Anda di halaman 1dari 39

Kematian akibat Penjeratan dan Kekerasan Benda

Tajam
Fransisca Hilda Carolina Pratiwi
102011008 / E2

Skenario Pbl 1
Seorang laki laki ditemukan disebuah sungai kering yang penuh batu- batuan dalam
keadaan mati tertelungkup. Ia mengenakan kaos dalam (oblong )dan celana panjang yang di
bagian bawahnya digulung hingga setengah tungkai bawahnya. Lehernya terikat lengan baju (
yang kemudian diketahui sebagai baju milik nya sendiri ) dan ujung lengan baju lainnya
terikat ke sebuah dahan pohon perdu setinggi 60 cm. Posisi tubuh relatif mendatar, namun
leher memang terjerat oleh baju tersebut. Tubuh mayat tersebut telah membusuk, namun
masih dijumpai adanya satu luka terbuka didaerah ketiak kiri yang memperlihatkan pembuluh
darah ketiak yang putus, dan beberapa luka terbuka di daerah tungkai bawah kanan dan kiri
yang memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan akibat kekerasan tajam.
Perlu diketahui bahwa rumah terdekat dari TKP adalah sekitar 2 km. TKP adalah suatu
daerah perbukitan yang berhutan cukup berat.
Pendahuluan
Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang melalui
pengamatan terhadap perubahan yang terjadi pada tubuh mayat. Perubahan itu akan tejadi
dengan mulai terhentinya suplai oksigen. Manifestasinya akan dapat dilihat setelah beberapa
menit atau beberapa jam. Dalam kasus tertentu, salah satu kewajiban dokter adalah
membantu penyidik menegakan keadilan. Untuk itu dokter sedapat mungkin membantu
menentukan beberapa hal seperti saat kematian dan penyebab kematian.
Salah satu penyebab kematian adalah terjadinya gangguan pertukaran udara pernafasan
yang mengakibatkan suplai oksigen berkurang. Hal ini sering dikenal dengan istilah asfiksia,
Korban kematian akibat asfiksia termasuk yang sering diperiksa oleh dokter, hal tersebut
menempati urutan ketiga setelah kecelakaan lalu lintas dan traumatik mekanik.

Pada berbagai kasus asfiksia, ditemukan tanda-tanda kematian yang berbeda. Hal ini
sangat tergantung dari penyebab kematian. Untuk itu kita perlu memahami lebih lanjut
tentang penyebab asfiksia tersebut.
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar kami sebagai mahasiswa kedokteran
mampu memahami berbagai aspek yang berhubungan dengan ilmu kedokteran forensik dan
nantinya mampu mempraktekan apa yang dipelajari, dan memiliki kesadaran akan
pentingnya penegakan keadilan mengingat keterangan ahli mampu menjadi alat yang kuat
dalam penegakkan peradilan.
Aspek Hukum dan Prosedur Medikolegal 1,2,3
Aspek Hukum
Pasal 338 KUHP
Barangsiapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena
pembunuhan, dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
Pasal 339 KUHP
Pembunuh an yang diikuti, disertai atau didahului oleh suatu perbuatan pidana, yang
dilakukan dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah pelaksanaannya,
atau untuk melepaskan diri sendiri maupun peserta lainnya dari pidana dalam hal
tertangkap tangan, ataupun untuk memastikan penguasaan barang yang diperolehnya
secara melawan hukum, diancam dengan pidana penjara seumur hidup atau selama
waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun.
Pasal 340 KUHP
Barangsiapa dengan sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa orang
lain, diancam, karena pembunuhan dengan rencana (moord), dengan pidana mati atau
pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh lima
tahun.
Pasal 353 KUHP
(1) Penganiayaan dengan rencana terlebih dahulu, diancam dengan pidana penjara paling
lama 4 tahun.
(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah dikenakan pidana
penjara paling lama tujuh tahun.
(3) Jika perbuatan mengakibatkan mati, dia dikenakan pidana penjara paling lama 9
tahun.

Pasal 354 KUHP


(1) Barangsiapa dengan sengaja melukai berat orang lain, diancam, karena melakukan
penganiayaan berat, dengan pidana penjara paling lama delapan tahun.
(2) Jika perbuatan mengakibatkan mati, yang bersalah dikenakan pidana penjara paling
lama sepuluh tahun.
Pasal 355 KUHP
(1) Penganiayaan berat yang dilakukan dengan rencana lebih dahulu, diancam dengan
pidana penjara paling lama 12 tahun.
(2) Jika perbuatan mengakibatkan mati, yang bersalah dikenakan pidana penjara paling
lama 15tahun.
Prosedur Medikolegal 1,23
1. Kewajiban dokter membantu peradilan
Pasal 133 (ayat 1-3) KUHAP
Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik
luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak
pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran
kehakiman atau dokter ahli lainnya.
Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara
tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau
pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.

Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit
harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut
dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilak dengan diberi cap jabatan yang
dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.

Pasal 134 (ayat 1-3) KUHAP


Dalam hal sangat diperlukan di mana untuk keperluan pembuktian bedah mayat tidak
mungkin lagi dihindari, penyidik wajib memberitahukan terlebih dahulu kepada
keluarga korban.
Dalam hal kekeluarga keberatan, penyidik wajib menerangkan sejelas jelasnya
tentang maksud dan tujuan perlu dilakukannya pembedahan tersebut.

Apabila dlaam waktu dua hari tidak ada tanggapan apapun dari keluarga atau pihak
yang perlu diberitahu tidak diketemukan, penyidik segera melaksanakan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 133 ayat (3) undang-undang ini.
Pasal 135 KUHAP
Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan perlu melakukan penggalian mayat,
dilaksanakan menurut ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 133 ayat (2) dan
pasal 134 ayat (1) undang-undang ini.
Pasal 179 (ayat 1-2) KUHAP
Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedoteran kehakiman atau dokter
atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.
Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang
memberikan keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan sumpah
atau janji akan memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya
menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya.

2. Upaya dokter menolak sebagai saksi/ahli


Pasal 120 (ayat 1-2) KUHAP
1) Dalam hal penyidik menganggap perlu, ia dapat minta pendapat orang ahli atau orang
yang memiliki keahlian khusus.
2) AhIi tersebut mengangkat sumpah atau mengucapkan janji di muka penyidik bahwa ia
akan memberi keterangan menurut pengetahuannya yang sebaik-baiknya kecuali bila
disebabkan karena harkat serta martabat, pekerjaan atau jabatannya yang mewajibkan
ia menyimpan rahasia dapat menolak untuk memberikan keterangan yang diminta.
Pasal 168 KUHAP
Kecuali ditentukan lain dalam undang-undang ini, maka tidak dapat didengar
keterangannya dan dapat mengundurkan diri sebagai saksi:
a. keluarga sedarah atau semenda dalam garis lurus ke atas atau ke bawah
sarnpai derajat ketiga dari terdakwa atau yang bersama-sama sebagai
b.

terdakwa.
saudara dan terdakwa atau yang brsama-sama sebagal terdakwa, saudara
ibu atau saudara bapak, juga mereka yang mempunyai hubungan karena
perkawinan dari anak-anak saudara terdakwa sampal derajat ketiga

c.

suami atau isteri terdakwa meskipun sudah bercerai atau yang bersama-

sama sebagai terdakwa.


Pasal 170 (ayat 1-2) KUHAP
1) Mereka yang karena pekerjaan, harkat martabat atau jabatannya diwajibkan
menyimpan rahasia, dapat minta dibebaskan dari kewajiban untuk memberi

3.

keterangan sebagai saksi, yaitu tentang hal yang dipercayakan kepada mereka.
2) Hakim menentukan sah atau tidaknya segala alasan untuk permintaan tersebut.
Bentuk bantuan dokter bagi peradilan dan manfaatnya
Pasal 179
1) Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakirnan atau
dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.
2) Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang
memberikan keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan sumpah
atau janji akan memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan yang sebenarnya
menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya.
Pasal 183 KUHAP
Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan
sekurang-kurangnya ada alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu
tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah
melakukannya.

Pasal 184 KUHAP


1) Alat bukti yang sah adalah:
a. Keterangan saksi
b. Keterangan ahli
c. Surat
d. Petunjuk
e. Keterangan terdakwa

2) Hal yang secara umum sudah diktahui tidak perlu dibuktikan


4. Sanksi bagi pelanggar kewajiban dokter
Pasal 216 (ayat 1-3) KUHAP
1) Barang siapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan
menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh
pejabat berdasarkan tugasnya, demikian pula yang diberi kuasa untuk mengusut atau

memeriksa tindak pidana; demikian pula barang siapa dengan sengaja mencegah,
menghalang-halangi atau menggagalkan tindakan guna menjalankan ketentuan
undang- undang yang dilakukan oleh salah seorang pejabat tersebut, diancam dengan
pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau pidana denda puling banyak
sembilan ribu rupiah.
2) Disamakan dengan pejahat tersebut di atas, setiap orang yang menurut ketentuan
undang-undang terus-menerus

atau untuk

sementara

waktu diserahi

tugas

menjalankan jabatan umum.


3) Jika pada waktu melakukan kejahatan belum lewat dua tahun sejak adanya
pemidanaan yang menjadi tetap karena kejahatan semacam itu juga, maka pidananya
dapat ditambah sepertiga.
Pasal 222 KUHAP
Barang siapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan
pemeriksaan mayat forensik, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan
bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

Pasal 224 (ayat 1-2) KUHAP


Barang siapa dipanggil sebagai saksi, ahli atau juru bahasa menurut undang-undang
dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban berdasarkan undang-undang yang harus
dipenuhinya, diancam:
1. dalam perkara pidana, dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan;
2. dalam perkara lain, dengan pidana penjara paling lama enam bulan.
Pasal 522 KUHAP
Barang siapa menurut undang-undang dipanggil sebagai saksi, ahli atau juru bahasa,
tidak datang secara melawan hukum, diancam dengan pidana denda paling banyak
sembilan ratus rupiah.
5. Bedah mayat klinis, anatomis dan transplantasi
Peraturan Pemerintah No18 tahun 1981
Tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta Transplantasi alat dan
atau Jaringan tubuh manusia.
Pasal 70 UU kesehatan

