dengan orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Akan tetapi hubungan
individu lain, atau seorang individu dengan banyak orang, salah satu faktor yang
masyarakat. Maka dari itu untuk mengatur, menjaga atau menyelesaikan suatu
Hukum atau tata tertib itu dapat berwujud kumpulan kaidah-kaidah, baik
yang tertulis maupun tidak tertulis. Dengan demikian hukum itu lahir, tumbuh
bagaimana manusia berhubungan satu dengan lainnya, apa boleh dilakukan dan
1
Marwan Mas, Pengantar Ilmu Hukum. Ghalia Indonesia, Bogor, 2014, hlm. 14.
1
Dalam penerapan hukum terhadap suatu pelanggaran atau kejahatan
perlu dilakukan oleh para penegak hukum, yang mana penegak hukum ini
memiliki tugas dan fungsi masing-masing, yang mana di atur dalam hukum
acara pidana. Adapun tujuan dari hukum acara pidana adalah untuk mencari dan
ketentuan hukum acara pidana secara jujur dan tepat dengan tujuan untuk
pengadilan guna menemukan apakah terbukti bahwa suatu tindak pidana telah
kepada ketentuan hukum acara Pidana. Tujuan dari hukum acara pidana tersebut
suatu perkara pidana dengan menerapkan ketentuan hukum acara pidana secara
jujur dan tepat dengan tujuan untuk mencari siapakah pelaku yang dapat di
bahwa suatu tindak pidana telah dilakukan dan apakah orang yang didakwa itu
2
Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia. Sinar Grafika, Jakarta, 2015, Hlm. 8
2
dapat di persalahkan. Van Bemmelen mengemukakan tiga fungsi hukum acara
pidana yaitu: 3
menemukan kebenaran materiil dan agar dalam penjatuhan pidana tidak terjadi
Maha Esa”
perkara, maka diperlukan alat bukti dan bahan bukti, yang mana selanjutnya
alat bukti dan bahan bukti tersebut akan menjadi bahan pertimbangan hakim
dalam memberikan putusan yang adil dan tepat, yang kemudian putusan
3
Loc.cit.
3
mungkin. Akan tetapi dalam memperoleh bukti-bukti yang nantinya di
para penegak hukum dihadapkan pada suatu masalah atau hal-hal tertentu yang
jauh lebih luas dari pada orang lain, namun pengetahuan dan pengalaman setiap
manusia tetap terbatas adanya.4 Maka dari itu diperlukan adanya bantuan dari
4
A. Karim Nasution, Masalah Hukum Pembuktian Dalam Kasus Pidana, tanpa nama penerbit,
1975, hlm.12.
4
Mengenai keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam kedua pasal
tersebut, maka diberi pengertiannya pada Pasal 1 butir ke-28 KUHAP, yang
menyatakan :
pemeriksaan suatu perkara pidana, maka bantuan ini pada tahap penyidikan
juga mempunyai peran yang cukup penting untuk membantu penyidik mencari
Bentuk atau hasil dari pemeriksaan laporan yang di buat oleh dokter
forensik mengenai kondisi tubuh atau kondisi fisik korban disebut dengan
Forensik Psikiatri mengenai kondisi psikis korban atau pelaku tuangkan dalam
apakah terdakwa tersebut bersalah dan dapat di jatuhi hukuman atau tidak,
karena sebagai contoh seperti dalam perkara pidana penganiayaan oleh orang
5
sebagaimana dasar hukumnya diatur dalam pasal 44 ayat 1 KUHP yang
menyebutkan.
keterangan ahli untuk mengungkap lebih jauh suatu peristiwa pidana yang
contoh kasus dimana penyidik membutuhkan bantuan tenaga ahli seperti dokter
ahli forensik psikiatri atau dokter ahli lainnya untuk memberikan keterangan
medis tentang kondisi psikis korban atau pelaku yang selanjutnya cukup
tersebut.
dalam proses penyidikannya. Dapat di lihat dari data laporan yang di miliki
TONI BUDI
LP/17/B/I/2 PERLINDUNGA PROSES
1 GUNAWAN FISIKIS ABDILAH
017/JBR/R N ANAK SIDIK
(ANAK) (DEWASA)
5
Data SATRESKRIM Polres Sumedang per 2017.
