Pembunuhan
Fridolyn.2014fk063@civitas.ukrida.ac.id
Abstrak
Banyak kasus criminal yang dapat ditemukan dalam masyarakat salah satunya adalah
kasus dugaan pembunuhan, dimana pada kasus ini diperlukannya ilmu kedokteran forensik yang
merupakan salah satu cabang ilmu kedokteran dimana digunakan untuk menegakan hukum dan
keadilan. Ilmu kedokteran forensik menanfaatkan ilmu pengetahunan pada bidang kedokteran
untunk membantu proses peradilan dan penekgakan hukum dengan cara mengungkapkan fakta-
fakta pada kasus tersebut. Ada berbagai macam ilmu forensik seperti ilmu kimia forensik, ilmu
fisika forensik, ilmu biologi forensik, ilmu entomologi forensik, dan lainnya. penerapan ilmu
kedokteran forensic ini mengharapkan dokter dapat menemukan kelainan pada tubuh maupun
jasat korban dan dapat menggali penyebab sebenarnya dari kasus yang dilaporkan. Pada kasus ini
akan dibahas tentang dugaan pembunuhan.
Abstract
Many criminal cases that can be found in the community one of which is a case of alleged
murder, where in this case the need for forensic medicine is a branch of medical science which
is used to uphold law and justice. Forensic medicine utilizes knowledge in the field of medicine
to help the judicial process and the enforcement of the law by revealing the facts in the case.
There are various kinds of forensic science such as forensic chemistry, forensic physics, forensic
biology, forensic entomology, and others. the application of forensic medicine hopes that
doctors will be able to find abnormalities in the body as well as the victims' tricks and be able to
explore the true causes of reported cases. In this case, we will discuss the alleged murder.
Keywords: forensic medicine, suspected murder, judicial process
Prosedur Medikolegal
Prosedur medikolegal adalah tata cara prosedur penatalaksanaan dan berbagai aspek yang
berkaitan dengan pelayanan kedokteran untuk kepentingan umum. Secara garis besar prosedur
medikolegal mengacu pada peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia dan pada beberapa
bidang juga mengacu kepada sumpah dokter dan etika kedokteran.1
Aspek Hukum
1. Pasal 6 KUHAP
1. Penyidik adalah :
a. Pejabat polisi Negara Republik Indonesia
b. Pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh
undang-undang.
2. Syarat kepangkatan pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) akan diatur lebih
lanjut dalam peraturan pemerintah.1
2. Pasal 7 KUHAP
1. Penyelidik sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (1) huruf a karena kewajibannya
mempunyai wewenang :
a. Menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak
pidana;
b. Melakukan tindakan pertama pada saat ditempat kejadian;
c. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri
tersangka;
d. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan;
e. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;
f. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang;
g. Memanggil orang untuk didengr dan dipriksa sbagai tersangka atau saksi;
h. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan
pemeriksaan perkara;
i. Mengadakan penghentian penyidikan;
j. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.1
Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan,
dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.1
Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului oleh suatu perbuatan pidana, yang
dilakukan dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah pelaksanaannya, atau untuk
melepaskan diri sendiri maupun peserta lainnya dari pidana dalam hal tertangkap tangan,
ataupun untuk memastikan penguasaan barang yang diperolehnya secara melawan hukum,
diancam dengan pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh
tahun.1
Barangsiapa dengan sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa orang
lain, diancam, karena pembunuhan dengan rencana (moord), dengan pidana mati atau pidana
penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh lima tahun.1
6. Pasal 351 KUHP
1. Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan
bulan atau pidana denda paling banyak 4500 rupiah.
2. Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan
pidana penjara paling lama 5 tahun.
3. Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh
tahun.
4. Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan.
5. Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.1
1. Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka penganiayaan yang tidak
menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau
pencarian, diancam, sebagai penganiayaan ringan, dengan pidana penjara paling
lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
Pidana dapat ditambah sepertiga bagi orang yang melakukan kejahatan itu
terhadap orang yang bekerja padanya atau menjadi bawahannya.
2. Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.1
1. Penganiayaan berat yang dilakukan dengan rencana lebih dahulu, diancam dengan
pidana penjara paling lama dua belas tahun.
2. Jika perbuatan mengakibatkan mati, yang bersalah dikenakan pidana penjara
paling lama 15 tahun.1
Pidana yang ditentukan dalam pasal 351, 353, 354 dan 355 dapat ditambah dengan sepertiga:
1. Bagi yang melakukan kejahatan itu terhadap ibunya, bapaknya, menurut undang-
undang, isterinya atau anaknya;
2. Jika kejahatan dilakukan terhadap seorang pejabat ketika atau karena menjalankan
tugasnya yang sah
3. Jika kejahatan dilakukan dengan memberikan bahan yang berbahaya bagi nyawa
atau kesehatan untuk dimakan atau diminum.1
Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan
sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu
tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah
melakukannnya.2
Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan.
Dalam hal diperlukan untuk menjernihkan duduknya persoalan yang timbul di sidang
pengadilan, Hakim ketua sidang dapat minta keterangan ahli dan dapat pula minta
agar diajukan bahan baru oleh yang berkepentingan.
Dalam hal timbul keberatan yang beralasan dari terdakwa atau penasihat hukum
terhadap hasil keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Hakim
memerintahkan agar hal itu dilakukan penelitian ulang.
