Anda di halaman 1dari 16

ID: 569203641

Art Subject for Elementary Performing Arts


Peran Psikolog Forensic

· May, 4. 2022 ·
(saksi ahli, dalili ketidakwarasan, kasus perdata)
Kelompok 11

Wandi Saputra Haris Nur Azis

(200401110072) 200401110099

Inarotul Aisyah Yustika Kusuma Ayu


Sejati
200401110178 200401110126
Psikologi Forensik

Istilah Psikologi Forensik berasal dari forum Latin. Artinya, alun-alun, ruang publik
tempat pengadilan umum berlangsung di zaman Romawi. Dengan demikian, psikologi forensik
merupakan cabang dari psikologi yang mempelajari dan mengintervensi proses peradilan guna
menyediakan data dan pengetahuan yang membantu penyelesaian suatu kasus.

Profesional psikologi forensik adalah psikolog forensik, dan peran mereka adalah
mengumpulkan, mempelajari, dan menafsirkan dengan benar berbagai data psikologis yang dapat
memberikan elemen penting untuk uji coba.

Tugas psikolog forensik pada proses peradilan pidana adalah membantu pada saat
pemeriksaan di kepolisian, di kejaksaan, di pengadilan maupun ketika terpidana berada di
lembaga pemasyarakatan.
Saksi Ahli
Dalam sistem peradilan yang ada di Indonesia, tahapan pembuktian adalah salah satu tahapan penting yang
harus dijalani. Karena pada tahapan pembuktian, akan menunjukkan apakah terdakwa terbukti bersalah atau tidak atas
kasus yang sedang dihadapi. Ketika proses pembuktian, akan ada tahapan memperlihatkan barang bukti yang ada.

Salah satu yang sah menjadi alat bukti yaitu keterangan ahli atau yang biasa disebut dengan saksi ahli.
Kehadiran saksi ahli sesuai yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) pada pasal 1
menyebutkan bahwa “Keterangan Ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seseorang yang memiliki keahlian
khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan”

seorang saksi ahli adalah mereka yang mempunyai keahlian tertentu dalam suatu bidang ilmu dan diminta
bantuannya dalam sebuah persidangan untuk membantu menemukan fakta yang sebenarnya terkait kasus yang sedang
dihadapi.
Saksi Ahli
Psikolog dapat masuk dalam peradilan sebagai ahli sebagaimana disebutkan dalam ketentuan Pasal
120 ayat (1) dan Pasal 133 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 tentang
KUHAP.

Inti kompetensi psikolog adalah asesmen, intervensi, dan prevensi. Seorang saksi ahli psikolog
dibutuhkan untuk melakukan pemeriksaan terhadap kejiwaan pelaku kejahatan untuk dianggap
mampu mengambil tanggung jawab atas tindakannya. Ketentuan dalam Pasal 44 ayat (1) Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana menyatakan bahwa menyatakan bahwa seseorang tidak dapat dipidana karena
perbuatannya dan tidak dapat dipertanggungjawabkan kepada orang itu berdasar adanya gangguan
kejiwaan seorang pelaku. Dengan adanya saksi ahli psikolog, seseorang yang diduga melakukan suatu
tindak pidana benar-benar dapat ditelaah terlebih dahulu, apakah benar-benar bersalah atau tidak, dan
melalui saksi ahli psikolog, dapat ditentukan hukuman apa yang paling sesuai terhadap pelaku tindak
pidana tersebut.
Saksi Ahli
Pada pengadilan, Peran psikolog forensik dalam peradilan pidana di pengadilan, dapat sebagai saksi
ahli, bagi korban (misal kasus KDRT, kasus dengan korban anak-anak seperti perkosaan, dan penculikan
anak), dan bagi pelaku dengan permasalahan psikologis. Cth: Mental retarded, pedophilia, dan psikopat.

Peran Psikologi Forensik juga membantu menciptakan rasa aman untuk membuat anak berani
“Berbicara”. Membantu memastikan apa yang dibicarakan oleh si anak adalah realitas/benar, bukan
fantasinya atau kaitannya dengan eskspresi saat berbicara, emosi dan sebagainya. Membandingkan atau
mengevaluasi apa yang dikatakan si anak dengan seorang yang diceritakan si anak dalam ceritanya.
Mendampingi anak atau korban selama mengikuti persidangan. Melaporkan setiap ketidakwajaran yang
ditemukan terkait dengan kapasitasnya sebagai seorang saksi ahli.

