo didakwa turut serta melakukan upaya merintangi proses penyidikan proyek
e-KTP atas tersangka Setya Novanto. Dokter berusia 63 tahun itu disebut melakukan
rekayasa rekam medis milik Setya Novanto saat menjalani perawatan medis di Rumah sakit
Medika Permata Hijau, Jakarta Barat.

"Patut diduga telah melakukan dengan sengaja merintangi pemeriksaan terhadap tersangka
atau terdakwa ataupun saksi dalam perkara korupsi yakni melakukan rekayasa agar Setya
Novanto dirawat inap di Rumah Sakit Medika Permata Hijau," ujar Jaksa Kresno Anto
Wibowo saat membacakan surat dakwaan milik Fredrich di Pengadilan Tipikor, Jakarta
Pusat, Kamis (8/3).

Hal ini bermula saat Fredrich Yunadi, selaku kuasa hukum Setya Novanto, berkonsultasi
kepada Bimanesh terkait rencana mantan Ketua DPR itu dirawat di Rumah Sakit Medika
Permata Hijau. Dokter ahli penyakit dalam itu kemudian menyanggupi permintaan kuasa
hukum yang viral atas penyataan bakpao-nya itu.
Saat itu, ujar Jaksa Kresno, Fredrich membawa catatan rekaman medis milik Novanto saat
menjalani perawatan di Rumah Sakit Premier Jatinegara, Jakarta Timur.

"Terdakwa kemudian menyanggupi untuk memenuhi permintaan Fredrich Yunadi padahal


terdakwa mengetahui Setya Novanto sedang memiliki masalah hukum di KPK terkait kasus
tindak pidana korupsi pengadaan e-KTP," ujarnya.
Malamnya, Bimanesh menghubungi Dokter Alia selaku Pelaksana tugas manajer pelayanan
medik RS Media Permata Hijau untuk segera menyediakan ruang VIP untuk rawat inap
pasiennya.

Kepada Dokter Alia, Bimanesh berpesan agar tidak melaporkan hal tersebut kepada Direktur
RS Medika Permata Hijau, Hafil Budianto Abdulgani. Namun permintaan Bimanesh
diabaikan Alia yang tetap memberitahukan pemesanan kamar VIP kepada Direktur.
"Dokter Hafil menyatakan agar tetap sesuai prosedur yang ada yaitu melalui IGD," ujarnya.
Kemudian, pada sore hari, Fredrich memerintahkan anak buahnya mengecek pesanan kamar
VIP. Selang beberapa menit kemudian, Fredrich datang ke rumah sakit menemui Dokter

4
Michael Chi Cahaya yang saat itu berada di IGD dan meminta agar dibuatkan surat pengantar
rawat inap atas nama Setya Novanto dengan diagnosa kecelakaan mobil.
Permintaan Fredrich atas surat permohonan pengantar rawat inap ditolak Dokter Michael
dengan alasan belum melakukan pemeriksaan.
"Atas penolakan tersebut terdakwa membuat surat pengantar rawat inap menggunakan form
surat pasien baru IGD, padahal dirinya bukan dokter jaga IGD. Pada surat pengantar rawat
inap itu terdakwa menuliskan diagnosa hipertensi, vertigo, dan diabetes melitus," ujarnya.

5
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pembahasan Kasus

Medical Records merupakan salah satu surat atau dokumen penting yang berisikan identitas
pasien sehingga setiap sarana dan/atau pelayanan kesehatan sangat wajib untuk membuat
rekam medis serta di dalamnya juga harus berisikan tanda tangan yang memberikan
penanganan yakni pada umumnya adalah tenaga medis. Tanda tangan ini dimaksudkan
sebagai tanda bahwa berkas tersebut merupakan suatu dokumen yang sah. Rekam medis juga
dapat menjadi salah satu dokumen atau surat yang tertulis yang bisa dipakai sebagai barang
bukti keterangan di pengadilan. Oleh karena itu, pengubahan rekam medis dapat
mengakibatkan ketidakpastian dan ketidakadilan di dalam persidangan dimana rekam medis
juga dapat menentukan apakah satu pihak bersalah atau tidak. Suatu perbuatan pemalsuan
oleh tenaga medis dapat terjadi apabila:

1. Memiliki niat/maksud pribadi mengubah dokumen rekam medis untuk keuntungan


pribadi atau tujuan jahat; dan
2. Terjadi karena desakan/permintaan dari pasien karena adanya sebuah kebenaran yang
harus ditutupi atau dilindungi.