Hakim karena jabatannya dapat memerintahkan untuk dilakukan penelitian ulang
sebagaimana tersebut pada ayat (2).2
Idientifikasi Forensik
Autopsi berasal dari kata “auto” = sendiri dan ”opsis”= melihat. Autopsi adalah
pemeriksaan terhadap tubuh mayat meliputi pemeriksaan terhadap bagian luar maupun bagian
dalam dengan tujuan menemukan proses penyakit dan atau adanya cedera, melakukan
interpretasi atas penemuan-penemuan tersebut, menerangkan penyebabnya serta mencari
hubungan sebab akibat antara kelainan-kelainan yang ditemukan dengan penyebab kematian.3
Bedasarkan tujuan, dikenal dua jenis autopsy yaitu Autopsi Klinik dan Autopsi
Forensik/Medikolegal. Autopsi klinik dilakukan terhadap mayat seseorang yang menderita
penyakit, dirawat di Rumah Sakit tetapi kemudian meninggal. Pemeriksaan ini mutlak
memerlukan izin dari keluarga terdekat mayat.
a. Pemeriksaan Luar
Pemeriksaan harus dilakukan dengan cermat, meliputi segala sesuatu yang terlihat,
tercium maupun teraba. Diperiksa semua baik benda yang menyertai mayat, pakaian, perhiasan,
sepatu dan lain-lain juga terhadap tubuh mayat itu sendiri. Pemeriksaan harus mengikuti suatu
sistematika yang telah ditentukan. Semua bagian yang diperiksa harus dilakukan dengan teliti
dengan memperhatikan jenis/bahan, warna, kotoran, dan lain-lain. Langkah-langkah yang
dilakukan pada pemeriksaan luar jenazah adalah seperti berikut:
a) Label mayat
- Terdapat dua label pada mayat, satu dari pihak kepolisian yang perlu dicatat
selengkapnya isi dari label tersebut. Disamping itu dapat ditemukan label identifikasi
dari Instalasi Kamar Jenazah Rumah Sakit yang harus tetap ada pada tubuh mayat.4
b) Tutup mayat
c) Bungkus mayat
- Sekiranya mayat dibungkus dan diikit dengan tali, catatkan secara rinci sifat tali dan
bungkus mayat.
d) Pakaian
- Diperiksa pakaian dari bagian atas ke bagian bawah dan dari lapisan terluar sampai
lapisan yang terdalam. Periksa saku pada pakaian dan catatkan temuan.
e) Perhiasan
f) Benda di samping mayat
- Seperti tas atau bungkusan
g) Tanda kematian (sangat penting untuk mencatat waktu dilakukan pemeriksaan terhadap
tanda kematian ini)
- Lebam mayat : letak, distribusi, warna dan intensitas lebam
- Kaku mayat : derajat kekakuan pada sendi, spasme kadaverik
- Suhu tubuh mayat : diambil dengan thermometer rectal dan suhu ruangan turut dicatat
- Pembusukan : pertama sekali dilihat di daerah perut kanan bawah dengan perubahan
warna kehijau-hijauan. Ditentukan derajat pembusukan.
- Lain-lain : perubahan tanatologi lain seperti mummifikasi atau adipocera.
h) Identifikasi umum
- Dicatat jenis kelamin, bangsa/ras, umur, warna kulit, keadaan gizi, tinggi dan berat
badan, keadaan zakar, adanya striae albicans pada dinding perut.
i) Identifikasi khusus
- Rajah/tattoo : dilakukan dokumentasi foto
- Jaringan parut
- Kapalan (callus) : dapat menentukan pekerjaan mayat semasa hidupnya
- Kelainan kuli
- Anomali dan cacat pada tubuh
j) Pemeriksaan rambut
- Dilakukan untuk membantu identifikasi. Sekiranya ditemukan rambut yang sifatnya
berlainan dari rambut mayat, harus diambil, disimpan dan diberi label.
k) Pemeriksaan mata
- Dilihat kelopak mata, selaput lendir kelopak mata, bola mata, selaput lendir bola
mata, kornea, iris dan pupil.
l) Pemeriksaan daun telinga dan hidung
- Lihat apakah ada kemungkinan trauma dan perdarahan
m) Pemeriksaan mulut dan rongga mulut
- Meliputi bibir, lidah, rongga mulut dan gigi geligi.
n) Pemeriksaan alat kelamin dan lubang pelepasan
- Pada mayat laki-laki diperiksa apakah telah disirkumsisi, pada wanita diperiksa
selaput dara dan komisura posterior. Lubang pelepasan diperiksa untuk melihat ada
atau tidak kekerasan.
o) Lain-lain
- Dilihat apakah ada tanda bendungan, ikterus, warna kebiru-biruan, edema/sembab,
bekas pengobatan atau sebarang pengotoran.
