Anda di halaman 1dari 9

TUGAS HUKUM FORENSK

Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata kuliah Hukum Forensik


Dibuat oleh:
Angra wiranjaya/181000425
Kelas: F

UNIVERSITAS PASUNDAN
FAKULTAS HUKUM
BANDUNG
 BAGAIMANA PERANAN PROFESI KEDOKTERAN KEHAKIMAN DALAM SISTEM
PERADILAN PIDANA INDONESIA?
JAWAB
Ilmu Kedokteran Kehakiman didalam proses peradilan pidana merupakan sub bagian dari
kriminalistik dan bagian dari ilmu-ilmu forensik yang kedudukannya merupakan salah satu dari
ilmu-ilmu pengetahuan pembantu (hulp wettenschappen) bagi hukum pidana, hukum acara
pidana didalam mencapai tujuannya1. Dalam perkara tindak pidana terkadang memerlukan peran
keilmuan di bidang tertentu. Misalnya pada kasus kematian, untuk menentukan adanya perbuatan
kriminal atau tidak, maka peranan ilmu kedokteran sangat dibutuhkan. Terutama dalam
mengukur penyebab kematiannya apakah terdapat peristiwa pidana atau bukan. Peristiwa pidana
merupakan aktualisasi dari perbuatan seseorang yang dapat dihukum menurut ketentuan undang-
undang. 2
 SEBUTKAN DAN JELASKAN DASAR HUKUM MENGENAI KEDOKTERAN
KEHAKIMAN
JAWAB
Ilmu Kedokteran Kehakiman merupakan cabang dari ilmu kedokteran yang mempelajari
penerapan ilmu kedokteran dalam penegakan keadilan.dasar hukum nya diatur didalam peraturan
kepala kepolisian Negara republik Indonesia tentang kedokteran kepolisian yakni: perkapolri
No.12 tahun 2011 pasal 1 Angka 3 “Kedokteran Forensik adalah salah satu cabang ilmu
kedokteran yang mempelajari dan menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran
untuk kepentingan hukum dan peradilan”. adapun sumber hukum lain nya yang memuat
mengenai dasar hukum kedokteran kehakiman yaitu diatur didalam pasal 133 ayat (1) “Dalam
hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan
ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang
mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau
ahli lainnya”.

1
Erwin Asmadi, SH., MH, Ilmu Kedokteran Kehakiman Medan, Pustaka Prima, 2019 hlm.5
2
Ibid iii
 JELASKAN DAN BERIKAN DASAR HUKUM MENURUT SAUDARA MENGENAI
“ORANG AHLI” ATAU “ORANG YANG MEMILIKI KEAHLIAN KHUSUS” SERTA
BAGAIMANA KEKUATAN HUKUMNYA DALAM PEMBUKTIAN PIDANA?
JAWAB
Ahli merupakan orang yang mahir didalam bidang tertentu didalam konteks pengadilan ahli
adalah yang dimintakan oleh pengadilan memeriksa serta memberikan keterangannya dimuka
pengadilan guna pertimbangan hakim, Didalam pasal 1 Angka 28 KUHAP “Keterangan ahli
adalah keterangan yang diberikan oleh seorang yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang
diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan”. Pasal
tersebut memperjelas definisi mengenai penjelasan arti dari orang ahli atau orang yang memiliki
keahlian khusus dalam lingkup hukum acara yakni sebagai orang yang memberikan keterangan
atas suatu hal guna kepentingan pemeriksaan serta pembuktian didalam pengadilan. Kekuatan
hukum nya diatur juga didalam pasal 184 ayat (1) kuhap yakni sebagai alat bukti yang sah

 BAGAIMANA KEWENANGAN AHLI DALAM PROSES ILMU FORENSIK?


JAWAB
kewenangan ahli dalam proses ilmu forensik yakni memeriksa serta memberikan keterangan
terkait keterangan yang terdapat pada barang bukti kewenangan tersebut diatur didalam KUHAP
pasal 179 ayat (1) “Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakirnan
atau dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan”. Kewenangan
nya pun dalam forensik diatur dalam KUHAP pasal 187 yakni mengeluarkan surat hasil dari
pemeriksaan forforensik yang dimana hasil surat tersebut dapat dijadikan alat bukti yang sah
sesuai dengan ketentuan yang diatur didalam pasal 184 ayat (1) mengenai alat bukti. Lalu
berdasarkan KUHAP pasal 187 huruf (a) (b) dan (c) memuat demikian yakni:
a).berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh pejabat umum yang
berwenang atau yang dibuat di hadapannya, yang memuat keterangan tentang
kejadian atau keadaan yang didengar, dilihat atau yang dialaminya sendiri, disertai
dengan alasan yang jelas dan tegas tentang keterangannya itu;
b).surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang-undangan atau surat yang
dibuat oleh pejabat mengenal hal yang termasuk dalam tata laksana yang menjadi
tanggung jawabnya dan yang diperuntukkan bagi pembuktian sesuatu hal atau sesuatu
keadaan;
c).surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan keahliannya
mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta secara resmi dan padanya