Pembuatan rekam medis haruslah lengkap dan benar, dimana segala peristiwa yang
ditemukan pada diri pasien dan segala tindakan yang dilakukan terhadap pasien harus dicatat
dengan akurat dan langsung pada saat itu juga kemudian diberikan paraf oleh tenaga medis
untuk menjamin kebenarannya dan keasliannya. Peraturan terkait pemalsuan rekam medis
tidak secara tegas dan spesifik diatur dalam peraturan perundang-undangan hukum nasional.
Dalam Wetboek van statrecht (KUHP) mengatur tentang pemalsuan surat saja yakni Pasal
263 yang menegaskan bahwa seorang dapat dipidana jika membuat surat palsu dan/atau
memalsukan surat yang sudah ada yang menimbulkan suatu kerugian serta dapat pidana
penjara maksimal 6 (enam) tahun.

Dalam kasus dari artikel tersebut dikatakan bahwa dokter bekerja sama dengan pejabat untuk
memalsukan hasil pemeriksaan seorang terdakwa pidana korupsi saat terdakwa tersebut akan
melakukan pemeriksaan lanjutan mengenai kasus korupsi. Rekam medis tersebut di tulis
dengan tidak menggambarkan keadaan pasien sebenarnya. Di kasus tersebut rekam medis di
tulis bahwa pasien harus di rawat inap karena mengidap hipertensi berat, vertigo, diabetes

6
mellitus. Pemalsuan rekam medis tersebut di buat untuk menghindari pemeriksaan KPK
terkait dengan kasus korupsi pasien.

Pemalsuan dokumen yang berkenaan dengan ini dapat kita temukan ketentuannya dalam
KUHP Pasal 263 ayat (1) menegaskan seorang juga dapat ikut dikatakan melakukan tindakan
pemalsuan jikalau meminta pihak lain menggunakanan surat seperti isinya benar dan tidak
dipalsukan12, dapat diartikan sebagai tidak hanya tenaga medis saja yang dapat di pidana jika
memalsukan rekam medis akan tetapi pasien juga dapat di pidana dengan Pasal yang sama
jika si pasien lah yang meminta atau menginginkan pemalsuan rekam medis itu terjadi.
Terdapat pula dalam ayat (2) menegaskan bahwa pemalsuan surat merupakan suatu tindak
pidana karena dapat menimbulkan suatu kerugian.

Tenaga medis yang melakukan pemalsuan rekam medis juga dapat mendapatkan hukuman
tambahan apabila dokumen rekam medis ini digunakan sebagai alat bukti dalam pengadilan,
secara tidak langsung tenaga medis tersebut telah melakukan perusakan atas barang bukti
yang akan digunakan sehingga tenaga medis dapat dikenakan Pasal merusak barang bukti.

3.2 Keterkaitan Kasus Dengan Pelanggaran Kode Etik

Asas etik merupakan kepercayaan atau aturan umum yang mendasar yang dikembangkan dari
sistem etik. Dari dasar etik tersebut disusun kode etik profesi, termasuk dalam hal ini profesi
kedokteran, yang meskipun terdapat perbedaan aliran dan pandangan hidup serta adanya
perubahan tata nilai kehidupan masyarakat secara global, tetapi dasar etika profesi kedokteran
yang diturunkan sejak zaman Hippocrates: “kesehatan penderita senantiasa akan saya
utamakan” (The health of my patient will be my first concideration), tetap merupakan asas
yang tidak pernah berubah, dan merupakan rangkaian kata yang mempersatukan para dokter
di dunia. Dasar tersebut dapat dijabarkan menjadi enam (6) asas etik yang bersifat universal,
yang juga tidak akan berubah dalam etik profesi kedokteran, yaitu: asas menghormati
otonomi pasien ; asas kejujuran ; asas tidak merugikan ; asam manfaat ; asas kerahasiaan.