p) Pemeriksaan terhadap tanda-tanda kekerasan/luka
- Letak luka dengan menggunakan koordinat terhadap garis/titik anatomi terdekat
- Jenis luka : lecet, memar atau terbuka
- Arah luka : melintang, membujur atau miring
- Tepi luka : rata, teratur, atau tidak beraturan
- Sudut luka : runcing, membulat atau bentuk lain
- Dasar luka
- Sekitar luka : pengotoran atau tanda kekerasan lain
- Ukuran luka : pada luka terbuka dilakukan setelah luka dirapatkan
- Saluran luka
- Lain-lain : pola penumpukan kulit
q) Pemeriksaan terhadap patah tulang.4
b. Pembedahan mayat
Terdapat empat teknik autopsi dasar yaitu teknik Virchow, teknik Rokistansky, teknik
Letulle dan teknik Ghon. Teknik Virchow merupakan teknik tertua dan kurang baik untuk
autopsi forensik karena hubungan anatomik antar organ dapat hilang. Teknik Rokistansky
dilakukan dengan membuat irisan organ in situ kemudian baru dikeluarkan. Teknik Letulle
mengeluarkan organ leher, dada, diafrgama dan perut sekaligus (en masse) dan merugikan
karena memerlukan pembantu untuk dilakukan. Teknik Ghon mengangkat organ sebagai tiga
kumpulan yaitu organ leher dan dada, organ pencernaan bersama hati dan limpa, serta organ
urogenital.3
Pemeriksaan dalam bisa dilakukan dengan beberapa cara seperti insisi I, insisi Y dan
insisi melalui lekukan suprasternal menuju simphisis pubis. Insisi I dimulai di bawah tulang
rawan krikoid di garis tengah sampai prosesus xifoideus kemudian 2 jari paramedian kiri dari
puat sampai simfisis, dengan demikian tidak perlu melingkari pusat. Insisi Y pula merupakan
salah satu tehnik khusus otopsi. Pada pemeriksaan dalam, organ tubuh diambil satu persatu
dengan hati-hati dan dicatat:3
a) Ukuran
- Pengukuran secara langsung adalah dengan menggunakan pita pengukur. Secara tidak
langsung dilihat adanya penumpulan pada batas inferior organ. Organ hati yang
mengeras juga menunjukkan adanya pembesaran.
b) Bentuk
c) Permukaan
d) Konsistensi
e) Kohesi
- Dicatat warna dan struktur permukaan penampang organ yang dipotong. Pemeriksaan
khusus juga bisa dilakukan terhadap sistem organ tertentu, tergantung dari dugaan
penyebab kematian.
Pemeriksaan khusus bisa dilakukan terhadap sistem organ tertentu, tergantung dari dugaan
penyebab kematian. Insisi pada masing-masing bagian-bagian tubuh yaitu :
a) Dada :
b) Perut
- Dilihat esofagus, lambung, duodenum dan hati yang dikeluarkan sebagai satu unit
- Ginjal, ureter, rektum, dan kandung urine juga dilihat dan dikeluarkan sebagai satu
unit. Pada perempuan kantung kemih dilepaskan dari uterus dan vagina.
c) Leher :
- Lidah, laring, trakea, esofagus, palatum molle, faring dan tonsil dikeluarkan sebagai
satu unit. Perhatikan obstruksi di saluran nafas, kelenjar gondok dan tonsil. Pada
kasus pencekikan tulang lidah harus dibersihkan dan diperiksa adanya patah tulang.
d) Kepala :
Untuk melihat kelainan pada leher dengan baik, dipastikan agar daerah leher bersih dari
kemungkinan genangan darah dengan diusahakan pembuluh darah leher dapat dialirkan ke
tempat lain. Dengan mengalirkan darah dari pembuluh darah leher ke arah kepala dan dada,
lapangan leher menjadi bersih sehingga kelainan berupa resapan darah yang kecil pun dapat
dilihat. Setelah pemeriksaan leher selesai, alat leher diangkat dan diperiksa seperti autopsi biasa.3
Pada kematian akibat kekerasan, pemeriksaan terhadap luka harus mengungkapkan hal-
hal seperti:
a) Penyebab luka
- Memeperhatikan morfologi luka yang sringkali member petunjuk tentang benda yang
mengenai tubuh
b) Arah kekerasan
- Luka lecet dan luka robek dapat menentukan arah kekerasan sehingga penting untuk
rekonstruksi terjadinya perkara. Pada luka yang menembus kedalam tubuh, perlu
ditentukan arah serta jalannya saluran luka dalam tubuh mayat.
- Dilihat apakah luka akibat dari pembunuhan, kecelakaan atau bunuh diri. Luka akibat
pembunuhan biasanya tersebar di seluruh tubuh sama ada daerah terbuka atau daerah
tertutup seperti leher, ketiak, lipat siku dan sebagainya. Seringkali juga ditemukan
luka tangkis pada korban pembunuhan. Pada kecelakaan luka lebih ditemukan di
daerah yang terbuka disbanding daerah tertutup. Pada korban bunuh diri pula, luka
menunjukkan sifat luka percobaan atau tentative wounds yang mengelompok dan
berjalan kurang lebih sejajar.
- Pada korban kekerasan harus dibuktikan bahwa kematian terjadi semata-mata akibat
kekerasan yang menyebabkan luka. Harus juga dipastikan luka yang ditemukan
adalah luka intravital yaitu yang terjadi sewaktu korban masih hidup. Tanda
intravitalitas luka berupa reaksi jaringan terhadap luka seperti resapan darah, proses
penyembuhan luka, sebukan sel radang dan lain-lain perlu diperhatikan.
Pada kasus pembunuhan dengan menggunakan kekerasan tajam, luka harus dilukis
dengan baik dan diperhatikan bentuk luka, tepi luka, sudut luka, keadaan sekitar luka dan lokasi
luka. Dilihat juga kemungkinan terdapatnya luka tangkis di daerah ekstensor lengan bawah serta
telapak tangan. Biasanya terdapat beberapa buah luka yang distribusinya tidak teratur pada kasus
pembunuhan dengan kekerasan tajam.
Pembunuhan dengan menggunakan kekerasan tumpul dapat menimbulkan luka berbentuk
luka memar, luka lecet maupun luka robek. Perlu juga diperhatikan adanya atau luka tangkis.