Bedah mayat hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian
dan kewenangan untuk itu dan dengan memperhatikan norma yang berlaku dalam
masyarakat.
6. Keterangan Palsu
Pasal 267 KUHP
(1) Seorang dokter yang dengan sengaja memberi surat keterangan palsu tentang ada atau
tidaknya penyakit, kelemahan atau cacat, diancam dengan pidana penjara paling lama
empat tahun.
(1) Jika keterangan diberikan dengan maksud untuk memasukkan seorang dalam rumah
sakit gila atau untuk menahannya disitu dijatuhkan pidana penjara paling lama
delapan tahun enam bulan.
(2) Diancam dengan pidana yang sama, barangsiapa dengan sengaja memakai surat
keterangan paslu itu seolah-olah isinya sesuai dengan kebenaran.
Pasal 7 KODEKI
Seorang dokter hanya memberikan keterangan atau pendapat yang dapat dibuktikan
kebenarannya
Identifikasi Forensik4
Identifikasi forensik merupakan langkah pertama apabila korban ditemukan. Upaya
penentuan identifikasi korban dengan tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas
seseorang. Identifikasi personel merupakan suatu masalah dalam kasus pidana atau perdata.
Menentukan identitas personel dengan tepat amat penting dalam penyelidikan karena adanya
kekeliruan dapat berakibat fatal dalam proses peradilan.
Di dalam identifikasi korban ini, peran ilmu kedokteran forensik adalah penting
terutama apabila korban ini tidak dikenal dan korban ini sudah membusuk seperti di dalam
kasus ini. Penentuan identitas personel dapat menggunakan beberapa metode dan identifikasi
seseorang dipastikan apabila paling sedikit dua metode yang digunakan memberikan hasil
positif. Metode-metodenya adalah :
1. Pemeriksaan dokumen
Apabila dokumen seperti kartu identifikasi (KTP, SIM, paspor dll) yang kebetulan
ditemukan dalam saku pakaian yang dikenakan atau berdekatan dengan TKP sangat
membantu mengenali korban tersebut.
2. Identifikasi medik
Pemeriksaan ini dilakukan di TKP atau ruang autopsi semasa pemeriksaan luar.
Identifikasi medik ini mempunyai nilai tinggi karena selain dilakukan oleh seorang

ahli dengan menggunakan cara/modifikasi sehingga ketepatan cukup tinggi. Metode


ini terbahagi kepada dua :
i.
Identifikasi umum
Pada pemeriksaan luar, identifikasi umum dilakukan dengan mencatat
identitas korban seperti; jenis kelamin, bangsa dan ras, umur, warna kulit,
keadaan gizi, tinggi, berat badan, rambut mayat baik dari segi warna,
distribusi, keadaan tumbuh serta sifatnya; kasar atau halus, lurus atau ikal,
ii.

keadaan zakar yang disirkumsisi atau tidak.


Identifikasi khusus
Ini terdiri daripada sesuatu yang khusus yang dapat dijumpai pada korban
yang dapat membantu identifikasi korban. Ini terdiri dari :
Rajah / tattoo
Tentukan letak, warna serta tulisan/lukisan tattoo yang ditemukan. Bila

perlu bt dokumentasi foto.


Jaringan parut
Catat seteliti mungkin jaringan parut yang ditemukan baik yang timbul

akibat penyembuhan luka maupun yang terjadi akibat tindakan bedah.


Kelainan kulit
Adanya kutil, angioma, bercak hiper atau hipopogmentasi, eksema dan

kelainan lain sering kali dapat membantu dalam penentuan identitas.


Anomali dan cacat pada tubuh
Kelainan anatomis berupa anomaly atau deformitas akibat penyakit atau
kekerasan perlu dicatat dengan seksama. Tidak tercatanya ciri-ciri yang
disebut di atas dapat sangat merugikan karena dapat menyebabkan

diragukannya hasil pemeriksaan terhadap mayat secara keseluruhan.


3. Pemeriksaan pakaian dan perhiasan
Dari pakaian dan perhiasan yang dikenakan jenazah mungkin dapat diketahui merek
atau nama pembuat, ukuran, inisial nama pemilik, badge, yang semuanya membantu
identifikasi walaupun telah terjadi pembusukan pada jenazah tersebut.
4. Metode visual
Metode ini dilakukan dengan cara memperlihatkan jenazah pada orang-orang yang
merasa kehilangan anggota keluarga atau temannya. Cara ini hanya efektif pada
jenazah yang belum membusuk sehingga masih mungkin mengenali wajah dan bentuk
tubuhnya oleh lebih dari satu orang. Hal ini perlu perhatikan mengingat adanya
kemungkinan faktor emosi yang turut berperan untuk membenarkan atau sebaliknya
menyangkal identitas jenazah tersebut.
5. Pemeriksaan sidik jari
Metode ini membandingkan gambaran sidik jari jenazah dengan sidik jari ante
mortem. Sampai saat ini, pemeriksaan sidik jari merupakan pemeriksaan yang diakui

paling tinggi ketepatannya untuk menentukan identitas seseorang. Dengan demikian


harus dilakukan penanganan sebaik-baiknya jari tangan untuk pemeriksaan sidik jari
misalnya melakukan pembungkusan kedua tangan jenazah dengan kantung plastik.
6. Pemeriksaan gigi
Pemeriksaan ini meliputi pencatatan data gigi (odontogram) dan rahang yang dapat
dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan manual, sinar-x dan pencetakan gigi
serta rahang. Odontogram memuat data tentang jumlah, bentuk, susunan, tambalan,
protesa gigi dan sebagainya. Seperti halnya dengan sidik jari, maka setiap individu
memiliki susunan gigi yang khas. Dengan demikian dapat dilakukan identifikasi
dengan cara membandingkan data temuan dengan data pembanding ante mortem.
7. Pemeriksaan serologik
Pemeriksaan serologik bertujuan untuk menentukan golongan darah jenazah. Penentuan
golongan darah pada jenazah yang telah membusuk dengan memeriksa rambut, kuku dan
tulang.
Pemeriksaan TKP4
Dasar pemeriksaan adalah hexameter, yaitu menjawab 6 pertanyaan : (1) apa yang terjadi, (2)
siapa yang tersangkut, (3) dimana dan kapan terjadi, (4) bagaimana terjadinya dan (5)
dengan apa melakukannya, serta (6) kenapa terjadi peristiwa tersebut. Bila korban masih
hidup maka tindakan yang paling utama dan pertama bagi dokter adalah menyelamatkan
koban dengan tetap menjaga keutuhan TKP.
Sedangkan pada skenario, korban didapatkan dalam keadaan telah mati dan membusuk, tugas
dokter

adalah

menegakkan

diagnosis

kematian,

memperkirakan

memperkirakan sebab kematian, memperkirakan cara kematian,

saat

kematian,

menemukan dan

mengamankan benda bukti biologis dan medis. Bila perlu dokter dapat melakukan anamnesa
dengan saksi-saksi untuk mendapatkan gambaran riwayat medis korban (pada kasus
anamnesa dilakukan terhadap orang yang menemukan jenazah ).
Perlengkapan yang sebaiknya dibawa pada saat pemeriksaan di TKP adalah kamera, film
berwarna dan hitam putih (untuk ruangan gelap), lampu kilat, lampu senter, lampu ultraviolet,
alat tulis dan temapat menyimpan barang bukti berupa amplop atau kantong plastik, pinset,
skapel, jarum, tang, kaca pembesar, termometer rectal, termometer rangan, sarung tangan,
kapas, kertas saring serta alat tulis (spidol) untuk memberi label pada benda bukti.
Pemeriksaan di tempat kejadian penting untuk membantu penentuan penyebab kematian dan
menentukan cara kematian. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah posisi korban saat mati,

simpul pada baju korban yang dipakai untuk mencekik korban, benda-benda bukti di sekitar
korban, dan keadaan lingkungan.
Dari hasil pemeriksaan TKP di dapatkan bahwa terdapat ceceran darah yang cukup
banyak pada bebatuan pada daerah dekat luka pada ketiak kiri korban, tidak ditemukan
adanya benda tajam yang dicurigai menimbulkan luka, TKP merupakan sungai kering yang
jauh dari pemukiman penduduk. Korban dalam posisi tertelengkup dan leher terjerat lengan
bajunya sendiri sedangkan lengan lainnya terkait pada pohon, posisi korban mendatar.
Pemeriksaan Medis
a. Pemeriksaan Luar
Pemeriksaan luar terdiri dari :
1) Label mayat
Sehelai karton yang diikatkan pada ibu jari kaki serta penyegelan pada tali
pengikat untuk menjaga keaslian barang bukti. Serta untuk menjaga agar mayat
tidak tertukar saat diambil oleh keluarga.
2) Tutup mayat dan bungkus mayat
Mayat sering kali dibawa dalam keadaan ditutupi atau terbungkus. Penutup mayat
atau bungkusan harus dicatat jenis dan bahannya, warna corak serta bahan yang
melekat atau yang mengotori.pada kasus ini,mayat tersebut tidak terbungkus.
Pakaian yang dipakai harus dicatat dengan teliti dari bagian tubh sebelah atas
hingga kebawah. Pencatatan meliputi bahan, warna dasar corak dari tekstil,
bentuk dan model pakaian, ukuran, merk, cap binatu, bila terdapat pengotoran
atau robekan pada pakaian maka harus dicatat ukuran dan letaknya.
3) Perhiasan
Semua perhiasan yang dipakai oleh korban harus dicatat, warna bentuk, ukuran
merk sebagai barang bukti. Mayat ini menggunakan Kaos dalam (oblong)
berwarna putih merk Rider, Celana celana panjang yang di bagian bawahnya
digulung hingga setengah tungkai bawahnya. Celana dalam dari kaus warna
merah tua dengan karet berwarna putih pada pinggang dengan tulisan Rider
berwarna hitam
4) Benda disamping mayat
Kadang-kadang mayat dikirim berserta barang yang adda disampingnya, semua
barang yang ada dicatat dengan teliti dan lengkap
5) Tanda kematian
Tanda kematian diperiksa berdasarkan perubahan Tanatologi (dibahas terpisah)
6) Identifikasi umum

Meliputi jenis kelamin, ras, umur, warna kulit, tinggi dan berat badan, keadaan
kelamin yang di sikumsisi dan adany strie pada dinding perut. Mayat adalah
seorang laki-laki bangsa Indonesia, umur kurang lebih tiga puluh lima tahun, kulit
berwarna sawo matang, gizi baik, panjang badan seratus tujuh puluh sentimeter
dan berat badan tujuh puluh lima kilogram dan zakar disunat.
7) Identifikasi khusus
Meliputi adanya tanda-tanda khusus dari korban seperti tattoo, jaringan parut,
kapalan (callus), kelainan pada kulit dan anomaly dan cacat pada tubuh
lainnya.tidak terdapat adanya tanda-tanda spesifik pada bagian tubuhnya.
8) Pemeriksaan rambut
Nilai bukti dari rambut akan bertambah pada asus yang tidak ditemukan buktibukti lain atau bukti-bukti lainnya telah rusak.
Pemeriksaan rambut berguna dalam bidang forensik utnuk membantu penentuan
identitas seseorang, menunjukan keterkaitan antara seseorang yang dicurigai
dengan suatu peristiwa kejahatan tertentu, antara korban dengan senjata atau
anatara korban dengan kendaraan yang dicurigai.
Pemeriksaan laboratorium terhadap rambut meliputi pemeriksaan makroskopis
dan mikroskopik.
Pada pemeriksaan makroskopik yang perlu diperhatikan dan dicatat adalah
keadaan warna, panjang, bentuk (lurus, ikal, keriting), zat perwarna rambut yang
mungkin dijumpai. Sedangkan untuk pemeriksaan mikroskopik perlu diuat
sediaan mikroskopik rambut sebagai berikut:
Kasus ini memperlihatkan adanya Rambut kepala berwarna hitam, panjang satu
sentimeter. Alis berwarna hitam, tumbuh lurus, panjang lima millimeter.
i.)