Rekam medis diperlukan dalam sarana pelayanan kesehatan, baik ditinjau dari segi
pelaksanaan praktek pelayanan kesehatan maupun dari aspek hukum. Peraturan hukum yang
berhubungan dengan pelaksanaan pelayanan kesehatan mencakup aspek hukum pidana,
hukum perdata dan hukum administrasi. Dari aspek hukum, rekam medis Pasal 13 ayat (1)

7
huruf e Peraturan Menteri Kesehatan No.269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis:
“Rekam medis dapat digunakan sebagai:

a. Pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien;


b. Alat bukti dalam proses penegakan hukum;
c. Keperluan penelitian dan pendidikan;
d. Dasar pembayar biaya pelayanan kesehatan;
e. Data statistic kesehatan.”

Memalsukan hasil pemeriksaan pasein pasien terdakwa kasus korupsi sudah termasuk dalam
melanggar asas kejujuran dan asas tidak merugikan. Asas kejujuran telah di langgar dengan
memalsukan hasil pemeriksaan pada rekam medis pasien, dan asas tidak merugikan juga
telah di langgar karena telah merugikan pihak hukum untuk menjalankan pemeriksaan lanjut
pidana korupsi.

8
BAB IV
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan

Pemalsuan rekam medis yang dilakukan oleh tenaga medis sering bertujuan untuk
memperoleh untung untuk diri pribadi maupun bagi orang lain. Perbuatan pemalsuan rekam
medis ini merupakan suatu pelanggaran terhadap kebenaran yang seharusnya ada antara
tenaga medis dan pasien dengan artian pemalsuan ini telah melanggar perjanjian teraupetik
pula. Pemalsuan suatu dokumen merupakan suatu tindak pidana baik itu dilakukan atas ijin
pasien maupun tidak sehingga perlu adanya pertanggungjawaban pidana yang ditanggung
oleh pihak yang terlibat melihat dampak-dampak yang timbul akibat adanya pemalsuan
dokumen di dunia kesehatan.

Pengaturan terkait pemalsuan rekam medis tidak secara tegas diatur dalam Wetboek van
Statrecht (KUHP), namun rekam medis merupakan suatu dokumen dimana untuk pemalsuan
dokumen sudah diatur dalam Pasal 263 Wetboek van Statrecht (KUHP) yang secara tegas
menghukum siapapun yang terbukti melakukan tindak pidana pemalsuan surat sehingga
dalam Pasal ini menjadi payung hukum atas pertanggungjawaban pidana pemalsuan rekam
medis meskipun tidak secara tegas disebutkan dikarenakan mengingat rekam medis
merupakan suatu berkas/dokumen. Selain itu dalam Pasal 14 PERMENKES disebutkan
bahwa pimpinan (director) rumah sakitlah yang bertanggungjawab apabila terjadi suatu
tindak pidana pemalsuan rekam medis.

4.2 Saran
Sebagai tenaga kesehatan sudah menjadi tugas untuk menjaga nama baik profesi, baik dalam
profesi lainnya atau dalam masyarakat. Untuk mencegah adanya pelanggaran dalam rekam
medis tenaga kesehatan harus mengerti dan memahami bahwasannya perbuatan tersebut
tercela dan merugikan pihak lain serta diri sendiri. Tenaga kesehatan harus tetap menjunjung
tinggi kode etik profesi masing-masing serta bekerja sesuai prosedur yang telah disahkan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Jurnal Gusti Agung Nyoman Ananda Devi Semara Ratih. Pertanggungjawaban Pidana
Terhadap Pemalsuan Rekam Medis Oleh Tenaga Medis. Program Kekhususan Hukum
Pidana. Fakultas Hukum Universitas Udayana. file:///C:/Users/asus/Downloads/55913-1045-
135273-1-10-20200103.pdf

Jeniffer Poelmarie Tinungki. 2019. Kewajiban Dokter Dalam Membuat Rekam Medis
Menurut Undang-Undang No 29 Tahun 2004. Lex Et Societatis. Vol. VII : No. 5.
file:///C:/Users/asus/Downloads/24717-50648-1-SM.pdf

https://www.merdeka.com/peristiwa/bimanesh-sutarjo-dokter-yang-merawat-setnov-
didakwa-merekayasa-rekam-medis.html

https://m.rilis.id/dugaan-pemalsuan-rekam-medis-kpk-panggil-dirut-rs-medika-permata-hijau

10

Anda mungkin juga menyukai