Pada pembunuhan dengan senjata api pula dapat ditemukan luka tembak masuk jarak dekat,
sangat dekat atau luka tembak masuk jarak jauh dan luka tembak temple.
Pada kasus bunuh diri dengan benda tajam seringkali ditemukan luka bunuh diri yang
mengelompok pada tempat tertentu seperti pergelangan tangan, leher atau daerah prekordial.
Luka-luka sering berupa beberapa buah luka percobaan dengan satu luka yang mematikan.3,4
- Tanda kekerasan sekitar lubang hidung dan mulut terutama bagain muka yang
menonjol. Dilihat juga tanda kekerasan pada bagian belakang bibir, daerah belakang
kepala atau tengkuk.
b) Penyumbatan
- Sering sekali benda asing masih terdapat dalam rongga mulut atau ditemukan sisa
benda asing dan tanada bekas penekanan benda asing pada dinding rongga mulut.
c) Pencekikan
- Kulit daerah leher menunjukkan tanda kekerasa yang ditimbulkan ujung jari atau
kuku berupa luka memar atau lecet jenis tekan. Pada pembedahan ditemukan resapan
darah bawha kulit daerah leher serta alat leher dan tulang lidah boleh patah unilateral.
d) Penjeratan
e) Tergantung
- Jerat pada leher menunjukkan ciri khas berupa arah yang tidak mendatar tetapi
membentuk sudut membuka ke arah bawah dan letak jerat lebih tinggi. Ditemukan
resapan darah bawah kulit pada pembedahan sesuai letak jejas jerat pada kulit.3,4
Pemeriksaan Tanatologi
Tanatologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang kematian dan perubahan yang
terjadi setelah kematian serta faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut.3
Tanatologi berasal dari kata thanatos (yang berhubungan dengan kematian) dan logos
ilmu. Tanatologi adalah bagian dari ilmu kedokteran Forensik yang mempelajari tentang
kematian dan perubahan yang terjadi setelah terjadi kematian serta faktor yang mempengaruhi
perubahan tersebut. Dalam tanatologi dikenal beberapa istilah tentang mati, yaitu mati somatis
(mati klinis), mati suri, mati seluler, mati serebral dan mati otak (mati batang otak).3
4. Mati serebral
Terjadinya kerusakan pada kedua hemisfer otak yang ireversibel tidak termasuk kerusakan
batang otak dan serebelum, sedangkan kedua sistem lainnya yaitu sistem pernapasan dan
kardiovaskular masih berfungsi dengan alat bantu.3
Kematian merupakan suatu proses yang dapat dikenali secara klinis pada seseorang berupa tanda
kematian, yaitu perubahan yang terjadi pada tubuh setelah kematian pasti terjadi. Perubahan
tersebut dapat muncul secara dini pada saat meninggal atau beberapa menit setelah kematian
terjadi, misalnya kerja jantung dan peredaran darah berhenti, pernapasan berhenti, refleks cahaya
dan refleks kornea mata hilang, kulit pucat dan relaksasi otot. Setelah beberapa waktu timbul
perubahan pascamati yang jelas yang memungkinkan diagnosis kematian lebih pasti.3
2. Kaku Mayat
Kaku mayat akan terjadi setelah tahap relaksasi primer. Keadaan ini berlangsung setelah
terjadinya kematian pada tingkat sel, dimana aktivitas listrik otot tidak ada lagi sehingga otot
menjadi kaku. Fenomena kaku mayat ini pertama sekali terjadi pada otot-otot mata, bagian
belakang leher, rahang bawah, wajah, bagian depan leher, dada, abdomen bagian atas dan
terakhir pada otot tungkai.
Akibat kaku mayat ini seluruh mayat menjadi kaku, otot memendek dan persendian pada
mayat akan terlihat dalam posisi sedikit fleksi.
Keadaan ini berlangsung selama 24 - 48 jam pada musim dingin dan 18 - 36 jam pada
musim panas.
Penyebabnya adalah otot tetap dalam keadaan hidrasi oleh karena adanya ATP. Jika tidak
ada oksigen, maka ATP akan terurai dan akhirnya habis, sehingga menyebabkan penumpukan
asam laktat dan penggabungan aktinomiosin (protein otot).
Pemeriksaan Traumatologi
Traumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera serta hubungannya
dengan berbagai kekerasan, sedangkan yang dimaksud dengan luka adalah terjadinya
diskontinuitas jaringan tubuh akibat kekerasan. Berdasarkan sifat serta penyebabnya, kekerasan
dapat dibedakan atas kekerasan yang bersifat:5
Luka karena kekerasan mekanik seperti benda tajam, tumpul dan senjata api
Luka karena kekerasan fisik seperti luka karena arus listrik, petir, suhu tinggi dan juga
rendah, perubahan tekanan udara, akustik dan radiasi.
Luka karena kekerasan kimiawi seperti cairan asam dan basa.
a. Luka memar
Merupakan perdarahan di daerah jaringan lunak bawah kulit yang muncul karena ruptur
pembuluh darah baik kapiler maupun vena yang diakibatkan oleh benturan dengan benda tumpul
seperti pukulan dengan tangan, jatuh pada permukaan yang datar, cedera akibat senjata tumpul,
dan lain-lain. Pada jenis luka ini, terjadi ektravasasi pembuluh darah dan mengakibatkan darah
merembes ke jaringan di sekitarnya. Permukaan kulit utuh dan biasanya terjadi kerusakan pada
jaringan di bawah kulit. Luka memar kadangkala memberikan gambaran bentuk benda
penyebabnya, misalnya jejas beban yang sebenarnya adalah suatu perdarahan tepi (marginal
haemorrhage).5
Memar pada suatu tempat tidak selalu mengindikasikan lokasi terjadinya trauma karena
perdarahan akan mengalir ke jaringan yang lebih longgar dan dipengaruhi oleh gaya gravitasi.