Rambut manusia atau rambut hewan


Rambut manusia berbeda dengan rambut hewan pada sifat-sifat lapisan
sisik(kutikula), gambaran korteks dan medula rambut.
Rambut manusia memiliki diameter sekitar 50-150 mikron dengan bentuk
kutikula yang pipih sedangkan rambut hewan memiliki diameter kurang dari 25
mikron atau lebih dari 300 mikron dengan kutikula kasar dan menonjol.
Pigmen pada rambut manusia sedikit dan terpisah-pisah sedangkan pada hewan
padat dan tidak terpisah.
Perbandingan diameter medula dengan diameter rambut pada rambut manusia
(indeks medula) adalah 1:3 sedangkan indeks medula rambut hewan adalah 1:2

atau lebih besar. Pemeriksaan indeks medula merupakan pemeriksaan yang


terpenting untuk membedakan rambut manusia dari rambut hewan.
ii.)

Asal tumbuh rambut manusia


Rambut kepala umumnya kasar, lemas, bisa lurus, ikal, ataupun keriting, dan
panjang penampang melintang yang berbentuk bilat (pada rambut lurus), oval
(pada rambut keriting/ikal). Alis, bulu mata, dan bulu hidung umumnya relatif
kasar, kadang-kadnag kaku, dan pendek. Rambut kemaluan dan rambut ketiak

iii.)

lebih kasar, sedangkan rambut badan halus dan pendek.


Rambut utuh atau rusak
Pemeriksaan mikroskopik rambut utuh akan memperlihatkan akar bagian tengah
dan ujung lengkap. Pada rambut yang tercabut rambut akan terlihat utuh dangan
disertai jaringan kulit. Sebaliknya rambut yang lepas sendiri akan mempunyai
akar yang megerut tanpa jaringan kulit. Rambut yang terpotong benda tajam
dengan mikroskop akan terlihat terpotong rata sedangkan akibat benda tumpul

iv.)

akan terlihat terputus tidak rata.


Jenis kelamin
Panjang rambut kepala kadang-kadang dapat memberikan petunjuk jenis kelamin.
Tetapi untuk menentukan jenis kelamin yang pasti harus dilakukan pemeriksaan
terhadap sel-sel sarung akar rambut dengan larutan Orcein. Pada rambut wanita
dapat ditemukan adanya kromatin seks pada inti sel-sel tersebut. Disini jelas
bahwa mayat tersebut adalah laki-laki karena hanya memiliki panjang satu
sentimeter.

9) Pemeriksaan mata
Periksa kelopak apakah tertutup atau terbuka, ada tidaknya tanda-tanda kekerasan
serta kelaianan lain yang timbul oleh penyakit atau sebagainya. Pemeriksaan
kelopak mata.
Kedua mata pada mayat ini tertutup. Selaput bening mata keruh, kedua teleng
mata bundar dengan garis tengah empat milimeter. Tirai mata berwarna coklat
muda. Selaput bola mata dan selaput kelopak mata kanan dan kiri berwarna putih,
tidak tampak perdarahan maupun pelebaran pembuluh darah. Tekanan bola mata
menurun.
10) Pemeriksaan daun telinga dan hidung
Pemeriksaan meliputi pecatatan terhadap bentuk dari daun telinga dan hidung,\.
Catat pula kelainan seta tanda kekerasan yang ditemukan. Periksa apakah dari
lubang telinga dan hidung keluar cairan / darah.

Hidung mayat berbentuk biasa. Kedua daun telinga berbentuk biasa. Dari lubang
hidung, telinga, mulut dan lubang lainnya tidak keluar apa-apa.-11) Pemeriksaan mulut dan rongga mulut
Pemeriksaan meliptui bibir, lidah, rongga mulut serta gigi geligi. Catat kelaiann
atau tanda kekerasan yang ditemukan. Terhadap gigi geligi, pencataan harus
diakukan selengkap-lengkapnya meliputi jumlah gigi yang terdapat, gigi geligi
yang hilang/patah/mendapat tmabalan/ bungkus logam, gigi palsu, kelainan letak,
pewarnaan dan sebagainya. data gigi geligi merupakan akat yang sangat berguna
untuk identifikasi bila terdapat data pembanding.
Setelah dilakukan pemeriksaan mayat ini memiliki \bibir tampak tebal. Gigi
geligi lengkap
12) Pemeriksaa alat kelamin dan anus
Pada mayat laki-laki, catat apakah alat kelamin mengalami sirkumsisi. Catat
kelainan bawaan yang mungkin ditemukan (epispadia, hypospadia phymosis),
adanya manik-manik yang ditanam di bawah kemaluan serta kelaian yang
ditimbulkan cairan dari lubang kemaluan serta kelainan yang ditimbulkan oleh
penyakit atau sebab lain.
Pada mayat yang sering mendapat perlakuan sodomi, mungkin ditemukan anus
berbentuk corong yang selaput lendirnya sebagian berubah menjadi lapisan
bertanduk dan hilang rugaenya.
Alat kelamin mayat berbentuk biasa tidak menunjukkan kelainan. Lubang dubur
berbentuk biasa tidak menunjukkan kelainan
13) Pemeriksaan tanda-tanda kekerasan
Pada pemeriksaan terhadap tanda kekerasan /luka, perlu dilakukan pencatatan
yang teliti dan objektif terhadap : letak luka, jenis luka, bentuk luka, arah luka,
tepi luka, sudut luka, dasar luka, sekitar luka, ukuran luka, saluran luka, pada luka
lecet jenis parut, pemeriksaan teliti terhadap permukaan luka terhadap pola
penumpukan kulit ari yang terserut dapat mengungkapkan arah kekerasan yang
menyebabkan luka tersebut.
Pada mayat ini terdapat luka tusuk dengan kedua sudut tajam
Pada sekujur kaki kiri dan kanan korban terdapat luka-luka akibat kekerasan
benda tajam
14) Pemeriksaan kemungkinan patah tulang

Tentukan letak patah tulang yang ditemukan serta catat sifat/jenis masing-masing
patah tulang yang terdapat.
15) Pemeriksaan air liur
Air liur merupakan cairan yang dihasilkan oleh kelejar liur. Air liur (saliva)
terdiri dari air, enzim ptialin (alfa amilase), protein, lipid, ion-ion anorganik
seperti tiosianat, klorida dan lain-lain.
Dalam bidang kedokteran forensik pemeriksaan air lir penting untuk kasus-kasus
dengan jejas gigitan untuk menentukan golongan darah penggigitnya.
Dalam kasus ini harus diperiksa dulu pada mayat apakah ada bekas gigitan atau
tidak jika ada baru lakukan pemeriksaan liur pada jejas yang biasanya
ditimbulkan dari gigitan tersebut.
16) Lain-lain
Perlu diperhatikan aan kemungkinan adanya:
a.

Tanda pembendungan, ikterus, warna kebiru-biruan pada kuku/ujung-ujung jari


(pada sianosis) atau adanya edema/sembab.

b.

Bekas pengobatan berupa bekas kerokan, tracheotomi, suntikan pungsi lumbal,


dan lain-lain.

c.

Terdapatnya bercak lumpur atau pengotoran lain pada tubuh, kepingan atau
serpihan cat, pecahan kaca, lumuran aspal dan lain-lain.

b. Pemeriksaan Dalam
Pemeriksaan dalam merupakan pemeriksaan organ, biasanya dimulai dari lidah oesophagus,
trachea sampai meliputi seluruh alat tubuh. Otak biasanya diperiksa terakhir. 2
a. Lidah
Pada lidah, perhatikan pemurkaan lidah, adakah kelainan bekas gigitan baik yang baru
maupun yang lama. Pengirisan lidah sebaiknya tidak sampai teriris putus, agar setelah selesai
autopsi, mayat masih tampak berlidah utuh.
b. Tonsil
Perhatikan permukaan maupun penampang tonsil, adakah selaput, gambaran infeksi,
nanah dan sebagainya.

c. Kelenjar gondok
Perhatikan ukuran dan beratnya. Periksa apakah pemrukaanya rata, catat warnanya,
adakah pembedahan berbintik / resapan darah. Lihat juga perangkat penampang kelenjar ini.
d. Kerongkongan (oesophagus)
Perhatikan adanya benda benda asing , keadaan selaut lendir serta kelainan yang
mungkin ditemukan.
e. Batang tenggorokan
Dimulai dari epiglottis, perhatikan adakan edema, benda asing, perdarahan dan
kelainan lain. Perhatikan pula pita suara dan kotak suara. Lidah berwarna kelabu, perabaan
lemas, tidak terdapat bekas tergigit maupun resapan darah. Tonsil tidak membesar dan
penampangnya tidak menunjukkan kelainan.
.Batang tenggorok, cabangnya, dan elaput lendirnya berwarna putih kemerahan dan tidak
menunjukkan kelainan. Kerongkongan kosong. Selaput lendirnya berwarna putih.

f. Tulang lidah, rawan gondok dan rawan cincin


Tulang lidah kadang ditemukan patah unilateral pada kasus pencekikan. Perhatikan
adanya patah tulang, resapan darah. Rawan gondok dan rawan cincin seringkali juga
menunjukkan resapan darah pada kasus dengan kekerasan pada daerah leher (pencekikan,
penjeratan, gantung).
Kelenjar gondok mayat berwarna coklat merah, tidak membesar dan penampangnya tidak
menunjukkan kelainan, berat dua puluh gram
g. Arteri carotis interna
Perhatikan adanya tanda kekerasan pada sekitar arteri ini.
h. Kelenjar Thymus

pada permukaanya perhatikan adanya perdarahan berbintik serta kemungkinan adanya


kelainan lain.
i. Paru paru
Kedua paru masing masing diperiksa tersendiri. Tentukan permukaan paru paru.
Perhatikan warnanya, serta bintik perdarahan, bercak perdarahan akibat aspirasi darah ke
dalam alveoli, resapan darah, luka, bulla dan sebagainya. Lakukan perabaan paru. Peraaan
paru yang normal terasa seperti meraba spons/ karet busa. Pada penampang paru tentukan
warnanya serta catat kelainan yang mungkin ditemukan.
Paru kanan terdiri dari tiga baga, berwarna kelabu kemerahan dan perabaan seperti karet
busa. Penampangnya tampak agak pucat dan dari irisan keluar darah.paru kiri terdiri dari dua
baga, berwarna kelabu kemerahan dan perabaan agak kenyal, kurang mengandung udara, dari
irisan keluar banyak darah.. Berat paru kiri tiga ratus gram dan kanan empat ratus gram
j. jantung
Perhatikan besarnya jantukng, bandingkan dengan kepalan tinju mayat. Perhatikan
adanya resapan darah, luka atau bintik bintik perdarahan. Pada penampang irisan
diperhatikan tebal dinding arteri, keadaan lumen serta kemungkinan terdapatnya trombus.
Belah septum jantung untuk melihat kelainan otot.
Jantung mayat tampak membesar sebesar tinju kanan mayat. Selaput luar jantung tampak
licin, tidak terdapat bintik perdarahan. Pada ventrikel kanan terdapat luka menembus dengan
diameter 0,9 sentimeter. Pada ventrikel kiri terdapat luka menembus dengan diameter 0,9
sentimeter dan ditemukan peluru dengan kaliber tiga puluh uda. Katup jantung tidak
menunjukkan kelainan. Lingkaran katup serambi bilik kanan sebelas sentimeter sedangkan
yang kiri sembilan setengah sentimeter. Lingkaran katup nadi paru sepanjang enam setengah
sentimeter. Tebal otot bilik jantung kanan empat milimeter dan yang kiri dua belas milimeter.
Otot puting cukup tebal. Pembuluh nadi jantung tidak tersumbat dan dindingnya tidak
menebal. Sekat jantung tidak menunjukkan kelainan. Berat jantung tiga ratus gram
k. Aorta thoracalis