6
ES SMD
30-1-2017
LP/657/B/
2017
1.RIZKY
(DEWASA)
LP/B/104/
IRWAN DERERA
VII/JBR/R PROSES
4 SETIAWAN KDRT FISIKIS ISLAMIA
ES SMD SIDIK
(DEWASA) (DEWASA)
17-7-2017
LP/111/B/
2017
LP/119/B/
VIII/2017/J KUSMAYA
IIS SRI YULAN
6 BR/RES KDRT FISIKIS DI SP3
SARI (DEWASA)
SMD 21-8- (DEWASA)
2017
LP/B/43/V/ FIKRY
2017/JBR/ SYAH
WAHYU FAJAR
RES SMD/ MUTAQIN
7 DWIYANA PIDUM FISIKIS DIVERSI
SEK ALS
(DEWASA)
TJ.SARI BEUBEUNG
25-5-2017 (ANAK)
7
LP/106/B/
2017
LP/109/B/
ADITYA
VII/2017/R LENGGA
9 PIDUM FISIKIS MAULNA SP3
ES SMD 2- LISTIANA
(ANAK)
8-2017
Tabel 1.1 Data perkara kekerasan perempuan dan anak tindak pidana fisikis
tahun 2017 Polres Sumedang.
tindak pidana yang berkaitan dengan psikis baik korban maupun pelaku, yang
psychiatrum tersebut maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian
B. Rumusan Masalah
8
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
pidana.
D. Kerangka Pemikiran
juga dijadikan sarana yang mampu mengubah pola pikir dan pola perilaku
9
tujuannya. Oleh karena itu, adanya hukum seyogianya mampu mengeliminasi
tertentu yang dilarang hukum dimana pelaku pelakunya dapat dikenakan sanksi
berupa kelakuan alam, karena yang dapat berbuat dan hasilnya perbuatan itu
hanya manusia. 7
berbagai peraturan baik itu peraturan dalam bentuk larangan maupun perintah
terdapat sanksi tegas bagi siapa saja yang melakukan pelanggaran hukum. Dan
hukum juga memiliki sifat yang melindungi, yaitu hukum di ciptakan untuk
6
Marwan Mas Op.cit. hlm. 82
7
Milen Rukmini, Aspek Hukum Pidana dan Kriminologi (Sebuah Bunga Rampai), Alumni,
Bandung, 2009. hlm. 48.
10
Tujuan hukum bersifat Universal, seperti ketertiban, kedamaian,
berlaku. Terdapat dua teori tentang tujuan hukum yang dikenal dalam literatur
hukum yaitu, teori etis dan teori utilites. Teori Etis bertujuan semata mata untuk
mencapai keadilan kepada setiap orang yang menjadi haknya. Teori Utilities
2. Untuk mendidik orang yang telah pernah melakukan perbuatan tidak baik
suatu tindak pidana, para penegak hukum dalam penerapannya di atur dalam
8
http://www.yuksinau.id/sifat-fungsi-dan-tujuan-hukum/ diakses Pada Tanggal 12 Desember 2018
Pukul 15.20 WIB.
9
R.Abdoel Djamali, Pengantar Hukum Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2012, hlm. 173.
10
R.Abdoel Djamali Ibid. hlm. 199.
11
Di dalam teori hukum pidana, dalam menilai kekuatan pembuktian alat-
alat bukti yang ada dikenal beberapa sistem pembuktian, antara lain:
(Negatief Wettelijk)
dijelaskan.
a. Keterangan saksi
b. Keterangan ahli
c. Petunjuk
d. Keterangan terdakwa. “
Berdasarkan hal tersebut mengenai poin (b) yaitu keterangan ahli, maka
12
“Keterangan ahli adalah keterangan yang di berikan oleh seorang yang
kondisi psikis korban atau pelaku dalam suatu tindak pidana, adalah dokter
Repertum Psychiatrum.
dikirim oleh penyidik harus bisa menempatkan dirinya dengan tepat. Dia adalah
saksi ahli yang memberikan penilaian atau penghargaan tentang suatu tindak
pidana yang telah terjadi atau hasil akhir, bukan sebagai saksi mata yang melihat
Tujuan dari ilmu kedokteran kehakiman yaitu ada dua, yang pertama
untuk mencari data-data dari suatu kasus, data-data yang diperoleh kemudian di
analisa, di buat kesimpulan dengan jujur dan baik, yang kemudian digunakan
11
Abdul Mun’im Idris, Indonesia X-Files (Mengungkap Fakta dari Kematian Bung Karno Sampai
Kematian Munir), Noura Books, Jakarta, 2013. hlm. 249.
