Anda di halaman 1dari 21

H. M. Zainie Hassan AR, dr.

SpKJ (K)
Psikiatri forensik
• Banyak yg menganggap psikiatri forensik, cabang
ilmu kedokteran forensik.
• Psikiatri forensik mrpkan cabang dari psikiatri.
• Forensik digambarkan sbg pemanfaatan atau
aplikasi cab ilmu kedokteran ini (psikiatri)untuk
keperluan hukum.
• Psikiatri (kedokteran) forensik berfungsi sbg
pemberi bantuan dlm hukum bersifat aktif.
• Ilmu hukum kedokteran, dokter dan ilmu
kedokteran berkedudukan sbg objek telaah yg
bersifat pasif.
Latar Belakang
• Di dalam Undang-Undang Dasar 1945, ditegaskan bahwa sistem
pemerintahan Indonesia adalah berdasarkan hukum tidak
berdasarkan atas kekuasaan belaka. Dengan demikian, atas dasar
hal tersebut, maka semua perbuatan yang dilakukan baik oleh
pemerintah maupun negara harus berdasarkan hukum. Salah satu
ketentuan yang mengatur bagaimana aparatur penegak hukum
melaksanakan tugasnya terdapat dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana (KUHAP) yang mempunyai tujuan untuk
mencari dan mendekati kebenaran materiil yaitu kebenaran yang
selengkap-lengkapnya dari suatu perkara pidana sehingga suatu
tindak pidana dapat terungkap dan pelakunya dijatuhi putusan yang
seadil-adilnya.1
• Dalam proses persidangan, hal yang penting adalah yaitu proses
pembuktian sebab jawaban yang akan ditemukan dalam proses
pembuktian merupakan salah satu hal yang utama untuk Majelis
Hakim dalam memutuskan suatu perkara tindak pidana. 1
Keterangan saksi ahli
• Dalam Pasal 1 butir 28 KUHAP menjelaskan, bahwa yang dimaksud dengan
keterangan saksi ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seseorang
yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk
membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan.
Keahlian khusus yang dimiliki oleh seorang saksi ahli tidak dapat dimiliki
oleh sembarangan orang, karena merupakan suatu pengetahuan yang
pada dasarnya dimiliki oleh orang tertentu.
• Pasal 44 Ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHAP)
menjelaskan bahwa, tidak dikenakan hukuman terhadap barang siapa
yang melakukan suatu perbuatan pidana, yang tidak dapat
dipertanggungkan kepadanya, disebabkan karena kurang sempurnanya
kemampuan berfikir atau karena sakit ingatannya.
• Berdasarkan penjelasan Pasal 44 ayat (1) di atas, untuk dapat mengetahui
“kurang sempurna kemampuan berfikir atau sakit ingatan”, maka
diperlukan suatu keahlian khusus. Dalam hal ini orang yang memiliki
keahlian khusus, yaitu ahli psikiatri forensik. Dengan demikian, maka ahli
psikiatri forensik memiliki peran dan kedudukan khusus dalam
usaha yang rasional menanggulangi
kejahatan
• Penanggulangan menggunakan sistem pidana.
• Usaha peningkatan kesehatan jiwa
masyarakat : agar setiap orang menjadi sadar
untuk berperilaku sesuai dengan hukum,
dalam upaya menyelaraskan kehidupan
masyarakat karena mempertinggi tingkat
kesadaran (kesehatan) jiwa manusia terhadap
hukum berarti sekaligus ikut menunjang
sehatnya penegakan hukum.
Kejahatan berkaitan dengan
kesehatan jiwa
• Kejahatan penculikan yang dilakukan oleh wanita, kejahatan
pencurian atau perampokan tertentu, pembunuhan bayi,
perkosaan, kejahatan sex tertentu, perbuatan kenakalan dan
lain-lainnya itu merupakan pelanggaran hukum yang
berkaitan dengan kesehatan jiwa seseorang. Dalam upaya
menanggulangi kejahatan yang dilakukan oleh seseorang
dalam masyarakat terkadang para penegak hukum belum
mampu mendapatkan hasil yang maksimal, misalnya dengan
adanya kasus-kasus yang berkaitan dengan pemeriksaan
kesehatan mental atau jiwa dari baik pelaku, saksi, atau
pihak-pihak yang berkepentingan dengan perkara tersebut
tidak memeberikan keterangan yang akurat atau dalam
bahasa orang awam keterangan tersebut tidak sesuai
dengan yang sesungguhnya ia ketahui.
Ilmu Kedokteran Forensik &psikiatri
forensik
• Ada kecenderuangan untuk menganggap bahwa
psikiatri forensik merupakan cabang dari ilmu
kedokteran forensik. Di lain pihak, ada pula yang
menganggap psikiatri forensik merupakan cabang
ilmu psikiatri. Istilah psikiatri forensik merupakan
terjemahan dari forensic psychiatry merupakan suatu
istilah yang sudah lazim digunakan psychiatry forensik
merupakan sub spesialisasi ilmu kedokteran yang
menelaah mental manusia dan berfungsi membantu
hukum dan peradilan. Sub spesialisasi ini merupakan
titik singgung antara ilmu kedokteran dan ilmu hukum
dimana kegiatan utamnyanya adalah pembuatan