Perhatikan kemungkinan terdapatnya deposit kapur, ateroma atau pembentukan


aneurisma. Tanda kekerasan dapat ditemukan resapan darah atau luka.
l. Aorta abdominalis
Perhatikan dinding aorta terhadap adanya pembunuhan perkapuran atau atheroma.
Perhatikan pula muara dari pembuluh nadi yang keluar dari aorta ini, terumana aa. Renalis
kanan dan kiri. Perhatikan apakah terdapat kelainan pada dinding pembuluh darah.
m. Anak ginjal (glandula suprarenalis)
periksa lokasi anak ginjal dan periksa adanya kelainan ukuran, resapan darah dan
lainnya.
n. Ginjal, ureter dan kandung kencing.
Bila ada trauma yang mengenai ginjal, terdapat resapan darah pada capsula. Pada
penampang ginjal, perhatikan gambaran korteks dan medula ginjal. Perhatikan juga pelvis
renis akan kemungkinan terdapatnya batu ginjal, tanda peradangan, nanah dan sebagainya.
Anak ginjal kanan mayat berbentuk trapesium dan yang kiri berbentuk bulan sabit.
Gambaran kulit dan sumsum jelas, tidak menunjukkan kelainan. Berat anak ginjal kanan
delapan gram dan yang kiri sembilan gram
o. Hati dan kandung empedu
Pemeriksaan dilakukan terhadap permukaan hati, yang nromalnya permukaan rata dan
licin, warna merah coklat. Pada perabaan, hati normal memberikan perabaan kenyal. Tepi hati
biasanya tajam. Kandung empedu diperiksa ukurannya serta diraba akan kemungkinan
terdapatnya batu empedu.
Pada mayat ini ditemukan Hati berwarna coklat, permukaannya rata, tepinya tajam dan
perabaan kenyal padat. Penampang hati berwarna merah-coklat dan gambaran hati tampak
jelas. Berat hati adalah seribu dua ratus gram. Kandung empedu berisi cairan berwarna hijau
coklat, selaput lendirnya berwarna hijau seperti beludru. Saluran empedu tidak menunjukkan
penyumbatan

p. Limpa dan kelenjar getah bening


Limpa yang normal menunjukkan permukaan yang berkeriput, berwarna ungu dengan
perabaan lunak kenyal.
Limpa korban berwarna ungu kelabu, permukaannya keriput dan perabaan lembek.
Penampangnya berwarna merah hitam dengan gambaran limpa jelas. Berat limpa seratus
sepuluh gram.
q. Lambung, usus halus dan usus besar
Perhatikan isi lambung dan simpan dalam botol atau kantung plastik bersih bila isi
lambung ini diperlukan untuk pemeriksaan toksikologik atau pemeriksaan laboratorium
lainnya.

Periksa

selaput

lendir

terhadap

kemungkinan

adanya

erosi,

ulserasi,

perdarahan/resapan darah. Usus diperksa akan kemungkinan terdapat darah dalam lumen
serta kemungkinan terdapatnya kelainan bersifat ulceratif, polip dan lain lain.
Setelah di telusuri di ketahui bahwa Lambung mayat kosong . Selaput lendirnya berwarna
putih dan menunjukkan lipatan yang biasa, tidak terdapat kelainan. Usus dua belas jari, usus
halus dan usus besar tidak menunjukkan kelainan.
r. Kelenjar liur perut (pancreas)
Kelenjar liur perut yang normal mempunyai warna kelabu agak kekuningan, dengan
permukaan yang berbelah belah dan perabaan yang kenyal. Perhatikan ukuran serta
beratnya.
s. otak besar, otak kecil dan batang otak
Perhatikan permukaan uar dari otak dan kelainan yang ditemukan. Adakah perdarahan
subdural, perdarahan subarakhnoid, kontusio jaringan otak atau kadang sampai terjadi
laserasi. Pada oedema cerebri, girus otak akan tampak mendatar dan sulkus tampak
menyempit. Perhatikan pula akan kemungkinan terdapatnya tanda penekanana yang
menyebabkan sebagian permukaan otak mejadi datar. Pada daerah ventral otak, perhatikan
keadaan sulkus willisi, adakah penebalan dinding akbiat kelainan atheroma, adakah penipisan
dinding akibat aneurysma, adakah perdarahan. Perhatikan bentuk serebelum, pada keadaan

peningkatan tekanan intra kranial akibat edema serebri msialnya, dapat terjadi hemiasi
serebellum ke arah foramen magnum, sehingga bagian bawah serebllum tampak menonjol.
Perhatikan penampang pada otak besar, otak kecil dan batang otak. lihat apakah adanya
perdarahan.
Kulit kepala baigan dalam mayat bersih, tulang tengkorak utuh. Selaput keras otak
tidak menunjukkan kelainan. Tidak terdapat perdarahan di atas maupun di bawah selaput
keras otak. Permukaan otak besar menunjukkan gambaran lekuk otak yang biasa, tidak
terdapat perdarahan. Penampang otak besar tidak menunjukkan kelainan. Otak kecil dan
batang otak tidak menunjukkan perdarahan baik pada permukaan maupun penampangnya.
t. Alat kelamin dalam
Pada mayat laki laki, testis dikeluarkan dari scrotum melalui rongga perrut.
Perhatikan ukuran, konsistensi serta kemungkinan terdapatnya resapan darah. Perhatikan pula
bentuk dan ukuran dari epididimis. Perhatikan ukran serta konsistensi kelenjar prostat.
c. Pemeriksaan Laboratorium
a. pemeriksaan darah
Tujuan utama pemeriksaan darah forensik dalah untuk membantu identifikasi pemilik
darah tersebut, dengan membandingkan bercak darah yang ditemukan di TKP pada obyek
obyek tertentu, manusia dan pakaiannya dengan darah korban atau darah tersangka pelaku
kejahatan. Hasilnya penting untuk menunjang atau menyingkirkan keterlibatan seseorang
dengan TKP dengan catatan walaupun dengan uji yang modern dan dengan peralatan yang
canggih sekalipun, masih sulit untuk memastikan bahwa darah tersebut berasal dari individu
tertentu. Pemeriksaan darah yang dilakukan adalah :1
-

Pemeriksaan mikroskopik. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat morfologik


sel sel darah merah. Cara ini tidak dapat dilakukan bila sel sel darah telah

rusak. Pemeriksaan ini hanya dapat menentukan kelas dari darah tersebut.
Pemeriksaan kimiawi. Cara ini dilakukan bila ternyata sel darah merah sudah

rusak.
Pemeriksaan serologik. Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan spesies dan
golongan darah

b. pemeriksaan rambut
Guna pemeriksaan laboratorium terhadap rambut adalah untuk membantu penentuan
identitas seseorang, menunjukkan keterkaitan antara seseorang yang dicurigai dengan suatu
peristiwa kejahatan tertentu, antara korban dengan senjata atau antara korban dengan
kendaraan yang dicurigai. 1
Pada pemeriksaan makroskopis dicatat keadaan warna, panjang, bentuk (lurus, ikal, keriting)
dan zat pewarna rambut yang mungkin dijumpai.
Untuk pemeriksaan mikroskopis bisa menentukan rambut manusia atau hewan, pigmen pada
rabut manusia sedikit dan terpisah pisah sedangkan pada hewan padat dan tidak terpisah.
Juga bisamenentukan asal tumbuh rambut manusia. Berdasarkan asla tumbuhnya, rambut
manusia dibedakan atas rambut kepala; alis, bulu mata dan bulu hidung; kumis dan jenggot;
rambut badan; rambut ketiak dan rambut kemaluan. Umumnya tidak terdapat perbedaan yang
tegas antara jenis jenis rambut tersebut di atas. Rambut kepala umumnya kasar, lemas,
lurus/ikal/keriting dan panjang dengan penampang melintang yang berbentuk bulat (pada
rambut yang lurus), oval atau elips (pada rambut yang ikal/keriting). Alis, bulu mata dan bulu
hidung umumnya relatif kasar, kadang kadang kaku da pendek. Rambut kemaluan dan
rambut ketiak lebih kasar sedangkan rambut badan halus dan pendek.1
Thanatologi4
1. Tanda yang segera dikenali setelah kematian.
Berhentinya sirkulasi darah.
Berhentinya pernafasan.
2. Tanda-tanda kematian setelah beberapa saat kemudian:
a. Perubahan temperatur tubuh (algor mortis)
Suhu tubuh pada orang yang sudah meninggal perlahan-lahan akan sama
dengan suhu lingkungannya karena mayat tersebut akan melepaskan panas dan
suhunya menurun. Kecepatan penurunan suhu pada mayat bergantung kepada suhu
lingkungan dan suhu mayat tu sendiri. Pada iklim yang dingin maka penurunan suhu
mayat berlangsung cepat.
Faktor Faktor yang Mempengaruhi Suhu Mayat
1) Usia. Penurunan suhu lebih cepat pada anak-anak dan orang tua dibandingkan
orang dewasa.