 Jelaskan jenis-jenis penyelidik dan penyidik bagaimana tugas dan kewenangannya dan
bagaimana fungsinya terhadap ilmu forensik? Berikan dasar hukumnya!
Jawab
1) pasal 1 angka 1 KUHAP menjelaskan pengertian definisi penyidik yakni :
“Penyidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil
tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan”.
Kewenangan nya diatur didalam pasal 1 angka (2) yakni :
“Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur
dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu
membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya”.
2) Pasal 1 angka 5 KUHAP memberikan pengertian definisi penyelidik yakni :
“Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu
peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan
penyidikan menurut cara yang diatur dalam undang-undang”.
Kewenangan nya diatur dalam pasal 1 angka (5) yakni :
“Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu
peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan
penyidikan menurut cara yang diatur dalam undang-undang”.

Kewenangan lebih lanjut mengenai penyelidik diperjelas didalam pasal 5 huruf (a) dan (b)
“(a) karena kewajiban nya
1. menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak pidana;
2. mencari keterangan dan barang bukti;
3. menyuruh berhenti seorang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda pengenal
diri;
4. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab
(b) atas perintah penyidik dapat melakukan tindakan berupa
1. penangkapan, larangan meninggalkan tempat, penggeledahan dan penyitaan;
2. pemeriksaan dan penyitaan surat;
3. mengambil sidik jari dan memotret seorang;
4. membawa dan menghadapkan seorang pada penyidik.

Pasal 6 ayat (1) Penyidik merupakan


a. pejabat polisi negara Republik Indonesia;
b. pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang.

Wewenang penyidik lebih lanjut diatur didalam pasal 7 angka (1) dan (2) yakni:
(1) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf
a karena kewajibannya mempunyai wewenang : a. menerima Iaporan atau pengaduan dari
seorang tentang adanya tindak pidana;
b. melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian;
c. menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka;
d. melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan;
e. melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;
f. mengambil sidik jari dan memotret seorang;
g. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
h. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara;
i. mengadakan penghentian penyidikan;
j. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab
(2) sebagaimana diatur dalam pasal 7 angka (2) wewenang penyidik adalah:
mempunyai wewenang sesuai dengan undang-undang yang menjadi dasar hukumnya masing-
masing dan dalam pelaksanaan tugasnya berada di bawah koordinasi dan pengawasan penyidik
tersebut dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a3

tugas dan fungsi nya penyelidik dan penyidik dalam ilmu forensik adalah mencari tahu dan
menggali fakta terjadap tindak pidana dan mencari terang atas tindakan pidana melalui bantun
keilmuan forensik guna mengumpulkan alat alat bukti untuk diajukan kedalam pemberkasan

3
Kitab undang-undang Hukum Pidana
sidang hal tersebut diatur didalam KUHP disebutkan bahwa ahli yang menolak memberi bantuan
kepada polisi bisa terancam hukuman pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 224 KUHP yakni:
”Barang siapa dipanggil sebagai saksi, ahli atau juru bahasa menurut undang-undang dengan
sengaja tidak memenuhi kewajiban berdasarkan undang-undang yang harus dipenuhinya”,

• Jelaskan macam-macam ahli forensik (kewenangan dalam puslabfor dan dokter ahli
forensik) bagaimana tugas dan kewenangannya serta bagaimana fungsinya terhadap ilmu
forensik? Berikan dasar hukumnya!
Jawab
Ahli ahli forensik diatur didalam perkapolri No.12 tahun 2011 yang terdiri dari:
1.Odontologi Forensik
2.Dioxyribo Nucleic Acid Forensic
3.Antropologi Forensik
4.Toksikologi Forensik
5.Forensik Klinik
6. Psikiatri Forensik
7.patologi
8.odontologi. 4
sedangkan kewenangan puslabfor diatur didalam perkapolri No. 9 tahun 2010 pasal 1 angka 1-10
tugas kewenangan nya puslabfor adalah memeriksa serta mengkaji hal yang terdapat didalam
barang bukti namun kurang terang untuk diperiksa sehingga dibutuhkan orang ahli yang dapat
memperjelas nya sehingga memuat fakta hukum guna ditujukan kedalam persidangan
pengadilan.