Misalnya, kekerasan benda tumpul pada dahi menimbulkan hematom palpebral. Memar yang
dalam mungkin tidak bisa terlihat melalui pemeriksaan luar sehingga kadang dibutuhkan insisi
jaringan lunak untuk memastikan ada tidaknya memar. Memar juga sulit dinilai pada orang
berkulit hitam. Kontusio tidak hanya terjadi di kulit namun juga dapat terjadi pada organ dalam
seperti paru-paru, jantung, otak, dan otot. Bahkan kadang memar tidak bisa terlihat kecuali
beberapa jam setelah korban meninggal. Memar pada kulit kepala sering tidak terlihat kecuali
jika ada pembengkakan.5
Umur luka memar secara kasar dapat diperkirakan melalui perubahan warnanya. Pada
saat timbul, memar berwarna merah, kemudian berubah menjadi ungu atau hitam, setelah sampai
4-5 hari akan berwarna hijau yang kemudian akan berubah menjadi kuning dalam 7-10 hari, dan
akhirnya menghilang dalam 14-15 hari. Perubahan tersebut berlangsung mulai dari tepi dan
waktunya dapat bervariasi tergantung tingkat keparahan, kedalaman jejas, warna kulit, dan
berbagai faktor lainnya. Sehingga tidak ada standar baku untuk menentukan waktu perlukaan
berdasarkan perubahan warna. Hematom ante-mortem yang timbul beberapa saat sebelum
kematian biasanya akan menunjukkan pembengkakkan dan infiltrasi darah dalam jaringan
sehingga dapat dibedakan dari lebam mayat dengan cara melakukan penyayatan kulit. Pada
lebam mayat (hipostasis pascamati) darah akan mengalir keluar dari pembuluh darah yang
tersayat dan sehingga bila dialiri air, penampang sayatan akan tampak bersih, sedangkan pada
hematom penampang sayatan akan tetap berwarna merah kehitaman. 3,5 Tetapi, harus diingat
bahwa pada pembusukan juga terjadi ekstravasasi darah yang dapat mengacaukan pemeriksaan
ini.5
1. Berdasarkan penyebab5
Luka bakar karena api
Luka bakar karena air panas
Luka bakar karena bahan kimia
Luka bakar karena listrik
Luka bakar karena radiasi
Luka bakar karena suhu rendah (frost bite).
2. Berdasarkan kedalaman luka bakar
Luka bakar derajat I
Kerusakan terjadi pada lapisan epidermis, tampak merah dan kering seperti
luka bakar matahari, tidak dijumpai bullae, nyeri karena ujung-ujung saraf
sensorik teriritasi, penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 5-10 hari.7
Luka bakar derajat II dangkal
Kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis. Organ-organ kulit seperti
folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih utuh dan
penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 10-14 hari.7
Luka bakar derajat II dalam (deep)
Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis. Organ-organ kulit seperti
folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian besar masih utuh.
Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung epitel yang tersisa biasanya
penyembuhan terjadi lebih dari sebulan.7
Luka bakar derajat III
Kerusakan meliputi seluruh lapisan dermis dan lapisan yang lebih dalam.
Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea
mengalami kerusakan namun tidak dijumpai bulae. Kulit yang terbakar
berwarna putih hingga merah, coklat atau hitam dan bisa terjadi koagulasi
protein pada epidermis dan dermis yang dikenal sebagai eskar. Luka bakar
derajat ini biasanya tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena
ujung-ujung saraf sensorik mengalami kerusakan/kematian. Penyembuhan
terjadi lama karena tidak terjadi proses epitelisasi spontan dari dasar luka.7
Cara kematian menjelaskan bagaiman kematian itu terjadi. Cara kematian secara umum dapat
dikategorikan menjadi sebab kematian alamiah misalnya karena penyakit, dan sebab kematian
tidak alamiah misalnya pada pembunuhan, bunuh diri, dan kecelakaan, mati mendadak, dan tidak
bisa ditemtukan. Kesimpulan tentang cara kematian ada kemungkinan berbunyi sebagai berikut :
1. Pada pemeriksaan sepintas lalu dari luar saja pada korban tidak ditemukan tanda-tanda
kekerasan. Keadaan TKP-nya rapi, dalam lemari ditemukan obat-obatan dan rontgen foto
yang menandakan korban sakit apru-paru. Cara kematian korban diduga adalah wajar.
2. Bunuh diri
a. Jika dokter kebetulan melihat sendiri peristiwanya, maka dokter tersebut
bertindak sebagai saksi, bukan sebagai ahli. Dokter dapat menyimpulkan bahwa
jelas suatu kejadian bunuh diri.
b. Jika dokter menemukan keadaan TKP rapi dan luka-luka pada tubuh korban
adalah luka-luka kasik bunuh diri, ia dapat berkesimpulan peristiwa tersbut
biasanya merupakan bunuh diri.
c. Jika dokter menemukan keadaan TKP rapi dan luka-luka pada tubuh korban
adalah luka-luka kasik bunuh diri, ia dapat berkesimpulan peristiwa ini lebih
mendekati bunuh diri dari pembunuhan.