2) Jenis kelamin. Wanita mengalami penurunan suhu tubuh yang lebih lambat
dibandingkan pria karena jaringan lemaknya lebih banyak.
3) Lingkungan sekitar mayat. Jika mayat berada pada ruangan kecil tertutup tanpa
ventilasi kecepatan penurunan suhu mayat akan lebih lambat dibandingkan jika
mayat berada pada tempat terbuka dengan ventilasi yang cukup.
4) Pakaian. Tergantung pakaian yang di pakai tebal atau nipis atau tidak
berpakaian.
5) Bentuk tubuh. Mayat yang berbadan kurus akan mengalami penurunan suhu
badan yang lebih cepat.
6) Posisi tubuh. Mayat dalam posisi terlentang mengalami penurunan suhu yang
lebih cepat.
b. Lebam mayat (livor mortis)
Lebam mayat terjadi akibat terkumpulnya darah pada jaringan kulit dan
subkutan disertai pelebaran pembuluh kapiler pada bagian tubuh yang letaknya
rendah atau bagian tubuh yang tergantung. Keadaan ini memberi gambaran berupa
warna ungu kemerahan.Setelah seseorang meninggal, mayatnya menjadi suatu
benda mati sehingga darah akan berkumpul sesuai dengan hukum gravitasi. Lebam
mayat pada awalnya berupa barcak. Dalam waktu sekitar 6 jam, bercak ini semakin
meluas yang pada akhirnya akan membuat warna kulit menjadi gelap. Pembekuan
darah terjadi dalam waktu 6-10 jam setelah kematian. Lebam mayat ini bisa berubah
baik ukuran maupun letaknya tergantung dari perubahan posisi mayat. Karena itu
penting sekali untuk memastikan bahwa mayat belum disentuh oleh orang lain.
Posisi mayat ini juga penting untuk menentukan apakah kematian disebabkan
karena pembunuhan atau bunuh diri.
Ada 5 warna lebam mayat yang dapat kita gunakan untuk memperkirakan
penyebab kematian :
Merah kebiruan merupakan warna normal lebam
Merah terang menandakan keracunan CO, keracunan CN atau suhu dingin
Merah gelap menunjukkan asfiksia
Biru menunjukkan keracunan nitrit
Coklat menandakan keracunan aniline
c. Kaku mayat (rigor mortis)
Perubahan otot yang terjadi setelah kematian bisa dibagi dalam 3 tahap :
1) Periode relaksasi primer (flaksiditas primer)

Hal ini terjadi segera setelah kematian. Biasanya berlangsung selama 2-3 jam.
Seluruh otot tubuh mengalami relaksasi,dan bisa digerakkan ke segala arah.
Iritabilitas otot masih ada tetapi tonus otot menghilang. Pada kasus di mana
mayat letaknya berbaring rahang bawah akan jatuh dan kelopak mata juga akan
turun dan lemas.

2) Kaku Mayat
Kaku mayat akan terjadi setelah tahap relaksasi primer. Keadaan ini berlangsung
setelah terjadinya kematian tingkat sel, dimana aktivitas listrik otot tidak ada
lagi. Otot menjadi kaku. Fenomena kaku mayat ini pertama sekali terjadi pada
otot-otot mata, bagian belakang leher, rahang bawah, wajah, bagian depan leher,
dada, abdomen bagian atas dan terakhir pada otot tungkai. Akibat kaku mayat
ini seluruh mayat menjadi kaku, otot memendek dan persendian pada mayat
akan terlihat dalam posisi sedikit fleksi. Keadaan ini berlangsung selama 24 48 jam pada musim dingin dan 18 - 36 jam pada musim panas. Penyebabnya
adalah otot tetap dalam keadaan hidrasi oleh karena adanya ATP. Jika tidak ada
oksigen, maka ATP akan terurai dan akhirnya habis, sehingga menyebabkan
penumpukan asam laktat dan penggabungan aktinomiosin (protein otot).
3) Periode Relaksasi Sekunder
Otot menjadi relak (lemas) dan mudah digerakkan. Hal ini terjadi karena
pemecahan protein, dan tidak mengalami reaksi secara fisik maupun kimia.
Proses pembusukan juga mulai terjadi. Pada beberapa kasus, kaku mayat sangat
cepat berlangsung sehingga sulit membedakan antara relaksasi primer dengan
relaksasi sekunder.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kaku Mayat
1) Keadaan Lingkungan. Pada keadaan yang kering dan dingin, kaku mayat lebih
lambat terjadi dan berlangsung lebih lama dibandingkan pada lingkungan yang
panas dan lembab. Pada kasus di mana mayat dimasukkan ke dalam air dingin,
kaku mayat akan cepat terjadi dan berlangsung lebih lama.
2) Usia. Pada anak-anak dan orangtua, kaku mayat lebih cepat terjadi dan
berlangsung tidak lama. Pada bayi prematur biasanya tidak ada kaku mayat.
Kaku mayat baru tampat pada bayi yang lahir mati tetapi cukup usia (tidak
prematur).

3) Cara kematian. Pada pasien dengan penyakit kronis, dan sangat kurus, kaku
mayat cepat terjadi dan berlangsung tidak lama. Pada pasien yang mati
mendadak, kaku mayat lambat terjadi dan berlangsung lebih lama.
4) Kondisi otot. Terjadi kaku mayat lebih lambat dan berlangsung lebih lama pada
kasus di mana otot dalam keadaan sehat sebelum meninggal, dibandingkan jika
sebelum meninggal keadaan otot sudah lemah
3. Tanda-tanda kematian setelah selang waktu yang lama:
a. Proses pembusukan
Perubahan warna. Perubahan ini pertama kali tampat pada fossa iliaka kanan
dan kiri berupa warna hijau kekuningan, disebabkan oleh perubahan hemoglobin
menjadi sulfmethemoglobin. Perubahan warna ini juga tampak pada seluruh
abdomen, bagian depan genitalia eksterna, dada, wajah dan leher. Dengan semakin
berlalunya waktu maka warnanya menjadi semakin ungu. Jangka waktu mulai
terjadinya perubahan warna ini adalah 6-12 jam pada musim panas dan 1-3 hari pada
musin dingin. Perubahan warna tersebut juga diikuti dengan pembengkakan mayat.
Otot sfingter mengalami relaksasi sehingga urin dan faeses keluar. Lidah juga terjulur.
Bibir menebal, mulut membuka dan busa kemerahan bisa terlihat keluar dari rongga
mulut. Mayat berbau tidak enak disebabkan oleh adanya gas pembusukan. Gas ini
bisa terkumpul pada suatu rongga sehingga mayat menjadi tidak mirip dengan korban
sewaktu masih hidup. Gas ini selanjutnya juga bisa membentuk lepuhan kulit
Lepuhan Kulit (blister)
Mulai tampak 36 jam setelah meninggal. Kulit ari dapat dengan cukup mudah
dikelupas. Di mana akan tampak cairan berwarna kemerahan yang sedikit
mengandung albumin. Jika pembusukan terus berlangsung, maka bau busuk yang
timbul akan menarik lalat untuk hinggap pada mayat. Lalat menempatkan telurnya
pada mayat, di mana dalam waktu 8-24 jam telur akan menetas menghasilkan larvayang sering disebut belatung. Dalam waktu 4-5 hari, belatung ini lalu menjadi pupa,
dimana setelah 4-5 hari kemudian akan menjadi lalat dewasa. Pada tahap ini bagian
dari tulang tengkorak mulai tampak. Rektum dan uterus juga tampak dan uterus
gravid juga bisa mengeluarkan isinya Rambut dan kuku dengan mudah dapat dicabut.
Bagian perut dan dada bisa pecah berhubung besarnya tekanan gas yang di
kandungnya. Jika pembusukan terus berlangsung, maka jaringan jaringan menjadi
lunak, rapuh dan berwarna kecoklatan.

Organ Tubuh Bagian Dalam


Organ tubuh bagian dalam juga mengalami perubahan. Bentuk perubahan sama
seperti diatas, jaringan-jaringan menjadi berwarna kecoklatan. Ada yang cepat
membusuk dan ada yang lambat.
Jaringan yang cepat membusuk :
Laring
Trakea
Otak terutama pada anak-anak
Lambung
Usus halus
Hati
Limpa
Jaringan yang lambat membusuk :
Jantung
Paru-paru
Ginjal Prostat
Uterus non gravid
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Pembusukan.
a) Temperatur. Temperatur yang paling cocok untuk proses pembusukan adalah
antara 700F sampai 1000F. Pembusukan akan melambat diatas temperatur 1000F
dan dibawah 700F, dan berhenti dibawah 320 F atau diatas 2120F .
b) Udara. Udara yang mempercepat pembusukan. Kecepatan pembusukan lebih
lambat didalam air dan dalam tanah dibandingkan di udara terbuka.
c) Kelembaban. Keadaan lembab mempercepat proses pembusukan.
d) Penyebab kematian. Bagian tubuh yang terluka biasanya lebih cepat membusuk.
Beberapa jenis racun bisa memperlambat pembusukan, misalnya arsen, zinc
(seng) dan golongan logam antimon. Mayat penderita yang meninggal karena
penyakit kronis lebih cepat membusuk dibandingkan mayat orang sehat.
b. Saponifikasi atau adiposera
Fenomena ini terjadi pada mayat yang tidak mengalami proses pembusukan
yang biasa. Melainkan mengalami pembentukan adiposera. Adiposera merupakan
subtansi yang mirip seperti lilin yang lunak, licin dan warnanya bervariasi mulai dari
putih keruh sampai coklat tua. Adiposera mengandung asam lemak bebas, yang
dibentuk melalui proses hidrolisa dan hidrogenasi setelah kematian. Adanya enzim
bakteri dan air sangat penting untuk berlangsungnya proses tersebut. Dengan
demikian, maka adiposera biasanya terbentuk pada mayat yang terbenam dalam air
atau rawa-rawa. Lama pembentukan adiposera ini juga bervariasi, mulai dari 1

minggu sampai 10 minggu. Kepentingan medikolegal dari adiposere adalah dapat


menunjukkan tempat kematian (kering, panas atau tempat basah).
c. Mumifikasi
Mayat mengalami pengawetan akibat proses pengeringan dan penyusutan
bagian-bagian tubuh. Kulit menjadi kering, keras dan menempel pada tulang
kerangka. Mayat menjadi lebih tahan dari pembusukan sehingga masih jelas
menunjukkan ciri-ciri seseorang. Fenomena ini terjadi pada daerah yang panas dan
lembab, di mana mayat dikuburkan tidak begitu dalam dan angin yang panas selalu
bertiup

sehingga

mempercepat

penguapan

cairan

tubuh.