Visum et Repertum Psychiatricum
Bidang ilmu kedokteran forensik
dipelajari
• Tata laksana medikolegal, tanatologi, traumatologi, toksikologi,
teknik pemeriksaan dan segala sesuatu yang terkait, hal ini agar
semua dokter dalam memenuhi kewajibannya membantu penyidik,
dapat benar-benar memanfaatkan segala pengetahuan
kedokterannya untuk kepentingan peradilan serta kepentingan lain
yang bermanfaat bagi kehidupan bermasyarakat. Kegiatan utama
dari psikiatri forensik adalah membuat Visum et Repertum
Psychiatricum.
• Di dalam suatu perkara pidana dimana tertuduhnya disangka
menderita penyakit jiwa atau terganggu jiwanya, misalnya
pembunuhan, maka disini forensik psychiatry (ilmu kedokteran
jiwa kehakiman) dengan foresnsik medicine (ilmu kedokteran
kehakiman) mempunyai titik pertemuannya yaitu disegi hukum
terutama dalam penyelesaian kasus perkara tersebut dalam forum
peradilan.
visum et repertum psychiatricum
• Diperuntukan sebagai rangkaian hukum pembuktian
tentang kualitas tersangka pada waktu melakukan
perbuatan pidana dan penentuan kemampuan
bertanggungjawab bagi tersangka. Kebutuhan bantuan
kedokteran jiwa dalam kenyataanya berkembang bukan
sebagai rangkaian hukum pembuktian akan tetapi
untuk kepentingan kesehatan tersangka dalam rangka
penyelesaian proses pemeriksaan perkara pidana.
Bantuan kesehatan jiwa bagi si tersangka ini sangat
diperlukan selain menyangkut perlindungan hak azasi
manusia juga untuk menghindarkan hal-hal yang
tidak diinginkan bagi jiwa dan raga manusia
1.Kasus pidana
a.terperiksa sebagai pelaku
b.terperiksa sebagai korban
2.Kasus perdata
a.pembatalan kontrak
b.pengampuan atau curatelle
c.hibah
d.perceraian
e.adopsi
3.Kasus-kasus lain
a.kompentensi untuk diinterview
b.kelayakan utk diajukan di sidang pengadilan
visum et repertum psychiatricum
UU Kesehatan nomor 36 /2011
Pasal 150
(1)Pemeriksaan kesehatan jiwa untuk kepentingan
penegakan hukum (visum et repertum psychiatricum)
hanya dapat dilakukan oleh dokter spesialis kedokteran
jiwa pada fasilitas pelayanan kesehatan.
(2)Penetapan status kecakapan hukum seseorang yang
diduga mengalami gangguan kesehatan jiwa dilakukan
oleh tim dokter yang mempunyai keahlian dan
kompetensi sesuai dengan standar profesi.
Yang berhak menjadi pemohon Visum
et Repertum Psychiatricum
 Penyidik
 Penuntut Umum
 Hakim Pengadilan
 Tersangka atau terdakwa, melalui pejabat
sesuai dengan tingkat proses pemeriksaan
 Korban, melalui pejabat sesuai dengan tingkat
proses pemeriksaan
 Penasehat hukum, melalui pejabat sesuai
dengan tingkat proses pemeriksaan
Beban yang diembankan pembuat
VetRP kurang lebih seragam
1. Membantu menentukan apakah terperiksa
menderita ggn jiwa dengan upaya menegakkan
diagnosis
2. Membantu menentukan kemungkinan adanya hub.
antara ggn. jiwa pada terperiksa dengan peristiwa
hukumnya, hub. antara ggn jiwa terperiksa dengan
perilaku yang mengakibatkan peristiwa hukum.
3. Membantu menentukan kemampuan tanggung
jawab pada terperiksa.
4. Membantu menentukan cakap tidaknya terperiksa
bertindak dalam lalu lintas hukum
• Dokter mendapatkan posisi legal melalui surat
dari lembaga hukum (legal institute) Pengadilan,
kejaksaan, dan polisi untuk memeriksa seseorang
yg telah mempunyai status hukum tertentu:
terdakwa, saksi, penggugat.
• Hubunan dokter dgn orang yang diperiksa
bersifat netral, dan tetap mempunyai ikatan
kerahasiaan kecuali terhadap lembaga hukum
yang meminta
• Medikolegal: undang-undang tentang peraturan
yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan dan
kedokteran
Pasal 42 UU HAM
Setiap warga negara yang berusia lanjut, cacat fisik
dan atau cacat mental berhak memperoleh
perawatan, pendidikan, pelatihan, dan bantuan
khusus atas biaya negara, untuk menjamin
kehidupan yang layak sesuai dengan martabat
kemanusiaannya, meningkatkan rasa percaya diri,
dan kemampuan berpartisipasi dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
KUHP pasal 44
(1) Tiada dapat dipidana barangsiapa mengerjakan suatu perbuatan yang
tidak dapat dipertanggung-jawabkan kepadanya, sebab kurang
sempurna akalnya atau sakit berubah akal
KUHP pasal 44
(2) Apabila terbukti seperti apa yang dilantunkan dalam ayat (1), maka
hakim dapat memerintahkan orang tersebut ke rumah sakit jiwa dalam
masa percobaan selama satu (1) tahun.
kurang sempurna akal
sejak dilahirkan sudah kurang sempurna akal
Contoh: retardasi mental