3. Pembunuhan, jika dokter menemukan TKP porak poranda dan luka-luka pada korban
tidak sesuai dengan luka-luka klasik bunuh diri, ia dapat berkesimpulan bahwa peristiwa
tersebut merupakan pembunuhan.
4. Kecelakaan. Jika dokter menemukan keadaan TKP rapi dan di atas meja terdapat alat
setrika yang dibongkar, sedangkan dalam tangga korban terdapat kawat listrik yang bocor
yang berhubungan dengan arus listrik, maka dapat disimpulkan bahwa peristiwa tersebut
menurut dugaan adalah suatu kecelakaan.
5. Cara kematian tudak jelas, dari pemeriksaan TKP dan pemeriksaaan luar pada korban
belum dapat diambil kesimpulan tentang cara kematian.
Sebab kematian
Sebab kematian merupakan setiap luka, cedera atau penyakit yang mengakibatkan
rangkaian gangguan fisiologis tubuh yang berakhir dengan kematian pada seseorang. Misalnya
luka tembak pada kepala, luka tusuk pada dada, intoksikasi sianida, tuberculosis paru,
adenokarsinoma pada paru, dan aterosklerosis koronaria. Ada 2 jenis sebab-akibat dalam hokum,
pertama adalah penyebab langsung (proximate cause), dan yang kedua adalah “but for best”.
Penyebab langsung adalah sebuah peristiwa yang menyebabkam suatu peristiwa, terutama cedera
karena kelalaian atau tindakan salah, dengan sengaja melakukan suatu tindakan. Sedangkan “but
for best” sangat mudah untuk ditunjukkan dan bukan merupakan kelalaian.
Mekanisme kematian
Mekanisme kematian adalah suatu keadaan gangguan fisiologis dan biokimiawi yang
disebabkan oleh sebab kematian, shingga menyebabkan kematian seseorang. Ada sebuah
pemikiran bahwa suatu keterangan tentang mekanisme kematian dapat diperoleh dari beberapa
penyebab kematian dan sebaliknya. Jadi, jika seseorang meninggal karena perdarahan massif, itu
dapat dihasilkan dari luka tembak, luka tusuk, tumor ganas, dll. Kebalikannya adalah bahwa
penyebab kematian adalah sebagai contoh luka tembak pada abdomen, dapat menghasilkan
banyak kemungkinan mekanisme kematian yang terjadi seperti perdarahan atau peritonitis.
Perkiraan kematian
Tujuan utama dari tanatologi adalah untuk kepentingan medikolegal, terutama berkaitan
dengan post-mortem interval. Pengetahuan ini harus diterapkan dalam pemeriksaan mayat. Bila
saat kematian korban tidak diketahui, maka beberpa petunjuk dibawah ini dapat dipakai.
1. Jam pertama kematian. Tubuh masih hangat (dengan thermometer panjang didapati suhu
37oC, otot-otot masih lemas seluruhnya, kornea mata bening, belum tamoak atau belum
jelas adanya lebam mayat.
2. 4-6 jam. Telah mulai dingian (suhu rectal 34-35oC), kaku mayat di rahang telah ada,
begitu juga di beberapa persendian, lebam myat masih hilang pada penekanan.
3. 10-12 jam. Mayat mulai dingian (suhu sekitar 29-30oC), kaku mayat lengkap di seluruh
tubuh seperti papan, bila diangkat kaki, panggul, dan punggung juga terangkat, lebam
mayat sangat jelas dan tidak hilang pada penekanan.
4. 16-18 jam. Mayat dingin (28-29oC), kaku mayat di beberapa persendian telah hiang,
mulai tampak tanda-tanda pembusukkan terutama di perut bagian kenan bawah tampah
biru kehijauan, lebam mayat luas di bagian terendah tubuh.
5. 20-24 jam. Dingin, kaku mayat sudah menghilang, tanda pembusukkan makin jelas, perut
mulai tegang, bau pembusukkan, darah pembusukkan keluar dari hidung dan mulut.
6. 30-36 jam. Mayat menggembung, mata bengkak, mata tertutup, bibir menebal, keluar gas
dan air pembusukkan keluar keluar dari hidung dan mulut, tampak garis pembuluh darah
di permukaan tubuh (marble appearance).
7. 40-48 jam. Gelembung pembusukkan di seluruh tubuh, skrotum engkak, lidah bengkak
dan menonjol keluar. Sebagian gelembung pecah, kulit mudah terkelupas.
8. 3 hari. Pembusukkan lanjut, uterus bisa prolapsed, demikian juga anus. Mata menonjol
keluar, muka sangat bengkak kehitaman, rambut dan kuku mudah dicabut.
9. 4-5 hari. Perut mengempes kembali karena gas keluar dan celah jaringna yang
rusak/hancur, sutura kepala meregang, otak mengalami perlunakan menjadi seperti bubur.
10. 6-10 hari. Jaringan lunak tubuh melembek dan lama-lama menjadi hancur, rongga dada
dan perut bisa terlihat karena sebagian otot sudah hancur dan seluruhnya hingga tinggal
tulang belulang.