Lama

terjadinya

mummifikasi adalah antara 4 bulan sampai beberapa tahun. Kepentingan medikolegal


dari mummifikasi adalah dapat menunjukkan tempat kematian (kering, panas atau
tempat basah).
Traumatologi4
Luka Tusuk
Pada korban laki-laki yang ditemukan, luka yang terdapat pada badannya merupakan
luka akibat kekerasan tajam. Benda- benda yang dapat mengakibatkan luka dengan sifat luka
seperti ini adalah benda yang mempunyai sisi tajam baiik garis maupun runcing, yang
bervariasi dari alat-alat seperti pisau, golok, dan sebagainya hingga keping kaca, gelas,
logam, sembilu, dan lain- lain. Gambaran umum luka yang diberikan adalah tepi dan dinding
luka yang rata, berbentuk garis, tidak terdapat jembatan jaringan dan dasar luka berbentuk
garis atau titik. Luka akibat kekerasan benda tajam dapat berupa luka iris atau luka sayat,
luka tusuk dan luka bacok. Luka iris atau sayat dan luka bacok mempunyai kedua sudut luka
lancip dan dalam luka tidak melebihi panjang luka. Sudut luka yang lancip dapat terjadi dua
kali pada tempat yang berdekatan akibat pergeseran senjata sewaktu ditarik atau akibat
bergeraknya korban. Bila dibarengi gerak sewaktu ditarik atau akibat bergeraknya korban.
Bila dibarengi gerak memutar, dapat menghasilkan yang tidak selalu berupa garis.
Pada luka tusuk, sudut luka dapat menunjukkan perkiraan benda penyebabnya, apakah
berupa pisau bermata satu atau bermata dua. Bila satu sudut luka lancip dan yang lain tumpul,
berarti penyebabnya adalah benda tajam bermata satu. Bila kedua sudut luka lamcip, maka
penyababnya adalah benda tajam bermata dua. Benda tajam bermata satu dapat menimbulkan
luka tusuk dengan kedua sudut luka lancip apabila hanya dibagian ujung benda saja yang
menyentuh kulit, sehingga sudut luka dibentuk oleh ujung dan sisi tajamnya. Kulit di sekitar

luka akibat kekerasab benda tajam biasanya tidak menunjukan adanya luka lecet atau luka
memar, kecuali bila bagian gagang turut membentur kulit. Pada luka tusuk panjang luka
biasanya tidak mencerminkan lebar benda tajam penyebabnya, demikian pula panjang saluran
luka biasanya tiak menunjukan panjang benda tajam tersebut. Hal ini disebabkan karena
faktor elastisitas jaringan dan gerakan korban.
Pada luka akibat kekerasan benda tajam yang merupakan pembunuhan akan
didapatkan lokasi luka yang sembarang, jumlah luka banyak, mengenai pakaian, terdapat luka
tangkis, tidak ada luka percobaan, mungkin ditemukan cedera sekunder. Jika tanpa
perkelahian maka biasanya lokasi lukanya pada daerah yang fatal dan dapat tunggal. Luka
tangkis umumnya terjadi akibat perlawana korbandan umumnya ditemukan pada telapak dan
punggung tangan, jari- jari tangan, punggung lengan bawah dan tungkai.
Pemeriksaan pada kain (baju) yang terkena pisau bertujuan untuk melihat interaksi,
bentuk robekan, adanya partikel besi (reaksi biru berlin dilanjutkan dengan pemeriksaan
spektroskopi), serat kain dan pemeriksaan terhadap bercak darahnya. Pada kasus bunuh diri
yang menggunakan benda tajam biasa diarahkan pada tempat yang mematikan misalnya
leher, dada kiri, pergelangan tangan, perut (harakiri), dan lipat paha. Luka percobaan has
ditemukan pada kasus bunuh diri dengan senjata tajam, luka percobaan dapat berupa luka
sayat atau luka tusuk yang dilakukan berulang dan biasanya sejajar.

Luka Jerat
Pada korban laki-laki ini, selain dari satu luka terbuka di daerah ketiak kiri dan
beberapa luka terbuka di daerah tungkai bawah kanan dan kiri, leher korban juga terjerat oleh
baju miliknya sendiri. Lehernya terikat oleh lengan baju dan ujung lengan yang lain terikat ke
sebuah dahan pokok. Ini menunjang juga kemungkinan korban meninggal karena asfiksia,
selepas ditusuk.[1]
Asfiksia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan terjadinya gangguan pertukaran udara
pernapasan, mengakibatkan oksigen darah berkurang (hipoksia) disertai dengan peningkatan
karbon dioksida (hiperkapnea). Dengan demikian organ tubuh mengalami kekangan oksigen

(hipoksia hipoksik) dan terjadi kematian. Dari segi etiologi, asfiksia dapat disebabkan oleh
hal berikut:
1. Penyebab alamiah, misalnya penyakit yang menyumbat saluran pernapasan seperti
laringitis difteri atau menimbulkan gangguan pergerakan paru seperti fibrosis paru.
2. Trauma mekanik yang menyebabkan asfiksia mekanik, misalnya trauma yang
mengakibatkan emboli udara vena, emboli lemak, pneumotoraks bilateral; sumbatan
atau halangan pada saluran napas dan sebagainya.
3.

Keracunan bahan yang menimbulkan depresi pusat pernafasan misalnya barbiturat,


narkotika.4

Asfiksia Mekanik
Asfiksia mekanik adalah mati lemas yang terjadi bila udara pernaapasan terhalang memasuki
saluran pernapasan oleh berbagai kekerasan (yang bersifat mekanik), misalnya :[1]

Penutupan lubang saluran pernapasan bagian atas


-

Pembekapan (smothering)

Penyumbatan (Gagging dan choking)

Penekanan dinding saluran pernapasan


-

Penjeratan (strangulation)

Pencekikan (manual strangulation, throttling)

Gantung (hanging)

Penekanan dinding dada dari luar (asfiksia traumatik)

Saluran pernapasan terisi air (tenggelam, drowning)

Karena mekanisme kematian pada kasus tenggelam bukan murni disebabkan oleh
asfiksia, maka ada sementara ahli yang tidak lagi memasukkan tenggelam ke dalam
kelompok asfiksia mekanik, tetapi dibicarakan tersendiri.
Pada orang yang mengalami asfiksia akan timbul gejala yang capat dibedakan dalam 4 fase,
yaitu:4
1. Fase dispnea.
Penurunan kadar oksigen sel darah merah dan penimbunan C02 dalam plasma akan
merangsang pusat pernapasan di medula oblongata, sehingga amplitudo dan frekuensi
pernapasan akan meningkat, nadi cepat, tekanan darah meninggi dan mulai tampak
tanda-tanda sianosis terutama pada muka dan tangan.
2. Fase konvulsi.

Akibat kadar CO2 yang naik maka akan timbul rangsangan terhadap susunan saraf
pusat sehingga terjadi konvulsi (kejang), yang mula-mula berupa kejang kionik tetapi
kemudian menjadi kejang tonik, dan akhirnya timbul spasme opistotonik.
Pupil mengalami dilatasi, denyut jantung menurun, tekanan darah juga menurun. Efek
ini berkaitan dengan paralisis pusat yang lebih tinggi dalam otak akibat kekurangan
O2.
3. Fase apnea.
Depresi pusat pernapasan menjadi lebih hebat, pernapasan melemah dan dapat
berhenti. Kesadaran menurun dan akibat relaksasi sfingter dapat terjadi pengeluaran
cairan sperma, urin dan tinja.
4. Fase akhir.
Terjadi paralisis pusat pernapasan yang lengkap. Pernafasan berhenti setelah kontraksi
otomatis otot pernapasan kecil pada leher. Jantung masih berdenyut beberapa saat
setelah pernapasan berhenti.
Masa dari saat asfiksia timbul sampai terjadinya kematian sangat bervariasi.
Umumnya berkisar antara 4-5 menit. Fase 1 dan 2 berlangsung lebih kurang 3-4 menit,
tergantung dari tingkat penghalangan oksigen, bila tidak 100% maka waktu kematian akan
lebih lama dan tanda-tanda asfiksia akan lebih jelas dan lengkap.4
Penjeratan (Strangulation
Penjeratan adalah penekanan benda asing berupa tali, ikat pinggang, rantai, stagen, kawat,
kabel, kaos kaki dan sebagainya, melingkari atau mengikat leher yang makin lama makin
kuat, sehingga saluran pernapasan tertutup. Berbeda dengan gantung diri yang biasanya
merupakan suicide (bunuh diri) maka penjeratan biasanya adalah pembunuhan.1
Mekanisme kematian pada penjeratan adalah akibat asfiksia atau refleks vaso-vagal
(perangsangan reseptor pada carotid body).Pada gantung diri, semua arteri di leher mungkin
tertekan, sedangkan pada penjeratan, arteri vertebralis biasanya tetap paten. Hal ini
disebabkan oleh karena kekuatan atau beban yang menekan pada penjeratan biasanya tidak
besar.1

Jerat
Bila jerat masih ditemukan melingkari leher, maka jerat tersebut harus disimpan
dengan baik sebab merupakan benda bukti dan dapat diserahkan kepada penyidik
bersama-sama dengan Visum et Repertum nya.1

Terdapat dua jenis simpul jerat, yaitu simpul hidup (lingkar jerat dapat diperbesar atau
diperkecil) dan simpul mati (lingkar jerat tidak dapat diubah). Simpul harus diamankan
dengan melakukan pengikatan dengan benang agar tidak berubah pada waktu mengangkat
jerat.
Untuk melepaskan jerat dari leher, jerat harus digunting serong (jangan melintang) pada
tempat yang berlawanan dari letak simpul, sehingga dapat direkonstruksikan kembali di
kemudian hari. Kedua ujung jerat harus diikat sehingga bentuknya tidak berubah.1

Jejas jerat
Jejas jerat pada leher biasanya mendatar, melingkari leher dan terdapat lebih rendah
daripada jejas jerat pada kasus gantung. Jejas biasanya terletak setinggi atau di bawah
rawan gondok.1

Keadaan jejas jerat pada leher sangat bervariasi. Bila jerat lunak dan lebar seperti handuk
atau selendang sutera, maka jejas mungkin tidak ditemukan dan pada otot-otot leher sebelah
dalam dapat atau tidak ditemukan sedikit resapan darah. Tali yang tipis seperti kaus kaki
nylon akan meninggalkan jejas dengan lebar tidak lebih dari 2-3 mm.1

Gambar 1: Penjeratan menggunakan selendang sutera. Lipatan selendang meninggalkan


kesan yang khusus.5
Pola jejas dapat dilihat dengan menempelkan transparant scotch tape pada daerah
jejas di leher, kemudian ditempelkan pada kaca obyek dan dilihat dengan mikroskop atau
dengan sinar ultra violet.

