PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
waarheid) terhadap perkara tersebut. Hal ini dapat dilihat dari adanya berbagai
usaha yang dilakukan oleh aparat penegak hukum dalam memperoleh bukti-bukti
yang dibutuhkan untuk mengungkap suatu perkara baik pada tahap pemeriksaan
perkara tersebut.
kekeliruan dalam penjatuhan pidana terhadap diri seseorang, hal ini sebagaimana
“Tiada seorang pun yang dapat dijatuhi pidana, kecuali apabila pengadilan,
karena alat pembuktian yang sah menurut undang-undang, mendapat
keyakinan bahwa seseorang yang dianggap dapat bertanggung jawab, telah
bersalah atas perbutan yang didakwakan atas dirinya”.1
bukti maupun fakta mengernai perkara pidana yang ditangani dengan selengkap
mungkin. Adapun Mengenai alat-alat bukti yang sah sebagaimana dimaksud diatas
1
Tim Redaksi Fokusmedia, 2004, Lima Undang-undang Hukum dan Keadilan, Fokusmedia,
Bandung.
1
2
sebagiamana diatur dalam undang-undang No.8 tahun 1981 tentang Kitab Undang-
a. Keterangan Saksi;
b. Keterangan ahli;
c. Surat;
d. Petunjuk;
e. Keterangan terdakwa
pemeriksaan suatu perkara pidana, seringkali para penegak hukum dihadapkan pada
suatu permasalahan atau hal lain yang tidak dapat diselesaikan sendiri karena
masalah tersebut berada diluar kemampuan atau keahlianya. Dalam hal ini sehingga
bantuan tenaga ahli diatur dan disebutkan didalam KUHAP untuk permintaan
bantuan tenaga ahli pada tahap penyidikan disebutkan pada pasal 120 ayat (1) yang
menyatakan :
pemeriksaan persidangan, disebutkan pada pasal 180 ayat (1) yang menyatakan :
3
telah disebutkan diatas, diatur dalam pasal 1 butir ke-28 KUHAP, yang
menyatakan:
Menjadi saksi atau ahli merupakan kewajiban dari setiap warga Negara,
dengan prinsip bahwa setiap ahli dalam memberikan keterangan harus mempunyai
kebebasan, tanpa ada paksaan dari siapa pun. Namun sekalipun ahli bebas
memberikan keterangan, saksi juga dapat dituntut berdasarkan pasal 242 kitab
sesuai dengan pengetahuan dalam bidang keahlian yang dimilikinya atau tidak
Keterangan ahli ini, biasanya sudah diberikan pada waktu pemeriksaan oleh
penyidik atau penuntut umum yang dituangkan dalam suatu bentuk laporan dan
Manakala hal itu diberikan pada waktu pemeriksaan oleh penyidik atau penuntut
dan dicatat dalam berita acara pemeriksaan. Keterangan tersebut diberikan setelah
2
R. Soesilo, 2014, KUHP DAN KUHAP LENKAP, Pustaka Buana, Hlm 239
3
Ibid Soesilo, hlm 184
4
menjadi dasar jaminan akurasi data, fakta, dan pendapatnya dari hasil pemeriksaan
perkara pidana, seseorang yang memilik keahlian khusus terkait suatu keilmuan
suatu perkara pidana untuk mendukung bukti-bukti perkara lainnya, yang pada
putusan yang tepat kepada pelaku tindak pidana atas suatu perkara.
Indonesia adalah proses peradilan yang adil, dalam artian kepentingan semua pihak
yang terlibat didalamnya dapat terlindungi. Proses hukum yang adil disini
bertanggung jawab atas perlindungan Hak Asasi Manusia merupakan suatu hal
yang sangat penting. Seperti yang jelas diurauikan dalam Pasal 28I ayat (4)
4
R. Soeparmono, 2002, Keterangan Ahli & Visum et repertum Dalam Aspek Hukum Acara Pidana,
Mandar Maju, Bandung hal. 2
5
pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung jawab
dikaitkan pada pihak saksi, tersangka atau terdakwa. Orientasinya adalah saksi,
tersangka atau terdakwa tidak kehilangan hak-hak dasarnya sebagai manusia atau
pemeriksaan. Dalam kenyataannya, selain saksi, tersangka atau terdakwa ada pula
pihak-pihak lain yang juga perlu guna mendapatkan perhatian yakni ahli. Ahli
bidang keilmuwan yang dimilikinya yang juga merupakan salah satu alat bukti yang
sah dalam persidanga selain keterangan saksi dan keterangan terdakwa jadi sudah
sewajarnya bila perlindungan yang diberikan terhap saksi dan terdakwa juga
memerlukan jaminan keamanan karena tidak jarang dalam posisinya ahli terancam
dalam menggali dan menerangkan perkara pidana, oleh karena itu kepentingan
seorang ahli harus betul-betul diperhatikan. Dan juga sebagaimana diketahui dalam
keluarga, harta bendanya, selain itu resiko terhadap pekerjaan, jabatan dan karier.