Beberapa perubahan yang dapat digunakan untuk memperkirakan saat mati adalah:
Bila mata terbuka pada atmosfer yang kering, sklera di kiri kanan kornea akan berwarna
kecoklatan dalam beberapa jam berbentuk segitiga dengan dasar di tepi kornea. Kekeruhan
kornea terjadi lapis demi lapis, kekeruhan yang terjadi pada lapis terluar dapat dihilangkan
dengan meneteskan air, tetapi kekeruhan yang telah mencapai lapisan lebih dalam tidak dapat
dihilangkan dengan tetesan air. Kekeruhan yang menetap ini terjadi sejak kira-kira 6 jam pasca
mati. Baik dalam keadaan mata tertutup maupun terbuka, kornea menjadi keruh kira-kira 10-12
jam pasca mati dan dalam beberapa jam saja fundus tidak tampak jelas. Setelah kematian
tekanan bola mata menurun, memungkinkan distorsi pupil pada penekanan bola mata.Tidak ada
hubungan antara diameter pupil dengan lamanya mati. Perubahan pada retina dapat menunjukkan
saat kematian hingga 15 jam pasca mati. Hingga 30 menit pasca mati tampak kekeruhan makula
dan mulai memucatnya diskus optikus. Kemudian hingga 1 jam pasca mati, makula lebih pucat
dan tepinya tidak tajam lagi. Selama dua jam pertama pasca mati, retina pucat dan daerah sekitar
diskus menjadi kuning. Warna kuning juga tampak disekitar makula yang menjadi lebih gelap.
Pada saat itu pola vaskular koroid yang tampak sebagai bercak-bercak dengan latar belakang
merah dengan pola segmentasi yang jelas, tetapi pada kira-kira 3 jam pasca mati menjadi kabur
dan setelah 5 jam menjadi homogen dan lebih pucat. Pada kira-kira 6 jam pasca mati, batas
diskus kabur dan hanya pembuluh-pembuluh besar yang mengalami segmentasi yang dapat
dilihat dengan latar belakang kuning kelabu. Dalam waktu 7-10 jam pasca mati akan mencapai
tepi retina dan batas diskus akan sangat kabur. Pada 12 jam pasca mati diskus hanya dapat
dikenali dengan adanya konvergensi beberapa segmen pembuluh darah yang tersisa. Pada 15 jam
pasca mati tidak ditemukan lagi gambaran pembuluh darah retina dan diskus, hanya makula saja
yang tampak berwarna coklat gelap.9
3. Perubahan rambut
Dengan mengingat bahwa kecepatan tumbuh rambut rata-rata 0,4 mm/hari, panjang
rambut kumis dan jenggot dapat dipergunakan untuk memperkirakan saat kematian. Cara ini
hanya dapat digunakan bagi pria yang mempunyai kebiasaan mencukur kumis atau jenggotnya
dan diketahui saat terakhir ia mencukur.9
4. Pertumbuhan kuku
Sejalan dengan hal rambut tersebut diatas, pertumbuhan kuku yang diperkirakan sekitar
0,1 mm per hari dapat digunakan untuk memperkirakan saat kematian bila dapat diketahui saat
terakhir yang bersangkutan memotong kuku.9
Interpretasi Temuan
Mayat seorang laki-laki ditemukan pada sebuah rumah. Oleh anggota kepolisian, mayat tersebut
dibawa ke RS untuk dilakukan otopsi.
1. Identifikasi korban
Korban tinggal sendiri atau tidak?, Kapan terakhir kali terlihat oleh tetangga?, pada mayat
pakaian masih lengkap, dan ditemukan adanya bercak darah warna hitam.
2. Pemeriksaan luar
Mayat berwarna hijau, membengkak, tidak terdapat lebam, terdapat satu luka tusuk luka
terbuka (tepi rata) pada dada kiri, dua luka terbuka (tidak rata) dilengan bawah kanan sisi luar,
satu luka memar dikepala bagian belakang dan pipi kanan, terdapat luka lecet warna putih
pada area punggung kanan dan kiri, ada bula berwarna hijau, lidah terjulur keluar.
3. Pemeriksaan dalam
Dari hasil otopsi ditemukan dinding depan jantung terpotong, organ-organ lain dalam batas
normal.
Kesimpulan
1. Sebab Mati
Pada mayat ditemukan terdapat luka tepi rata didada kiri, diduga adanya trauma tajam.
2. Mekanisme Kematian
Pada mayat diduga sebelumnya terjadi perdarahan sehingga menyebabkan kematian.
Visum et Repertum
Visum et Repertum adalah keterangan yang dibuat dokter atas permintaan penyidik yang
berwenang mengenai hasil pemeriksaan medis terhadap manusia, hidup maupun mati, ataupun
bagian/diduga bagian tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya dan di bawah sumpah untuk
kepentingan peradilan. Penegak hukum mengartikan Visum et Repertum sebagai laporan tertulis
yang dibuat dokter berdasarkan sumpah atas permintaan yang berwajib untuk kepentingan
peradilan tentang segala hal yang dilihat dan ditemukan menurut pengetahuan yang sebaik-
baiknya. Visum et repertum terdiri dari 5 bagian yang tetap, yaitu:5
1. Kata Pro justita – menjelaskan bahwa visum et repertum khusus dibuat untuk tujuan
peradilan. Visum et repertum tidak membutuhkan materai untuk dapat dijadikan sebagai
alat bukti di depan sidang pengadilan yang mempunyai kekuatan hokum
2. Bagian Pendahuluan – bagian ini menerangkan nama dokter pembuat visum et repertum
dan istitusi kesehatannya, instansi penyidik pemintanya berikut nomor dan tanggal surat
permintaannya, tempat dan waktu pemeriksaan, serta identitas korban yang diperiksa.