Bila jerat kasar seperti tali, maka bila tali bergesekan pada saat orban melawan akan
menyebabkan luka lecet di sekitar jejas jerat, .ang tampak jelas berupa kulit yang mencekung
berwarna coklat dengan perabaan kaku seperti kertas perkamen (luka lecet tekan). Pada otototot leher sebelah dalam tampak banyak resapan darah.
Cara kematian dapat berupa:

Bunuh diri (self strangulation). Hal ini jarang dan menyulitkan diagnosis. Pengikatan
dilakukan sendiri oleh korban dengan simpul hidup atau bahan hanya dililitkan saja,

dengan jumlah lilitan lebih dari satu.1


Pembunuhan. Pengikatan biasanya dengan simpul mati dan sering terlihat bekas luka

pada leher.1
Kecelakaan. Dapat terjadi pada orang yang sedang bekerja dengan selendang di leher
dan tertarik masuk ke mesin.1

Penyebab kematian
Dengan adanya perlukaan atau penyakit yang menimbulkan kekacauan fisik pada tubuh
yang menghasilkan kematian pada seseorang. Berikut ini adalah penyebab kematian: luka
tembak pada kepala, luka tusuk pada dada, adenokarsinoma pada paru-paru, dan
aterosklerosis koronaria1,6
Mekanisme kematian
Merupakan kekacauan fisik yang dihasilkan oleh penyebab kematian yang menghasilkan
kematian. Contoh dari mekanisme kematian dapat berupa perdarahan, septikemia, dan aritmia
jantung. Ada yang dipikirkan adalah bahwa suatu keterangan tentang mekanime kematian
dapat diperoleh dari beberapa penyebab kematian dan sebaliknya.
Jadi, jika seseorang meninggal karena perdarahan masif, itu dapat dihasilkan dari luka
tembak, luka tusuk, tumor ganas dari paru yang masuk ke pembuluh darah dan seterusnya.
Kebalikannya adalah bahwa penyebab kematian, sebagai contoh, luka tembak pada abdomen,
dapat menghasilkan banyak kemungkinan mekanisme kematian yang terjadi, contohnya
perdarahan atau peritonitis.6
Cara kematian
Cara kematian secara umum dapat dikategorikan sebagai wajar, pembunuhan, bunuh diri,
kecelakaan, dan yang tidak dapat dijelaskan (pada mekanisme kematian yang dapat memiliki
banyak penyebab dan penyebab yang memiliki banyak mekanisme, penyebab kematian dapat
memiliki banyak cara).
Seseorang dapat meninggal karena perdarahan masif (mekanisme kematian) dikarenakan
luka tembak pada jantung (penyebab kematian), dengan cara kematian secara pembunuhan

(seseorang menembaknya), bunuh diri (menembak dirinya sendiri), kecelakaan (senjata


jatuh), atau tidak dapat dijelaskan (tidak dapat diketahui apa yang terjadi).
Pada korban kekerasan harus dibuktikan bahwa kematian terjadi semata-mata akibat
kekerasan yang menyebabkan luka. Harus juga dipastikan luka yang ditemukan adalah luka
intravital yaitu yang terjadi sewaktu korban masih hidup. Tanda intravitalitas luka berupa
reaksi jaringan terhadap luka seperti resapan darah, proses penyembuhan luka, sebukan sel
radang dan lain-lain perlu diperhatikan6
Penjeratan adalah penekanan benda asing berupa tali, kawat, ikat pinggang, rantai melingkari
atau mengikat leher yang makin lama makin kuat, sehingga saluran pernafasan tertutup.
Mekanisme kematiannya adalah asfiksia atau reflex vaso vagal.

Intepretasi temuan berupa visum dan kesimpulan


Bagian Ilmu Kedokteran Forensik
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 7 Telp. (021) 56942061, Jakarta 11510
Nomor : 1234-SK.III/5678/12-12

Jakarta, 4 Januari 2015

Lamp : Satu sampul tersegel----------------------------------------------------------------------------Perihal : Hasil Pemeriksaan Pembedahan atas jenazah Tn. Budi ---------------------------------PROJUSTITIA
Visum et Repertum
Yang bertanda tangan di bawah ini, Fransisca Hilda, dokter ahli kedokteran forensik
pada bagian Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida
Wacana Jakarta, menerangkan bahwa atas permintaan tertulis dari Kepolisian Resort Polisi
Jakarta Barat No. Pol.: B/987/VR/XII/12/Serse tertanggal satu Januari tahun dua ribu lima
belas, maka pada tanggal empat Januari tahun dua ribu lima belas, pukul sebelas lewat 30
menit Waktu Indonesia bagian Barat, bertempat di ruang bedah jenazah Bagian Forensik
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana telah melakukan pemeriksaan atas
jenazah yang menurut surat permintaan tersebut adalah:
Nama

: Budi--------------------------------------------------------------

Jenis kelamin : Laki-laki------------------------------------------------------------------------Umur

: 27 tahun-------------------------------------------------------------------------

Kebangsaan

: Indonesia------------------------------------------------------------------------

Agama

: Islam---------------------------------------------------------------------------

Pekerjaan

: Pegawai swasta-----------------------------------------------------------------

Alamat

: Jl. Arjuna utara No. 3, Jakarta Barat ----------------------------------------

Mayat telah diidentifikasi dengan sehelai label berwarna muda, dengan materai lak
merah, terikat pada ibu jari kaki kanan.---------------------------------------------------------------Hasil Pemeriksaan

I.

Pemeriksaan Luar
1. Mayat terbungkus kantong jenazah berwarna kuning, bahan plastik dengan resleting
pada bagian depan. -------------------------------------------------------------------------------2. Mayat berpakaian sebagai berikut:-------------------------------------------------------------a. Pakaian dalam oblong dari kaus berwarna putih berukuran M. Terdapat robekan
dengan permukaan rata pada daerah ketiak kiri berukuran empat setengah
sentimeter kali setengah sentimeter dengan rembesan darah disekelilingnya. ----b. Celana panjang berbahan katun tidak bermerek berwarna hitam dengan satu buah
saku masing-masing pada sisi kanan dan kiri. Bagian bawah celana digulung
hingga setengah tungkai bawah. ---------------------------------------------------------c. Celana dalam dari kaus warna putih dengan karet berwarna putih pada pinggang
dengan tulisan Rider berwarna hitam. --------------------------------------------------3. Tidak terdapat perhiasan mayat. ---------------------------------------------------------------4. Kemeja lengan panjang berwarna abu-abu berbahan katun berkantung di sebelah kiri
pada kerah kemeja bertuliskan Cool berwarna merah menjerat leher korban. Terdapat
robekan dengan permukaan rata pada kemeja daerah ketiak kiri berukuran empat
setengah sentimeter kali setengah sentimeter dengan rembesan darah disekelilingnya.5. Lebam mayat terdapat pada bagian belakang tubuh berwarna merah keunguan, tidak
hilang pada penekanan. Tidak terdapat kaku mayat pada seluruh tubuh tetapi telah
terjadi penurunan suhu mayat disekujur tubuh dan juga pembusukan berupa
perubahan warna kulit di daerah perut menjadi kehijauan. --------------------------------6. Mayat adalah seorang laki-laki bangsa Indonesia, umur kurang lebih dua puluh tujuh
tahun, kulit berwarna sawo matang, gizi cukup, panjang badan seratus enam puluh
delapan sentimeter dan berat badan lima puluh kilogram. ---------------------------------7. Rambut kepala sepanjang enam sentimeter, berwarna hitam. Alis berwarna hitam,
tumbuh lebat dengan panjang setengah sentimeter. Bulu mata berwarna hitam, lurus,
panjang satu sentimeter. Kumis dengan panjang lima milimeter. Jenggot tidak ada. --8. Kedua mata tertutup. Selaput bening mata jernih, kedua teleng mata bundar dengan
garis tengah empat milimeter. Tirai mata berwarna coklat. Selaput bola mata kanan
dan kiri terdapat bintik perdarahan, selaput kelopak mata kanan dan kiri terdapat
bintik perdarahan. --------------------------------------------------------------------------------9. Hidung berbentuk mancung. Kedua daun telinga berbentuk biasa. -----------------------10. Mulut terbuka lima millimeter, lidah tidak terjulur dan tidak tergigit. Kedua bibir
tampak tebal. Gigi geligi lengkap.--------------------------------------------------------------11. Dari lubang hidung, telinga, mulut, dan lubang tubuh lainnya tidak keluar apa-apa.---12. Dari lubang kemaluan dan lubang pelepasan tidak keluar apa-apa. -----------------------13. Luka-luka :
a. Pada leher terdapat luka lecet tekan warna cokelat, arah mendatar pada bagian
depan satu sentimeter di bawah tulang jakun. --------------------------------------------

b. Pada leher sisi kanan, tujuh sentimeter dari garis pertengahan depan, dua
sentimeter diatas luka lecet tekan, terdapat luka lecet geser ukuran dua sentimeter
kali satu sentimeter. -------------------------------------------------------------------------c. Pada daerah ketiak kiri terdapat luka sayat berukuran empat sentimeter kali
setengah sentimeter dengan permukaan rata dan kedua sudut yang lancip. ---------d. Pada tungkai bawah kanan, tiga sentimeter di atas mata kaki bagian luar terdapat
luka iris berukuran lima sentimeter kali setengah sentimeter dengan permukaan
rata dan kedua sudut yang lancip dan enam sentimeter di bawah lutut terdapat luka
iris berukuran tujuh sentimeter kali satu sentimeter dengan permukaan rata dan
kedua sudut yang lancip. -------------------------------------------------------------------e. Pada tungkai bawah kiri, delapan di bawah lutut terdapat luka iris berukuran lima
sentimeter kali setengah sentimeter dengan permukaan rata dan kedua sudut yang
lancip. -----------------------------------------------------------------------------------------14. Patah tulang tidak ada. --------------------------------------------------------------------------II. Pemeriksaan Dalam (Bedah Jenazah)
15. Jaringan lemak bawah kulit daerah dada dan perut berwarna kuning kecoklatan, tebal
di daerah dada lima milimeter sedangkan di daerah perut sebelas sentimeter. Otot-otot
berwarna merah terang dan cukup tebal. Sekat rongga badan sebelah kanan setinggi
sela iga keempat dan yang kiri setinggi sela iga kelima.------------------------------------16. Semua iga serta tulang dada tidak menunjukan kelainan. ----------------------------------17. Kandung jantung tampak tiga jari di antara kedua tepi paru. Kandung jantung tidak
menunjukan adanya kelainan.-------------------------------------------------------------------18. Jaringan ikat bawah kulit, pada daerah kiri sisi depan leher, satu sentimeter di bawah
tulang jakun terdapat resapan darah seluas satu sentimeter kali satu sentimeter. Otot
leher pada pangkal anak lidah terdapat sembab dan resapan darah. ----------------------19. Dinding rongga perut tampak licin, berwarna kelabu mengkilat dengan sedikit
berwarna merah terang. Dalam rongga perut tidak terdapat darah maupun cairan. Otot
dinding perut berwarna cokelat cukup tebal.--------------------------------------------------20. Lidah berwarna cokelat pucat, penampang berwarna cokelat. Tulang lidah utuh, rawan
gondok patah pada ujung kanan dan kiri, dan terdapat resapan darah. Tonsil tidak
membesar dan penampangnya tidak menunjukan kelainan. Kelenjar gondok berwarna
coklat merah, perabaan kenyal, tidak membesar dan penampangnya tidak menunjukan
kelainan, berat dua puluh gram. ------------------------------------------------21. Batang tenggorok berisi busa dan selaput lendirnya terdapat pelebaran pembuluh
darah. ----------------------------------------------------------------------------------------------22. Kerongkongan kosong dan selaput lendirnya terdapat pelebaran pembuluh darah.------