 BAGAIMANA KEWENANGAN PEMBUATAN VISUM ET REPERTUM?


JAWAB
Kewenangan pembuatan surat visum et repertum diatur didalam KUHAP
Pasal 187 huruf (a) (b) (c) dan (d) yakni memuat:

4
Peraturan kepala kepolisian republik Indonesia no.12 th 2012
Peraturan kepala republik Indonesia no. 9 th 2010
“Surat sebagaimana tersebut pada Pasal 184 ayat (1) huruf c, dibuat atas sumpah jabatan atau
dikuatkan dengan sumpah, adalah:
a.berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh pejabat umum yang berwenang
atau yang dibuat di hadapannya, yang memuat keterangan tentang kejadian atau keadaan yang
didengar, dilihat atau yang dialaminya sendiri, disertai dengan alasan yang jelas dan tegas
tentang keterangannya itu;
b.surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang-undangan atau surat yang dibuat
oleh pejabat mengenal hal yang termasuk dalam tata laksana yang menjadi tanggung jawabnya
dan yang diperuntukkan bagi pembuktian sesuatu hal atau sesuatu keadaan;
c.surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan keahliannya mengenai
sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta secara resmi dan padanya; d.surat lain yang
hanya dapat berlaku jika ada hubungannya dengan isi dari alat pembuktian yang lain”.

 BAGAIMANA KEKUATAN PEMBUKTIAN MENGGUNAKAN VISUM ET


REPERTUM?
JAWAB
Kekuatan pembuktian visum et repertum merupakan salah satu alat bukti yang terkualifikasi
kedalam bentuk surat atau dokumen dari sebuah hasil pengkajian keterangan ahli, surat tersebut
merupakan alat bukti yang diatur juga didalam pasal 184 ayat (1) KUHAP Visum et Repertum
merupakan suatu hal yang penting dalam pembuktian karena menggantikan sepenuhnya barang
bukti (corpus delicti). Seperti halnya dalam suatu perkara pidana, misalnya yang menyangkut
perusakan tubuh dan kesehatan serta membinasakan nyawa manusia, maka tubuh si korban
merupakan “barang bukti (corpus delicti) 5
 BAGAIMANA KEWENANGAN HAKIM DALAM MENERIMA DAN MENOLAK
VISUM ET REPERTUM? DAN JELASKAN BAGAIMANA BENTUK
PERTIMBANGAN HUKUM HAKIM TERHADAP VISUM ET REPERTUM?
JAWAB
Tata cara pencabutan Visum et Repertum telah diatur dengan jelas didalam Instruksi yang
dikeluarkan oleh Kapolri Nomor Pol.: INS/E/20/IX/75 tentang Tata Cara

5
Erwin Asmadi, SH., MH, Ilmu Kedokteran Kehakiman Medan, Pustaka Prima, 2019 hlm. 179.
Permohonan/Pencabutan Visum et Repertum. Dalam keadaan dimana permintaan Visum et
Repertum terpaksa harus dibatalkan maka dilaksanakan sesuai dengan Instruksi Kapolri Nomor
Pol.: INS/E/20/IX/75. Kewenangan hakim dalam menerima dan menolak visum et repertum
dapat dilakukan apabila pemberkasan visum tersebut dirasa kurang dan harus dipenuhi kembali
dan untuk menerima berkas visum dapat dirasa sudah memenuhi ketentuan dan sah sebagai alat
bukti dengan demikian pertimbangan hakim dalam memutus perkara dapat dilaksanakan sesuai
dengan keyakinan hakim serta sekurang kurang nya 2 alat bukti yang terpenuhi. 6

6
Erwin Asmadi, SH., MH, Ilmu Kedokteran Kehakiman Medan, Pustaka Prima, 2019 hlm. 194.
DAFTAR PUSTAKA

Erwin Asmadi SH,.MH Ilmu Kedokteran Kehakiman. (2019). Medan: Pustaka Pima.

Kitab Undang-undang Hukum Pidana. (n.d.).

peraturan kepala kepolisian republik indonesia No. 12 tahun 2012. (n.d.).

Peraturan kepala kepolisian republik indonesia No.10 tahun 2009. (n.d.).

Anda mungkin juga menyukai