Contoh vidio saksi ahli psikolog di persidangan kasus pembunuhan kopi sianida jessica :
https://youtu.be/whh3O4mQ0ME
Saksi Ahli
Dalam konteks saksi ahli, maka terdapat beberapa persoalan yang khas Indonesia sebagai berikut :
1. perihal siapakah yang bisa menjadi atau dipanggil sebagai saksi ahli psikolog. Bila dipergunakan pengertian bahwa
psikolog adalah seseorang dengan latar belakang pendidikan S-1 Psikologi, maka terdapat permasalahan tidak
meratanya penyebaran psikolog ataupun psikolog yang kebetulan ada di suatu kota ternyata tidak memiliki
kemampuan sebagai saksi ahli.
2. lebih dari soal siapa yang menjadi saksi ahli, yang lebih substansial terkait saksi ahli adalah mengenai keterangan
yang diberikan itu sendiri dimana perlu terdapat standar atau parameter sehingga bisa dibedakan mana keterangan
saksi ahli yang memenuhi syarat atau yang tidak. Terdapat suatu ‘bahaya’ dimana semua hal kemudian bisa di-
psikologi-kan (psychologizing the crime) sehingga menjadi terlihat dicari-cari.
3. sebagai sesuatu yang bersifat fakultatif atau opsional, maka selalu menarik untuk mengetahui, pada kasus apa saja
atau kapan seorang psikolog dianggap perlu untuk dihadirkan ke depan persidangan. Terdapat kesan, hanya pada
perkara- perkara dengan kemungkinan terdakwanya mengalami gangguan jiwa, dan dalam rangka menentukan
kebertanggungjawabannya,dipanggillah saksi ahli psikolog. Tentu saja adakalanya saksi ahli diminta hadir oleh
hakim, walau lebih sering dimintakan kehadirannya oleh pengacara terdakwa yang menginginkan kesaksian yang
menyatakan dirinya tidak dapat bertanggungjawab atas perbuatannya.
Dalih Ketidakwarasan (Insanity Plea)
Mengungkap suatu tindak pidana, seorang pelaku yang diduga melakukan tindak pidana
untuk dapat dianggap mampu mempertanggungjawabkan perbuatannya, dibutuhkan peran seorang
psikolog forensik untuk melakukan pemeriksaan terhadap kejiwaan pelaku. Ketentuan Pasal 44 ayat
(1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana menyatakan bahwa seseorang tidak dapat dipidana karena
perbuatannya dan tidak dapat dipertanggungjawabkan kepada orang itu berdasar adanya gangguan
kejiwaan seorang pelaku.

Pada kenyataannya, seseorang yang melakukan perbuatan pidana yang sangat mengerikan
sehingga dia pantas mendapat hukuman, namun pelaku kejahatan berpura-pura menjadi orang gila.
Selanjutnya dalam Pasal 44 ayat (2) KUHP, apabila hakim memutuskan bahwa pelaku berdasar keadaan
daya berpikir tersebut tidak dikenakan hukuman, maka hakim dapat menentukan penempatan si
pelaku dalam rumah sakit jiwa selama tenggang waktu percobaan yang tidak melebihi satu tahun. Hal ini
bukan merupakan hukuman akan tetapi berupa pemeliharaan.
Dalih Ketidakwarasan (Insanity Plea)
Masuknya psikolog forensik sebagai salah satu proses dalam pemidanaan membawa
pembaruan hukum pidana khususnya terhadap penegakan hukum yang efisien. Selama ini
proses penegakan hukum terhadap suatu tindak pidana mulai dari proses pemeriksaan, penyelidikan,
penyidikan, hingga persidangan di pengadilan dirasa memakan waktu yang lama dan
mengeluarkan biaya yang tidak sedikit yang harus ditanggung Negara. Hal ini menjadi catatan penting, di
mana seorang terduga pelaku tindak pidana, yang sejatinya tidak dapat mempertanggungjawabkan
perbuatannya, diadili dan pada akhirnya hanya direhabilitasi atau ditempatkan di rumah
sakit jiwa karena terbukti psikologisnya terganggu.
Bilamana proses pemidanaan dimasukkan psikolog forensik sebagai salah satu proses yang
harus dilalui sebelum pelaku yang diduga melakukan tindak pidana diproses sampai kejaksaan dan
pengadilan, maka dalam mengungkap suatu tindak pidana akan lebih cepat selesai hanya pada
tahap di kepolisian sehingga tidak akan memakan waktu lama serta biaya ringan. Dalam hal ini,
seorang pelaku yang diduga melakukan tindak pidana, tidak akan menjalani proses yang begitu panjang
apabila dalam proses di kepolisian setelah diperiksa oleh seorang psikolog forensik ia dinyatakan tidak
dapat dimintakan pertanggungjawaban pidana karena psikologisnya terganggu..
Dalih Ketidakwarasan (Insanity Plea)
Terdapat tiga standar untuk menetapkan apakah seorang terdakwa waras atau tidak :