23. Seluruh permukaan paru kanan dan kiri melekat pada dinding dada pada kedua paru
terdapat perkejuan dengan perabaan padat. Paru kanan terdiri atas tiga baga, berwarna
ungu, perabaan kenyal padat, penampang berwarna ungu, pada pemijatan keluar busa
dan darah, berat enam ratus lima puluh gram. Paru kiri terdiri dari dua baga, berwarna
ungu, perabaan kenyal padat, penampang berwarna ungu, pada pemijatan keluar busa
dan darah, berat lima ratus enam puluh gram.------------------------------------------------24. Jantung tampak sebesar tinju kanan mayat, berwarna cokelat keunguan, perabaan
kenyal, ukuran lingkar katub serambi kanan sebelas sentimeter, kiri sembilan
sentimeter, pembuluh nadi paru lima koma lima sentimeter dan batang nadi lima
sentimeter, tebal otot bilik kanan empat millimeter dan kiri dua belas millimeter,
pembuluh nadi jantung tidak tersumbat, berat dua ratus gram.-----------------------------25. Hati berwarna cokelat keunguan, permukaannya rata, tepinya tajam dan perabaan
kenyal padat. Penampang hati berwarna cokelat dan gambaran hati tampak jelas.
Berat hati adalah seribu dua ratus gram.-------------------------------------------------------26. Kandung empedu berisi cairan berwarna hijau coklat, selaput lendirnya berwarna
hijau seperti beludru. Saluran empedu tidak menunjukan penyumbatan.-----------------27. Limpa berwarna ungu pucat, permukaannya rata dan perabaan kenyal. Penampangnya
berwarna ungu dengan gambaran limpa jelas. Berat limpa seratus sepuluh gram. -----28. Kelenjar liur perut berwarna cokelat, permukaan berbaga-baga, dan perabaan kenyal.
Penampang berwarna cokelat dengan gambaran kelenjar jelas Berat kelenjar liur perut
delapan puluh lima gram. -----------------------------------------------------------------------29. Lambung kosong. Selaput lendirnya terdapat pelebaran pembuluh darah. Usus dua
belas jari, usus halus, dan usus terdapat pelebaran pembuluh darah. ---------------------30. Kelenjar anak ginjal kanan berbentuk trapezium berwarna kuning penampang
berlapis. Kelenjar anak ginjal kiri berbentuk bulan sabit, warna kuning penampang
berlapis. Berat anak ginjal kanan delapan gram dan yang kiri sembilan gram. ---------31. Ginjal kanan dan kiri bersimpai lemak tipis. Simpai ginjal kanan dan kiri tampak rata
dan licin, berwarna coklat dan mudah dilepas. Berat ginjal kanan sembilan puluh lima
gram dan yang kiri seratus gram. Penampang ginjal menunjukan gambaran yang jelas.
Piala ginjal terdapat bintik perdarahan dan saluran kemih tidak menunjukan
sumbatan. -----------------------------------------------------------------------------------------32. Kandung kencing kosong dan selaput lendirnya licin, berwarna putih, tidak
33. Kulit kepala bagian dalam pada daerah puncak kepala terdapat resapan darah seluas
dua sentimeter kali dua sentimeter dan pada puncak kepala kiri terdapat resapan darah
seluas dua koma lima sentimeter kali dua sentimeter. Tulang tengkorak utuh, selaput
keras otak utuh, selaput lunak otak utuh.-------------------------------------------------------

34. Otak besar terdapat pelebaran pembuluh darah dan permukaan agak mendatar. Otak
kecil terdapat pelebaran pembuluh darah dan tampak penonjolan otak kecil bagian
bawah. Batang otak utuh. Bilik otak kosong, berat seribu empat ratus enam puluh
gram.------------------------------------------------------------------------------------------------

KESIMPULAN
Pada mayat seorang laki-laki berumur dua puluh tujuh tahun ini ditemukan jejas jerat
pada leher, berupa luka lecet tekan yang berjalan mendatar dan luka lecet geser, ditemukan
juga luka terbuka pada daerah ketiak kiri dan pada kedua tungkai bawah akibat kekerasan
tajam, selanjutnya ditemukan tanda-tanda mati lemas.-----------------------------------------------Sebab mati orang ini akibat jeratan pada leher yang mengakibatkan terhalangnya jalan
napas dan terjadi mati lemas. Perkiraan mati lebih dari dua puluh empat jam. Luka terbuka
dan luka-luka lecet pada orang ini tidak menyebabkan kematian dan terjadi sebelum korban
mati.---------------------------------------------------------------------------------------------------------Demikianlah saya uraikan dengan sejujur-jujurnya berdasarkan keilmuan saya yang
sebaik-baiknya dengan mengingat sumpah sesuai dengan Kitab Undang-undang Hukum
Acara Pidana.------------------------------------------------------------------------------------------------

Dokter yang memeriksa,

Dr. Fransisca Hilda

Temuan pada visum


Penjeratan 1
Perjeratan adalah penekanan benda asing berupa tali,ikat pinggang, rantai, stagen, kawat,
kabel, kaos kaki dan sebagainya melingkari atau mengikat leher yang makin lama makin kuat
sehingga saluran pernafasan tertutup. Berbeda dengan gantung diri yang biasanya ,merupakan
suicide maka penjeratan adalah pembunuhan.
Mekanisme kematian pada penjeratan adalah akibat asfiksia atau refleks vaso vagal. Pada
gantung diri, semua arteri di leher mungkin tertekan sedangkan pada penjeratan arteri
vertebralis biasanya tetap paten. Hal ini disebabkan oleh kerana kekuatan atau beban yang
menekan pada penjeratan biasanya tidak besar.
Bila jerat masih ditemukan melingkari leher,maka jerat tersebut harus disimpan dengan baik
sebab merupakan benda bukti dan dapat diserahkan kepada penyidik bersama dengan visum
et repertum
Terdapat 2 jenis jerat yaitu simpul hidup(melingkari jerat dapat diperbesar atau diperkecil)
dan simpul mati (lingkar jerat tidak dapat diubah).
Jejas jerat pada leher biasanya mendatar,melingkari leher dan terapat lebih rendah dair jejas
jerat pada kasus gantung.
Keadaan jejas jerat sangat bevariasi. Bila jerat lunak dan lebar seperti handuk atau selendang
sutera,maka jejas mungkin tidak ditemukan dan pada otot leher sebelah dalam dapat
ditemukan adanya sedikit resapan darah. Tali yang tipis seperti kaos kaki nylon akan
meniggalkan jejas dengan lebar tidak lebih dari 2-3 mm.
Pola jejas dapat dilihat dengan menempelkan transparant scrotch tape pada daerah jejas di
leher,kemudian ditempelkan pada kaca objek dan dilihat dengan mikroskop atau dengan sinar
ultra violet.
Bila jejas kasar seperti tali,maka bila tali bergesekkan pada saat korban melawan akan
menyebabkan luka lecet di sekitar jejas jerat yang nampak jelas berupa kulit yang mencekung
berwarna coklat dengan perabaan kaku seperti kertas perkamen.Pada otot sebelah dalam
tampak banyak resapan darah.

Cara kematian dapat berupa :


1. Bunuh diri
Hal ini jarang menyilutkan diagnosis.Pengikatan dilakukan sendiri oleh korban
dengan simpul hidup atau bahan hanya dililitkan seja,dengan jumlah lilitan lebih dari
satu.
2. Pembunuhan
Pengikatan biasanya dengan simpul nati dan sering trlihat bekas luka pada leher
3. Kecelakaan.
Dapat terjadi pada orang yang sedang bekerja
Luka terbuka1
Luka terbuka biasa terjadi akibat adanya perlukaan oleh benda-benda tajam yang mampu
menembus kulit sehingga bagian dalam tubuh terhubung dengan dunia luar. Benda yang
dapat mengakibatkan luka seperti ini memiliki sisi tajam baik berupa garis maupun runcing,
yang

bervariasi

dari

alat

seperti

pisau,golok

dan

sebagainya

hingga

keping

kaca,gelas,logam,sembilu bahkan tepi kertas atau rumput.


Gambaran luka adalah tepi dan dinding luka yang rata,berbentuk garis,tidak terdapat
jembatan jaringan dan dasar luka berbentuk garis atau titik. Luka akibat benda tajam dapat
berupa luka iris atau sayat,luka tusuk dan luka bacok.
Luka tusuk adalah luka yang dimana kedalaman luka lebih panjang daripada luka itu sendiri
dan biasa terjadi akibat gerakan yang tegak lurus.4 Pada luka tusuk, sudut luka dapat
menunjukkan perkiraan benda penyebabnya,apakah berupa pisau bermata satu atau bermata
dua. Bila satu sudut luka lancip dan yang lain tumpul,bererti benda penyebabnya adalah
benda tajam bermata satu. Bila kedua sudut luka lancip,luka tersebut dapat diakibatkan oleh
benda tajam bermata dua.Benda tajam bermata satu dapat menimbulkan luka tusuk dengan
kedua luka lancip apabila hanya bagian ujung benda saja yang menyentuh kulit, sehingga
sudut luka dibentuk oleh ujung dan sisi tajamnya.
Kulit di sekitar luka akibat kekerasan benda tajam biasanya tidak menunjukkan adanya luka
lecet atau memar kecuali bila bagian gagang turut membentur kulit.
Kesimpulan
Sesuai dengan kasus 1 problem based learning yaitu Pada mayat seorang laki-laki berumur
dua puluh tujuh tahun ini ditemukan jejas jerat pada leher, berupa luka lecet tekan yang
berjalan mendatar dan luka lecet geser, ditemukan juga luka terbuka pada daerah ketiak kiri
dan pada kedua tungkai bawah akibat kekerasan tajam, selanjutnya ditemukan tanda-tanda
mati lemas.

Sebab mati orang ini akibat jeratan pada leher yang mengakibatkan terhalangnya jalan napas
dan terjadi mati lemas. Perkiraan mati lebih dari dua puluh empat jam. Luka terbuka dan
luka-luka lecet pada orang ini tidak menyebabkan kematian dan terjadi sebelum korban mati.
Hasil penyebab dan mekanisme kematian pada visum et repertum disimpulkan berdasarkan
hasil temuan pada pemeriksaan jenazah yang dilakukan yaitu pemeriksaan luar meliputi
identitas, luka dan bekas perlukaan, dan sebagainya didukung dengan adanya pemeriksaan
dalam untuk membantu diagnosis mekanisme kematian serta menyingkirkan kemungkinan
lainnya.
Daftar Pustaka
1. Budyanto A, Wibisana W, dan Sudiono S dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Cetakan
kedua. Jakarta: Bagian ilmu kedokteran forensik FKUI. 2000.
2. Staf pengajar ilmu kedokteran forensik FKUI. Teknik Autopsi Forensik. Cetakan ke-4.
Jakarta : bagian kedokteran Forensik FKUI, 2000.
3. Sampurna, B, Syamsu Z, Siswaja TD. Bioetik dan Hukum Kedokteran. Cetakan kedua.
Jakarta. 2007.
4. Bagian Kedokteran Forensik Universitas Indonesia. Peraturan perundang-undangan
bidang kedokteran. Edisi ke-2. Jakarta: FKUI; 1994.h.1-25
5. Shepherd R. Simpson forensic medicine. Ed 12. Amerika: Oxford Press Inc; 2003.h.99
6. Idries AM, Tjiptomartono AL. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses
Penyidikan. Cetakan Pertama Edisi Revisi. Jakarta : Sagung Seto, 2008.

Anda mungkin juga menyukai