Oleh karena itu perlindungan terhadap ahli tidak hanya terbatas pada perlinudungan
hukum tetapi mencakup juga dalam bentuk perlindungan fisik maupun psikologis.
6
Ancaman yang diterima oleh ahli pun sangatlah beragam, bukan hanya diri
pribadinya yang terancam akan tetapi ancaman tersebut ditujukan pula kepada
berikan dalam proses perkara pidana. Hal-hal yang esensial terhadap perlindungan
ahli adalah agar mereka bebas dari tekanan pihak luar yang mencoba
Mereka telah secara sadar dan suka rela bersedia menjadi seorang ahli dalam suatu
perkara sekaligus berani mengatakan yang sebenarnya tanpa diliputi rasa takut, dan
mereka telah mematuhi sebagai warga negara yang baik dan taat hukum. Oleh
karena itu, melihat dari kenyataan yang ada perlindungan terhadap ahli sangat
yang dilayangkan terhadap para ahli yang memberikan keterangan pada proses
peradilan pidana. Misalnya saja, kasus yang menimpa Prof. Bambang Hero dan Dr.
Basuki Wasis yang menjadi Ahli dalam persidangan. Prof.Bambang menjadi ahli
kebakaran hutan yang dibuat oleh PT Jatim Jaya Perkasa (JJP), Sementara itu, Dr
Basuki Wasis menjadi ahli untuk Kasus korupsi Gubernur Sulawesi Tenggara Nur
Alam. Kemudian, keduanya digugat kembali oleh pihak lawan atas keterangan
ahlinya.
7
saksi atau ahli dalam memberikan kesakssian yang dijabarkan dalam pasal 10 ayat
No. 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban , pasal tersebut
menyebutkan:
“Saksi, Korban, dan pelapor tidak dapat dituntut secara hukum baik pidana
maupun perdata atas kesaksian dan/atau laporan yang akan, sedang, atau
telah diberikanya, Kecuali kesaksian atau laporan tersebut diberikan tidak
dengan itikad baik.”5
8 jis 9 jis 54 (3) Undang-undang No.12 tahun 2013 tentang Pendidikan Tinggi.
Tridarma (Pasal 9 ayat 1). Artinya bahwa, menyampaikan keterangan ahli berbasis
seharusnya di lindungi.6
5
Undang-undang No. 31 Tahun 2014 Tentang perubahan atas Undang-undang No. 13 Tahun 2006
tentang Perlindungan Saksi dan Korban
6
Herlambang P Wiratama, Memperkuat Tradisi Kebebasan Akademik, dalam
http://m.mediaindonesia.com diakses 27 Maret 2019
8
perlindungan terhadap keterangan ahli yang tidak dapat dituntut secara hukum baik
tentang adanya beberapa ahli yang digugat secara perdata atas keterangan yang
diberikanya pada proses peradilan pidana. Oleh karena itu , berdasarkan uraian dari
latar belakang ini penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan ini menjadi
B. Rumusan Masalah
keterangan di persidangan ?
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitan
Manfaat dari penelitian hukum ini dapat dikemukakan menjadi dua baik secara
1. Manfaat teoritis
9
seorang ahli yang digugat secara perdata dalam Undang-undang yang ada.
2. Manfaat praktis
yang baik dan tidak mutitafsir. Selain itu bagi penulis sendiri dapat
E. Kegunaan Penelitian
1. Bagi Penulis
Pada diri penulis penelitian ini tentunya dapat menjadi pembelajaran dan
wawasan yang sanga bermanfaat bagi penulis dalam menunjang karir dan
Pendidikan kedepanya.
2. Bagi Masyarakat
persidangan.
3. Bagi Akademisi
10
persidangan.
F. Metode Penelitan
1) Metode Pendekatan
adalah penelitan yuridis normatif atau legal research. Artinya penelitan ini
berkaitan dengan isu hukum yang diangkat. Pada penelitian hukum terdapat
2) Bahan hukum
a. Primer
7
Peter Mahmud Marzuki, 2009. Penelitian Hukum , Jakarta. Prenada kencana Media
Group, Hlm. 93.
11
b. Sekunder
Keterangan ahli.
c. Tersier
penjelasan atau pelengkap dari bahan hukum primer dan sekunder. Bahan
mengenai atau berkaitan dengan isu yang akan dibahas serta ditambah
12
G. Sistematika Penulisan
Dalam Sistematika penulisan ini terbagi dalam empat bab yang disusun
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisi beberapa sub bab yaitu, latar belakang yang
mengetahui apakah sudah sesuai dengan peraturan yang ada atau tidak.
Selanjutnya ada rumusan masalah yang dalam penulisan dibagi menjadi dua
dalam penulisan ini. Kemudian dalam sub ini juga dirumuskan Tujuan
hukum serta doktrin-doktrin dari para ahli hukum yang berkenaan dengan
Dalam bab ini berisi jawaban atau pembahasan dari masalah yang
BAB IV : PENUTUP
Bagian ini merupakan bab terakhir dalam penulisan hukum ini yang