Standar tertua (the M'Naghten rule)

the Durham standard

ALI standard dari the American Law Institute


Dalih Ketidakwarasan (Insanity Plea)
Contoh kasus :

Kasus Hinckley (percobaan pembunuhan terhadap President Reagan) mengubah skenario peradilan di
Amerika Serikat. Vonis tidak bersalah dengan alasan insanitas (not guilty by reason of insanity)
membuat marah banyak orang, dan runtuhnya kasus ini sekali lagi mengubah standar hukum untuk
insanitas. Dampak pertamanya adalah mendorong diberlakukannya kembali M'Naghten rule di mana faktor
kognitif jauh lebih penting daripada faktor volitional. Dampaknya yang kedua adalah bahwa orang yang
melakukan kejahatan dalam keadaan tidak waras secara otomatis harus dikurung untuk waktu yang tak terbatas.
Ketiga, vonis "bersalah tetapi sakit mental " diperkenalkan dalam peraturan tentang terdakwa di beberapa
negara bagian maupun pemerintah federal.
Kasus perdata

Perkara perdata adalah perkara mengenai perselisihan hubungan antara perseorangan


(subjek hukum) yang satu dengan perseorangan (subjek hukum) yang lain mengenai hak dan
kewajiban/perintah dan larangan dalam lapangan keperdataan (mis perselisihan tentang
perjanjiann jual beli, sewa, pembagian harta bersama, dsb).

Kasus-kasus perdata, dalam kasus hukum perdata seperti tentang perceraian dan hak
asuh anak seorang forensik sangat dibutuhkan
Kasus Perdata

PSIKOLOG DAPAT MENJADI AHLI DI PERADILAN


PERDATA Atas Permintaan :

1. Pihak Yang bersengketa/ Pengacara


2. Lembaga yang terkait (Misal DINSOS, LPSK)
3. Pengadilan
Kasus perdata

Contoh Kasus :

Ketika pasangan yang sudah menikah memutuskan untuk bercerai, salah satu hal yang
dapat menjadi perdebatan adalah mengenai hak asuh atas anak. Seperti kasus yang
terjadi pada salah satu mantan pasangan artis di Indonesia, yaitu Atalarik Syah dan
Tsania Marwa. Dilansir dari laman kumparan.com, setelah bercerai pada 2017 silam,
dan hak asuh atas anak mereka jatuh pada Atalarik, Tsania kemudian mengajukan
gugatan atas hak asuh kedua anaknya pada tahun 2019, yang selanjutnya menghasilkan
putusan atas hak asuh anak dibagi dua, baik pada Atalarik maupun Tsania. Dan
kemudian Atalarik mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi Agama pada tahun 2020,
yang hasilnya hak asuh atas kedua anak mereka jatuh kepada Tsania.
Reverensi

• A. Hamzah, KUHP & KUHAP (Edisi Revisi 2011). Jakarta: Rineka Cipta, 2011.
• https://psikologi.uma.ac.id/pengertian-psikologi-forensik-dan-fungsi/
• Darma, I Made Wirya & Benyamin Nikijuluw. 2019. Psikolog Forensik Sebagai salah
satu proses pemidanaan. Binamulia Hukum . 8(2):185-190.
• I Gusti Ayu Putu Wulan Budisetyani, d. (2016). Bahan Ajar Psikologi Forensik.
Denpasar.
• Meliala, A. (n.d.). KONTRIBUSI PSIKOLOGI DALAM DUNIA PERADILAN:
DIMANA. Indonesian Journal of Legal and Forensic Sciences 2008, I, 56-59.
• Forensik, D. P. (n.d.). Psikologi Forensik Bagian dari Kajian Psikologi Klinis. 1991.
ID: 569203641
Thanks!

Art Subject for Elementary Performing Arts

· May, 4. 2022 ·
Do you have any questions?

CREDITS: This presentation template was created by


Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics
& images by Freepik

Please keep this slide for attribution

Anda mungkin juga menyukai