sakit berubah akal


mulanya sehat kemudian sakit sehingga berubah akal  gangguan jiwa
KUHP pasal 45
Jika orang yang di bawah umur dituntut karena
melakukan tindak pidana ketika umurnya belum cukup
enambelas tahun, dapatlah hakim:
memerintahkan, supaya anak yang bersalah itu
dikembalikan kepada orang tuanya atau walinya atau
pemeliharanya dengan tidak dijatuhkan sesuatu pidana
Usia <16 tahun :
• Dikembalikan pada orang tua, tanpa hukuman
• Dimasukkan dalam rehabilitasi anak sampai berusia 18
tahun
• Hukuman berlaku dengan perbuatannya, dikurangi 1/3 nya
Penentuan kemampuan bertanggung
jawab…
• Tingkat kesadaran pada saat melakukan
pelanggaran hukum
• Kemampuan memahami nilai perbuatannya
• Kemampuan memahami nilai risiko
perbuatannya, dan
• Kemampuan memilih dan mengarahkan
kemauannya
Gangguan jiwa
Tidak sadarkan diri (unconciousness) 
tidak dimasukkan dalam pengurangan atau penghapusan hukum pidana
Contoh unconciousness:
• Mabuk alkohol
• Night terrors (somnambulistic)
• Idiopathic epilepsy
• Amnesia sleep-walking

kumpulan gejala yang timbul dan terjadi pada perempuan terkait dengan
kelahiran anak
a. Baby blues (85%) : dilakukan 3-14 hari postpartum → dihukum
b. Postpartum depression (10-15%) : dilakukan 2 minggu- 1 tahun postpartum → pro-
kontra (Forensic Psychiatrist)
c. Postpartum psychosis (1-2 ‰) → tidak dihukum
Infanticide: KUHP pasal 340, 341 dan 342.
Ciri-ciri (pada masa kanak-kanak):
– Pembunuhan berantai
– Kebal terhadap hukuman orang tua
– Tidak peka terhadap rasa sakit
– Tidak ada kerja selain yang disukainya
– Orang tua menyerah
– Suka menyiksa binatang
– Suasananya menjadi buruk
Pro-kontra: tetap dilakukan (Forensic Psychiatrist)
Tidak dihukum pidana

Anda mungkin juga menyukai