Dokter tidak dibebani pemastian identitas korban, maka uraian identitas korban adalah
sesuai dengan urainan identitas yang ditulis dalam dalam surat permintaan visum et
repertum. Bila tidak terdapat ketidaksesuaian identiras korban antara surat permintaan
dengan catatan medik atau pasien yang diperiksa, dokter dapat meminta kejelasannya dari
penyidik
3. Bagian Pemberitaan – bagian ini berjudul “Hasil Pemeriksaaan” dan berisi hasil
pemeriksaan medik tentang keadaan kesehatan atau sakit atau luka korban yang berkaitan
dengan perkaranya, tindakan medik yang dilakukan serta keadaan selesai pengobatan
atau perawatan. Bila korban meninggal dan dilakukan autopsi, maka diuraikan keadaan
seluruh alat dalam yang berkaitan dengan perkara dan matinya orang tersebut. Yang
diuraikan dalam bagian ini merupakan pengganti barang bukti, berupa perlukaan/keadaan
kesehatan / sebab kematian yang berkaitan dengan perkaranya. Temuan hasil
pemeriksaan medik yang bersifat rahasia dan tidak berhubungan dengan perkaranya tidak
dituangkan ke dalam bagian pemberitaan dan dianggap tetap sebagai rahasia kedokteran.
4. Bagian Kesimpulan – bagian ini berjudul “Kesimpulan” dan berisi pendapat dokter
berdasarkan keilmuannya, mengenai jenis perlukaan/cidera yang ditemukan dan jenis
kekerasan atau zat penyebabnya, serta derajat perlukaan atau sebab kematiannya.
5. Bagian Penutup – berisikan kalimat baku “ Demikianlah visum et repertum ini saya buat
dengan sesungguhnya berdasarkan keilmuan saya dan dengan mengingat sumpah sesuai
dengan kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana”.
Catatan medis adalah catatan tentang seluruh hasil pemeriksaan medis beserta tindakan
pengobatan atau perawatan yang dilakukan oleh dokter. Catatan medis disimpan oleh dokter atau
institusi dan bersifat rahasia, tidak boleh dibuka kecuali dengan izin dari pasien atau atas
kesepakatan sebelumnya misalnya untuk keperluan asuransi. Catatan medis ini berkaitan dengan
rahasia kedokteran dengan sanksi hukum seperti yang terdapat dalam pasal 322 KUHP.
Contoh:
PROJUSTITIA
Visum et Repertum
Yang bertandatangan di bawah ini, (nama dokter), dokter ahli kedokteran forensik pada
Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jakarta, menerangkan bahawa atas permintaan dari kepolisian sektor Polisi Jakarta Barat
No.Pol.:B/6172/VER/X50/Serse tertanggal 5 Desember 2019, maka pada tanggal lima desember
dua ribu sembilan belas, pukul sepuluh Waktu Indonesia Bagian Barat, bertempat di ruang bedah
jenazah Bagian Forensik Fakultas Kedokteran UKRIDA telah melakukan pemeriksaan atas
jenazah yang menurut surat permintaan tersebut adalah:
Nama :A
Umur : …. tahun
Pekerjaan : -----------------------------------------------------------------------------------
Agama : ------------------------------------------------------------------------------------
Alamat : ------------------------------------------------------------------------------------
Hasil Pemeriksaan
I. Pemeriksaan luar
1. Mayat tidak terbungkus.--------------------------------------------------------
2. Mayat berpakai sebagai berikut : Pada mayat masih berpakaian lengkap, tidak
terdapat benda milik korban
3. Jari ------------------------------------------------------------------------------
4. Kaku mayat, lebam mayat : tidak terdapat kaku maupun lebam pada mayat
……………………….
5. Status gizi mayat-----------------------------------------------------------------
6. Dada : Pada mayat terdapat adanya luka terbuka dengan tepi rata
--------------------------------------------------------------------------------
7. Rambut, alis, bulu mata--------------------------------------------------------
8. Mata-------------------------------------------------------------------------------
9. Hidung----------------------------------------------------------------------------
10. Mulut, gigi -----------------------------------------------------------------------
11. Lubang hidung, telinga, mulut, lubang tubuh lain--------------------------
12. Alat kelamin----------------------------------------------------------------------
13. Pada tubuh terdapat luka-luka sebagai berikut : ----------------------------
a. Pada leher mayat terdapat kesan terjerat oleh baju --------------------
b. Pada daerah ketiak kiri terdapat luka terbuka yang mengakibatkan terputusnya
pembuluh darah ketiak -------------------------------------
c. Tungkai bawah kanan dan kiri ada luka terbuka akibat kekerasan tajam-----
14. Tulang-----------------------------------------------------------------------------
II. Pemeriksaan dalam (bedah jenazah)
15. Iga---------------------------------------------------------------------------------
16. Jantung : pada dinding depan jantung terpotong ---------------------------
17. Paru--------------------------------------------------------------------------------
18. Lidah : terjulur keluar ----------------------------------------------------------
19. Hati--------------------------------------------------------------------------------
20. Lambung--------------------------------------------------------------------------
21. Limpa-----------------------------------------------------------------------------
Kesimpulan
Pada mayat laki-laki ini ditemukan luka terbuka pada dada sebelah kiri dengan tepi rata
ketiak kiri yang memperlihatkan pembuluh darah ketiak putus, dan terdapt dua luka terbuka
dengan tepi tidak rata pada daerah lengan bawah kanan sisi luar dan kiri akibat kekerasan benda
tumpul. -----------------------------------------------
Sebab mati orang ini adalah kekerasan benda tajam pada dada sebelah kiri sehingga
terjadi pendarahan yang banyak. --------------------------
Dr. X
Daftar Pustaka