13
The Committee on Ethical Guidelines for Forensik Psychology
Bandung yaitu ketika terjadi pembunuhan terhadap seorang ustad oleh orang
gila atau orang yang memiliki keterbelakangan mental, maka kemudian visum
bisa dijadikan sebagai bukti apakah pelaku tersebut benar benar memiliki
seorang ibu yang membunuh keempat anaknya dan ia bunuh diri. Seorang
tidak langsung, yaitu melalui catatan yang di tinggalkan oleh korban, data yang
di peroleh dari teman, keluarga korban atau teman kerja korban. Tujuan
keadaan emosional, kepribadian, pikiran dan gaya hidup korban. Maka hasil
12
Hendra Akhdhiat, dan Rosleny Marliani, Psikologi Hukum. Pustaka Setia, Bandung, 2011,
hlm.64
13
Hendra Akhdhiat, dan Rosleny Marliani Op.cit. hlm.64
14
Suatu proses peradilan pidana dalam hal pemeriksaan sangat diperlukan
alat bukti atau bahan bukti, pada Pasal 341 ayat (4) itu mengatur bahwa
terdakwa saja, melainkan harus di tambah dengan alat-alat bukti yang lain.14
maka dari itu dalam pemeriksaan perkara di butuhkan minimal dua alat bukti
mana salah satu dari alat bukti tersebut dapat berupa keterangan saksi, karena
baik jaksa maupun hakim tidak melihat langsung kejadian perkara, akan tetapi
saksi tersebut banyak yang tidak sesuai atau bias. Padahal keterangan saksi
korban atau pelaku tersebut sangat penting dalam pemeriksaan perkara pidana,
maka dari itu dapat di lakukan suatu penyidikan berupa visum psikologi .
ilmu kedokteran kehakiman, yang memiliki tugas dan funginya yaitu untuk
membantu tugas penyidik dalam menemukan alat bukti, yang nantinya akan di
Dalam KUHAP tidak terdapat satu pasal pun yang secara eksplisit
Nomor 350 pada Pasal 1 dinyatakan visum et repertum adalah suatu keterangan
tertulis yang di buat oleh dokter atas sumpah atau janji tentang apa yang di lihat
pada benda yang di periksanya yang mempunyai daya bukti dalam perkara-
perkara pidana. 15
14
Wirjono Prodjodikoro, Perbuatan Melanggar Hukum. Sumur Bandung, Jakarta. 1967. hlm. 77
15
Moch. Anwar, Hukum Pidana Khusus (KUHP Buku II) Jilid II, Alumni, Bandung, 1968.
15
Pada dasarnya Visum Et Repertum dengan Visum Et Repertum
Psychiatrum atau disebut psikologi forensik itu memiliki tugas dan Fungsi yang
sama, tetapi hal yang membedakannya yaitu dalam hal pemeriksaannya, Visum
Et Repertum adalah hasil penyidikan yang dilakukan kepada korban atau pelaku
keterangan dokter tentang apa yang dilihat dan ditemukan di dalam melakukan
pemeriksaan terhadap orang yang luka atau terhadap mayat.16 sedangkan Visum
E. Langkah-Langkah Penelitian
1. Metode Penelitian
16
Atang Ranoemihardja, Ilmu Kedokteran Kehakiman (Forensic Science), Tarsito, Bandung,
1982, hlm.18
16
hukum dari Visum Et Repertum Psychiatrum sebagai alat bukti dalam
Sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.
data dari penelitian ini dapat digolongkan ke dalam tiga bagian, yaitu :
terdiri dari :
2. Peraturan Perundang-Undangan.
ilmiah karangan para sarjana hukum dan sarjana lainnya yang relevan
17
c. Bahan Hukum Tertier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk
Psychiatrum.
Et Repertum Psychiatrum.
4. Analisis Data
17
Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Perss, Jakarta, 1986, hlm.51.
18
diklasifikasikan sesuai dengan tujuan penelitian, yang kemudian akan diperoleh
19
Daftar Pustaka
Buku-buku:
Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia. Sinar Grafika, Jakarta, 2015
Bandung, 2011
Moch. Anwar, Hukum Pidana Khusus (KUHP Buku II) Jilid II, Alumni,
Bandung, 1968
Jakarta, 2012
Jakarta. 1967
20
Peraturan Perundang-Undangan
Kehakiman
Media Elektronik
21